Professional Documents
Culture Documents
PAROTITIS
OLEH:
SEISA GUMELAR NASTITY
PENDAMPING:
Dr. Fara Nurdiana, M.Kes
RS MUHAMMADIYAH BABAT
LAMONGAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
PORTOFOLIO
PAROTITIS
Menyetujui
Dokter Pendamping
1. Lilienthal HA. A method of incising parotid abscess without injury to the facial nerve
distribution. Am J Surg. 1917. 31(4):101-2.
2. Hemenway WG, English GM. Surgical treatment of acute bacterial parotitis. Postgrad
Med. 1971 Oct. 50(4):114-9. [Medline].
3. Cope VZ. Acute necrotic parotitis. Br J Surg. 1919. 7:130-3.
4. Blair VP, Padgett EC. Pyogenic infection of the parotid glands and ducts. Arch Surg.
1923. 7(1):1-36.
5. Spiegel R, Miron D, Sakran W, Horovitz Y. Acute neonatal suppurative parotitis: case
reports and review. Pediatr Infect Dis J. 2004 Jan. 23(1):76-8. [Medline].
6. van Boven M, Ruijs WL, Wallinga J, O'Neill PD, Hahné S. Estimation of vaccine
efficacy and critical vaccination coverage in partially observed outbreaks. PLoS
Comput Biol. 2013 May. 9(5):e1003061. [Medline]. [Full Text].
7. Waaijenborg S, Hahné SJ, Mollema L, Smits GP, Berbers GA, van der Klis FR, et al.
Waning of Maternal Antibodies Against Measles, Mumps, Rubella, and Varicella in
Communities With Contrasting Vaccination Coverage. J Infect Dis. 2013 May
8. [Medline].
8. McLean HQ, Fiebelkorn AP, Temte JL, et al. Prevention of measles, rubella,
congenital rubella syndrome, and mumps, 2013: summary recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep. 2013
Jun 14. 62:1-34. [Medline].
9. Baurmash HD. Chronic recurrent parotitis: a closer look at its origin, diagnosis, and
management. J Oral Maxillofac Surg. 2004 Aug. 62(8):1010-8. [Medline].
HASIL PEMBELAJARAN:
Pengetahuan tentang :
1. Definisi, etiologi dan epidemiologi parotitis
2. Patofisiologi parotitis
3. Faktor risiko dan pencetus parotitis
4. Diagnosis klinis parotitis
5. Penatalaksanaan parotitis
1. SUBJECTIVE
Keluhan Utama: bengkak pada pipi kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Bengkak pada pipi kanan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya langsung sebesar sekarang, tidak
bertambah besar ataupun kempes. Bengkak terasa nyeri seperti ngilu terutama saat membuka
mulut atau mengunyah. Selain itu pasien mengaku demam tinggi sejak 3 hari ini, terutama pada
malam hari saja, kadang pasien sampai menggigil dan berkeringat dingin. Pasien tidak
mengeluhkan mulut terasa kering ataupun banyak mengeluarkan liur. Pasien tidak
mengeluhkan batuk dan pilek ataupun nyeri tenggorokan. Pasien juga tidak mengeluhkan
kelainan pada telinga.
Riwayat Penyakit Dahulu:
HT (-); DM (-) Riwayat alergi makanan atau obat-obatan (-). Pasien merasa telah
mendapatkan imunisasi lengkap semasa kecil.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial:
Pasien tinggal di perkampungan, sumber air dari sumur. Pasien memiliki 4 anak, sudah
berkeluarga semua, pasien hanya tinggal berdua dengan istrinya di rumah. Pasien bekerja
wiraswasta. Tidak ada yang merokok di lingkungan rumah, tidak suka konsumsi kopi.
2. OBJECTIVE
Keadaan Umum: Cukup
Vital signs:
Nadi : 78x/menit, regular, kuat
Laju nafas : 16x/menit
Suhu : 37,8℃ (Ax)
Tekanan darah : 130/90 mmHg
SpO₂ : 99%
BB 82kg TB 170cm BMI 28,37 (Overweight)
Kesadaran: Compos Mentis GCS : 456
Status Interna:
Kepala : mesocephalic, rambut hitam.
Wajah: tampak oedem pada pipi kanan pre auricular, hiperemi (+), Ø ±9cm, oedem
tampak mengangkat daun telinga, nyeri tekan (+), teraba keras dan hangat, fluktuatif (-).
Mata : oedema, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) .
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-).
Telinga : discharge (-/-)
Mulut : oedem (-), bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1), sekret (-), detritus (-).
Leher : simetris, terdapat pembengkakan KGB colli dextra
Thorax
Jantung :
Inspeksi ictus cordis tidak tampak
Palpasi ictus cordis teraba di ICS V mid clavicular line sinistra, tidak melebar, tidak
kuat angkat
Perkusi batas kiri ICS V mid clavicular line sinistra
Batas atas ICS III parasternal line sinistra
Batas kanan ICS V parasternal line dextra
Auskultasi S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi hemitoraks simetris, retraksi (-)
Palpasi nyeri (-), stem fremitus simetris
Perkusi sonor/sonor
Auskultasi suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : cembung, distended (-), frog shape (-), coll vein (-)
Auskultasi : bising usus (+) N, Met (-)
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), H/L tak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Akral kering hangat merah di keempat ekstremitas
CRT <2 detik di keempat ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (15 Agustus 2018)
Eritrosit 5,8 jt/mm³
Hemoglobin 14,3 gr/dL
Hematokrit 40,7%
Lekosit 14.700/mm³
Trombosit 256.000
Differential count eos/bas/net/net/lim/mono : 1/2/0/66/17/9
LED 20/50
3. ASSESSMENT
Parotitis supuratif akut dextra
4. PLANNING
a. Diagnosis -
b. Therapy
Paracetamol 3x500mg
Amoxicillin 3x500 mg
Dexametason 3x1 tab (tap.off)
c. Monitoring
Tanda-tanda vital
Keluhan pasien
d. Education
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, penyebab
penyakit serta kemungkinan pencetus gejala
Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan dan terapi apa saja yang akan diberikan
Menjelaskan pada pasien dan keluarga komplikasi apa saja yang dapat terjadi apabila
tidak.
TINJAUAN PUSTAKA
PAROTITIS
ILUSTRASI PAROTITIS
Parotitis infeksius:
Pada parotitis bakterial akut pasien akan mengeluhkan bengkak dengan nyeri progresif
pada kelenjar yang disertai dengan demam, gerakan membuka mulu atau mengunyah dapat
memperparah keluhan.
Mumps ditandai dengan bengkak dan nyeri pada kelenjar yang bertahan selama 5-9 hari,
selain itu juga terdapat malaise, anoreksia dan demam. Pada kebanyakan kasus mumps
mengenai parotis bilateral.
Parotitis yang disebabkan oleh HIV seringkali ditandai dengan bengkak yang tidak nyeri,
atau asimptomatik.
Parotitis pada tuberculosis ditandai dengan bengkak kronis tanpa rasa nyeri, atau benjolan
yang terasa di dalam kelenjar, selain itu riwayat tuberculosis paru juga dapat mendukung.
Parotitis pungtata kronis (autoimun):
Sindroma Sjörgen didapatkan parotitis kronis atau berulang pada salah satu atau kedua
kelenjar parotis tanpa penyebab yang jelas, pasien juga dapat mengeluhkan mulut dan mata
kering.
Pada pemeriksaan fisik kelenjar parotis ditemui pembengkakan dan eritema pada kulit di
atasnya. Kelenjar yang meradang akut ini terasa nyeri, sementara biasanya tidak nyeri pada
parotitis autoimun kronis. Pijat kelenjar dari posterior ke anterior untuk mengeluarkan air liur yang
jelas dari saluran parotis di kelenjar normal. Air liur purulen mengindikasikan parotitis bakteri, dan
saliva jernih dengan dadih kuning kecil mengindikasikan parotitis punctate kronis (autoimun).
VII. DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada kecurigaan parotitis adalah
pemeriksaan kimiawi pada saliva. Anti-SS-A, Anti-SS-B, dan faktor rheumatoid mungkin akan
positif pada penyakit autoimun. Kultur saliva juga dapat dilakukan, namun seringkali jarang
dibutuhkan. Sebagian besar laboratorium tidak dapat melakukan tes yang bermanfaat pada air liur.
Air liur memiliki variasi komposisi yang sedemikian luas sehingga analisis hanya menghasilkan
sedikit nilai diagnostik.
CT-Scan dan MRI dapat digunakan untuk menentukan ukuran, bentuk, dan kualitas
neoplasma pada kelenjar. Masing-masing metode ini dapat membedakan antara massa solid, lesi
kistik, dan keterlibatan kelenjar. Sialografi dapat dilakukan untuk menentukan anatomi system
drainase dan merupakan pemeriksaan yang sangat berguna. Sialografi dapat menunjukkan cedera
pada duktus saliva. Sebuah kanul #90 polietilen dimasukkan ke dalam duktus, lalu kontras iodin
seperti Ultravist (iopromide) diinjeksikan ke dalam system duktus. Duktus yang normal dapat
mengakomodasi 0.50-0.75 mL, atau hingga pasien merasa tidak nyaman, lalu dilakukanlah
pemeriksaan radiograf posteroanterior dan lateral. Pemeriksaan diulan 5 menit kemudian, biasanya
semua kontras sudah terevakuasi.
Sialografi
Skintigrafi kelenjar saliva dapat membantu diagnosis parotitis obstruktif kronis dan kelainan
kelenjar saliva lainnya. Pemeriksaan ultrasonografi lebih mudah dilakukan daripada sialografi
dalam menunjukkan massa solid atau kistik di dalam kelenjar. USG juga dapat mendeteksi area
hipoekoik. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak sensitive dibandingkan dengan sialografi dan kurang
signifikan secara klinis.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding parotitis adalah metastasis atau inflamasi pada kelenjar getah bening
sekitar kelenjar parotis, serta keganasan pada kelenjar parotis.
IX. TERAPI
Sebagian besar episode parotitis kronis diobati dengan terapi simptomatik. Sialogog,
kompres hangat lokal, pijatan lembut kelenjar dari posterior ke anterior, dan hidrasi dapat
memberikan peredaan gejala yang bervariasi. Setelah dilakukan kultur pus yang keluar dari duktus
Stensen, dapat diberikan antibiotic sesuai hasil tes sensitivitas. Pengobatan penyakit primer
(misalnya, HIV, rheumatoid arthritis) adalah yang perlu diutamakan. Beberapa penulis
menganjurkan irigasi intermiten sistem duktus dengan larutan saline, larutan steroid, dan / atau
antibiotik untuk mengobati infeksi dan secara mekanis mengeluarkan lendir atau nanah yang
terinspeksi dari saluran. Terapi ini dianjurkan bagi pasien yang tidak membaik dengan pengobatan
simtomatik dan harus dicoba dulu sebelum mempertimbangkan operasi. Baurmash menganjurkan
Decadron (deksametason) dan larutan penisilin dalam larutan garam untuk membersihkan saluran
dan untuk terapi topikal.