You are on page 1of 10

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

SENAM GERAK LATIH OTAK PADA LANSIA DENGAN

GANGGUAN KOGNITIF

Disusun Oleh :

Dwi Mustikarini
Erik Rizone
Mila Nur Aryani
Moh Chevi Ridwan Nugraha
Ratna Dewi Kamilah

Tingkat 3A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2018
A. LATAR BELAKANG

Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur


kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat
terjadi pada setiap orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang juga mengalami penurunan
secara degenerative adalah fungsi kognitif (kecerdasan/pikiran). Salah satu
contoh gangguan degeratif kognitif pada lansia adalah demensia. Demensia adalah
suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-
hari (Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009).

Pada lansia dengan demensia penurunan kemampuan mental yang


biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian, sehingga terkadang terjadi gangguan terhadap bio-
psiko-sosial-spritual pada lansia. Menurut data dari kementrian kesehatan RI pada
bulletin lansia tahun 2013 data lansia di Indonesia mengalami peningkatan 7,59%
pada tahun 2011 dengan usia harapan hidup rata-rata 69,5 tahun. Situasi global
pada saat ini di antaranya adalah setengah jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa)
berada di Asia, Pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih tinggi
dari negara yang sudah berkembang. Masalah terbesar lansia adalah penyakit
degenerative. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit
degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah).

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang


dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok
diguanakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat
lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang
maladaptif.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hasil survey di atas, maka mahasiswa/i D3 Keperawatan akan


melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan materi senam GLO ( Gerak
Latih Otak) pada lansia dengan gangguan kognitif.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) senam otak
diharapakan dapat mempertahankan daya ingat dan konsentrasi lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manfaat senam otak
b. Mampu melakukan senam otak
c. Senam Otak dapat dimasukan dalam jadwal kegiatan panti

D. MANFAAT KEGIATAN

1. Memperlambat kepikunan
2. Menghilangkan stres
3. Meningkatkan konsentrasi
4. Membuat emosi lebih tenang

E. SASARAN STRATEGIS

1. Lansia yang ada di Panti Werdha


2. Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia yang kooperative

F. PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan masalah dilakukan dengan cara melakukan skrining pada


lansia yang termasuk dalam sasaran strategis. Kemudian di lakukan
pendampingan selama kegiatan TAK berlangsung oleh petugas panti.
G. PERENCANAAN

1. Hari/ Tanggal :
2. Waktu :
3. Tempat :
4. Topik : Senam Otak
5. Peserta : Lansia panti werdha
6. Metode : Demonstrasi / role play
7. Media : Sound system, leaflet
8. Setting Tempat :
Ket : : Leader : Lansia
: Co Leader : Observer
: Fasilitator

H. PENGORGANISASIAN

1. Leader :Moh Chevi Ridwan Nugraha


2. Co Leader :Ratna Dewi Kamilah
3. Observer :Dwi Mustikarini
4. Fasilitator : -Erik Rizone
-Mila Nur Aryani

I. STRATEGI PELAKSANAAN

Hari :
Waktu :

1. Fase Orientasi (Leader)


Pada saat ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik : salam mulai dari terapis, perkenalan
nama dan panggilan terapis.
b. Evaluasi/Validasi : menanyakan perasaan lansia saat ini dan terapis
menanyakan tentang sejak kapan lansia mulai tinggal di Panti
Werdha merasakan penurunan daya ingat dan fungsi pendengaran.
c. Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main tersebut
 Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok
harus minta ijin kepada terapis
 Lama kegiatan 15 menit
 Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
 Jika peserta merasa kurang jelas dengan penjelaskan
leader, dapat menanyakan kepada leader dengan
menunjuk tangan terlebih dahulu
 Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan
berlangsung
2. Fase Kerja (Co Leader & Fasilitator)
a. Demontrasi senam GLO
1) Mendemonstrasikan senam otak kepada lansia
2) Memberikan kesempatan lansia untuk mencoba kembali
sendiri
3) Mengulang kembali senam GLO secara bersama lansia
4) Melakukan senam GLO bersama-sama dengan mahasiswa/I
dengan menggunakan musik
3. Fase Terminasi (Leader, Co Leader, Fasilitator & Observer)
a. Evaluasi
1) Mahasiswa menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti
kegiatan
2) Memberikan pujian atas keberhasilan lansia
3) Rencana Tindak lanjut
 Terapis meminta lansia untuk mengulang hal yang
telah dipelajari secara mandiri
 Memasukan dalam jadwal kegiatan harian panti
4) Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada
lansia untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di
Panti Werdha.
b. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan
lansia sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK senam GLO,
kemampuan lansia yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan,
respons yang diharapkan adalah lansia dan petugas mampu
melakukan kegiatan senam secara mandiri dan bila dilakukan
secara rutin diharapkan fungi kognitif dapat meningkat.
MATERI SENAM OTAK

A. DEFINISI

Senam merupakan salah satu tindakan yang jarang sekali dilakukan para
lansia,banyak lansia yang mengeluh badannya capek dan pegal itu semua
dikarenakan kurangnya pergerakan otot-otot. Kebanyakan lansia tidak mau
melakukan senam karena capek, males dan lain-lain, maka dari itu kita sebagai
perawat harus bisa mengajak para lansia untuk melakukan senam, salah satunya
yaitu senam otak.

Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana.


Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas);
meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi
pemfokusan); merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni
otak tengah (limbis) serta otak besar (dimensi pemusatan).

B. MANFAAT

1. Memperlambat kepikunan
2. Menghilangkan stres
3. Meningkatkan konsentrasi
4. Membuat emosi lebih tenang

Dengan diadakan senam otak kita bisa mengetahui gerakan tubuh


sederhana yang digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang
sistem yang terkait dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang
ataupun depan, itu bermanfaat bagi otak kita. Jadi senam otak sangat berfungsi
bagi para lansia maupun yang belum lansia. Senam otak tidak menyembuhkan
suatu penyakit tetapi dengan rutin melakukan senam otak, sel-sel tubuh akan
bekerja optimal, sehingga dapat mencegah datangnya penyakit.
C. GERAKAN DASAR

1. Gerakan silang
 Cara : kaki dan tangan digerakan secara berlawanan, bisa ke depan,
samping atau belakang. Agar lebih ceria anda bisa menyelaraskan
dengan irama musik.
 Manfaat : merangsang bagian otak yang menerima informasi dan
bagian yang mengungkapkan informasi, sehingga memudahkan
proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
2. Gerakan olengan pinggul
 Cara : duduk di lantai posisi tangan dibelakang, menumpi ke lantai
serta siku ditekuk, angkat kaki sedikit lalu olengkan pinggul kekiri
dan kekanan dengan rileks.
 Manfaat : mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar,
kemampuan untuk memperhatikan dan memahami.
3. Gerakan pengisi energi
 Cara : duduk nyaman dikursi, kedua lengan bawah dan dahi
diletakan diatas meja, tangan ditempatkan diatas bahu dengan jari-
jari menghadap sedikit kedalam. Ketika menarik napas rasakan
napas mengalir kegaris tengah seperti pancuran energi.
Mengangkat dahi kemudian tengkuk dan terakhir punggung atas.
Diagfragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
 Manfaat : mengembalikan fitalitas otak setelah serangkaian
aktifitas yang melelahkan, mengusir stres, meningkatka konsentrasi
dan perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan
berfikir rasional.
4. Gerakan menguap berenergi
 Cara : bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otot-
otot dipersendian rahang. Lalu melemaskan otot-otot tersebut.
 Manfaat : mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak
berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan
daya pengkihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif
serta meningkatakan kemampuan untuk memilih informasi.
5. Gerakan gravitasi
 Cara : duduk dikursi dan silangkan kaki, tundukkan baan dengan
lengan depan bawah, buang napas ketika turun dan ambil napas
ketika naik. Lakukan dengan posisi kak berganti-gantian.
 Manfaat : mengaktifkan otak untuk rasa keseimbangan dan
koordinasi,meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan
meningkatkan energi.
6. Gerakan tombol imbang
 Cara : sentuhkan 2 jari kebelakang telinga, pada lekukan
dibelakang telinga sementara tangan satunya menyentuh pusar
sekama kuramg lebih 30 detik, lakuakn secara bergantian. Selama
melakukan gerakan itu dagu rileks dan kepala dalam posisi normal
menghadap kedepan.
 Manfaat : mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan memusatkan
perhatian, mengambil keputusan, berkonsentrasi dan pemikiran
asosiatif. Untuk mengefektifkan manfaat senam otak, dapat
dilakukan pada pagi hari dalam kurun waktu 5 sampai 15 menit
agar otak siap dan seimbang untuk memulai aktivitas. Serangkaian
latihan sederhana yang disebut senam otak dapat membantu fungsi
otak kita menjadi lebih baik dan tajam, cerdas dan jauh lebih
percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA

Buku : Brain Gym,Paul E. Dennison PhD, Gail E. Dennison, Penerbit PT.


Grasindo

Constatinides. (2006). Teori proses menua, dalam R. Boedi-Darmojo (Penyuting),


Geriatri,Balaipenerbit FKUI : Jakarta

You might also like