Professional Documents
Culture Documents
Kelas : 9-2
No.Absen : 12
Tugas I : Baca & ringkas Buku Godfrey ed. 7 Bab 13 - Behavioral Accounting Research
buku Godfrey
Positive research, yaitu penelitian yang bertujuan menggali fakta-fakta, terdiri dari
capital market research yang berbicara tentang bagaimana pasar saham bereaksi pada
suatu informasi akuntansi, agency theory research yang meneliti tentang insentif ekonomi
apa yang menentukan metode akuntansi yang dipilih, dan terakhir sekaligus bahasan pada
chapter ini adalah behavioural accounting research terkait bagaimana sebenarnya orang-
orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi.
Development of BAR
BAR muncul pertama kali dalam sebuah literatur pada tahun 1967, tetapi penelitian HJT
sebenarnya telah dimulai dalam literatur psikologi sejak tahun 1954. Dalam 30 tahun ke
belakang, BAR secara umum dan penelitian HJT secara khusus telah berkembang pesat
khususnya pada bidang audit, dimana judgement ketika melakukan proses audit sangatlah
penting. Perkembangan BAR sempat kalah oleh dominasi contracting theory pada tahun
1980an. Meskipun demikian, insight penting tentang hubungan antara informasi akuntansi
dan perilaku manusia telah terbangun.
Banyak disiplin ilmu yang berperan dalam perkembangan BAR, namun yang paling
besar kontribusinya adalah psikologi. Penelitian HJT di akuntansi mengadopsi metode yang
ada di psikologi, yaitu The Brunswik Lens Model.
Dalam mengembangkan versi spesifik dari Brunswik Lens Model, subjek diminta
membuat judgement untuk sejumlah besar kasus yang didasarkan pada seperangkat tanda
yang sama. Misalnya, mereka mungkin akan diminta untuk menilai apakah beberapa
perusahaan cenderung gagal, dinilai dari working capital, price-earnings, earning per share,
debt to equity dan rasio lainnya. Sebuah model linier, menggambarkan hubungan fungsional
antara tanda (rasio) dan tanggapan (kemungkinan kegagalan), kemudian dibangun sebagai
sarana mewakili cara dimana informasi diproses oleh individu.
Brunswik Lens Model merupakan alat yang sangat kuat untuk membantu kita
memahami proses pengambilan keputusan dalam situasi yang sangat spesifik. Pikirkan
tentang cara-cara model pada gambar 13.1 dapat digunakan untuk meningkatkan
pengambilan keputusan. Pertama, lihat sisi kiri diagram, yaitu hubungan antara hal
kepentingan (default / non-default) dan variabel yang digunakan untuk menilai peristiwa itu.
Seperangkat studi lensa dapat menguji hubungan antara peristiwa dan tanda informasi yang
digunakan oleh pengambil keputusan untuk melihat apakah isyarat yang “benar” telah
digunakan, yaitu apakah potongan informasi akuntansi merupakan indikator yang baik untuk
peristiwa tersebut. Jika isyarat informasi yang tidak relevan dengan keputusan itu, maka para
pengambil keputusan dapat diinformasikan mengenai hal ini dan potongan informasi yang
lebih bermanfaat. Pada sisi kanan diagram, yaitu hubungan antara pengambil keputusan dan
isyarat informasi. Sebuah model studi lensa Brunswik dapat dilakukan untuk mempelajari
bagaimana pengambil keputusan benar-benar menggunakan isyarat informasi akuntansi dan
bobot yang mereka tetapkan untuk setiap isyarat.
Secara umum, Brunswik Lens Model menyediakan insight berguna mengenai:
Pola isyarat menggunakan bukti dalam berbagai tugas
Bobot yang ditempatkan secara implisit oleh para pengambil keputusan di berbagai
isyarat informasi
Akurasi relatif pengambil keputusan pada tingkat keahlian yang berbeda dalam
memprediksi dan mengevaluasi berbagai tugas
Kondisi saat expert system dan/atau "model perilaku manusia" mengungguli manusia
Stabilitas (konsistensi) judgement manusia dari waktu ke waktu
Tingkat insight yang dimiliki para pengambil keputusan mengenai pola mereka dalam
menggunakan data
Tingkat konsensus ditampilkan dalam berbagai tugas keputusan kelompok.
Model ini memiliki kekuatan prediktif yang baik, karena menghilangkan banyak random
error yang disebabkan oleh manusia seperti kelelahan, sakit, atau distraksi. Keterbatasan
penting dari model ini adalah tidak memberikan deskripsi yang baik terkait bagaimana
sebenarnya orang-orang mengambil keputusan. Oleh karena itu, process tracing methods
dikembangkan.
Process tracing methods
Metode ini menyediakan penjelasan tentang bagaimana sebuah keputusan diambil.
Dalam upaya untuk membuat pendekatan yang bijaksana dalam pengambilan keputusan,
beberapa penelitian HJT telah menggunakan pendekatan yang berbeda untuk model
pengambilan keputusan yang disebut process tracing atau metode “verbal protocol”. Dalam
process tracing, pembuat keputusan diberikan serangkaian studi kasus untuk dianalisis
dengan menggambarkan secara verbal setiap langkah yang dilewati untuk mengambil
keputusan. Deskripsi verbal dicatat oleh peneliti kemudian dianalisis untuk menghasilkan
decision tree diagram untuk mewakili proses keputusan pengambil keputusan. Gambar 13.2
merupakan contoh hypothetical decision tree untuk petugas pinjaman bank.
Secara umum, decision tree dalam process tracing methods secara intuitif
menggambarkan proses pengambilan keputusan secara baik, tetapi tidak dapat memprediksi
dengan baik. Salah satu penyebabnya, pengambil keputusan sulit untuk menjelaskan semua
langkah yang mereka lalui, terutama untuk tugas-tugas rutin dan familiar karena proses
pengambilan keputusan dilaksanakan secara implisit dan tidak sadar.
Beberapa peneliti mencoba untuk mengatasi keterbatasan tersebut dengan
menggabungkan kekuatan prediktif dan deskriptif dari dua pendekatan. Salah satu
alternatifnya adalah Classification and Regression Trees (CART) yang menggunakan metode
statistik untuk membagi judgement pembuat keputusan dalam simpul keputusan yang
memaksimalkan kekuatan model untuk memprediksi klasifikasi kasus yang berbeda ke dalam
keputusan dengan benar. Gambar 13.3 menunjukkan contoh CART decision tree.
E. LIMITATIONS OF BAR
Gambaran umum BAR menunjukkan bahwa kita telah belajar tentang bagaimana
pembuat keputusan yang berbeda menggunakan informasi akuntansi dan mengungkapkan
bahwa ada hal signifikansi lain. Kontradiksi yang sering terjadi antara hasil studi sejenis
menunjukkan bahwa pemrosesan informasi manusia jauh lebih kompleks daripada
pengembangan teori penelitian dan metode saat ini. Penelitian masih belum dapat mereplika
dunia nyata.
Keterbatasan utama dari BAR adalah kurangnya teori tunggal yang mendasari untuk
menyatukan beragam pertanyaan dan temuan penelitian. Berbeda dengan capital market and
agency theory yang telah didasari kegiatan penelitian dan pengembangan teori dalam bidang
tertentu di ekonomi, peneliti BAR meminjam berbagai disiplin ilmu dan konteks dan tidak
memiliki framework umum dalam mengembangkan generalisasi yang berguna bagi pembuat
kebijakan. Belum terdapat sinyal pengembangan teori semacam itu di masa mendatang.
Namun demikian, BAR tetap menjadi penelitian yang berharga dan praktis. Metode BAR
telah digunakan oleh banyak kelompok pengambil keputusan untuk mengembangkan expert
system dan alat-alat praktis lainnya untuk pengolahan informasi dan tujuan pelatihan di tempat
kerja. BAR juga mengungkapkan sistematis error yang dibuat oleh pengambil keputusan
dalam konteks tertentu yang memiliki implikasi untuk perbaikan di tingkat makro. Kepentingan
yang lebih besar sekarang sedang ditunjukkan dalam pengembangan pengukuran kinerja
perusahaan non-keuangan seperti indikator kinerja lingkungan dan sosial yang diusulkan
dalam triple bottom-line reporting. BAR berperan membantu praktisi akuntansi dan pembuat
kebijakan dalam mengembangkan ranah baru seperti ini. Selanjutnya, kemajuan terus
menerus dalam teknologi penelitian dan metode akan memungkinkan para peneliti BAR masa
depan untuk mengembangkan hipotesis yang lebih kaya dan menguji bagaimana pengambil
keputusan memproses informasi akuntansi.
Penelitian perilaku audit dapat menyelidiki bagaimana auditor melaksanakan tugas dan
membuat judgement. Penelitian Archival tentang pilihan auditor sering memperlakukan
proses audit sebagai “black box”. Hasil bahwa big auditor atau auditor spesialis diasosiasikan
dengan biaya audit yang lebih tinggi dan biaya modal yang lebih rendah, diinterpretasikan
sebagai bukti bahwa auditor ini memiliki kualitas yang lebih tinggi, tapi bukan bukti langsung
atas kinerja audit yang lebih baik. Penelitian perilaku mencoba masuk ke dalam black box
untuk menguji karakteristik auditor yang berkinerja lebih baik dan menyelidiki faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja auditor.
3. Banyak orang berpendapat bahwa akuntan merupakan salah satu pekerjaan yang
terpengaruh negatif oleh revolusi industri 4.0, antara lain karena akuntansi bisa
digantikan oleh teknologi pengolahan informasi. Dengan demikian, dalam waktu
beberapa dekade yang akan datang " akuntan akan punah / tidak diperlukan lagi
oleh dunia bisnis ataupun masyarakat secara umum". Setujukah Anda dengan
pernyataan tersebut? Jika Ya, jelaskan begaimana pengaruh teknologi hingga
dapat menggantikan akuntan ! Jika tidak, jelaskan bagaimana akuntan bisa
"selamat" dari revolusi teknologi dimaksud! - 40%
Saya tidak setuju dengan kondisi bahwa profesi akuntan akan punah atau tidak diperlukan lagi
di masa depan dengan adanya Revolusi Industri 4.0.
Menurut World Economic Forum, Revolusi Industri 4.0 memiliki arti “… a new era where
technologies are emerging and affecting our lives in ways that builds and extends the impact
of digitization in new and unanticipated ways. Fourth Industrial Revolution represents entirely
new ways in which technology becomes embedded within societies and even our human
bodies”. Dalam arti lain menunjukkan bahwa Revolusi Industri keempat merupakan invasi
besar-besaran masuknya teknologi dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk dalam hal
melakukan pekerjaan.
Akuntan Indonesia dalam memberikan jasa akuntansinya terbagi menjadi empat profesi yaitu;
Akuntan publik, Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah, dan Akuntan Pendidik.
1. Akuntan Publik
Akuntan independen yang memberikan jasa-jasanya dengan pembayaran tertentu, bekerja
bebas dengan mendirikan kantor akuntan sendiri. Dalam profesi sebagai akuntan publik,
seorang akuntan memberikan jasa untuk semua fungsi akuntan, termasuk jasa asurans baik
laporan keuangan maupun kinerja, dan jasa konsultasi. Jasa surans lebih banyak memiliki
output berupa opini, sedangkan jasa konsultasi diberikan terutama untuk memberikan
pandangan, saran, dan pertimbangan atas pengambilan keputusan manajemen.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi. Akuntan ini disebut juga
akuntan internal. Tugas utamanya adalah memberikan pertimbangan terhadap keputusan
yang diambil oleh manajemen.
3. Akuntan Pemerintah
Akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintahan. Akuntan ini lebih banyak
bekerja dalam pekerjaan pemerintah yang berhubungan dengan akuntansi dan peristiwa
keuangan seperti pengelola keuangan, perpajakan, dan sebagainya.
4. Akuntan Pendidik
Akuntan yang bertugas mengajarkan pendidikan akuntansi, melakukan penelitian,
pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan akuntansi.
Saat ini, banyak akuntan profesional yang takut akan kemajuan teknologi. Data yang besar
serta sistem canggih berpotensi mengambil alih fungsi akuntansi. Sebenarnya,
‘pengambilalihan’ tersebut memang sudah berlangsung, namun tetap saja, fungsi akuntansi
sendiri masih menjadi bagian besar dalam bisnis di saat kemajuan teknologi berkembang
semakin kompleks dan laju perubahan meningkat.
1. Akuntansi Akan Menjadi Lebih ‘Langsing’ dan Pekerjaan Diambil Alih oleh Sistem
Sistem yang bekerja secara otomatis dan mudah diakses oleh pekerja akan memudahkan
proses akuntansi. Tak perlu ada bagian akuntansi yang menghitung pengeluaran dan
pemasukan secara manual. Pekerjaan tersebut akan diambil alih oleh sistem sehingga bagian
akuntansi akan lebih ‘langsing’ dengan jumlah karyawan yang lebih efisien. Dengan
demikian, pengeluaran jadi dapat ditekan.
2. Pengguna Akuntansi Berbasis Cloud Akan Meningkat
Perubahan kondisi sosial juga berimbas pada keadaan akuntansi itu sendiri. Pebisnis, baik
UKM atau pebisnis besar sekalipun, pasti ingin agar data dan informasi dapat diakses secara
mudah dari perangkat mobile mereka. Dari sini, permintaan akuntansi berbasis cloud akan
meningkat tajam. Kemudahan demi kemudahan yang ditawarkan oleh akuntansi berbasis
cloud akan membuat sistem akuntansi jadi lebih disukai oleh para pengguna.
3. Laporan Akuntansi Akan Lebih Kredibel
Aplikasi akuntansi membantu penggunanya untuk menemukan angka pasti dan terhindar
dari kesalahan data yang mungkin saja dilakukan oleh manusia atau biasa kita sebut sebagai
human error. Dengan begitu, laporan akuntansi akan lebih kredibel dan dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan data-data yang ada. Selain itu, sistem-sistem pada
aplikasi akuntansi akan membantu perusahaan untuk menganalisis data dan berbagai metrik.
Hal ini akan membantu para petinggi untuk menentukan rencana ke depannya. Saat ini,
sangat jarang akuntan yang memiliki skill seperti ini dan dengan mudahnya akan diambil
alih oleh penggunaan aplikasi akuntansi berbasis cloud.
4. Bekerja di Luar Kantor Akan Jadi Hal yang Biasa
Dunia akan lebih global dan tanpa batasan, begitu juga jam kerja. Akuntan akan dengan
mudah mengakses data dan informasi yang diperlukan tanpa perlu ke kantor. Semuanya
tersimpan dalam cloud yang dapat diakses dengan mudah. Bekerja akan dapat dilakukan
baik di dalam maupun di luar kantor, bahkan di rumah sekalipun. Akan lebih mudah bagi
akuntan untuk bekerja lebih efisien dan efektif tanpa perlu masalah. Hujan badai atau macet
sekalipun tak akan jadi halangan bagi mereka untuk bekerja. Jam kerja jadi lebih fleksibel.
Untuk sebagian profesi, adanya Revolusi Industri 4.0 akan memberikan dampak positif dan
memberikan keuntungan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Namun bagi profesi akuntan,
otomatisasi teknologi akan berdampak negative dan menggerus eksistensi dari profesi akuntan.
Dengan adanya otomatisasi, teknologi akan masuk dan menggantikan peran dari akuntan
seperti dalam hal pencatatan akuntansi, pembuatan laporan keuangan, dan pekerjaan-pekerjaan
yang bersifat repetitive. Teknologi akan menggantikan fungsi manusia terutama untuk
pekerjaan catat mencatat jurnal, pembuatan laporan keuangan, dan penyediaan form-form yang
dibutuhkan dalam akuntansi. Dalam hal ini data-data yang dilakukan input dapat menjadi lebih
akurat dan hasil laporan keuangan menjadi semakin kredibel. Namun hal ini akan hanya
berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat klerikal. Untuk pekerjaan-pekerjaan akuntan
yang membutuhkan pemikiran, judgement, dan penalaran yang lebih dari seorang professional
akan tetap eksis dan dibutuhkan oleh orang banyak. Dalam hal ini akuntan-akuntan yang
merupakan pembuat kebijakan, pelaksanaan konsultasi akuntansi, dan analis atau peneliti
akuntansi akan tetap berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi tanpa takut
mengalami kepunahan karena berkembangnya teknologi. Jadi adanya Revolusi Industri 4.0
memang akan menghilangkan profesi akuntan dalam tingkat pekerjaan klirikal, namun untuk
kebutuhan akan profesi akuntan terhadap proses pemikiran, judgement, dan penalaran tetap aka
nada dan tidak akan menjadi tidak dibutuhkan.
Perubahan peran akuntan akan menjadi lebih penting dan menyesuaikan dengan jaman yang
ada, antara lain:
1. Menyediakan insight atas Data, dengan:
a. Mengidentifikasikan pertanyaan atas data
b. Melakukan analisis statistikal
c. Mengecek kualitas data
d. Menginterpretasi hasi olah data
2. Menjadi penasihat
a. Sebagai penasihat bisnis umum
b. Sebagai penasihat spesialis
c. Mengambil peran sebagai partner bisnis
3. Bermitra dengan teknologi
a. Memanipulasi data
b. Bekerja dengan robot atau mesin sejenisnya
c. Melatih model kecerdasan buata (artificial intelligence)
4. Berkembang ke area-area baru
a. Keberlanjutan
b. Non financial reporting
c. Cyber Security
Untuk menghadapi adanya Revolusi Industri 4.0, akuntan dapat mengantisipasi dampak
negative dengan:
1. Awareness
Menjadi aware terhadap perkembangan Revolusi Industri 4.0 dengan melihat kesempatan
yang akan muncul. Banyak bisnis-bisnis yang ada juga baru menyadari potensi
perkembangan yang ada.
2. Education
Memberi tekanan pada institusi pendidikan untuk membuat kurikulum yang relevan bagi
mahasiswa akuntansi untuk menyesuaikan dengan konektivitas digital Contohnya: Diberi
pengetahuan tentang efek sosial dari intelligent systems, dan bagaimana menghadapinya.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan tertentu.
3. Professional Development
Meningkatkan kinerja organisasi profesi beserta program-program pengembangan
profesionalnya untuk melakukan presentasi online maupun face-to-face tentang
perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak bagi
anggota organisasi profesi
4. Reaching Out
Lingkungan transdisciplinary mix of advisers, contoh: Environmental accounting sangat
bergantung pada informasi fisik yang diperoleh di bawah tanggung jawab para engineers.
Konektivitas antara engineers dan akuntan harus terbangun agar informasi akuntansi
didapat dan dijaga dengan baik