Professional Documents
Culture Documents
Y
DENGAN STROKE DI RUANG ICU RSUD UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG
DISUSUN OLEH:
G3A017261
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Penyakit degenerative di antaranya seperti jantung, kangker dan
stroke telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat ini.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) (2011), kematian
akibat penyakit degenerative salah satunya stoke akan diperkirakan terus
meningkat diseluruh dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi dinegara-
negara berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun
2030 diperkirakan akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14
juta jiwadari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari
populasi (Buletin Kesehatan, 2011).
Beberapa penyakit yang banyak terjadi di kalangan masyarakat
adalah penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker. Penyakit
degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya pada
lansia,dan penyakit ini tidak memandang usia namun juga bisa menyerang
pada siapapun, kalangan muda di karenakan gaya hidup yang kurang sehat
(Indrawati, 2009). Menurut WHO (World Health Organization), stroke
merupakan penyakit yang mematiakan dan pembunuh nomor 3 setelah
penyakit jantung dan kanker (Waluyo, 2009).
Di Indonesia sendiri diperkirakan setiap tahun terjadi 500 penduduk
terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
lainnya mengalami kecacatan baik ringan ataupun berat,stroke menjadi
peringkat ke tiga sebagai penyakit mematikan setelah peryakit jantung dan
kanker. Menururt Profil kesehatan jawa tengah pada (2015) jumlah kasus
stroke di Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 4.558
dan stroke non hemoragik sebanyak 12.795. Jumlah kasus stroke hemoragik
tahun 2015 tertinggi terdapat di Kota Kebumen sebesar 588 kasus, urutan
kedua yaitu di kabupaten Demak sebesar 556 kasus, urutan ketiga yaitu kota
Surakarta sebesar 365 kasus. Keempat yaitu boyolali sebesar 320 kasus.
Sedangkan untuk kota sragen sebesar 287 kasus dan menepati urutan ke
lima.Data diatas menunjukan bahwa penyakit stroke merupakan salah satu
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan (Batticaca, 2008).
Stroke adalah peryakit multifaKtorial dengan berbagai penyebab
disertai manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan
kematian khususnya dinegara-negara berkembang (Saidi, 2010). Stroke atau
dikenal dengan penyakit serebrovaskuler, merupakan penyakit neurologik
yang terjadi karena gangguan suplai darah menuju ke otak (Black and
Hawk, 2009). Ada dua tipe stroke yaitu stroke hemorrhagic dan stroke
iskemik. Stroke iskemik banyak disebabkan karena trombotik atau
sumbatan emboli, sedangkan stroke hemorrhagik disebabkan oleh
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah di suatu bagian otak. Pada
pasien stroke biasanya didapatkan peningkatan intrakranial dengan
tanda klinis berupa nyeri yang tidak hilang dan semakin meningkat,
peningkatan intra kranial salah satunnya seperti peningkatan pada tekanan
darah sistol, tekanan darah diastole, peningkatan rate respiration dan nadi.
merupakan kasus gawat darurat dimana cedera otak irrevesibel atau
kematian dapat dihindari dengan intervensi tepatpada waktunya (Hisam,
2013).
Penanganan pada pasien stroke yang mengalami peningkatak intra
kranial atau mencegah terjadinya peningkatan intra kranial salah satunya
melakukan pengontrolan peningkatan TIK yaitu dengan memberikan posisi
kepala posisi kepala merupakan tindakan keperawatan tradisional,
pemberian posisi flat (0º) dan posisi kepala elevasi (30º). Tindakan ini adalah
tindakan mengatur posisi pasien diatas tempat tidur demi kenyamanan
pasien ataupun untuk memeperlancar suatu tindakan terhadap pasien
(Sunardi, 2011). Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertarik
mengangkat kasus stroke di karenakan penderita stroke mengalami
peningkatan yang tinggi hal ini dibuktikan dari data di atas yang mana setiap
tahunnya pasien yang menderita stroke selalu meningkat.selain itu dalam
menangani klien dengan stroke diperlukan juga peran perawat untuk
menanggulangi penyakit stroke dengan cara memberikan dukungan dan
asuhan keperawatan kepada klien stroke. Peran perawat meliputi pemberian
informasi, edukasi, dan keterampilan yang di perlukan oleh klien, sehingga
kwalitas hidup klien penderita stroke dapat meningkat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memiliki wawasan tentang konsep asuhan keperawatan
stroke yang membutuhkan perawatan di ruang ICU. Dengan konsep dan
teori tersebut mahasiswa mampu melakukan pengkajian, merumuskan
dan menetapkan diagnosa, membuat perencanaan,
mengimplementasikan serta melakukan evaluasi dari implementasi
yang telah dilakukan kemudian mendokumentasikan seluruh proses dan
hasil asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konseptual stroke
1) Menjelaskan pengertian stroke dan alasan pasien stroke perlu
perawatan di ruang ICU.
2) Menjelaskan klasifikasi stroke
3) Menyebutkan etiologi stroke
4) Menyebutkan manifestasi klinik stroke
5) Menjelaskan patofisiologi stroke
6) Menyebutkan pemeriksaan penunjang dan hasilnya stroke
b. Menyebutkan penatalaksanaan medik stroke
c. Memahami Konsep Keperawatan stroke
1) Membuat pengkajian keperawatan
2) Merumuskan Pathway stroke
3) Merumuskan diagnosa keperawatan
4) Merencanakan asuhan keperawatan
5) Mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan
d. Mengaplikasikan EBN pada asuhan keperawatan pasien dengan stroke
C. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan yaitu metode yang memberikan gambaran
terhadap suatu kejadian atau kedaan yang berlangsung melalui proses
keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh
data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulisan mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas
kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif klien.
2. Studi dokumentasi
Data - data yang di dapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti
catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai
konsep dasar penyakit dan konsep dasar keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk
memperoleh data serta mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan
fisik.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara melihat
apakah terdapat luka, dan lain - lain.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara meraba
apakah ada benjolan atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara mengetuk
dengan menggunakan refleks hummer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terbagi dalam sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan: Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan,
Sistematika Penulisan.
BAB II Konsep Penyakit: Pengertian, Etiologi, Tanda Gejala, Patofisiologi,
Pemeriksaan Penunjang dan Hasilnya, Pathways. Konsep Asuhan
Keperawatan: Pengkajian Primer, Pengkajian Sekunder, Diagnosa
Keperawatan Utama, Intervensi dan Rasional.
BAB III Pembahasan: Pengkajian, Diagnosa.
BAB IV Penutup: Simpulan dan Saran.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
2.klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu:
(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan
serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim
otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang
berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,
dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa
hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke
komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
3. Etiologi
Etiologi yang tidak dapat di modifikasi antara lain adalah :
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Herediter
NANDA, 2015
2) Latihan II
3) Latihan III
4) Latihan IV
5) Latihan V
6) Latihan VI
7) Latihan VII
8) Latihan VIII
9) Latihan IX
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Resume Keperawatan
Ny. Y 60 tahun berjenis kelamin perempuan, sudah menikah,
beragama Islam, suku bangsa Jawa, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
tinggal di jl. Merdeka, ungaran.
Pada tanggal 6 desember 2018 dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD
UNGARAN Semarang pukul 07.30 WIB, klien ditemukan sudah
terkapar tidak sadarkan diri di kamar mandi. Tingkat kesadaran
somnolen dengan GCS: 8 (E2M5V1), kemudian klien dipindahkan ke
ruang Dahlia, pada tanggal 11 desember 2018 klien dipindahkan diruang
ICU untuk mendapatkan perawatan intensive, TTV TD: 168/92 mmHg,
S: 36,6ºC, HR: 76 x/menit, RR: 23x/menit, SPO2 98%. Kondisi pupil
keduanya miosis, reflek cahaya +/- , ada akumulasi sekret dimulut dan
diselang ET, tidak terpasang OPA dan lidah tidak turun, dan terdengar
ronchi basah dan basal paru kanan, CRT < 3 detik di ICU klien
mendapatkan RL 60 TPM dan Manitol. Pada tanggal 11 desember 2018
didapatkan hasil laboratorium; Hb: 12,7 gr/dl, Ht: 36,9%, leukosit:
11,61 rb/mmk, trombosit: 308 rb/mmk, natrium: 140 mEq/L, kalium:
3,9 mEq/L, kalsium 1,28 mEq/L, saturasi O2: 97%. Hasil pemeriksaan
EKG kesan ada gambaran ST depresi inferior, hasil rongsen kesan Cor
kardiomegali (LVH) dan pulmo dalam batas normal, tidak ada
menunjukan kelainan pada tulang.
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada jalan nafas terpasang ET, ada akumulasi sekret dimulut dan
selang ET, lidah tidak jatuh kedalam dan tidak terpasang OPA.
b. Breating
RR 20 x/menit, tidak terdapat napas cuping hidung, dan terdapat
snoring, terpasang ventilator, suara dasar vesikuler.
c. Circulation
Td 168/92 mmHg, Hr 75x/menit, Sa02 98%, capillang refill < 3
detik, kulit tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.
d. Disability
Kesadaran : somnolen, GCS:8 (E2,M5V1), reaksi pupil +/-, pupil
miosis, dan besar pupil 2 mm.
e. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu
36,6⁰ C.
3. Pengkajian Sekunder
a. TTV
Tanggal 11desember 2018, TD 178/120 mmHg, Hr 104, SP02
97%, RR 24 x/menit, S 37,6 0C.
Tanggal 12 desember 2018, TD 155/97 mmHg, Hr 75, SP02 98%,
RR 23 x/menit, S 37,2 0C.
Tanggal 13 desember 2018, TD 150/78 mmHg, Hr 76, SP02 95%,
RR 32 x/menit, S 37,9 0C.
b. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi MSCT scan kepala tanpa Laboratorium
X foto thorax AP kontras Darah
(11-12-2018) (19-09-2018) (19-09-2018)
Cor: - Intracerebral hemorage - Hb: 12,7
kardiomegali pada korona radiata kiri - Ht: 36,9
Hasil (LVH) (volume ± 45,7 cc) - Leko: 13,4
Pulmo: normal - Infark korona radiata - Trom: 385
kanan - Na: 145.8
Tulang: tak - Tampak tanda-tanda - K: 4,11
tampak kelainan peningkatan Tekanan - Ca: 107.2
IntraKranial
c. Terapi
Oral Injeksi Lainnya
- Candensartan - Ceticolin 2x500 mg - Infus RL 60 TPM
1x16 mg - Manitol 125/ 6 j - Sonde 200 cc/4 jam
- Flunarizin - Asam tranex 500 / - Terpasang kateter
2x5 mg 8j - Fiksasi pada kedua
- Amlodipin 1x - OMZ 1/ 12 j tangan
10 mg - Pamol (E) inf
- Herbezer cd - Sp nicardipin. 8,5
1x 200 mg cc/j
4. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 S: - Ketidakefek Perdarahan
O: tifan perfusi dibagian
- Kesadaran: soporcoma jaringan otak
- GCS:8 (E2,M5V1) serebral
- Infark korona radiata kanan
- Tampak tanda-tanda
peningkatan TIK
- Injeksi Ceticolin 2x500 mg
- Infus manitol 2x125 cc
- TD 178/120 mmHg
- HR 104x/menit
2 S:- Gangguan Gangguan
O: mobilitas neoromusk
Semua aktivitas dilakukan dengan fisik ular
bantuan perawat.
- Pemeriksaan refleks: tidak ada
respon.
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
sekret berlebih.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neoromuskular.
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi
S: -
1 Selasa 15.00 Memonitor O: TTV: T: 178/ 120
11-12- tanda-tanda mmHg, HR:104
2018 vital. x/menit,RR:34 x/menit,
SpO2: 98%
S:-
1 Selasa 19.00 Monitor O : TD 170/100 MMHG
11-12- tekanan Tangan dan kaki sebelah
2018 intrakranial kiri tidak bisa digerkan
pasien dan
respon
neurology
terhadap
S:
aktivitas O : S: 36,5 C
kekuatan otot 2 2
2 Selasa 17.00
pasien. 2 2
11-12-
18
Hindari faktor S:
yang O:memasang bed
2 Selasa 17.15.
memungkinka pengaman, di lakukan
11-12-
n terjadinya secara pelan – pelan
18
trauma pada
.
saat dilakukan
tindakan rom
pasif pada
klien .
S: -
1 Rabu / 20.12 Memonitor O: TD 155/97 mmHg, Hr
12-12- tanda-tanda 75, SP02 98%, RR 23
2018 vital. x/menit, S 37,2 0C
1 Rabu / 22.00
Monitor S:-
12-12-
tekanan O : TD 150/90 MMHG
2018
Tangan dan kaki sebelah
intrakranial
kiri tidak bisa digerkan
pasien dan
respon
neurology
terhadap
aktivitas
1 Rabu / 22.15
Monitor suhu S:
12-12-
O : S: 36,5 C
2018
2 Rabu / 22.30
Melakukan RO S:
12-12-
Monitor O : Dilakukan ROM selama
2018
kemampuan 15 menit
ROM pasif
E. Evaluasi
No Hari/tg Jam Evaluasi
Dx l
1 kamis 20.00 S: -
13-12- O:
18 - TD 150/78 mmHg, Hr 76, SP02 95%,
RR 32 x/menit, S 37,9 0C.
- Kesadaran soporcoma
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
- Melatih gerakan badan secara rom pasif
selama 15 menit
- Kolaborasi dengan dokter dalam
penanganan medis
2 kamis 20.00 S: -
13-12- O: - kesadaran soporcoma
2018 - Saat dilakukan rom pasif klien merspon
Kekuatan otot
2 5
2 5
PEMBAHASAN
Kendala:
pasien mempunyai komplikasi penyakit
waktu di lakukan ROM yang kurang .
Solusi:
ROM pasif dilakukan kurang lebih 15 menit selama di rungan sampai kembali
ke ruangan biasa.
1. Hasil
Hasil sebelum dan sesudah dilakukan ROM pasif :
Kekuatan otot Kekuatan otot
Hari/tgl LamaROM
sebelum sesudah
Selasa,
15 menit 2 2 2 4
11desember 2018
2 2 2 4
Rabu,
15 menit 2 4 3 4
12 desember 2018
2 4 2 4
Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa, k terdapat peningkatan
kekuatan otot tangan sebelah kiri.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pada klien yang dilakukan ROM pasif terhadap kekuatan otot pasien Stroke
ada peningkatan selama terapi pada tangan sebelah kiri.
B. Saran
Jurnal terkait dapat dijadikan sebagai referensi terkait pengaruh latih ROM
pasif terhadap kekutan otot ekstremitas. Dapat di tingkatkan dengan
kolaborasi dengan fisoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ery Yanuar Akhmad & Happy Indah Kusuma Wati (2013) (Alih Bahasa).
Yogyakarta:Rapha Publishing.
Saidi, S., Mahjoub T., and Almawi, W.Y.,(2010). Aldosterone Syntase Gene
(CYP11B2)Promoter Polymorphism as a Risk Factfor Ischemic Strokein
Tunisian Arabs. Journal of Renin-Angiotensin-Aldosterone System11: 180.
Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: Media Komputindo.
Wikinson, J, M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ( NANDA
2012).Jakarta : ECG