You are on page 1of 17

Nama : Hari Susanto

Kelas : 9-2

No.Absen : 12

Tugas I : Baca & ringkas Buku Godfrey ed. 7 Bab 13 - Behavioral Accounting Research
buku Godfrey

Positive research, yaitu penelitian yang bertujuan menggali fakta-fakta, terdiri dari
capital market research yang berbicara tentang bagaimana pasar saham bereaksi pada
suatu informasi akuntansi, agency theory research yang meneliti tentang insentif ekonomi
apa yang menentukan metode akuntansi yang dipilih, dan terakhir sekaligus bahasan pada
chapter ini adalah behavioural accounting research terkait bagaimana sebenarnya orang-
orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi.

A. BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH: DEFINITION AND SCOPE


Ketiga cabang dari positive research tersebut memiliki perbedaan dalam berbagai hal.
Capital market research melihat pada level makro terkait pasar saham secara agregat.
Sedangkan agency dan behavioural research berfokus pada level mikro dalam tataran
manajer dan perusahaan secara individu. Capital market dan agency research didasarkan
pada hal ekonomi dan mengasumsikan setiap orang bertindak untuk memaksimalkan
kekayaannya secara rasional. Berbeda dengan behavioural research yang didasarkan pada
teori psikologi, sosiologi, dan organisasi serta secara umum tidak membuat asumsi terkait
bagaimana orang-orang berperilaku.
Behavioural research adalah sebuah studi terkait perilaku akuntan atau non-akuntan
yang dipengaruhi oleh fungsi dan pelaporan akuntansi. Penelitian pada behavioural
accounting sangat luas sekali dan meliputi banyak bidang dalam akuntansi. Tipe utama BAR
terdiri dari Human Judgement Theory (HJT) atau Human Information Processing (HIP) yang
mencakup bagaimana akuntan membangun judgement dan mengambil keputusan serta
untuk auditor dan pengaruh atas outputnya kepada pengambilan keputusan dan judgement
dari pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (explain) dan memprediksi (predict)
perilaku pada level individu atau grup dan meningkatkan kualitas dari pengambilan keputusan,
baik bagi produser (termasuk auditor) dan pengguna laporan akuntansi.
B. WHY IS BAR IMPORTANT?
Beberapa alasan terkait pentingnya BAR adalah:
 BAR menggali bagaimana orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi
 BAR dapat menyediakan insights yang berharga terkait beragam tipe dari pengambil
keputusan dalam memproduksi, memproses, dan bereaksi atas item-item tertentu dari
informasi akuntansi dan metode komunikasi
 BAR secara potensial menyediakan informasi yang berguna bagi regulator akuntansi
 BAR mengarahkan praktik akuntansi dan profesi lain agar lebih efisien

Development of BAR
BAR muncul pertama kali dalam sebuah literatur pada tahun 1967, tetapi penelitian HJT
sebenarnya telah dimulai dalam literatur psikologi sejak tahun 1954. Dalam 30 tahun ke
belakang, BAR secara umum dan penelitian HJT secara khusus telah berkembang pesat
khususnya pada bidang audit, dimana judgement ketika melakukan proses audit sangatlah
penting. Perkembangan BAR sempat kalah oleh dominasi contracting theory pada tahun
1980an. Meskipun demikian, insight penting tentang hubungan antara informasi akuntansi
dan perilaku manusia telah terbangun.
Banyak disiplin ilmu yang berperan dalam perkembangan BAR, namun yang paling
besar kontribusinya adalah psikologi. Penelitian HJT di akuntansi mengadopsi metode yang
ada di psikologi, yaitu The Brunswik Lens Model.

An overview of approaches to understanding information processing


Tujuan penelitian HJT adalah untuk mendeskripsikan bagaimana orang-orang
menggunakan dan memproses informasi akuntansi dalam mengambil keputusan. Ada tiga
model yang digunakan yaitu The Brunswik Lens Model yaitu metode paling dominan yang
digunakan dalam membangun model pengambilan keputusan, process tracing dengan
membangun decision tree yang merepresentasikan judgement seseorang, dan probabilistic
judgement dimana proses pengambilan keputusan digambarkan sebagai probability
statement yang didasarkan pada Bayes’s Theorem.
 The Brunswik Lens Model
Model ini digunakan sebagai kerangka kerja analitis dan dasar bagi kebanyakan studi
terkait judgement yang melibatkan prediksi (mis. Kebangkrutan) dan evaluasi (mis.
Pengendalian internal). Peneliti menggunakan model lensa untuk menyelidiki hubungan
antara beberapa tanda (atau potongan informasi) dan keputusan, penilaian atau prediksi,
dengan mencari keteraturan dalam respons terhadap tanda ini. Para pengambil keputusan
(misalnya petugas pinjaman bank) dipandang melihat melalui lensa isyarat (misalnya rasio
keuangan) yang secara probabilitas dihubungkan dengan peristiwa, untuk mencapai suatu
kesimpulan tentang peristiwa itu (misalnya kemungkinan kredit default/non-default).

Dalam mengembangkan versi spesifik dari Brunswik Lens Model, subjek diminta
membuat judgement untuk sejumlah besar kasus yang didasarkan pada seperangkat tanda
yang sama. Misalnya, mereka mungkin akan diminta untuk menilai apakah beberapa
perusahaan cenderung gagal, dinilai dari working capital, price-earnings, earning per share,
debt to equity dan rasio lainnya. Sebuah model linier, menggambarkan hubungan fungsional
antara tanda (rasio) dan tanggapan (kemungkinan kegagalan), kemudian dibangun sebagai
sarana mewakili cara dimana informasi diproses oleh individu.
Brunswik Lens Model merupakan alat yang sangat kuat untuk membantu kita
memahami proses pengambilan keputusan dalam situasi yang sangat spesifik. Pikirkan
tentang cara-cara model pada gambar 13.1 dapat digunakan untuk meningkatkan
pengambilan keputusan. Pertama, lihat sisi kiri diagram, yaitu hubungan antara hal
kepentingan (default / non-default) dan variabel yang digunakan untuk menilai peristiwa itu.
Seperangkat studi lensa dapat menguji hubungan antara peristiwa dan tanda informasi yang
digunakan oleh pengambil keputusan untuk melihat apakah isyarat yang “benar” telah
digunakan, yaitu apakah potongan informasi akuntansi merupakan indikator yang baik untuk
peristiwa tersebut. Jika isyarat informasi yang tidak relevan dengan keputusan itu, maka para
pengambil keputusan dapat diinformasikan mengenai hal ini dan potongan informasi yang
lebih bermanfaat. Pada sisi kanan diagram, yaitu hubungan antara pengambil keputusan dan
isyarat informasi. Sebuah model studi lensa Brunswik dapat dilakukan untuk mempelajari
bagaimana pengambil keputusan benar-benar menggunakan isyarat informasi akuntansi dan
bobot yang mereka tetapkan untuk setiap isyarat.
Secara umum, Brunswik Lens Model menyediakan insight berguna mengenai:
 Pola isyarat menggunakan bukti dalam berbagai tugas
 Bobot yang ditempatkan secara implisit oleh para pengambil keputusan di berbagai
isyarat informasi
 Akurasi relatif pengambil keputusan pada tingkat keahlian yang berbeda dalam
memprediksi dan mengevaluasi berbagai tugas
 Kondisi saat expert system dan/atau "model perilaku manusia" mengungguli manusia
 Stabilitas (konsistensi) judgement manusia dari waktu ke waktu
 Tingkat insight yang dimiliki para pengambil keputusan mengenai pola mereka dalam
menggunakan data
 Tingkat konsensus ditampilkan dalam berbagai tugas keputusan kelompok.
Model ini memiliki kekuatan prediktif yang baik, karena menghilangkan banyak random
error yang disebabkan oleh manusia seperti kelelahan, sakit, atau distraksi. Keterbatasan
penting dari model ini adalah tidak memberikan deskripsi yang baik terkait bagaimana
sebenarnya orang-orang mengambil keputusan. Oleh karena itu, process tracing methods
dikembangkan.
 Process tracing methods
Metode ini menyediakan penjelasan tentang bagaimana sebuah keputusan diambil.
Dalam upaya untuk membuat pendekatan yang bijaksana dalam pengambilan keputusan,
beberapa penelitian HJT telah menggunakan pendekatan yang berbeda untuk model
pengambilan keputusan yang disebut process tracing atau metode “verbal protocol”. Dalam
process tracing, pembuat keputusan diberikan serangkaian studi kasus untuk dianalisis
dengan menggambarkan secara verbal setiap langkah yang dilewati untuk mengambil
keputusan. Deskripsi verbal dicatat oleh peneliti kemudian dianalisis untuk menghasilkan
decision tree diagram untuk mewakili proses keputusan pengambil keputusan. Gambar 13.2
merupakan contoh hypothetical decision tree untuk petugas pinjaman bank.
Secara umum, decision tree dalam process tracing methods secara intuitif
menggambarkan proses pengambilan keputusan secara baik, tetapi tidak dapat memprediksi
dengan baik. Salah satu penyebabnya, pengambil keputusan sulit untuk menjelaskan semua
langkah yang mereka lalui, terutama untuk tugas-tugas rutin dan familiar karena proses
pengambilan keputusan dilaksanakan secara implisit dan tidak sadar.
Beberapa peneliti mencoba untuk mengatasi keterbatasan tersebut dengan
menggabungkan kekuatan prediktif dan deskriptif dari dua pendekatan. Salah satu
alternatifnya adalah Classification and Regression Trees (CART) yang menggunakan metode
statistik untuk membagi judgement pembuat keputusan dalam simpul keputusan yang
memaksimalkan kekuatan model untuk memprediksi klasifikasi kasus yang berbeda ke dalam
keputusan dengan benar. Gambar 13.3 menunjukkan contoh CART decision tree.

Model CART mengkombinasikan kekuatan untuk mengklasifikasikan rekomendasi


analis dengan deskripsi menarik yang intuitif dari proses pengambilan keputusan mereka
dengan benar. Namun, semakin banyak data yang tersedia untuk analisis, semakin kompleks
decision tree yang dihasilkan, sehingga lebih sulit untuk menurunkan aturan sederhana untuk
pelatihan analis lainnya. Kompleksitas decision tree menjadi masalah baik untuk metode
process tracing atau CART.
 Probabilistic judgement
Model probabilistic judgement berguna untuk melihat situasi dalam akuntansi dimana
keyakinan awal tentang prediksi atau evaluasi perlu direvisi karena adanya data baru. Model
ini berpendapat bahwa cara normatif yang benar untuk merevisi keyakinan awal, dinyatakan
sebagai probabilitas subjektif, adalah dengan menerapkan Bayes’s theorem, sebuah prinsip
dasar teori probabilitas bersyarat. Teorema Bayes menyatakan bahwa revisi (posterior)
probabilitas dalam bukti tambahan sama dengan keyakinan asli (tingkat dasar) dikalikan
dengan jumlah dimana harapan sebelumnya harus direvisi, yaitu, oleh keinformatifan atau
diagnosa data yang baru.
Model ini telah diteliti secara luas di bidang psikologi. Penelitian menunjukkan bahwa
manusia dalam mengambil keputusan bukan ahli statistik intutif yang baik. Penelitian khusus
yang melibatkan akuntan dan auditor umumnya sepakat dengan temuan ini. Bukti dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa akuntan dan auditor meminta serangkaian rules of
thumb, karena kompleksitas dari judgement yang mereka butuhkan dan keterbatasan
pengolahan informasi. Penilaian probabilistik dapat digunakan dalam berbagai pengaturan
keputusan.
Temuan bahwa pengambil keputusan tidak menerapkan aturan perkalian Bayes ketika
merevisi keyakinan sebelumnya terdapat dalam penelitian HIT. Hal ini menyebabkan peneliti
psikologi menyelidiki aturan-aturan apa yang digunakan. Mereka menemukan terdapat
penggunaan rules of thumb atau bias, dimana orang-orang terpaksa menyederhanakan
judgement yang kompleks. Tiga kategori rules of thumb (heuristics) yaitu representativeness,
availability, dan anchoring. Rules of thumb mungkin mewakili metode yang efisien dan efektif
untuk menangani kompleksitas dan keterbatasan proses kognitif manusia.
 Lens model studies – the evidence
Banyak penelitian telah menggunakan lens model framework untuk memeriksa akurasi
prediksi manusia dalam kegagalan bisnis. Hal ini penting dan realistis bagi investor, petugas
pinjaman bank, kreditur lain, dan auditor. Dalam model ini, sebuah solusi yang 'benar' ada
sebagai benchmark untuk membandingkan kinerja manusia.
Menggunakan model lensa sebagai alat penelitian dengan cara ini memungkinkan
analisis konsistensi dalam judgement, apakah 'model of human behaviour’ dapat memprediksi
lebih akurat daripada manusia. Hal ini juga memungkinkan analisis kemampuan isyarat untuk
memprediksi kejadian tersebut (enviromental predictability menggunakan bobot isyarat ideal).
Selain itu, dapat memberikan wawasan mengenai tingkat kesepakatan antara pengambil
keputusan.
Variasi lain dari penelitian ini termasuk mengamati efek yang memungkinkan subjek
untuk memilih rasio, memeriksa dampak dari informasi overload, dan menganalisis
confidence level atas judgement pengambil keputusan dan apakah akurasi mempengaruhi
keyakinan. Abdel-Khalik dan El-Sheshai menyimpulkan bahwa itu adalah pilihan subjek
informasi, daripada pengolahan isyarat yang dipilihnya, bahwa keakuratan terbatas. Simnett
dan Trotman menemukan bahwa, meskipun subjek dapat menggunakan semua informasi dari
rasio yang dipilih, mereka tidak dapat meningkatkan kinerja ketika diminta untuk menerapkan
model isyarat-bobot yang ideal. Auditor menyimpulkan bahwa ketika subjek tidak dapat
memilih rasio mereka sendiri maka dapat terjadi penurunan kinerja pemrosesan informasi
mereka.
Information overload literature memiliki implikasi untuk isu penyajian dan pengungkapan
dalam akuntansi keuangan. Hal ini memberikan bukti bahwa rendahnya konsensus dan
konsistensi dalam pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, information overload
literature memperoleh hasil yang kurang jelas. Salah satu penyebabnya adalah bahwa
sebagian besar peneliti tidak berusaha untuk menentukan apakah data tambahan yang
disediakan benar-benar 'informatif' (yaitu relevan dengan keputusan dan tidak melihat apakah
pengambil keputusan benar-benar menggunakan data tambahan yang disediakan.
Judgement confidence literatur menemukan bahwa ahli maupun non-ahli overconfident
terhadap kemampuannya dalam mengambil judgement spesifik. Hal ini disebabkan oleh:
 Kecenderungan manusia untuk mencari dan mengagungkan feedback positif
 Terbatasnya feedback dalam banyak kasus
 Action dan outcome yang saling ketergantungan

 Process tracing studies – the evidence


Brunswik Lens Models dan process tracing adalah teknologi yang berbeda namun
dengan tujuan yang sama dari pemodelan proses keputusan yang selengkap mungkin.
Perbedaan utamanya adalah Brunswik Lens Models secara implisit memperlakukan proses
pengambilan keputusan sebagai kombinasi linear sederhana dari sinyal informasi sedangkan
decision tree yang diturunkan dari process tracing mengakui step-by-step pengambilan
keputusan, di mana isi informasi dari satu bagian data berinteraksi dengan potongan data
lainnya.
 Format and presentation of financial statements
Libby (1976) mengamati bahwa tiga pilihan dasar tersedia untuk meningkatkan
pengambilan keputusan:
 Mengubah penyajian dan jumlah informasi
 Mengedukasi pengambil keputusan
 Mengganti pengambil keputusan baik dengan model mereka sendiri atau dengan model
pembobotan tanda yang ideal.
Model Lensa berguna dalam membahas isu-isu penyajian laporan keuangan serta
analisis judgement prediktif. Ini memungkinkan analisis akurasi penilaian manusia dalam hal
menentukan sejauh mana individu mendeteksi sifat penting dari judgement dan konsisten
menerapkan kebijakan judgement. Jika perubahan format laporan menghasilkan informasi
yang meningkatkan salah satu karakteristik di atas, akurasi judgement harus ditingkatkan.
Tujuan decision-usefulness, diadopsi dalam kerangka kerja konseptual, sebagian tergantung
pada kemampuan pengguna untuk menafsirkan data untuk investasi yang ditawarkan atau
keputusan kredit. Dampak perubahan format laporan pada kemampuan untuk mendeteksi
perubahan status keuangan perusahaan dapat diuji dalam lens model framework.
Grafik multidimensi yang paling banyak diteliti dalam bentuk skema atau wajah-wajah
Chernoff seperti Gambar 13.4
Wajah-wajah diatas dibentuk dengan memetakan transformasi variabel keuangan ke
fitur wajah. Ketelitian matematis dalam hal panjang hidung, sudut alis, dan kelengkungan
mulut digunakan untuk mewakili perubahan posisi keuangan dari satu periode ke periode
berikutnya.
 Probabilistic Judgement studies – the evidence
Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama dalam audit, tidak ada solusi yang
"benar" dengan membandingkan judgement untuk menilai akurasi. Salah satu cara untuk
mengatasi kekurangan suatu kriteria benchmark yang digunakan untuk menilai kinerja adalah
untuk menguji tingkat konsensus mengenai keputusan tertentu di sejumlah pengambil
keputusan. Cara lain adalah dengan menggunakan model matematis atau statistik.
Sebagaimana dibahas dalam bagian sebelumnya, probabilistic judgement didasarkan pada
analisis apakah manusia merevisi keyakinan mereka sejalan dengan teorema Bayes, bukti
baru menjadi tersedia. Penelitian HJT dalam model secara konsisten menunjukkan bahwa
manusia memiliki berbagai tingkat keterampilan dan diamati melalui berbagai tugas, merevisi
probabilitas mereka sebelumnya pada tingkat lebih rendah daripada yang ditentukan oleh
teorema Bayes. Konservatisme ini telah dikaitkan dengan penggunaan aturan praktis dan bias
yang diadopsi sebagai cara untuk menyederhanakan penilaian yang kompleks dalam rangka
untuk mengatasinya.

Tiga rules of thumb:


 Representativeness Aturan ini menyatakan bahwa ketika menilai kemungkinan bahwa
item tertentu berasal dari populasi item tertentu, judgement orang akan ditentukan oleh
sejauh mana item tersebut mewakili populasi. Item yang dilihat oleh pengambil keputusan
sebagai sesuatu yang lebih representatif akan dinilai memiliki kemungkinan lebih tinggi
untuk keterjadiannya dibandingkan item yang kurang representatif.
 Availability Penaksiran probabilitas dari suatu peristiwa didasarkan pada kemudahan
yang menyebabkan kejadian tersebut datang ke pikiran. Konsekuensinya adalah
probabilitas terkait peristiwa sensasional mungkin overestimated.
 Anchoring and adjustment Aturan ini mengacu pada proses penilaian umum di mana
respon awalnya dihasilkan atau berfungsi sebagai jangkar, dan informasi lain digunakan
untuk menyesuaikan respon itu. Konsekuensi aturan ini adalah kemungkinan tidak
cukupnya penyesuaian dalam kaitannya dengan perubahan keadaan.

C. REPRESENTATIVENESS: THE EVIDENCE


Kahneman dan Tversky pertama kali melaporkan adanya representativeness dan
kecenderungan untuk mengabaikan base rate. Sejak itu, penelitian di kedua bidang psikologis
dan akuntansi telah menyelidiki fenomena tersebut. Bukti yang diperoleh kurang meyakinkan
karena menunjukkan informasi base rate kadang-kadang diabaikan dan kadang-kadang
digunakan secara tepat dalam menentukan probabilitas dari suatu peristiwa. Penggunaan
informasi tarif dasar tampaknya sangat sensitif terhadap berbagai tugas dan konteks, ini telah
menyebabkan hipotesis bahwa pertimbangan probabilistik melibatkan pemrosesan kontingen.
Availability: the evidence
Dasar dari aturan ini adalah judgement didasarkan pada pengambilan memori yang
relevan atau konstruksi skenario yang mungkin. Namun, ini membutuhkan sampel besar dari
probabilitas untuk meningkatkan akurasi prediksi.
Moser memeriksa availability rule of thumb sehubungan dengan judgement prediktif
investor. Dia menyimpulkan bahwa beberapa peristiwa lingkungan mengenai perusahaan
tertentu yang menyebabkan liputan berita yang tidak proporsional mungkin mempengaruhi
judgement prediksi secara sistematis.
Anchoring and adjustment: the evidence
Joyce dan Biddle menggunakan kembali praktik auditor sebagai subyek dalam
memeriksa efek perubahan dalam sistem pengendalian internal pada perluasan pengujian
substantif. Penelitian tersebut mengharapkan bahwa subjek akan menyesuaikan perubahan
dalam pengendalian internal dengan menyesuaikan cakupan audit, tetapi penyesuaian tidak
akan cukup sebagai penetapan pada awal pengendalian internal yang akan terjadi.
D. ACCOUNTING AND BEHAVIOUR
Akuntansi hadir sebagai fungsi langsung dari kegiatan individu atau kelompok. Sudut
pandang akuntansi yang berbeda menunjukkan adanya sejumlah perspektif akuntansi.
Bahkan dalam periode peraturan pemerintah terpusat atas pengungkapan akuntansi oleh
perusahaan, ada ribuan pilihan dan asumsi yang diperlukan antara alternatif teknik akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan untuk entitas perusahaan. Ada banyak kepentingan
yang bersaing di berbagai orang yang menginterpretasikan informasi keuangan yang
dilaporkan oleh organisasi. Pada dasarnya, para pengguna informasi akuntansi mewakili
berbagai perspektif dan tujuan. Validitas teknis merupakan masalah perspektif.
Akuntansi merupakan fungsi dari perilaku dan aktivitas manusia. Dengan demikian,
informasi akuntansi akan mempengaruhi perilaku baik dalam metode yang diadopsi untuk
mengukur dan melaporkan informasi, dan sebagai respon terhadap keterbukaan informasi.
Tanggapan terhadap informasi adalah fungsi dari perspektif manusia dan karena itu tidak
lepas dari tujuan pribadi dan kepentingan pengguna, apakah bertindak sebagai seperti
kepentingan individu atau sebagai kelompok. Akibatnya, akuntansi beroperasi dalam
lingkungan yang kompleks. Akuntan harus menyadari lingkungan seperti ini dan menghargai
dampak informasi akuntansi terhadap perilaku.

E. LIMITATIONS OF BAR
Gambaran umum BAR menunjukkan bahwa kita telah belajar tentang bagaimana
pembuat keputusan yang berbeda menggunakan informasi akuntansi dan mengungkapkan
bahwa ada hal signifikansi lain. Kontradiksi yang sering terjadi antara hasil studi sejenis
menunjukkan bahwa pemrosesan informasi manusia jauh lebih kompleks daripada
pengembangan teori penelitian dan metode saat ini. Penelitian masih belum dapat mereplika
dunia nyata.
Keterbatasan utama dari BAR adalah kurangnya teori tunggal yang mendasari untuk
menyatukan beragam pertanyaan dan temuan penelitian. Berbeda dengan capital market and
agency theory yang telah didasari kegiatan penelitian dan pengembangan teori dalam bidang
tertentu di ekonomi, peneliti BAR meminjam berbagai disiplin ilmu dan konteks dan tidak
memiliki framework umum dalam mengembangkan generalisasi yang berguna bagi pembuat
kebijakan. Belum terdapat sinyal pengembangan teori semacam itu di masa mendatang.
Namun demikian, BAR tetap menjadi penelitian yang berharga dan praktis. Metode BAR
telah digunakan oleh banyak kelompok pengambil keputusan untuk mengembangkan expert
system dan alat-alat praktis lainnya untuk pengolahan informasi dan tujuan pelatihan di tempat
kerja. BAR juga mengungkapkan sistematis error yang dibuat oleh pengambil keputusan
dalam konteks tertentu yang memiliki implikasi untuk perbaikan di tingkat makro. Kepentingan
yang lebih besar sekarang sedang ditunjukkan dalam pengembangan pengukuran kinerja
perusahaan non-keuangan seperti indikator kinerja lingkungan dan sosial yang diusulkan
dalam triple bottom-line reporting. BAR berperan membantu praktisi akuntansi dan pembuat
kebijakan dalam mengembangkan ranah baru seperti ini. Selanjutnya, kemajuan terus
menerus dalam teknologi penelitian dan metode akan memungkinkan para peneliti BAR masa
depan untuk mengembangkan hipotesis yang lebih kaya dan menguji bagaimana pengambil
keputusan memproses informasi akuntansi.

F. ISSUES FOR AUDITORS

Penelitian perilaku audit dapat menyelidiki bagaimana auditor melaksanakan tugas dan
membuat judgement. Penelitian Archival tentang pilihan auditor sering memperlakukan
proses audit sebagai “black box”. Hasil bahwa big auditor atau auditor spesialis diasosiasikan
dengan biaya audit yang lebih tinggi dan biaya modal yang lebih rendah, diinterpretasikan
sebagai bukti bahwa auditor ini memiliki kualitas yang lebih tinggi, tapi bukan bukti langsung
atas kinerja audit yang lebih baik. Penelitian perilaku mencoba masuk ke dalam black box
untuk menguji karakteristik auditor yang berkinerja lebih baik dan menyelidiki faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja auditor.

2. Baca Buku Godfrey ed. 7 Bab 14 - Contemporary issues in Accounting - 20%


A. FAKTOR-FAKTOR SAAT INI YANG MEMENGARUHI PENELITIAN AKUNTANSI DAN
AUDIT DALAM REGULASI DAN PRAKTEK
1. Extensible Business Reporting Language (XBRL)
Extensible Business Reporting Language (XBRL) merupakan revolusi
teknologi yang akan mempengaruhi cara laporan keuangan disusun. Pada akhir
2008, sekuritas AS dan komisi pertukaran (SEC) sepakat untuk mewajibkan 500
perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat untuk membuat laporan keuangan
tahun 2009 mereka menggunakan XBRL. XBRL memungkinkan informasi keuangan
akan disajikan dalam cara yang lebih interaktif dan user friendly dengan 'tag' item
data individu sehingga mereka dapat diekstraksi oleh software untuk menghasilkan
laporan yang dirancang oleh user. SEC berharap XBRL yang akan memungkinkan
analisis data keuangan perusahaan yang jauh lebih cepat, dengan pengguna yang
lebih luas, dan eror yang minimal. Teknik yang saat ini digunakan untuk mengekstrak
detil laporan keuangan masih mengandung kesalahan karena dilakukan secara
manual atau menggunakan program yang hanya memberikan hasil yang mendekati.

2. Efek Kebangkrutan Perusahaan-perusahaan dan Sarbanes-Oxley Act (2002)


Sejumlah perusahaan besar yang bangkrut pada awal 2002 mengubah citra
akuntansi dan audit serta lingkungan peraturanya. Kritik independensi auditor dan
tata kelola perusahaan yang menjadi front - burner topik yang telah menarik banyak
komentar publik dan menjadi perhatian penelitian.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat sebelum Sarbanes - Oxley Act (SOX)
perusahaan audit ditinjau satu sama lain di bawah sistem peer review dikelola oleh
lembaga akuntan publik bersertifikat (AICPA). Dan sejak tahun 2004, akuntansi
perusahaan publik dan dewan pengawas (PCAOB), yang didirikan berdasarkan
undang-undang SOX, telah melakukan inspeksi independen dari perusahaan audit.
Ketentuan lain kunci dalam SOX adalah pembatasan pada ketentuan
konsultasi tertentu (nonaudit) oleh perusahaan-perusahaan jasa audit kepada klien
mereka. Auditor laporan keuangan dilarang memberikan jasa konsultasi kepada klien
mereka, kecuali untuk beberapa pengecualian tertentu dengan persetujuan terlebih
dahulu dari committtee klien audit.

3. Permasalahan seputar Penerapan Akuntansi Nilai Wajar Selama Krisis Keuangan


Global
Beberapa orang menganggap praktek penilaian fair value pada aset sebagai
faktor yang berkontribusi terhadap cepatnya penyebaran masalah di pasar AS yang
selanjutnya menjadi krisis keuangan global. Hal ini karena standar akuntansi (FAS
157 Pengukuran Nilai Wajar) menyatakan bahwa diperlukan write-down terhadap
nilai investasi yang dimiliki oleh bank selama kondisi pasar yang bergolak.
Berdampak pada kemampuan entitas (bank) yang terbatas untuk memberikan
pinjaman. Selain itu menilai aset dengan harga pasar, juga mempengaruhi sisi aktiva
dari neraca yakni pinjaman perusahaan, sehingga membatasi kemampuan
perusahaan untuk melakukan pinjaman ke bank.
4. Reaksi oleh Pembuat Standar
Pada Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset keuangan
sehingga kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset yang dapat diperlakukan
secara berbeda. Nilai pasar dari aset keuangan dapat direklasifikasi dalam kondisi
tertentu menghindari pengisian kerugian mark-to-market ke laporan laba rugi. Ada
juga aturan yang disempurnakan dengan pengungkapan instrumen keuangan dan
pengaruh reklasifikasi pada laporan laba rugi (IAS 39 dan IFRS 7).
Pada April 2009 FASB memperkenalkan aturan yang mengijinkan bank
menggunakan judgement mereka sendiri untuk menentukan nilai wajar aset, selain
daripada menggunakan nilai pasar.

5. Auditor dan Krisis Keuangan Global


GFC dapat menyebabkan tindakan regulasi yang mempengaruhi auditor.
Secara relatif, sedikit perhatian diberikan pada peran auditor dalam krisis. Profesi
akuntan dan regulator telah secara proaktif mengeluarkan panduan. Auditor bank
yang kemudian mengalami kesulitan keuangan dapat berharap untuk mendapat
sorotan.

B. KEMUNGKINAN DALAM PENGATURAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL


1. IASB and FASB Proyek Konvergensi
Pada tahun 2002 dan 2006 dibuat perjanjian konvergensi. Pada november
2008, SEC di US mengeluarkan sebuah ‘roadmap’ untuk menerapkan IFRS oleh
perusahaan AS mulai 2014. Konvergensi tersebut dipertimbangkan oleh SEC karena
beberapa pertimbangan, antara lain karena kondisi pasar yang semakin meningkat
secara global, membuka kesempatan investasi baru untuk investor US, serta
membuat perusahan-perusahaan dari negara yang berbeda lebih mudah untuk
dibandingkan.

2. Isu Konvergensi IFRS-US GAAP


Pimpinan SEC, Mary Schapiro, mengatakan bahwa dia tidak akan merasa
terikat oleh roadmap IFRS. Terdapat kekhawatiran terhadap standar umum IFRS,
serta tidak siap untuk mendelegasikan pengaturan standar atau tanggung jawab
pengawasan IASB. Anggota PCAOB, Charles Niemeier, juga mengkritik tujuan
konvergensi. Ia menyatakan bahwa beralih ke IFRS akan membiarkan US dengan
aturan yang lebih sulit untuk ditegakkan, dan ia juga mengklaim bahwa IFRS tidak
lebih principel-based dari US GAAP. Beberapa orang merasa bahwa roadmap IFRS
merupakan kompetisi antara para pembuat standar.

3. Standar Audit Internasional


Standar audit juga dibuat secara internasional, dengan redraft, dan
meningkatkan penerimaan dari internasional. Perubahan ke IFRS akan
mengharuskan standar auditing AS berubah dari penilaian 'kesesuaian dengan
peraturan' (conformity with rules) ke penilaian 'benar dan adil' (true and fair). Baik
dewan standar audit maupun standar akuntansi harus menangani isu-isu yang
berkaitan dengan independensi dan tata kelola mereka sebelum kedua standar
tersebut benar-benar diterapkan secara global.

C. AKUNTANSI, PELAPORAN DAN JAMINAN KEBERLANJUTAN


Apa itu akuntansi dan pelaporan keberlanjutan?
Perusahaan-perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang berkelanjutan.
Keberlanjutan akuntansi dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial. Gray,
Owen dan Adams menganggap akuntansi sosial sebagai kombinasi dari akuntansi untuk
hal yang berbeda, di media yang berbeda, untuk pengguna yang berbeda, untuk tujuan
yang berbeda. Sosial akuntansi dan pelaporan bertujuan untuk mengamati dan menyerap
isu-isu tidak perlu dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional menjadi bentuk yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh individu tidak harus secara langsung atau
hanya terkait dengan keberhasilan keuangan entitas.
Keberlanjutan dapat dianggap sebagai memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Keberlanjutan berkaitan dengan perlindungan lingkungan (eco-efisiensi),
serta keadilan antara masyarakat dan generasi (eko-keadilan). Menurut dewan,
pelaporan lingkungan merupakan bagian dari keberlanjutan. Perusahaan
mempublikasikan laporan yang berkelanjutan dengan termasuk di dalamnya informasi
yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan karyawan, masyarakat dan
lingkungan.

Perkembangan Terbaru Dalam Pelaporan Keberlanjutan


Terdapat seperangkat pedoman untuk pelaporan berkelanjutan telah direvisi dan
dirilis pada bulan Oktober 2006., yang diterbitkan oleh Global Reporting Initiative (GRI).
Pedoman GRI membentuk mengandung prinsip-prinsip yang menentukan isi dari strategi
keberlanjutan dan profil, pendekatan manajemen, dan indikator kinerja. Pedoman GRI
serupa dalam tujuan dengan kerangka kerja konseptual yang digunakan untuk memandu
pelaporan keuangan.

Tren dalam jaminan pelaporan keberlanjutan


Assurance (jaminan) audit independen memberikan kepercayaan kepada
stakeholder tentang relevansi, kredibilitas dan keandalan laporan. Di sebagian besar
negara laporan keuangan tahunan harus diaudit, meskipun laporan keuangan interim
bisa direview saja. Perbedaan antara audit dan review adalah tingkat jaminan yang
diberikan oleh auditor mengenai keandalan informasi yang diberikan oleh perusahaan.
Hal ini pada gilirannya ditentukan oleh sifat dan luasnya prosedur yang dilakukan oleh
auditor hasil dari prosedur dan objektivitas bukti yang diperoleh. Beberapa perusahaan
besar cinderung mencari jaminan untuk meningkatkan kredibilitas laporan mereka.

D. ISU AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN LAINNYA


1. Water Accounting
Water Accounting saat ini sedang dikembangkan oleh Water Accounting
Standard Board (WASB) di Australia, dengan proyek serupa di berbagai tahap
pengembangan di tempat lain. Tujuan utama dari akuntansi proyek air adalah untuk
memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan menginformasikan keputusan
tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan kepercayaan publik dan investor
tentang pengelolaan air di Australia.

2. Water Accounting Vs Greenhouse Gas Emission Accounting


Proyek nonkeuangan lain yang dikembangkan selama beberapa tahun
terakhir adalah greenhouse gas emission accounting. Salah satu sumber arus
internasional utama pedoman untuk mengukur dan pelaporan emisi gas rumah kaca
adalah standar Greenhouse Gas Emission Protocol (GGP). Standar GGP
memungkinkan untuk pengukuran langsung emisi gas rumah kaca, tetapi fokus
utama adalah pada proses mengkonversi data aktivitas ke dalam emisi gas rumah
kaca melalui penggunaan faktor emisi yang disepakati. Data aktivitas ditangkap oleh
perangkat lunak atau dimasukkan ke dalam spreadsheet bersamaan dengan
kegiatan tertentu atau transaksi keuangan seperti pembayaran tagihan, penerbitan
persediaan atau memasukkan transaksi jurnal.

3. Banyak orang berpendapat bahwa akuntan merupakan salah satu pekerjaan yang
terpengaruh negatif oleh revolusi industri 4.0, antara lain karena akuntansi bisa
digantikan oleh teknologi pengolahan informasi. Dengan demikian, dalam waktu
beberapa dekade yang akan datang " akuntan akan punah / tidak diperlukan lagi
oleh dunia bisnis ataupun masyarakat secara umum". Setujukah Anda dengan
pernyataan tersebut? Jika Ya, jelaskan begaimana pengaruh teknologi hingga
dapat menggantikan akuntan ! Jika tidak, jelaskan bagaimana akuntan bisa
"selamat" dari revolusi teknologi dimaksud! - 40%
Saya tidak setuju dengan kondisi bahwa profesi akuntan akan punah atau tidak diperlukan lagi
di masa depan dengan adanya Revolusi Industri 4.0.

Menurut World Economic Forum, Revolusi Industri 4.0 memiliki arti “… a new era where
technologies are emerging and affecting our lives in ways that builds and extends the impact
of digitization in new and unanticipated ways. Fourth Industrial Revolution represents entirely
new ways in which technology becomes embedded within societies and even our human
bodies”. Dalam arti lain menunjukkan bahwa Revolusi Industri keempat merupakan invasi
besar-besaran masuknya teknologi dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk dalam hal
melakukan pekerjaan.
Akuntan Indonesia dalam memberikan jasa akuntansinya terbagi menjadi empat profesi yaitu;
Akuntan publik, Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah, dan Akuntan Pendidik.
1. Akuntan Publik
Akuntan independen yang memberikan jasa-jasanya dengan pembayaran tertentu, bekerja
bebas dengan mendirikan kantor akuntan sendiri. Dalam profesi sebagai akuntan publik,
seorang akuntan memberikan jasa untuk semua fungsi akuntan, termasuk jasa asurans baik
laporan keuangan maupun kinerja, dan jasa konsultasi. Jasa surans lebih banyak memiliki
output berupa opini, sedangkan jasa konsultasi diberikan terutama untuk memberikan
pandangan, saran, dan pertimbangan atas pengambilan keputusan manajemen.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi. Akuntan ini disebut juga
akuntan internal. Tugas utamanya adalah memberikan pertimbangan terhadap keputusan
yang diambil oleh manajemen.
3. Akuntan Pemerintah
Akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintahan. Akuntan ini lebih banyak
bekerja dalam pekerjaan pemerintah yang berhubungan dengan akuntansi dan peristiwa
keuangan seperti pengelola keuangan, perpajakan, dan sebagainya.
4. Akuntan Pendidik
Akuntan yang bertugas mengajarkan pendidikan akuntansi, melakukan penelitian,
pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan akuntansi.
Saat ini, banyak akuntan profesional yang takut akan kemajuan teknologi. Data yang besar
serta sistem canggih berpotensi mengambil alih fungsi akuntansi. Sebenarnya,
‘pengambilalihan’ tersebut memang sudah berlangsung, namun tetap saja, fungsi akuntansi
sendiri masih menjadi bagian besar dalam bisnis di saat kemajuan teknologi berkembang
semakin kompleks dan laju perubahan meningkat.
1. Akuntansi Akan Menjadi Lebih ‘Langsing’ dan Pekerjaan Diambil Alih oleh Sistem
Sistem yang bekerja secara otomatis dan mudah diakses oleh pekerja akan memudahkan
proses akuntansi. Tak perlu ada bagian akuntansi yang menghitung pengeluaran dan
pemasukan secara manual. Pekerjaan tersebut akan diambil alih oleh sistem sehingga bagian
akuntansi akan lebih ‘langsing’ dengan jumlah karyawan yang lebih efisien. Dengan
demikian, pengeluaran jadi dapat ditekan.
2. Pengguna Akuntansi Berbasis Cloud Akan Meningkat
Perubahan kondisi sosial juga berimbas pada keadaan akuntansi itu sendiri. Pebisnis, baik
UKM atau pebisnis besar sekalipun, pasti ingin agar data dan informasi dapat diakses secara
mudah dari perangkat mobile mereka. Dari sini, permintaan akuntansi berbasis cloud akan
meningkat tajam. Kemudahan demi kemudahan yang ditawarkan oleh akuntansi berbasis
cloud akan membuat sistem akuntansi jadi lebih disukai oleh para pengguna.
3. Laporan Akuntansi Akan Lebih Kredibel
Aplikasi akuntansi membantu penggunanya untuk menemukan angka pasti dan terhindar
dari kesalahan data yang mungkin saja dilakukan oleh manusia atau biasa kita sebut sebagai
human error. Dengan begitu, laporan akuntansi akan lebih kredibel dan dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan data-data yang ada. Selain itu, sistem-sistem pada
aplikasi akuntansi akan membantu perusahaan untuk menganalisis data dan berbagai metrik.
Hal ini akan membantu para petinggi untuk menentukan rencana ke depannya. Saat ini,
sangat jarang akuntan yang memiliki skill seperti ini dan dengan mudahnya akan diambil
alih oleh penggunaan aplikasi akuntansi berbasis cloud.
4. Bekerja di Luar Kantor Akan Jadi Hal yang Biasa
Dunia akan lebih global dan tanpa batasan, begitu juga jam kerja. Akuntan akan dengan
mudah mengakses data dan informasi yang diperlukan tanpa perlu ke kantor. Semuanya
tersimpan dalam cloud yang dapat diakses dengan mudah. Bekerja akan dapat dilakukan
baik di dalam maupun di luar kantor, bahkan di rumah sekalipun. Akan lebih mudah bagi
akuntan untuk bekerja lebih efisien dan efektif tanpa perlu masalah. Hujan badai atau macet
sekalipun tak akan jadi halangan bagi mereka untuk bekerja. Jam kerja jadi lebih fleksibel.
Untuk sebagian profesi, adanya Revolusi Industri 4.0 akan memberikan dampak positif dan
memberikan keuntungan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Namun bagi profesi akuntan,
otomatisasi teknologi akan berdampak negative dan menggerus eksistensi dari profesi akuntan.
Dengan adanya otomatisasi, teknologi akan masuk dan menggantikan peran dari akuntan
seperti dalam hal pencatatan akuntansi, pembuatan laporan keuangan, dan pekerjaan-pekerjaan
yang bersifat repetitive. Teknologi akan menggantikan fungsi manusia terutama untuk
pekerjaan catat mencatat jurnal, pembuatan laporan keuangan, dan penyediaan form-form yang
dibutuhkan dalam akuntansi. Dalam hal ini data-data yang dilakukan input dapat menjadi lebih
akurat dan hasil laporan keuangan menjadi semakin kredibel. Namun hal ini akan hanya
berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat klerikal. Untuk pekerjaan-pekerjaan akuntan
yang membutuhkan pemikiran, judgement, dan penalaran yang lebih dari seorang professional
akan tetap eksis dan dibutuhkan oleh orang banyak. Dalam hal ini akuntan-akuntan yang
merupakan pembuat kebijakan, pelaksanaan konsultasi akuntansi, dan analis atau peneliti
akuntansi akan tetap berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi tanpa takut
mengalami kepunahan karena berkembangnya teknologi. Jadi adanya Revolusi Industri 4.0
memang akan menghilangkan profesi akuntan dalam tingkat pekerjaan klirikal, namun untuk
kebutuhan akan profesi akuntan terhadap proses pemikiran, judgement, dan penalaran tetap aka
nada dan tidak akan menjadi tidak dibutuhkan.
Perubahan peran akuntan akan menjadi lebih penting dan menyesuaikan dengan jaman yang
ada, antara lain:
1. Menyediakan insight atas Data, dengan:
a. Mengidentifikasikan pertanyaan atas data
b. Melakukan analisis statistikal
c. Mengecek kualitas data
d. Menginterpretasi hasi olah data
2. Menjadi penasihat
a. Sebagai penasihat bisnis umum
b. Sebagai penasihat spesialis
c. Mengambil peran sebagai partner bisnis
3. Bermitra dengan teknologi
a. Memanipulasi data
b. Bekerja dengan robot atau mesin sejenisnya
c. Melatih model kecerdasan buata (artificial intelligence)
4. Berkembang ke area-area baru
a. Keberlanjutan
b. Non financial reporting
c. Cyber Security
Untuk menghadapi adanya Revolusi Industri 4.0, akuntan dapat mengantisipasi dampak
negative dengan:
1. Awareness
Menjadi aware terhadap perkembangan Revolusi Industri 4.0 dengan melihat kesempatan
yang akan muncul. Banyak bisnis-bisnis yang ada juga baru menyadari potensi
perkembangan yang ada.
2. Education
Memberi tekanan pada institusi pendidikan untuk membuat kurikulum yang relevan bagi
mahasiswa akuntansi untuk menyesuaikan dengan konektivitas digital Contohnya: Diberi
pengetahuan tentang efek sosial dari intelligent systems, dan bagaimana menghadapinya.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan tertentu.
3. Professional Development
Meningkatkan kinerja organisasi profesi beserta program-program pengembangan
profesionalnya untuk melakukan presentasi online maupun face-to-face tentang
perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak bagi
anggota organisasi profesi
4. Reaching Out
Lingkungan transdisciplinary mix of advisers, contoh: Environmental accounting sangat
bergantung pada informasi fisik yang diperoleh di bawah tanggung jawab para engineers.
Konektivitas antara engineers dan akuntan harus terbangun agar informasi akuntansi
didapat dan dijaga dengan baik

You might also like