You are on page 1of 12

Racmadia, et al.

Amerta Nutr (2018) 17-28 17


DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

RESEARCH STUDY Open Access

Penerapan Sistem Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP) Pada Produk
Ayam Bakar Bumbu Herb Di Divisi Katering Diet PT. Prima Citra Nutrindo
Surabaya

Implementation of Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP) on Herb


Roasted Chicken products in Division Catering Diet PT. Prima Citra Nutrindo
Surabaya
Novira Dian Rachmadia*1, Nanik Handayani2 , Annis Catur Adi1

ABSTRAK

Latar Belakang: Katering sehat sebagai tempat penyedia jasa boga diharuskan mempunyai standar
keamanan yang jelas dalam menjamin mutu produknya hingga ke tangan konsumen. PT. Prima Citra
Nutrindo (PCN) sebagai salah satu katering sehat telah mempunyai standar HACCP pada salah satu
produknya yaitu Ayam Bakar Bumbu Herb. Pengendalian mutu makanan dengan standar HACCP
perlu dilakukan mengingat kejadian foodborne illnes sangat mudah terjadi apabila keamanan
pangan tidak terjamin.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan sistem HACCP pada produk
Ayam Bakar Bumbu Herb di PT. Prima Citra Nutrindo (PCN).
Metode: Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif meliputi observasi lapangan,
diskusi, wawancara, dan tanya jawab untuk menyempurnakan penerapan HACCP pada produk
Ayam Bakar Bumbu Herb.
Hasil: Tahap produksi ayam bakar bumbu Herb dimulai dari proses perebusan air hingga serving
diketahui terdapat 2 tahap yang merupakan Critical Control Point yang harus diwaspadai yaitu tahap
pendinginan (cooling) dan tahap penyajian (serving). Pengendalian resiko kejadian foodborne illnes
pada produk Ayam Bakar Bumbu Herb dapat dilakukan dengan menjaga jeda waktu antara
pendinginan dan pengemasan.
Kesimpulan: Hasil studi ini bermanfaat sebagai rekomendasi perbaikan dalam rangka
mempertahankan sistem manajemen mutu yang telah tercapai serta untuk pengembangan
prosedur HACCP pada produk yang lain sehingga menghasilkan produk yang aman untuk
dikonsumsi.

Kata Kunci: keamanan pangan, HACCP, foodborne illness

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 18
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

ABSTRACT

Background: Healthy catering as a place of catering service providers are required to have clear
safety standards in ensuring the quality of their products to the hands of consumers. PT. Prima Citra
Nutrindo (PCN) as one of the healthy caterers has HACCP standard on one of its products that is Herb
Roasted Chicken product. Quality control of food with HACCP standard needs to be done considering
the occurrence of foodborne illnes very easily occur if food safety is not guaranteed.
Objectives: The purpose of this research is to identify the application of HACCP system on Herb
Roasted Chicken product in PT. Prima Citra Nutrindo (PCN).
Methode: The method used is qualitative descriptive method including field observation, discussion,
interview, and question and answer to complete the application of HACCP on Herb Roasted Chicken
product.
Result: Phase production of roasted chicken Herb starts from boiling water until serving known there
are 2 stages which is the Critical Control Point to watch out for the cooling and serving stages. The
control of the risk of foodborne illness in Herb Roasted Chicken can be done by keeping the time lag
between cooling and packaging.
Conclusions: The results of this study are useful as recommendations for improvement in order to
maintain the quality management system that has been achieved and for the development of HACCP
procedures on other products so as to produce products that are safe for consumption.

Keywords: food safety, HACCP, foodborne illness

*Koresponden:
dianrachmadia92@gmail.com
1
Departemen Gizi Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
2
PT. Prima Citra Nutrindo (PCN)

PENDAHULUAN timbul akibat mengkonsumsi pangan yang


mengandung bahan/ senyawa beracun atau
Industri penyelenggaraan makanan jasa organisme patogen1. Keamanan pangan
boga di Indonesia dewasa ini berkembang adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
sangat pesat. Berbagai tempat katering untuk mencegah pangan dari kemungkinan
bermunculan menawarkan berbagai menu cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
makanan yang beraneka ragam. Variasi menu dapat mengganggu, merugikan, dan
bukan hanya menjadi daya tarik didalam membahayakan kesehatan manusia. Pangan
makanan tersebut, tetapi kandungan gizi yang aman dan sehat berperan penting bagi
didalamnya menjadi indikator bagi kesehatan pertumbuhan dan peningkatan derajat
konsumen. Makanan yang kini mulai banyak kesehatan masyarakat2.
variasi dan diminati konsumen bukan saja Salah satu cara untuk menjamin
yang mempunyai kandungan gizi yang baik keamanan produk yaitu dengan sistem
tetapi juga harus memiliki keamanan pangan jaminan keamanan pangan yang disebut
yang jelas. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
Pangan yang tidak aman dapat (Hazard Analysis Critical Control Point
menyebabkan penyakit yang disebut dengan /HACCP). HACCP mempunyai peranan sangat
foodborne Illness yaitu gejala penyakit yang strategis untuk menjamin keamanan produk

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 19
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

pangan yang dihasilkan industri pangan Identifikasi dilakukan untuk mendapatkan


sebagai acuan dalam pengelolaan keamanan gambaran mengenai proses produksi.
pangan di dunia3. Identifikasi penerapan sistem HACCP
Pada tahun 2003 dan 2004, di negara- dilakukan dengan menelusuri prinsip-prinsip
negara Asia kasus penyakit yang disebabkan dasar penerapan HACCP pada produk Ayam
karena keracunan pangan telah meningkat Bakar Bumbu Herb. Sistem HACCP terdiri dari
karena adanya penyediaan pangan dari 12 tahap yang termasuk didalamnya 7 prinsip
industri jasa boga untuk keperluan-keperluan HACCP. Lima tahap awal terdiri dari
seperti di kantin sekolah, kantin perusahaan, penyusunan tim HACCP, deskripsi produk,
dan untuk keperluan sosial4. Penyebab identifikasi penggunaan produk, menyusun
keracunan pangan dari produk jasa boga atau diagram alir, dan verifikasi diagram alir.
katering kemungkinan dapat disebabkan Penyusunan Tujuh Prinsip Rencana
adanya mikroba patogen, kondisi sanitasi dan HACCP Ketujuh prinsip itu terdiri dari analisa
higiene, serta tempat mengolah makanan bahaya, penentuan titik kritis (CCP),
yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa masih penetapan batas kritis untuk setiap CCP
kurangnya keamanan pangan pada industri (Critical Limit), menetapkan sistem
penyelenggaraan makanan. pemantuan untuk sistem HACCP, dan
Penelitian yang dilakukan pada 43 penetapan tindakan koreksi untuk setiap CCP.
katering di wilayah Jakarta menunjukkan Observasi Lapangan Observasi
ditemukannya kuman Eschericia coli dan dilakukan untuk mengamati kondisi
Staphylococcus aureus pada sample makanan, lingkungan kerja dan proses produksi di
yang menunjukkan perlu pengecekan Catering Diet yang meliputi proses
kebersihan dan sanitasi pada usaha katering5. penerimaan bahan baku, persiapan,
Semua jenis produk pangan mempunyai resiko pengolahan, penyajian, sampai proses
menjadi bahaya jika penanganan produknya distribusi dan pemasaran. Dimana dari hasil
tidak dilakukan dengan baik. Diperlukan observasi ini akan dibandingkan dengan
pengawasan dan pemantauan ekstra dimulai referensi teori yang relevan dengan
dari penerimaan bahan baku hingga produk permasalahan yang ditemukan.
aman sampai ke tangan konsumen. Diskusi dan Wawancara Mengenai
Tujuan penelitian ini adalah untuk Proses Penerapan Sistem HACCP Wawancara
mengidentifikasi penerapan sistem HACCP dilakukan untuk menggali informasi terkait
pada produk Ayam Bakar Bumbu Herb di PT. dengan sistem HACCP Ayam Bakar Bumbu
Prima Citra Nutrindo (PCN). Hasil studi ini Herb dan penerapan HACCP dalam proses
bermanfaat sebagai rekomendasi perbaikan produksinya. Diskusi dan tanya jawab
dalam rangka mempertahankan sistem dilakukan kepada Direktur Perusahaan,
manajemen mutu yang telah tercapai serta Pekerja Office, dan Pekerja Lapangan.
untuk pengembangan prosedur HACCP pada Berdasarkan hal tersebut, peneliti dapat
produk yang lain sehingga menghasilkan mengajukan saran dan rekomendasi
produk yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini mengenai saran perbaikan dan penerapan
sesuai dengan peraturan yang secara tegas HACCP dalam rangka mempertahankan
telah diatur bahwa produsen produk pangan sistem manajemen mutu yang telah
harus mampu untuk memenuhi berbagai tercapai.
persyaratan produksi sehingga dapat
memberikan jaminan dihasilkannya produk HASIL DAN PEMBAHASAN
pangan yang aman dan bermutu bagi
konsumen6. PT. Prima Citra Nutrindo ( PT. PCN)
merupakan salah satu perusahaan bidang jasa
METODE boga untuk memenuhi kebutuhan konsumen
dengan menerapkan konsep personalize.
Metode yang digunakan pada kegiatan Konsep ini merupakan pelayanan dengan
ini meliputi : Identifikasi Kebijakan Mutu Dan menyesuaikan kebutuhan individu
Penerapan Sistem HACCP di PT PCN berdasarkan antropometri, usia, status gizi,

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 20
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

riwayat penyakit yang dilengkapi dengan hasil menetapkan anggota tim yang harus
penunjang medis atau target kesehatan yang bertanggung jawab. Sistem HACCP pada
dinginkan oleh konsumen. perusahaan harus menjabarkan secara rinci
tindakan - tindakan perbaikan jika bahaya
Jasa boga atau katering adalah keamanan pangan terjadi pada produk,
perusahaan atau perorangan yang melakukan sehingga menurunkan presentase terjadinya
kegiatan pengolahan bahan makanan yang produk cacat yang terlanjur sampai ke pihak
dapat disajikan di luar tempat usaha atau konsumen.
berdasarkan pesanan konsumen dan
merupakan makanan yang siap saji7. Industri Tahap Penerapan Hazard Analysis Critical
jasaboga terdiri dari berbagai macam Control Points (HACCP) di PT Prima Citra
golongan dan PT PCN termasuk dalam jasa Nutrindo (PCN)
boga golongan B yang melayani kebutuhan Pengamatan dilakukan pada
khusus seperti katering untuk rumah sakit, pelaksanaan pemenuhan standar keamanan
asrama, perusahaan, dan pelayanan pangan dengan HACCP produk sampel Ayam
kesehatan. PT. PCN menerapkan sistem ISO Bakar Bumbu Herb. Untuk melakukan HACCP
22000 dimana didalamnya terdapat sistem diperlukan 12 langkah dengan penerapan 7
Produksi GMP (Good Manufacturing Practice) prinsip HACCP. Langkah awal dalam
dan standar HACCP sehingga kualitas bahan penerapan HACCP adalah pembentukan Tim
makanan dan proses bahan makanan HACCP pada sistem produksi Ayam Bakar
termonitoring dengan baik sesuai dengan Bumbu Herb divisi Catering Diet, dengan hasil
ketentuan yang ada. analisa sebagai berikut:
PT. PCN memiliki beberapa brand salah
satunya adalah Catering Diet. Produk yang Pembentukan Tim HACCP
dihasilkan dari divisi Catering Diet adalah Tim HACCP yang terdapat pada PT
masakan main course yang setiap menunya Prima Citra Nutrindo terdiri dari beberapa
melibatkan proses perlakuan yang berbeda - anggota dengan disiplin ilmu yang berbeda-
beda. Salah satu menunya adalah Ayam Bakar beda. Anggota Tim berjumlah 4 orang dan
Bumbu Herb. Ayam Bakar Bumbu Herb masing-masing mempunyai tugas mulai dari
merupakan ayam bakar yang memiliki ciri penanggung jawab dapur pasien, mutu resiko,
khas, terutama pada bumbu rempahnya yaitu rumah tangga, dan teknik. Pemantauan
oregano, thyme leaves, dan bay leaves. dilakukan setiap 6 bulan sekali dan dikoreksi
Penerapan HACCP pada proses oleh penanggung jawab dapur yang menjadi
pembuatan Kepiting Saos Tambora di RM salah satu anggota tim HACCP.
Kepiting Tambora dapat memberikan
pengawasan keamanan makanan mulai dari Layout Dapur Catering Diet
penggunaan diagram alir untuk Denah dapur divisi Catering Diet PT PCN
menggambarkan proses pembuatan Kepiting dibagi menjadi 2 ruangan yaitu area prepare
Saos Tambora, sehingga dapat dan area produksi. Area prepare adalah
mengidentifikasi bahaya -bahaya potensial tempat persiapan bahan-bahan untuk menu
keamanan produk makanan8. Dilanjutkan masakan katering keesokan harinya. Area
dengan menentukan kriteria batas kritis untuk produksi merupakan tempat eksekusi proses
setiap titik kendali kritis (CCP) untuk pemasakan bahan-bahan yang telah
memberikan usulan tindakan perbaikan dan dipersiapkan sebelumnya di area prepare.

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 21
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

Gambar 1. Layout Dapur Catering diet

Deskripsi Produk proses pemanggangan. Yang membuat produk


Ayam bakar merupakan masakan ayam bakar ini berbeda dari yang lain adalah
olahan dari daging ayam yang diberi bumbu dari campuran bumbu rempah didalamnya
kecap hingga madu dan didiamkan dalam yaitu oregano, thyme leaves, dan bay leaves.
waktu tertentu untuk menghasilkan rasa Bahan ini dicampurkan pada ayam yang telah
manis dan gurih. Sebelum dipanggang daging direbus terlebih dahulu, kemudian dipanggang
ayam direbus dengan jahe dan jeruk nipis dalam oven. Deskripsi produk dan pengolahan
untuk menghilangkan rasa amis, kemudian Ayam Bakar Bumbu Herb secara lengkap
daging direndam dengan bumbu bakar selama dapat dilihat sebagai berikut:
beberapa menit untuk selanjutnya melalui

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 22
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

Nama Produk : Ayam Bakar Bumbu Herb


Bahan Baku : 1. Daging Ayam
2. Bawang Putih
3. Jahe
4. Daun Jeruk
5. Ketumbar
6. Bumbu
7. Rempah-rempah (Oregano, thyme leaves, bay leaves)
8. Saos Tomat
9. Kecap Manis
Metoda Pengolahan : 1. Perebusan pada suhu 100oC, selama 10 menit
2. Pemanggangan pada suhu 200oC selama 30 menit
Jenis Kemasan : Conver Pack

Kondisi Penyimpanan : Disimpan dalam ruang yang sejuk dan kering.


Masa Simpan : 4 jam
Cara Penyajian : Ready to eat
Metoda Distribusi : Angkut dengan kurir dengan tempat yang bersih, suhu ruang
& bebas dari bau.
Identifikasi penggunaan : Konsumsi Umum

Tabel 1. Deskripsi Bahan


Jenis Bahan Baku Kriteria penerimaan Bahan Baku
Ayam Karakteristik fisik:
1. Diterima dalam keadaan segar dan langsung digunakan untuk bahan
baku proses atau disimpan sebagai stock dalam keadaan dibekukan.
2. Diterima hanya dari pemasok yang telah disetujui oleh Tim HACCP
(dengan memeriksa nota pembelian atau pengiriman dari pemasok)

Bawang Putih Karakteristik fisik:


 Dalam bentuk kupas, tersimpan dalam plastik.
Jahe Karakteristik fisik:
 Dalam bentuk utuh, tidak ada tanda busuk, sudah dicuci bersih, dan
tersimpan dalam kemasan plastik.
Daun Jeruk Karakteristik fisik:
Dalam bentuk utuh dan tersimpan dalam kemasan,
Ketumbar Karakteristik fisik:
 Dalam bentuk kering, tersimpan dalam kemasan yang tidak bocor

Bumbu (garam, gula Karakteristik fisik:


pasir, MSG, BP)  Dalam bentuk campuran kering, tersimpan dalam kemasan yang tidak bocor

Rempah-rempah Karakteristik fisik:


(Oregano, thyme  Diterima dalam botol kemasan, tersimpan dalam kemasan yang tertutup dan
leaves, bay leaves) bersegel
Kecap Manis Karakteristik fisik:
 Diterima dalam botol kemasan, tersimpan dalam kemasan yang tertutup dan
bersegel
Saos Tomat Karakteristik fisik:
 Diterima dalam botol kemasan, tersimpan dalam kemasan yang tertutup dan
bersegel

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 23
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

Deskripsi Bahan Baku bakteri pada masakan.


Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
Penyusunan Diagram Alir
pengolahan produk Ayam Bakar Bumbu Herb
Diagram alir yang dibuat berdasarkan
menggunakan bahan baku basah dan kering. pengamatan pada proses produksi Ayam
Bahan Baku basah yaitu Ayam, bawang putih, Bakar Bumbu Herb dimulai dari bahan
jahe, dan daun jeruk. Sedangkan bahan baku diterima hingga menjadi masakan yang telah
kering antara lain seperti ketumbar, bumbu siap disajikan kepada konsumen. Diagram
(garam, gula pasir, MSG, BP), rempah-rempah dibuat dan langsung diverifikasi pada kondisi
(oregano, thyme leaves, bay leaves), serta proses sebenarnya di lapangan. Diagram alir
kecap manis dan saos tomat. Deskripsi Bahan dapat dilihat pada gambar 2. Konfirmasi Bagan
Baku dapat dilihat pada Tabel 1. Alir di Lapangan
Konsumsi produk Ayam Bakar Konfirmasi bagan alir merupakan
bumbu Herb diberikan kepada pasien pemeriksaan ulang antara diagram alir yang
rumah sakit yang didistribusikan awal sudah dibuat oleh peneliti dengan proses
kepada bagian instalasi gizi atau dapur produksi yang terjadi sesungguhnya di PT
Prima Citra Nutrindo. Berdasarkan bagan alir
rumah sakit kemudian didistribusikan
yang telah dibuat peneliti untuk HACCP
kepada pasien.Ayam Bakar yang telah
produk Ayam Bakar Bumbu Herb sudah sesuai
diberikan dapat langsung dikonsumsi atau
dengan document control HACCP di PT Prima
disimpan terlebih dahulu, akan tetapi tidak
Citra Nutrindo.
dapat melewati waktu simpan yang telah
Identifikasi Bahaya (Prinsip 1)
ditentukan. Batas umur simpan yang
Tahap identifikasi bahaya merupakan
ditetapkan oleh pihak PT PCN yaitu 4 jam
tahapan untuk memberi gambaran mengenai
setelah penyajian dari dapur dengan
potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi
pertimbangan berdasarkan uji laboratorium
dari keseluruhan proses produksi.
masakan yang melewati batas 4 jam
Pemeriksaan ini harus dilaksanakan sebagai
mempunyai resiko berkembangnya bakteri
tahap utama untuk mengidentifikasi semua
pada masakan. Konsumsi produk Ayam Bakar
bahaya yang terjadi bila produk pangan
bumbu Herb diberikan kepada pasien rumah
dikonsumsi. Jenis bahaya yang mungkin
sakit yang didistribusikan awal kepada bagian
terdapat di dalam makanan dibedakan atas 3
instalasi gizi atau dapur rumah sakit kemudian
kelompok yaitu: Bahaya fisik berupa benda-
didistribusikan kepada pasien. Ayam Bakar
benda asing yang seharusnya tidak boleh
yang telah diberikan dapat langsung
terdapat di dalam makanan, Bahaya biologis
dikonsumsi atau disimpan terlebih dahulu,
disebabkan oleh bakteri patogen, virus atau
akan tetapi tidak dapat melewati waktu
parasit yang dapat menyebabkan keracunan
simpan yang telah ditentukan. Batas umur
ataupun penyakit infeksi, Bahaya kimia karena
simpan yang ditetapkan oleh pihak PT PCN
tertelannya toksin alami atau bahan kimia
yaitu 4 jam setelah penyajian dari dapur
yang beracun. Potensi bahaya berdasarkan
dengan pertimbangan berdasarkan uji
pengamatan selama proses produksi dapat
laboratorium masakan yang melewati batas 4
dilihat pada Tabel 2.
jam mempunyai resiko berkembangnya

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 24
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

Gambar 2. Diagram Alir

Tabel 2. Identifikasi bahaya pada proses pembuatan produk


POTENSI BAHAYA
LANGKAH SUMBER BAHAYA
F/B/K JENIS
Penyiapan Air F Tidak ada -
Perebusan B E. Coli Kontaminasi dari air
K Tidak Ada -
Penerimaan Bahan Baku F Debu, kerikil Penanganan Bongkar Muat
Segar; AYAM Kontaminasi tangan pekerja,
B Staphylococcusaureus mengandung bakteri

Penerimaan Bahan Baku Debu, Kerikil, Penanganan pengemasan dari


F
Basah; BAWANG PUTIH Serangga pemasok
B Tidak Ada -
Penerimaan Bahan Baku Penanganan pengemasan dari
Basah; JAHE F Debu, Kerikil
pemasok
Penerimaan Bahan Baku Penanganan saat pengemasan
F Debu, Kerikil
Basah; DAUN JERUK dari pemasok

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 25
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

Penerimaan Bahan Baku F Debu, Kerikil Penanganan Bongkar Muat


Kering; KETUMBAR B Tidak Ada Kebocoran Kemasan
Penerimaan Bahan F Debu, Kerikil Penanganan Bongkar Muat
Baku Kering;BUMBU B Tidak Ada -
Penerimaan Bahan Baku F Tidak Ada
Kering;THYME LEAVES -
B Tidak Ada
Penerimaan Bahan Baku F Tidak Ada
Kering;OREGANO -
B Tidak Ada
Penerimaan Bahan Baku F Tidak Ada
Kering;BAY LEAVES -
B Tidak Ada
Penerimaan Bahan Baku F Tidak Ada
Kering;SAOS TOMAT -
B Tidak Ada
Penerimaan Bahan Baku F Tidak Ada
Kering;KECAP MANIS -
B Tidak Ada
Perebusan Air Mendidih
B Tidak Ada -
(Blanching)
Pencucian F Sisa kotoran, lemak
Kebersihan Alat yang kurang baik
atau minyak
Penyimpanan Rak F Kebersihan tempat yg kurang
Debu, Kerikil
baik
Mixing Pembuatan Logam, cemaran
K Kontaminasi logam dari blender
Bumbu Rebus timbal
yang digunakan
Mixing Pembuatan K Logam Kontaminasi logam dari blender
Bumbu Bakar yang digunakan
Pemasakan awal bumbu
B Tidak ada -
rebus + daging ayam
Penirisan daging ayam Kontaminasi dari Alat & Personel
B Salmonella
yang tidak bersih
Perendaman daging ayam Kontaminasi dari lingkungan
B Salmonella
+ bumbu bakar karena di tempat terbuka
Baking K Tidak ada -
Cooling Debu, Kerikil, Lingkungan sekitar tempat
F
Serangga pendinginan yang tidak tertutup
Kontaminasi saat daging telah
B Salmonella
dingin
Serving F Debu, kotoran lain,
Lingkungan sekitar, tidak ditutup
rambut
dengan penutup makanan
Keterangan: F= Fisik, B= Biologi, K= Kimia

Penentuan Critical Control Point (CCP) dilakukan mulai dari proses persiapan air
(Prinsip 2) perebusan hingga penyajian. CCP ditetapkan
Identifikasi penentuan titik kendali kritis berdasarkan analisa bahaya yang telah
atau critical control point pada produksi Ayam ditetapkan. Penetapan CCP biasa diterapkan
Bakar Bumbu Herb Divisi Catering Diet dengan decision treeatau biasa disebut

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 26
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

dengan pohon keputusan. Pohon keputusan memerlukan kontrol untuk pencegahan


diterapkan pada sumber bahan baku dan potensi bahaya.
pendukung, tahapan proses, serta formulasi
sesuai dengan bahayanya masingmasing. Penentuan Batas Kritis Di Setiap Critical
Berdasarkan hasil pengamatan yang Control Points (CCP) (Prinsip 3)
sudah dilakukan pada proses pembuatan Berdasarkan identifikasi bahaya dan
Ayam Bakar Bumbu Herb, didapatkan dua titik kendali kritis pada produksi Ayam Bakar
proses yang memiliki CCP yaitu proses cooling bumbu Herb, maka batas kritis untuk
(pendinginan) dan serving (penyajian). mencegah bahaya biologis, fisik dan
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : kimiawi pada proses pengolahan pangan
dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi ayam
Proses Cooling (Pendinginan) bakar masih terdapat beberapa proses
Pada proses ini tempat untuk pengerjaan yang dapat menimbulkan
mendinginkan produk berada di tempat yang terjadinya risiko terhadap olahan pangan.
terbuka dan tidak tertutup dengan baik di Risiko yang dapat terjadi antara lain, yaitu
ruang pengolahan. Menurut Peraturan tercemarnya olahan pangan dikarenakan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia kondisi ruangan cooling yang kurang
Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, mengenai mendukung, kebersihan lingkungan pada
persyaratan yang sudah ditetapkan untuk jasa ruang serving dan packaging serta APD
boga katering golongan B bahwa pada ruang karyawan.
pengolahan makanan harus terpisah dari Dalam pelaksanaannya PT PCN yang
ruang tempat penyimpanan bahan makanan9. telah memegang sertifikat ISO 22000 mampu
Apabila hal ini diabaikan akan memunculkan melaksanakan sistem HACCP dengan baik.
kontaminasi dari lingkungan yang terjadi baik Proses pengecekkan yang dilakukan tiap 6
fisik maupun biologi. Pada proses ini perlu bulan sekali sesuai dengan syarat minimal
dilakukan penempatan pendinginan produk di pelaksanaan HACCP pada ISO 22000. Tahap
tempat yang lebih steril dengan sirkulasi yang Produk ayam bakar bumbu Herb dimulai dari
baik sehingga meminimalkan resiko proses perebusan air hingga serving diketahui
kontaminan yang terjadi. terdapat 2 tahap yang merupakan Critical
Control Point yang harus diwaspadai yaitu
Proses Serving (Penyajian) tahap pendinginan (cooling) dan penyajian
Pada proses penyajian terbukanya (serving). Document control HACCP pihak PT
makanan yang disajikan menjadi faktor yang PCN sendiri memiliki titik kritis yang sama
beresiko terjadi kontaminasi. Ruang Penyajian yakni pada proses cooling dan serving. Titik
yang menjadi satu dengan bagian packaging kritis ini berdasarkan tingkat yang paling
butuh perhatian lebih terkait higiene sanitasi riskan terjadinya kontaminasi silang. Pada
karyawannya. Karena setidaknya sebelum ruangan yang digunakan untuk tahap cooling
dilakukan packaging sebaiknya produk tetap sendiri mempunyai suhu yang tinggi,
ditutup terlebih dahulu selama proses disamping untuk proses pengolahan juga
selanjutnya akan dilakukan. Meskipun sudah dikarenakan kurang cukupnya Air conditioner
menggunakan APD tetapi banyaknya jumlah AC yang dipasang.
karyawan yang berada di ruang packaging Tahap cooling yang digunakan untuk
dapat meningkatkan resiko kontaminasi silang pendinginan berada di ruang yang terbuka dan
antara bahan makanan dan lingkungan rawan kontaminan. Proses pendinginan
sekitar. sendiri membutuhkan waktu dimana terdapat
Proses yang merupakan CCP harus jeda tunggu yang memicu berkembang
dilakukan dengan benar sesuai SOP, agar biaknya bakteri. Jeda waktu antara
menghilangkan bahaya yang terjadi. Kelalaian pendinginan dan penyajian dianggap kritis
pada saat melakukan beberapa proses dapat karena dapat menyebabkan kontaminasi
menimbulkan bahaya pada sistem produksi. silang dari udara.
Proses yang merupakan CP juga tetap

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 27
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

Tabel 3. Batas Kritis CCP Produk Ayam Bakar Bumbu Herb


CCP Jenis Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5 Prinsip 6
Bahaya Batas Kritis Pemantauan Koreksi dan Verifikasi
What-where- Tindakan Koreksi
when-who-
how
Cooling Terdapat Penggunaan Kondisi Tempat pendinginan Memberikan
debu atau penutup ruangan, yang memiliki teguran
serangga, tudung saji kondisi wadah sirkulasi yang baik kepada chef
resiko atau pelindung untuk tempat dan tertutup agar saat wadah
kontaminan ayam yang di terhindar tidak tertutup
patogen dinginkan. kontaminasi fisik
udara dan biologi
Serving Terdapat Penutup Kebersihan Karyawan yang ikut Menutup
debu dan masakan dan lingkungan serta dalam proses masakan yang
bakteri di sirkulasi udara pada ruang packaging menjaga disajikan,
sekitar yang tempat serving serving dan kebersihan diri dan menjaga
bersumber dan packaging packaging serta dikurangi jumlahnya sirkulasi
dari APD karyawan agar sirkulasi udara ruangan tetap
masakan lancar. terjaga
yang tidak dengan tidak
tertutup membuka
dan dan tutp
karyawan ruangan
yang pemorsian
melakukan
pacgkaging

Hal ini dapat diantisipasi dengan proses digunakan yaitu APD saat kontak langsung
cooling Ayam Bakar Bumbu Herb diletakan di dengan makanan agar dapat lebih
tray yang tertutup plastik pelindung atau meningkatkan kesadaran setiap pekerja dan
cover untuk tray agar tidak terkontaminasi mengurangi terjadinya kontaminasi terhadap
oleh debu ataupun bakteri. Ruangan juga makanan. Kelebihan dari area ini adalah
berada di ruang pengolahan yang mempunyai tersedianya exhaust fan. Peletakkan exhaust
suhu tinggi diperlukan penambahan Air fan tepat diatas rak meja pada sudut kanan
conditioner (AC) untuk sirkulasi udara yang ruang pemorsian. Exhaust fan berfungsi untuk
lebih terjaga. menghisap udara dalam ruang untuk dibuang
Pada tahap serving menggunakan ke luar, dan pada saat yang bersamaan juga
ruangan yang menjadi satu tempat dengan akan menarik udara segar dari luar ke dalam
packaging dan pemorsian sehingga diwajibkan ruangan. Penggunaan exhaust fan juga
bagi karyawan yang memasuki ruangan bertujuan untuk mengendalikan debu
tersebut untuk selalu menggunakan APD. APD beracun/ asap/gas dan uap dan jika tidak
minimal penutup kepala dan masker berfungsi dikendalikan akan memberikan dampak
untuk mencegah terjadinya kontaminasi kesehatan bagi pekerja.
antara mikroorganisme dari mulut pekerja
dengan makanan yang diolah10. KESIMPULAN
Penanggung jawab divisi Catering Diet
mencatat kepatuhan penjamah makanan alam Selama tahap proses pembuatan
hal kepatuhan menggunakan alat yang wajib Ayam Bakar Bumbu Herb Divisi Catering Diet

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28
Racmadia, et al. Amerta Nutr (2018) 17-28 28
DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28

yang dimulai dari persiapan air perebusan REFERENSI


hingga penyajian terdapat 3 jenis potensi
bahaya yang ditinjau dari segi biologis, fisik, 1. Anwar, F. Keamanan Pangan. (Penebar
dan kimia. Dalam pelaksanaannya PT PCN Swadaya, 2004).
yang telah memegang sertifikat ISO 22000 2. Rakyat, D. P. UU NO 18 Tahun 2012
mampu melaksanakan sistem HACCP dengan Tentang Pangan. 18, 1689–1699 (2012).
baik. Tahap Produk ayam bakar bumbu Herb 3. Pavlov, A. dan P. C. Critical Control Points
dimulai dari proses perebusan air hingga in Assesment of Microbiological risk in a
serving diketahui terdapat 2 tahap yang small meat-processing enterprise. Bulg. J.
merupakan Critical Control Point yang harus Vet. Med. 7, 167–172 (2003).
diwaspadai yaitu tahap pendinginan 4. Embarek, B. Safe Food Supply and Global
(cooling) dan penyajian (serving). Titik kritis Health-WHO’s Perspective. in Proceeding
pada tahap pendinginan (cooling) dan 4th Asian Conference on Food Safety and
penyajian (serving) merupakan titik-titik Nutrition Safety, Bali, Indonesia (2004).
yang dianggap paling memungkinkan 5. Pracoyo, N.E., S. Harjining, dan P.
terjadinya kontaminasi. Jeda waktu antara Penelitian Kuman-Kuman Patogen dalam
pendinginan dan pengemasan dianggap kritis Makanan Katering di Jakarta. Cermin
karena dapat menyebabkan kontaminasi Dunia Kedokt. 83, 1–4 (2008).
silang dari udara. 6. DPR-RI. Undang Undang No . 7 Tahun
1996 Tentang : Pangan. 4 (1996).
ACKNOWLEDMENT 7. Menteri Kesehatan RI. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
SWT atas segala rahmat dan karuniaNya Jasaboga. 1–56 (2011).
sehingga dapat terselesaikannya artikel Jurnal doi:10.1017/CBO9781107415324.004
yang berjudul Penerapan Sistem Hazard 8. Renosori, P., Ceha, R., Utami, R. Upaya
Analisis Critical Control Point (HACCP) Pada Meningkatkan Pengendalian Kualitas
Produk Ayam Bakar Bumbu Herb Di Divisi Keamanan Pangan Ukm Melalui
Katering Diet PT. Prima Citra Nutrindo Penerapan Prinsip Hazard Analysis &
Surabaya. Peneliti ingin menyampaikan Critical Control Points (Haccp). in
ucapan terimakasih kepada Ibu Lailatul Prosiding Seminar Nasional Penelitian
Muniroh, S.KM., M.Kes selaku Dosen dan PKM : Sains, Teknologi dan
pembimbing lapangan dan juga kepada Bapak Kesehatan 217–224 (2012).
Dr Annis Catur Adi, Ir., M.Si selaku Dosen 9. Permenkes. Peraturan Menteri Kesehatan
Pembimbing jurnal di Universitas Airlangga Republik Indonesia Nomor
Surabaya, juga kepada suami, orangtua dan 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
keluarga yang telah memberikan doa dan Higiene Sanitasi Jasaboga. Kementeri.
dukungan serta kepada teman-teman yang Kesehat. 2008, (2011).
telah memberikan semangat dan motivasi 10. Departemen Kesehatan RI. Modul Khusus
untuk terselesainya penulisan jurnal penelitian Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.
ini. Semoga jurnal ini bermanfaat dan berguna (2004).
bagi pembaca.

©2018. Racmadia, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-12-2017, Accepted 25-1-2018, Published online: 12-3-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.17-28

You might also like