You are on page 1of 25

UAS MATA KULIAH MAKRO EKONOMI SYARIAH LANJUTAN

MAKALAH KEBIJAKAN FIZKAL DALAM ISLAM

Nama Mahasiswa : Ribut Riyanto


Kelas : ES – A Wates Kulon Progo
NIM : 16240014
Nama Dosen : Dr. Mujahid Quraisy, SE., MSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ISLAM YOGYAKARTA

2018

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dan bermanfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kulon Progo, 20 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 4

A. Latar Belakang Masalah ............................................ 4

B. Rumuan Masalah .......................................................... 5

C. Tujuan .............................................................................. 5

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................ 6

BAB III. KESIMPULAN............................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap tahun pemerintah menyusun Rencana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (RAPBN) kemudian mengajukannya kepada Dewan

Perwakilan Rakyat untuk disahkan menjadi APBN. Pertumbuhan ekonomi

sangat berpengaruh pada kebijakan fiscal yang terwujud dalam APBN. Ketika

APBN digunakan sesuai dengan waktu dan tempat yang tepat maka inflasi

yang akan terkendali dengan baik sehingga berdampak pada pertumbuhan

yang signifikan dan merata.

Kebijakan fiscal merupakan salah satu topik pembahasan utama dalam

kajian-kajian ekonomi, termasuk kajian ekonomi Islam. Dalam kajian ekonomi

Islam, Kebijakan fiskal telah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW dan

khulafaurrasyidin yang kemudian dikembangkan oleh para ulama.

Pembahasan tentang kebijakan fiskal dimasukkan dalam kategori ilmu

ekonomi makro. Munculnya pemikiran tentang kebijakan fickal dilatar

belakangi oleh adanya kesadaran terhadap pengaruh pengeluaran dan

penerimaan pemeriuntah. Pengeluaran dan penerimaan negara berpengaruh

terhadap pendapatan nasional. Untuk itu, dibutuhkan suatu kebijakan yang

disebut sebagai kebijakan fiskal untuk menyesuaikan pengeluaran dengan

penerimaan negara. Penyesuaian antara pengeluaran dan penerimaan

4
mengakibatkan ekonomi stabil yang terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi

yang layak tanpa adanya pengangguran dan kestabilan harga-harga umum.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian kebijakan fiscal?

2. Apa saja bentuk kebijakan fiscal?

3. Apa tujuan dari kebijakan fiscal?

4. Bagaimana prinsip penerimaan Negara dan apa saja penerimaan Negara

dalam ekonomi islam?

5. Bagaimana prinsip pengeluaran Negara dan apa saja pengeluaran Negara

dalam ekonomi islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian kebijakan fiscal.

2. Mengetahui bentuk kebijakan fiscal.

3. Mengetahui tujuan kebijakan fiscal.

4. Mengetahui prinsip penerimaan Negara dan mengetahui penerimaan

Negara dalam ekonomi islam.

5. Mengetahui prinsip pengeluaran Negara dan mengetahui pengeluaran

Negara dalam ekonomi islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiscal

Kebijakan fiscal adalah kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah di

bidang keuangan meliputi penerimaan Negara dan pengeluaran Negara yang

terdapat dalam satu kesatuan yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN).

Pajak termasuk dalam penerimaan Negara sedangkan penerimaan Negara

adalah komponen dari kebijakan fiscal. Kebijakan fiscal dalam system ekonoi

Islam lebih memegang peranan penting dibandingkan dengan kebijakan moneter.

Hal ini dapat dilihat dari adanya kewajiban mengeluarkan zakat dan larangan riba.

Kebijakan tentang zakat dan pajak akan dipengaruhi oleh kebijakan umum

pemerintah tentang pendapatan Negara. Kebijakan tentang pendapatan Negara

akan dipengaruhi oleh kebijakan fiscal yang diambil Negara melalui Menteri

Keuangan. Beberapa hal penting dalam ekonomi islam yang berimplikasi bagi

penentuan kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

Mengabaikan keadaan ekonomi dalam ekonomi islam, pemerintah muslim harus

menjamin bahwa zakat dikumpulkan dari orang-orang muslim yang memiliki

harta melebihi nisab dan yang digunakan untuk maksud yang dikhususkan dalam

kitab suci Al-Qur’an

1. Tingkat bunga tidak berperan dalam system ekonomi Islam

2. Ketika semua pinjaman dalam islam adalah bebas bunga, pengeluaran

pemerintah akan dibiayai dari pengumpulan pajak atau dari bagi hasil

6
3. Ekonomi islam diupayakan untuk membantu ekonomi masyarakat muslim

terbelakang dan menyebarkan pesan-pesan ajaran islam

4. Negara islam adalah Negara yang sejahtera, kesejahteraan meliputi aspek

material dan spiritual

5. Pada saat perang, islam berharap orang-orang itu memberikan tidak hanya

kehidupannya, tapi juga hartanya untuk menjaga agama

6. Hak perpajakan dalam islam tidak tak terbatas.

B. Bentuk kebijakan fiscal

Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil

otomatik dan kebijakan fiskal diskresioner. Yang dimaksudkan dengan penstabil

otomatik adalah bentuk-bentuk system fiscal yang sedang berlaku yang secara

otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan dalam kegiatan ekonomi.

Sedangkan kebijakan fiskal diskresioner adalah langkah-langkah dalam bidang

pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara khusus membuat perubahan

ke atas system yang ada, yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah

ekonomi yang dihadapi.

1. Penstabil Otomatik

Dalam perekonomioan modern penstabil otomatik yang terutama adalah

system perpajakan yang progresif dan proporsional, kebijakan harga minimum

dan system asuransi pengangguran. Uraian dibawah ini menerangkan bagai mana

masing-,masing kebijakan fiskal ini cenderung akan menstabilkan kegiatan

perekonomian.

7
a. Pajak progresif dan pajak proporsional

System pajak progresif biasanya digunakan dalam memungut pajak

pendapatan individu dipraktekkan hampir disemua negara. Pada pendapatan yang

sangat rendah pendapatan seseorang tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi

semakin tinggi pendapatan, semakin besar pajak yang dikenakan keatas tambahan

pendapatan yang diperoleh. Di beberapa Negara maju, penerima pendapatan yang

sangat tinggi – misalnya melebihi satu uang 1 US setahun, harus membayar pajak

marginal (pajak tambahan yang harus dibayar) sebanyak hampir 50 persen dari

tambahan yang diterima.

Dibeberapa negara system pajak proporsional biasanya digunakan untuk

memungut pajak ke atas keuntungan perusahaan – perusahaan korporat, yaitu

pajak yang harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan selalu

merupakan pajak yang akan dibayar kepada pemerintah.

Kedua system pajak tersebut cenderung mengurangi fluktuasi kegiatan

perekonomian dari satu periode-periode lainnya. Pada ketika ekonomi mengalami

masalah resesi, pajak yang dipungut dari individu dan perusahaan akan

mengalami penurunan. Sebagai akibatnya pendapatan posibel akan menurun

pada tingkat yang lebih lambat dam penurunan dalam pendapatan nasional.

Perubahan seperti ini memperlambat penurunan dalam pengeluaran konsumsi

rumah tangga dan pengeluaran agregat dalam perekonomian – suatu keadaan

yang mengurangi seriusnya keadaan resesi yang berlaku.

b. Kebijakan harga minimum

Kebijakan harga minimum menerangkan suatu system pengendalian harga

yang bertujuan menstabilkan keadaan para petani dan pada waktu yang sama

menjaga agar pendapatan cukup tinggi. Pernintaan dan penawaran barang

8
pertanian sifatnya tidak elastis. Sebagai akibatnya fluktuasi harga yang sangat

besar dan mempengaruhi kestabilan pendapatan petani. Pada ketika produksi dan

penawaran sangat merosot, harga barang pertanian meningkat dan berlebih,

pendapatan akan sangat merosot ketika stabilan ini mendorong pelaksanaan

kebijakan harga minimum. Walaupun menstabilkan harga dan pendapatan

merupakan tujuan kebijakan tersebut, pada akhrirnya hal itu membantu

mengurangi fluktuasi kegiatan keseluruhan ekonomi.

c. Ansuransi pengangguran

System ansuransi pengangguran adalah suatu bentuk jaminan sosial yang

dipraktekkan dinegara-negara maju. Menyadari akibar buruk yang ditimbulkan

oleh pengangguran yang leluasa semasa depresi tahun 1930an , Negara-negara

industi melaksanakan peraturan ansuransi pengangguran. System ini pada

dasarnya (i) mengharuskan tenaga kerja yang sedang bekerja untuk membayar

asuransi sebagai jaminan pendapatan sekiranya pada suatu ketika terpaksa

menganggur, dan (ii) menerima sejumlah pendapatan yang ditentukan pada ketika

menganggur.

System ini mengurangi pendapatan diposibel dari tenaga kerja yang sedang

mempunyai pekerjaan dan oleh karenanya mengurangi kepesatan pertambahan

pembelanjaan yang berlaku. Semakin tinggi kesempatan kerja, semakin tinggi

besar pendapatan, dan semakin besar potensi pertambahan kosumsi rumah

tangga. Asuransi pengangguran mengurangi kecenderungan ini. Sebaliknya, tanpa

asiransi pengangguran, pada ketika mengangguran pembelanjaan akan menjadi

merosot. Dengan adanya sistem ansuransi pengangguran, para penganggur akan

menerima pendapatan yang diperoleh dari dana ansuransi pengangguruan.

Kebijakan ini mengurangi kemerosotan perbelanjaan aegregat dan pertanbahan

9
pada ketika resesi. Dan upaya untuk meratakan pendapatan sehinga semua orang

dapat merasakan kemakmuran seutuhnya, hal ini yang dibawa visi Kristen

mengenai suatu masyarakat yang bebas dan sama,

2. Kebijakan Diskresioner

Penstabil otomatik, walaupun menjalankan fungsi yang penting dalam

mengurangi fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu periodeke periode lainnya, tidak

dapat mengatasi masalah pengangguran atau inflasi dalam perekonomian. Untuk

mrngatasi masalah-masalah seperti itu perlu dilakukan kebijakan fiskal

diskresioner. Bentuk kegiatan ini berbeda-beda dari satu priode kepriode yang lain

dan disesuaikan dengan masalah makro ekonomi yang sedang dihadapi. Secara

umum kebijakan fiscal diskresioner dapat digolongkan dalam dua bentuk :

kebijakan fiscal mengembang atau expensionery fiscal policy dan kebijakan fiskal

mengecut atau contractionary fiscal policy. Kebijakan yang pertama dilakukan

ketika perekonomian menghapi masalah pengangguran dan kebijakan kedua

dilakukan pada ketika masalah inflasi dihadapi atau perekonomian mencapai

kesempatan kerja penuh dan tingkat pengangguran sangat rendah.

Secara umum kebijakan diskresioner digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Kebijakan Fiskal Ekspansif (expansionary Fiscal Policy).

Maksudnya adalah pola kondisi perekonomian yang rendah ketika

menghadapi masalah pengangguran. Bentuk kebijakan ini adalah dengan

menambah pengeluaran pemerintah, yang biasanya digunakan untuk perbaikan

infrastruktur dan kegiatan ekonomi. Dan juga mengurangi tingkat persentase

pengenaan pajak.

10
b. Kebijakan Fiskal Kontraksi (contractionary fiscal Policy).

Kebijakan yang kedua ini dilakukan ketika maslah inflasi yang dihadapi

atau perekonomian telah mencapai kesempatan kerja penuh dan tingkat

pengangguran sangat rendah. Tujuanya adalah agar inflasi kembali normal dengan

tetap menjamin agar kesempatan kerja penuh tercapai. Namun kebijakan yang

mengurangi pengeluaran pemerintah merupakan kebijakan fiskal diskresioner

yang paling efektif dalam menekan tingkat inflasi.

Penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan

pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan

berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli

masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah

output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat

serta menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat

pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada

perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang

resesif.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif

Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat

pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran

surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai

memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

11
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)

Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran

sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni

terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

C. Tujuan kebijakan fiscal

Kebijakan fiskal dalam Islam bertujuan untuk menciptakan masyarakat

yang didasarkan pada keseimbangan distribusi kekayaan dengan menempatkan

nilai-nilai material dan spiritual secara seimbang. Kebijakan fiskal lebih banyak

peranannya dalam ekonomi Islam dibanding dengan ekonomi konvensioanl. Hal

ini disebabkan antara lain sebagai berikut:

1. Peranan moneter relatif lebih terbatas dalam ekonomi Islam dibanding dalam

ekonomi konvensioanal yang tidak bebas bunga.

2. Dalam ekonomi Islam, pemerintah harus memungut zakat dari setiap muslim

yang memiliki kekayaan melebihi jumlah tertentu (nisab) dan digunakan

untuk tujuan-tujuan sebagaimana tercantum dalam QS Al-Taubah: 60.

3. Ada perbedaaan substansial antara ekonomi Islam dan non-Islam dalam

peranan pengelolaan utang publik. Hal ini karena utang dalam Islam adalah

bebas bunga, sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari pajak atau

berdasarkan atas bagi hasil. Dengan demikian, ukuran utang publik jauh lebih

sedikit dalam ekonomi Islam dibanding ekonomi konvensioanal.

12
Menurut Metwally, setidaknya ada 3 tujuan yang hendak dicapai kebijakan fiskal

dalam ekonomi islam.

1. Islam mendirikan tingkat kesetaraan ekonomi dan demokrasi yang lebih

tinggi, ada prinsip bahwa “ kekayaan seharusnya tidak boleh hanya beredar di

antara orang-orang kaya saja. “ Prinsip ini menegaskan bahwa setiap anggota

masyarakat seharusnya dapat memperoleh akses yang sama terhadap

kekayaan melalui kerja keras dan usaha yang jujur.

2. Islam melarang pembayaran bunga dalam berbagai bentuk pinjaman. Hal ini

berarti bahwa ekonomi Islam tidak dapat memanipulasi tingkat suku bunga

untuk mencapai keseimbangan (equiblirium) dalam pasar uang (yaitu anatara

penawaran dan permintaan terhadap uang). Dengan demikian, pemerintahan

harus menemukan alat alternatif untuk mencapai equilibrium ini.

3. Ekonomi Islam mempunyai komitmen untuk membantu ekonomi masyarakat

yang kurang berkembang dan untuk menyebarkan pesan dan ajaran Islam

seluas mungkin. Oleh karena itu, sebagaian dari pengeluaran pemerintah

seharusnya digunakan untuk berbagai aktivitas yang mempromosikan Islam

dan meningkatkan kesejahtaraan muslim di negara-negara yang kurang

berkembang.

D. Penerimaan Negara

Mengenai penerimaan Negara, Allah telah menggariskan secara tegas

beberapa sumber primer yang boleh dipungut oleh Ulil Amri, missal zakat (QS. Al-

Taubah:103), jizyah (QS. Al-Taubah;29), fay (QS. Al-Hasyr:6) dan lain-lain. Di

samping pendapatan primer, pendapatan lain atau pendapatan sekunder yang

13
mnerupakan ijtihad para khalifah berupa sitaan atau denda yang harus disetorkan

kepada Negara. Dalam system ekonomi Islam ada bebrapa prinsip yang harus

ditaati oleh ulil amri dalam melaksanakan pemungutan penerimaan Negara.

1. Harus ada Nash(al quran, hadist) yang memerintahkan setiap penerimaan

negara

2. Harus ada pemisahan antara penerimaan Negara dari kaum muslim dan non-

muslim

3. Harus menjamin bahwa hanya golongan kaya dan golongan makmur yang

mempunyai kelebihan saja yang memikul beban utama

4. Harus karena adanya tuntutan kemaslahatan umum

Penerimaan negara dari kaum muslim, yaitu Kharaj (pajak tanah), Zakat,

Ushr (bea impor), Wakaf, Infak dan Shadaqah, Amwal Fadhla (harta benda kaum

muslimin yang meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang

seorang muslim yang meninggalkan negrinya, Nawaih (pajak yang jumlahnya

cukup besar yang dibebankan pada kaum muslimin dalam rangka menutupi

pengeluaran Negara selama masa darurat, Khumus atau rikaz (harta karun

temuan pada periode sebelum islam. Sementara pendapatan kaum non muslim

yaitu Jizyah, Kharaj, Ushr. Sedangkan dari sumber penerimaan yang lain yaitu

Ghanimah ( harta rampasan perang), Fay (harta dari daerah taklukan), Uang

tebusan untuk para tawanan perang, Kaffarah atau denda, Hadiah, Pinjaman dari

kaum muslimin dan non muslim.

1. Zakat

Zakat adalah salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi sumber

utama pendapatan di dalam suatu pemerintahan Islam pada periode klasik.

Sebelum diwajibkan zakat bersifat suka rela dan belum ada peraturan khusus atau

14
ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat muncul pada tahun ke

sembilan hijriyah ketika dasar Islam telah kokoh.

Melalui kebijakan pemerintah dan penegakkan hukum dengan peraturan

perundang undangan yang mengatur tentang zakat, maka zakat dapat dijadikan

instrument kebijakan fiskal di Indonesia yang pengelolanya adalah pemerintah,

dengan membentuk kantor pengelolaan zakat atau Dirjen Zakat yang berada

dibawah naungan Departemen Keuangan. Adapun penghimpunan dana zakat

sama halnya seperti pemungutan pajak. Sedangkan pendayagunaannya, zakat

didistribusikan secara produktif kepada delapan orang yangberhak menerima

zakat yang sudah ditentukan dalam al-Qur'an surat al-Taubah ayat 60 dalam

pengertian yang luas, untuk kegiatan atau program pemerintah yang lain yang

tidak termasuk dalam sasaran zakat maka diambilkan dari sumber pendapatan

lain. Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:

a. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.

b. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya

sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.

c. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat

untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.

d. Ibnu Sabil, ialah orang- orang yang terlantar dalam perjalanan.

e. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi

zakat agar menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.

f. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha

untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.

g. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan

membayarnya.

15
h. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.

Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:

a. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.

b. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti padi, gandum, kurma, anggur.

c. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.

d. Harta perdagangan.

e. Harta galian termasuk juga harta rikaz.

Zakat sesungguhnya merupaka instrument fiskal islami yang sangat luar

biasa potensinya, namun sayang, perhitung-perhitungan potensi zakat yang ada

saat ini masih bersifat perkiraan yang kasar. Sebagaian besar perhitunganyang

telah dilakukan hanya sebatas pada perhitungan potensi yang minimal. Angka

yang terkecil yang diperoleh dari beberapa perhitungan yang telah lakukan adalah

sebesar Rp.5,1 triliun (informasi dari dewan syariah dompet duafa, panduan zakat

praktis, tahun 24). Selanjutanya, disusun satu formula untuk menghitung potensi

zakat penghasilan atau profesi sebagai berikat :

Z = k rm Yk

Dimana :

Z = jumlah zakat penghasilan/profesi

K = konstanta kadar zakat penghasilan/profesi = 0,025

rm = persentase penduduk muslim Indonesia

Yk = total penghasilan pekerja Indonesia yang penghasilannya di atas nisab.

Nisab adalah angka minimal aset yang terkena kewajiban zakat. Dalam

konteks zakat penghasilan, maka nisabnya adalah penghasilan minimal per bulan

yang membuat seseorang menjadi wajib zakat(muzaki). Dari sudut kadar zakat,

16
dianologikan dengan zakat emas, dan uang, karena memang gaji, honorarium,

upah dan yang lainnya, pada umumnya diterima dalam bentuk uang, karena itu

kadar zakatnya adalah sebesar rub’ul usyri atau 2,5%, dan dikeluarkan setiap bulan

bagi karyawan yang menerima gaji bulanan (sama seperti zakat pertanian yang

dikeluarkan pada setip panen).

2. Ushr

Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dimana

pembayarannya hanya sekali dalam satu tahun dan hanya berlaku terhadap

barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. Tingkat bea orag-orang yang

dilindungi adalah 5% dan pedagang muslim 2,5%. Hal ini juga terjadi di Arab

sebelum masa Islam, terutama di Mekkah, pusat perdagangan terbesar. Yang

menarik dari kebijakan Rasulullah adalah dengan menghapuskan semua bea

impor dengan tujuan agar perdagangan lancar dan arus ekonomi dalam perdangan

cepat mengalir sehingga perekonomian di negara yang beliau pimpin menjadi

lancar. Beliau mengatakan bahwa barang-barang milik utusan dibebaskan dari bea

impor di wilayah muslim, bila sebelumya telah terjadi tukar menukar barang.

3. Wakaf

Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang

disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di baitul

maal.

4. Amwal Fadhla

Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal

tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang

meninggalkan negerinya.

17
5. Nawaib

Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada

kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama

masa darurat dan ini pernah terjadi pada masa perang tabuk.

6. Zakat Fitrah

Zakat fitrah ini diwajibkan bagi kaum muslimin dalam satu tahun sekali

sebagai pembersih harta yang mereka miliki. Tepatnya pada bulan ramadhan dan

zakat fitrah ini hingga sekarang semakin menunjukkan perkembangannya karena

bersifat wajib.

7. Khumus

Khumus adalah karun/temuan. Khumus sudah berlaku pada periode

sebelum Islam.

8. Kafarat

Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada

acara keagamaan seperti berburu di musim haji. Kafarat juga biasa terjadi pada

orang-orang muslim yang tidak sanggup melaksanakan kewajiban seperti seorang

yang sedang hamil dan tidak memungkin jika melaksanakan puasa maka dikenai

kafarat sebagai penggantinya.

9. Jizyah

Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang nonmuslim khususnya

ahli kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilai-

nilai dan tidak wajib militer.

Pada masa Rasulullah s.a.w. besarnya jizyah satu dinar pertahun untuk

orang dewasa yang mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak, pengemis,

18
pendeta, orang tua, penderita sakit jiwa dan semua yang menderita penyakit

dibebaskan dari kewajiban ini. Di antara ahli kitab yang harus membayar pajak

sejauh yang diketahui adalah orang-orang Najran yang beragama Kristen pada

Tahun keenam setelah Hijriyah. Orang-orang Ailah, Adhruh dan Adhriat

membayarnya pada perang Tabuk. Pembayarannya tidak harus berupa uang tunai,

tetapi dapat juga berupa barang atau jasa sepeti yang disebutkan Baladhuri dalam

kitabnya Fhutuh al-Buldan, ketika menjelaskan pernyataan lengkap perjanjian

Rasulullah s.a.w dengan orang-orang Najran yang dengan jelas dikatakan:

“......Setelah dinilai, dua ribu pakaian/garmen masing-masing bernilai satu

aukiyah, seribu garmen dikirim pada bulan Rajab tiap tahun, seribu lagi pada

bulan Safar tiap tahun. Tiap garmen berniali satu aukiyah, jadi bila ada yang

bernilai lebih atau kurang dari satu aukiyah, kelebihan atau kekurangannya itu

substitusi garmen harus diperhitungkan.”

10. Kharaj

Kharaj adalah pajak tanah yang dipungut dari kaum nonmuslim ketika

khaibar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik

lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa

tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Jumlah

kharaj dari tanah ini tetap yaitu setengah dari hasil produksi yang diserahkan

kepada negara. Rasulullah s.a.w biasanya mengirim orang yang memiliki

pengetahuan dalam maslah ini untuk memperkirakan jumlah hasil produksi.

Setelah mengurangi sepertiga sebagai kelebihan perkiraan, dua pertiga bagian

dibagikan dan mereka bebas memilih yaitu menerima atau menolak pembagian

tersebut. Prosedur yang sama juga diterapkan di daerah lain. Kharaj ini menjadi

sumber pendapatan yang peting.

19
Kharaj (tribute soil/pajak, upeti atas tanah) dan jizyah (tribute capitis/ pajak

kekayaan) kedunya juga terdapat pada zaman kekaisaran Romawi dengan bentuk

yang sama, dan merupakan fakta bahwa pembayaran pajak umum diterapkan

pada kekaisaran Sasanides dan Persia. Kaum muslimin pada periode awal

mengikuti pendahulunya dan keduanya ditentukan sekedarnya sesuai prinsip

keadilan. Penting untuk diketahui bahwa nonmuslim hanya membayar tiga jenis

pajak, sementara muslim membayar lebih banyak lagi jenis pajak. Kharaj yang

dibayar nonmuslim sama halnya dengan kaum muslim membayar ‘Ushr dari hasil

pertanian. Jizyah dibayar sebagai pajak untuk perlindungan sebagai pengganti

wajib militer bagi nonmuslim.

E. Pengeluaran Negara

Sebagaimana halnya penerimaan Negara, pengeluaran Negara juga memiliki

prinsip yang harus ditaati Ulil Amri.

1. Tujuan penggunaan pengeluaran kekayaan Negara telah ditetapkan langsung

oleh Allah

2. Apabila ada kewajiban tambahan maka harus digunakan untuk tujuan semula

kenapa ia dipungut

3. Adanya pemisahan antara pengeluaran yang wajib diadakan disaat ada atau

tidaknya harta dan pengeluaran yang wajib diadakan hanya saat adanya harta.

4. Pengeluaran zakat hanya saat adanya harta zakat

5. Pengeluaran untuk mengatasi kemiskinan atau mendanai jihad adalah disaat

ada maupun tidak adanya harta

6. Pengeluaran untuk kompensasi harus dibayar saat ada maupun tidak adanya

harta

20
7. Pembelanjaan untuk kemaslahatan dan kemanfaatan bukan untuk

kompensasi adalah disaat ada maupun tidak adanya harta

8. Pembelanjaan karena adanya kemaslahatan dan kemanfaatan, bukan sebagai

kompensasi saat adanya harta

9. Pembelanjaan karena ada unsure keterpaksaan, semisal ada peristiwa bencana

disaat ada maupun tidak adanya harta

Pada zaman Rasulullah SAW dan khulafaur rasyidin, pengeluaran negara

antara lain diarahkan untuk penyebaran Islam, pendidikan dan kebudayaan,

pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan infrastruktur, pembangunan

armada perang dan penjaga keamanan, serta penyediaan layanan kesejahteraan

sosial.

1. Penyebaran Islam

Penyebaran Islam dipersiapkan sesuai dengan aturan dan etika yang sesuai

dengan fiqih. Dampak ekonomi penyebaran Islam adalah meningkatnya AD

sekaligus AS. AD meningkat dalam arti bahwa populasi negeri-negeri yang

ditaklukkan itu masuk ke daerah Islam. Pada saat yang sama, banyak tanah yang

tidak produktif karena tidak dapat digarap oleh golongan Anshar berubah menjadi

produktif karena diolah oleh golongan Muhajirin. Dampak lain penaklukkan

negara-negara di sekitar pusat Islam adalah meningkatnya penadapatan baitul

maal sebagai keuangan publik.

2. Pendidikan dan Kebudayaan

Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW dan Khulafaur rasyidin ,

pendidikan dan kebudayaan mendapat perhatian utama. Kebijakan ini berlanjut

pada masa pemerintahan berikutnya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber

daya manusia.

21
3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat terjadi

pada waktu meletusnya Perang Haibar. Saat itu diciptakan alat perang berupa

pelempar batu dan benteng yang bisa bergerak.

4. Pembangunan Infrastruktur

Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dan mendapat perhatian

yang besar. Pada zaman Rasulullah dibangun infrastruktur berupa sumur umum,

pos, jala raya, dan pasar. Pembangunan dilanjutkan oleh khalifah umar bin

khattab dengan mendirikan dua kota dagang besar, yaitu Basrah dan Kota Kuffah.

Umar bin Khattab juga menginstruksikan kepada gubernurnya di Mesir untuk

membelanjakan minimal 1/3 dari pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur.

5. Pembangunan Armada Perang dan Penjaga Keamanan

Untuk membangun armada perang dan penjaga keamanan diperlukan

dana cukup besar, yang dialokasikan untuk membeli persenjataan, makanan, dan

kebutuhan perang lainnya.

6. Penyediaan Layanan Kesejahteraan Sosial

Subsidi negara untuk para fuqara dan masakin diberikan dalam jumlah

besar, disamping itu mereka dijamin oleh pemerintah selama satu tahun agar

tidak berkekurangan. Imam Nawawi mengajarkan pentingnya pemberian modal

yanmg cukup besar kepada orang-orang yang tidak mampu untuk memulai bisnis

sehingga mereka terangkat dari garis kemiskinan.

Langkah-langkah untuk mewujudkannya sebagai berikut:

a. Pemenuhan kebutuhan dasar para mustahiq

22
b. Peningkatan distribusi pendapatan sehingga mustahiq menjadi kelompok

masyarakat dengan penghasilan mid –income. Khalifah Umar bin

Setiap sumber pendapatan negara dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.:

1. Membantu orang yang tidak mampu

2. Menolong fakkir maiskin

3. Menyiapkan perumahan bagi orang yang miskin

4. Membayar gaji bagi orang yang mengumpulkan / mengelola zakat

5. Melunasi utang orang yang tidak mampu melunasinya

6. Menyebarkan Islam di kalangan non muslim

7. Membebaskan budak

8. Membiayai kegiatan sosial.

Kebijakan belanja umum Pemerintah dalam sistem ekonomi Syariah dapat

dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

1. Belanja kebutuhan Operasional Pemerintah yang rutin

2. Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya

tersedia.

3. Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati olrh masyarakat

berikut sistem pendanaannya.

23
Secara lebih rinci Pembalanjaan Negara harus didasarkan pada hal-hal

berikut ini:

1. Kebijakan belanja rutin harus sesuai dengan asas maslahat umum, tidak boleh

dikaitkan dengan kemaslahatan seseorang atau kelompok masyarakat

tertentu, apalagi kemaslahatan pejabat pemerintah.

2. Kaidah atau prinsip efisiensi dalam belanja rutin, yaitu mendapatkan sebanyak

mungkin manfaat dengan biaya yang semurah-murahnya, dengan sendirinya

jauh dai sifat mubazir dan kikir disamping alokasinya pada sektor-sektor yang

tidak bertentangan dengan syariah.

3. Kaidah yang tidak berpihak pada kelompok kaya dalam pembelanjaan,

walaupun dibolehkan berpihak pada kelompok miskin.

4. Kaidah atau prinsip komitmen dengan aturan syariah, maka alokasi belanja

Negara hanya boleh pada hal-hal yang mubah, dan menjauhi yang haram.

5. Kaidah atau prinsip komitmen dengan skala prioritas syariah, dimulai dari

yang wajib, sunnah dan mubah, atau dhoruroh, hajiyyat dan kamaliyyah.

24
BAB III

KESIMPULAN

Kebijakan fiscal merupakan kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah di

bidang keuangan meliputi penerimaan Negara dan pengeluaran Negara yang

terdapat dalam satu kesatuan yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN).

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk

membelanjakan pendapatannya dalam merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi.

Adapun dalam Islam kebijakan fiskal dan anggaran ini bertujuan untuk

mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan

berimbang dengan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang sama.

Penulis mengucapkan syukur Alhamdullilah kepada Allah SWT, sehingga

makalah ini dapat terselesaikan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Penulils berharap semoga makalah Ekonomi Makro

Islam yang berjudul “Kebijakan Fiskal Islam” ini dapat menambah wawasan dan

bermanfaat bagi kami maupun bagi semua pihak. Amiin…

25

You might also like