Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Tax is the main source of state revenue used to finance state expenditures. However, corruption in the
tax sector is very detrimental to the state revenue potential and reduces the ability of the state to
finance welfare programs. This research aims to (1) map the risks and opportunities for corruption in
the tax sector, (2) propose strategies to prevent and eradicate corruption in the tax sector. This
research uses the descriptive qualitative method with the normative juridical approach. The research
results show that (1) A structured and systematic mapping for corruption in the tax sector is needed
by detecting potential points of risks and opportunities for corruption in the tax sector, including the
processes of tax audit; tax collection; tax court; tax facilities; service to tax participants and complaints;
service and income control; tax denial, revision, and withdrawal; tasks and functions of the account
representative; and the taxation laws and regulations, (2) The integrated tax reform framework is very
effective in preventing and eradicating corruption. The prevention and eradication of corruption need
to be performed in a comprehensive and sustainable manner by focusing on managing the tax sector
in a transparent and accountable manner, revising and/or changing the laws and regulations, and by
implementing clean and respectable law enforcement.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara, namun korupsi di sektor perpajakan sangat merugikan potensi penerimaan negara,
sekaligus menurunkan kemampuan negara dalam membiayai program-program kesejahteraan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) memetakan risiko dan peluang terjadinya korupsi di sektor pajak,
(2) mengusulkan strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi di sektor pajak. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Korupsi di sektor pajak perlu dilakukan pemetaan secara
terstruktur dan sistematis dengan mendeteksi titik-titik potensial risiko dan peluang terjadinya
korupsi di sektor pajak, antara lain proses pemeriksaan pajak; penagihan pajak; pengadilan pajak;
fasilitas perpajakan; layanan kepada peserta pajak dan keluhan; kontrol layanan dan pemasukan;
penyangkalan, revisi dan penarikan pajak; tugas dan fungsi account representative; serta peraturan
perundang-undangan perpajakan, (2) Kerangka reformasi pajak terintegrasi sangat efektif untuk
mencegah dan memberantas korupsi. Pencegahan dan pemberantasan korupsi perlu dilakukan
secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan memfokuskan pada pengelolaan sektor pajak secara
transparan dan akuntabel, merevisi dan/atau mengganti peraturan perundang-undangan, serta
implementasi dan penegakan hukum yang bersih dan beribawa.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang
digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan, serta
sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Penerimaan negara yang
berasal dari pajak merupakan salah satu aspek penting dalam rangka menjamin
kelangsungan pembangunan yang berbasis pada kemandirian dalam
pembiayaannya.
Ketergantungan Indonesia dari pajak sebagai sumber pendapatan negara
tergambarkan pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran
355
2
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
356
3
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
357
4
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
2. KERANGKA TEORITIS
2.1. Pengertian Pajak
358
5
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
359
6
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
360
7
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
Senada dengan itu, survei Global Corruption Barometer tahun 2004 dan 2007
yang dirilis oleh TII yang memotret pandangan publik atau masyarakat pada
umumnya mengenai korupsi atau praktik suap di Indonesia, menempatkan Ditjen
Pajak pada peringkat ke-6 sebagai lembaga terkorup di Indonesia, sedangkan hasil
survei GCB 2005 dan 2006 mencatat Ditjen Pajak menempati peringkat ke-7. Survei
GCB (TI, 2017) mencatat Ditjen Pajak menempati urutan ke-4 dengan skor 45%.
Dari hasil berbagai survei dan indeks perbandingan korupsi tersebut,
memberikan gambaran buruknya pelayanan publik di Indonesia. Penilaian
masyarakat terhadap Ditjen Pajak dapat dilihat dalam grafik 2.1 dan grafik 2.2.
Grafik 2.1. Persepsi Publik Tentang Lembaga Terkorup Tahun 2004−2007
Grafik 2.2. Persepsi Publik Tentang Lembaga Terkorup Tahun 2013 dan 2017
361
8
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
362
9
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
3. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 3.1. Alur Kerangka Pemikiran
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif (normative legal research).
Menurut Soekanto dan Mamudji (2001:13), pendekatan yuridis normatif adalah
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran
terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti, sedangkan penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan
membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki (Convelo, 1993:73). Jenis
penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan
untuk menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif, menggambarkan realitas
yang kompleks, dan memperoleh pemahaman makna mengenai korupsi di sektor
pajak. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif, yaitu
penelitian yang bersifat membandingkan implementasi reformasi birokrasi
perpajakan di Negara Plurinasional Bolivia (Estado Plurinacional de Bolivia).
Perbandingan dilakukan karena reformasi sektor pajak sukses diterapkan pertama
kali di Bolivia oleh Bank Dunia.
363
10
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
364
11
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
365
12
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
366
13
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
367
14
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
tentang aspek-aspek sektor yang harus direformasi, jenis proses apa saja yang
terdapat di sektor pajak, peluang korupsi, bagaimana risiko korupsinya, dan
bagaimana langkah potensial untuk menanganinya, sebagaimana dapat dilihat dalam
tabel 5.2.
368
15
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
369
16
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
370
17
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
371
18
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
372
19
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
Bolivia menjadi contoh kongkrit dan faktual dalam menegakkan perfoma dan
akuntabilitas sektor pajak pada skala negara (Campos dan Pradhan, 2016:406).
Keberhasilan Bolivia dalam reformasi birokrasi di sektor pajak menjadi contoh bagi
negara-negara lainnnya, antara lain Negara Latvia melalui pembentukan
International Recovery Platform (IRP) dan Negara Peru yang membentuk The
Superintendencia Nacional de Administración Tributaria (SUNAT). Perbandingan
373
20
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
peta peluang korupsi di Bolivia sebelum dan sesudah reformasi birokrasi di sektor
pajak dapat dilihat dalam gambar 5.2 dan gambar 5.3.
Gambar 5.2. Peta Peluang Korupsi Di Sektor Pajak Sebelum Reformasi Birokrasi
(1) (3)
Klaim Penetapan Angka Pajak Seleksi Inspeksi
Peserta Wajib Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Menyerahkan klaim angka pajak ke kantor - Menyeleksi inspeksi.
pajak. - Membuat aturan inspeksi
- Menutup dokumentasi dalam bentuk fisik
maupun elektronik.
Tingkat risiko: nol Tingkat risiko: tinggi
(2) (3)
Klaim Penetapan Angka Pajak Dimulainya Inspeksi
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Mendaftarkan data ke dalam sistem. - Memberitahu dimulainya inspeksi.
- Memverifikasi dokumen (jika ada
pemeriksaan atau pengawasan, dokumen
ditolak).
Tingkat risiko: tinggi Tingkat risiko: medium
(2) (3)
Alokasi Aggaran Cross Check
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Menetapkan dan mengalokasikan anggaran. - Melakukan cross check.
Tingkat risiko: tinggi Tingkat risiko: tinggi
(2) (3)
Verifikasi Hutang Laporan Akhir
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Memverifikasi keberadaan hutang - Mengelaborasi laporan akhir (proses
penerbitan surat pajak final)
- Memberikan solusi admnistratif.
Tingkat risiko: tinggi Tingkat risiko: tinggi
(2) (3)
Penerbitan Surat Pajak Penindakan Kebijakan Sanksi
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Mendaftar jaminan atau laporan inspeksi - Menegakkan kebijakan dan sanksi.
akhir di kasus verifikasi awal.
- Menerbitkan sertfikat pajak
Tingkat risiko: tinggi Tingkat risiko: tinggi
374
21
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
Gambar 5.3 Peta Peluang Korupsi Di Sektor Pajak Sesudah Reformasi Birokrasi
(1) (7)
Klaim Penetapan Angka Pajak Seleksi Inspeksi
Peserta Wajib Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Menyerahkan klaim angka pajak ke kantor - Menyeleksi inspeksi.
pajak. - Membuat aturan inspeksi
- Menutup dokumentasi dalam bentuk fisik
maupun elektronik.
Tingkat risiko: nol Tingkat risiko: nol
(2) (8)
Kontrol Dokumen Dimulainya Inspeksi
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Mendaftarkan data ke dalam sistem. - Memberitahu dimulainya inspeksi.
- Memverifikasi dokumen (jika ada
pemeriksaan atau pengawasan, dokumen
ditolak).
Tingkat risiko: medium Tingkat risiko: medium
(3) (9)
Kontrol Konsistensi Proses Inspeksi
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Memvalidasi kredit fiskal. - Mengaplikasikan prosedur inspeksi.
- Memvalidasi pernyataan ekspor. - Menyeleksi sampel ketidakcocokan..
- Memvalidasi tarif bead an cukai. - Menyeleksi pemasok.
- Meminta anggaran. - Memverifikasi pembayaran pajak di
dalam sistem dan pernyataan pajak
tersumpah.
- Menganalisa kesalahan dan kemiripan
kasus.
- Menyeleksi cross check.
Tingkat risiko: nol Tingkat risiko: medium
(4) (10)
Alokasi Aggaran Cross Check
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Menetapkan dan mengalokasikan anggaran. - Melakukan cross check.
Tingkat risiko: nol Tingkat risiko: medium
(5) (11)
Verifikasi Hutang Laporan Akhir
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Memverifikasi keberadaan hutang - Mengelaborasi laporan akhir (proses
penerbitan surat pajak final)
- Memberikan solusi admnistratif.
Tingkat risiko: nol Tingkat risiko: medium
(6) (12)
Penerbitan Surat Pajak Penindakan Kebijakan Sanksi
Petugas Penghitung Pajak Petugas Inspeksi Pajak
- Mendaftar jaminan atau laporan inspeksi - Menegakkan kebijakan dan sanksi.
final sebelum verifikasi awal.
- Menerbitkan sertfikat pajak
Tingkat risiko: medium Tingkat risiko: medium
375
22
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
6. KESIMPULAN
Mendeteksi risiko dan peluang terjadinya korupsi di sektor pajak dapat
dilakukan dengan pemetaan pada titik-titik rawan korupsi di sektor pajak, yaitu pada
proses pemeriksaan pajak; proses penagihan pajak; proses pengadilan pajak;
fasilitas perpajakan; layanan kepada peserta pajak dan keluhan; kontrol layanan dan
pemasukan; penyangkalan, revisi, dan penarikan pajak; tugas dan fungsi account
representative; dan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Reformasi birokrasi Ditjen Pajak merupakan upaya dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan korupsi di sektor pajak. Berkaca dari reformasi
birokrasi di Bolivia, strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi perlu
dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan memfokuskan pada
pengelolaan sektor pajak secara transparan dan akuntabel, merevisi dan/atau
mengganti peraturan perundang-undangan, serta implementasi dan penegakan
hukum yang bersih dan beribawa. Penggunaan teknologi e-taxation terbukti efektif
untuk mendukung strategi pemberantasan korupsi.
7.2 Rekomendasi
Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di sektor pajak
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menerbitkan regulasi tentang transparansi beneficial ownership untuk
menghindari praktik penghindaran dan pengemplangan pajak, aliran uang
haram, konflik kepentingan, dan keterlibatan aktor politik ilegal di sektor
swasta.
2. Membentuk National Tax Service (NTS) sebagai strategi pemberantasan
korupsi, seperti yang dilakukan di Bolivia.
3. Melakukan kerja sama dengan semua sektor pemerintahan, khususnya dinas
keuangan dan perbankan, serta membentuk tim intelijen finansial untuk
mengawasi kerja sama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Campos, J. Edgardo & Sanjay Pradhan. 2016. Lubang-lubang Korupsi di Semua Sektor.
Yogyakarta: Merkid Press.
Direktorat Jenderal Pajak. 2016. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak 2016,
Jakarta: Direktot Jenderal Pajak.
376
23
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
Jurnal
Fahluzy, S.F & Agustina, L. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Membayar Pajak UMKM di Kabupaten Kendal. Accounting Analysis Journal.
Vol. 3 (3) p. 399.
Fjeldstad, Odd-Helge & Bertil Tungodden. 2003. Fiscal Corruption: A Vice or a Virtue?
Journal World Development 31 (8). Vol. 1459 p. 67.
Karya Ilmiah
Leyton, Alberto & Yasuhiko Matsuda. 2004. Overcoming Informality in the Bolivian
State: The First Generation Institutional and Governance Reviews and the
National Integrity Plan. Makalah. Madrid: International Congress of the Latin
American Centre of Administration for Development.
Sukmarani, Yunita. 2014. Efektivitas Penerapan Manajemen Risiko Dan Pengaruhnya
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying). Skripsi. Bandung:
Universitas Widyatama.
377
24
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
378
25
SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA
379