You are on page 1of 1

Dari hasil wawancara dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya,

“untuk penarikan pajak, pengelola parkir atau pemilik lahan parkir harus memiliki NPWPD
(Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah). Jika telah mempunyai itu, pengelola parkir wajib
melaporkan omzetnya tiap bulan ke BPKPD lalu akan dilakukan penarikan pajak”

Dari ketiga narasumber tersebut, dapat dianalisa ada keganjalan pemungutan atau
pembayaran pajak swasta. Ada kerancuan yang dikatakan oleh pengelola parkir mereka
membayarkan ke dinas perhubungan sedangkan menurut Dinas perhubungan, mereka tidak
menarik pajak swasta hanya mengurus perizinan sarana parkir yang digunakan sebagai lahan
parkir. Mereka justru mengatakan bahwa seharusnya ke Dispenda atau BPKPD. Dan dari hasil
wawancara dengan salah satu narasumber BPKPD, beliau mengatakan bahwa mereka yang
melakukan pemungutan pajak swasta dengan melihat data perizinan sarana yang telah mendaftar
melalui Dinas Perhubungan didukung dengan memiliki NPWPD.

Kejadian ini dimungkinkan ada unsur KKN (Korupsi,Kolusi, Nepotisme) antara


pengelola pajak/pemilik sarana dengan Dinas perhubungan. Pengelola pajak/pemilik sarana tidak
ingin mendaftarkan sarananya agar tidak membayar pajak sesuai aturan hukum sehingga
berusaha melobi dinas perhubungan agar mereka tetap dapat beroperasi tanpa izin.

You might also like