You are on page 1of 16

Praktek Klinis dari Terapi Oksigen Nasal Kanul Aliran Tinggi pada Orang Dewasa:

Suatu Penelitian Cross-Sectional Multicenter pada Warga Jepang

Abstrak:

Latar Belakang: Terapi oksigen nasal kanul aliran tinggi (HFNC) banyak digunakan
terutama pada situasi perawatan akut, tetapi data pada praktek dunia nyata pada orang
dewasa terbatas ketersediaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan praktek-praktek HFNC pada orang dewasa Jepang.

Metode: Survei multicenter cross-sectional retrospektif dari pasien dewasa yang


menerima HFNC dari Januari hingga Maret 2015 dilakukan pada 33 rumah sakit yang
berpartisipasi di Jepang.

Hasil: Kami memperoleh informasi dari 321 pasien (usia rata-rata, 76; 218 orang pria,
103 orang wanita; estimasi rata-rata PaO2 / FIO2, 178 mm Hg) dari 22 rumah sakit.
Status jangan di-intubasi ditemukan pada 37,4% pasien. Sebelum HFNC, 57,9% pasien
menerima terapi oksigen konvensional ; 25,9%, ventilasi noninvasif; dan 15,0%,
ventilasi mekanis invasif. Indikasi paling banyak untuk HFNC adalah gagal napas
hipoksemis akut (ARF) (65,4%), dukungan pernapasan pasca operasi (15,9%), dan
dukungan pernapasan pasca-ekstubasi (11,2%). Etiologi yang mendasari ARF termasuk
penyakit paru interstisial, pneumonia, dan edema paru kardiogenik. HFNC diberikan
sebagian besar di unit perawatan intensif atau unit perawatan intermiten (60,7%) dan
bangsal umum (36,1%). Durasi median HFNC adalah 4 hari; rata-rata laju alir total, 40 L
/ menit; dan FIO2 median, 50%. HFNC secara signifikan meningkatkan PaO2, PaCO2,
SpO2 dan laju pernapasan dari bawah. Dua pertiga pasien akhirnya bertahan ,baik yang
di dipulangkan melalui rawat jalan atau ditransfer ke ruangan .

Kesimpulan: Kami mendokumentasikan demografi pasien, indikasi klinis, dan


pengaturan HFNC digunakan di dunia nyata. Kami juga menunjukkan efek positif HFNC
pada parameter respiratori. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan mengenai
kemanjuran dan keamanan HFNC dalam populasi di luar uji klinis sebelumnya.
1. Pendahuluan

Terapi oksigen nasal kanul aliran tinggi (HFNC), memberikan aliran tinggi oksigen yang
dilarutkan dan dilembabkan melalui nasal kanul, merupakan alat yang menjanjikan
untuk mendukung sistem pernapasan. mekanisme kunci tindakan HFNC adalah
pengiriman efektif hingga 100% oksigen, pembersihan dead-space faring, penurunan
resistensi inspirasi, hidrasi saluran napas, dan efek tekanan positif ekspirasi-akhir[1].
Beberapa uji klinis telah menunjukkan efektivitas HFNC dalam berbagai situasi klinis,
seperti gagal napas hipoksemik akut (ARF), pasca bedah jantung, pasca-ekstubasi, dan
selama prosedur invasif [2-6].

Di Jepang, HFNC diperkenalkan sekitar tahun 2012 [7] dan sekarang banyak
digunakan dalam praktek klinis. Meski sudah populer secara global dan beberapa
penelitian tentang HFNC sekarang diterbitkan ,data tentang praktek dunia nyata pada
pasien dewasa masih sedikit, seperti rincian demografi pasien, indikasi klinis, dan
pengaturan untuk penggunaannya. Tidak ada pedoman berdasar kuat yang telah
ditetapkan sejauh ini untuk menerapkan HFNC. Oleh karena itu, kami melakukan survei
multisenter pertama di Jepang untuk memastikan penerapan praktis HFNC pada orang
dewasa.

2. Pasien dan metode

2.1. Populasi penelitian

Kami melakukan survei retrospektif, cross-sectional, multicenter di Jepang. Kami


menghubungi institusi yang terdaftar di Japanese Respiratory Society registry, yang
memiliki pengalaman dengan memelihara catatan penggunaan HFNC. Kami
mengidentifikasi 33 rumah sakit yang didistribusikan di seluruh Jepang yang
menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian kami. Semua pasien
berusia > 18 tahun, dirawat di rumah sakit yang berpartisipasi, dan diobati dengan
HFNC dari Januari hingga Maret 2015 dianggap memenuhi syarat untuk penelitian,
terlepas dari penyakit yang mendasari, situasi klinis, atau jenis perangkat yang
digunakan untuk mengaplikasikan HFNC.

Kami mengembangkan kuesioner elektronik terstruktur dengan jawaban pilihan ganda,


terdiri dari 5 komponen berikut :

1) Demografi: usia dan jenis kelamin; status do-not-intubate sebelum penggunaan


HFNC; penyakit yang mendasari; indikasi klinis untuk HFNC (ARF, dukungan
pernafasan pasca operasi, dukungan pernafasan pasca ekstubasi, perawatan paliatif,
atau lainnya).

2) Karakteristik pernapasan dasar - dukungan pernapasan sebelum penggunaan HFNC


[tidak ada, terapi oksigen konvensional, ventilasi noninvasif (NIV), ventilasi mekanis
invasifl (IMV), atau yang lain]; data gas darah arteri termasuk pH, tekanan parsial
karbon dioksida arteri (PaCO2), dan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) dinilai dalam
24 jam sebelum penggunaan HFNC; tanda-tanda vital termasuk saturasi oksigen kapiler
perifer (SpO2), laju pernapasan, tekanan darah sistolik, dan detak jantung dinilai dalam
24 jam sebelum menggunakan HFNC. Terapi konvensional oksigen diterapkan melalui
nasal kanul standar, masker wajah sederhana, Masker Venturi, atau masker non-
rebreather. Kami memperkirakan PaO2 / FIO2 pada pasien dengan nasal kanul standar,
masker wajah sederhana, dan masker non-rebreather menggunakan rumus: Estimasi
FIO2 = (aliran oksigen L / menit) x 0,03 + 0,21 [2].

3) Penggunaan klinis HFNC: pengaturan [intensive care unit (ICU), unit perawatan
intensif menengah (IMCU), bangsal umum, atau Instalasi Gawat Darurat (IGD)]; laju
aliran total dan fraksi oksigen inspirasi (FIO2) pada awal penggunaan HFNC; durasi
penggunaan HFNC. Kami mendefinisikan IMCU sebagai pengaturan pemantauan
perawatan intensif yang lebih rendah selain bangsal umum dan termasuk unit
perawatan koroner, unit perawatan stroke, unit perawatan high-care, dan bangsal
darurat. HFNC di UGD disebut sebagai penggunaan HFNC untuk pasien yang
dipindahkan ke ruang perawatan.

4) Parameter pernapasan setelah penggunaan HFNC: respons terhadap HFNC


(Membaik, memburuk, atau lainnya); dukungan pernapasan setelah Penggunaan HFNC;
data gas darah arteri dan tanda-tanda vital selama 6 jam dari dimulainya HFNC.

5) Hasil: status pasien saat keluar (Pulang ke rumah / rawat jalan, pindah ke bangsal,
atau kematian di rumah sakit); komplikasi (kerusakan kulit, pneumotoraks, emfisema
mediastinum, pneumonia, atau lainnya).

Kuesioner dikirim pada Maret 2016 ke 33 rumah sakit. Para ahli di bidang manajemen
pernapasan di setiap rumah sakit diminta untuk menanggapi kuisioner. Email pengingat
dikirim ke orang yang bukan sebagai responden. Pada kasus informasi yang tidak
lengkap, kontak lebih lanjut dibuat untuk memperoleh data yang hilang. Pengumpulan
data ditutup pada September 2016. Penggunaan data pasien telah disetujui oleh
Institutional Review Board di setiap rumah sakit yang berpartisipasi.

2.2. Analisis statistik

Variabel kontinyu dengan distribusi non-parametrik disajikan sebagai median (dengan


jarak interkuartil). Kategori variabel disajikan dalam angka (%). Tes peringkat
Wilcoxon yang ditandai digunakan untuk membandingkan data sebelum dan sesudah
penggunaan HFNC . Nilai P 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Semua data
dianalisis menggunakan JMP 11 (SAS Institute, Cary, NC, AMERIKA SERIKAT).
3. Hasil

3.1. Demografi

Kami menerima tanggapan sebanyak 22 dari 33 rumah sakit yang dihubungi (66,7%),
dan data dikumpulkan dari 321 pasien (218 pria, 103 wanita). Usia rata-rata adalah 76
tahun, dengan 88% pasien berumur >60 tahun . Status do-not-intubate tercatat pada
120 pasien (37,4%) sebelum pemberian HFNC.

Data disajikan sebagai n (%) kecuali dinyatakan lain.; HFNC:High Flow Nasal Canul oxygen Therapy NIV:
Non Invasive Ventilation; IMV: Invasive Mechanical Ventilation; ; IQR: Inter Quartil Range; COPD:Cheonic
Obstruction Pulmonary Disease; ARDS: Acute Respiratory Distress Syndrome.Status Do-not-intubate
didefinisikan sebelum pemberian HFNC.

Demografi pasien disajikan pada Tabel 1. Kami juga mengklasifiksikan demografi


subkelompok sesuai dengan jenis dukungan pernafasan sebelum penggunaan HFNC;
57,9% pasien diobati dengan terapi oksigen konvensional, 25,9% dengan NIV, dan
15,0% dengan IMV. Indikasi paling umum untuk HFNC adalah ARF (65,4%), diikuti oleh
penggunaan sebagai dukungan respirasi pasca operasi (15,9%). Penggunaan paling
sering berikutnya adalah untuk dukungan pernapasan pasca-ekstubasi (11,2%), diikuti
oleh perawatan liatif (6,2%) dan selama bronkoskopi (1,2%). penyakit yang psling
umum mendasari pada pasien ARF adalah penyakit paru-paru interstisial, diikuti oleh
pneumonia,edema paru kardiogenik ,penyakit eksaserbasi disfungsi paru obstruktif
kronik (COPD), sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dan kanker paru-paru.
3.2. Parameter pernafasan dasar

Analisis gas darah arteri awal dan tanda vital dinilai dalam 24 jam sebelum penggunaan
HFNC, hasil disajikan pada Tabel 2. Terdapat 221 pasien dengan data analisis gas darah
arteri; 47 mengalami hypercapnia. Tanda-tanda vital dinilai untuk hampir semua
pasien. Estimasi nilai tengah PaO2 / FIO2 adalah 178 mm Hg. Estimasi nilai PaO2 / FIO2
dari subkelompok pasien yang diobati dengan terapi oksigen konvensional sebelum
penggunaan HFNC adalah 103 mm/Hg dan mereka yang diobati dengan NIV atau IMV
adalah dan 234 mm Hg.

Data disajikan sebagai median (kisaran interkuartil) kecuali jika hal lain disebutkan. HFNC:High Flow
Nasal Canul oxygen Therapy NIV: Non Invasive Ventilation; IMV: Invasive Mechanical Ventilation; PaCO2:
partial pressure of arterial carbon dioxide; PaO2: partial pressure of arterial oxygen; FIO2: fraction of
inspired oxygen: SpO2: peripheral capillary oxygen saturation.
a.terapi Oksigen yang diberikan melalui nasal kanul konvensional, masker wajah sederhana, masker
Venturi, atau masker non-rebreather.
b HFNC di rumah.
c 221 pasien memiliki gas darah arteri yang dilakukan dalam 24 jam sebelum menggunakan HFNC.
d 120 pasien dengan terapi oksigen konvensional, 53 dengan NIV, 45 dengan IMV sebelum menggunakan
HFNC.
e FIO2 diperkirakan pada pasien dengan nasal kanul standar, masker wajah sederhana, dan masker non-
rebreather menggunakan formula berikut : (aliran oksigen L / menit) x 0,03 + 0,21.

3.3. Penggunaan klinis HFNC

Tabel 3 dan Gambar. 1 menunjukkan penggunaan klinis HFNC. HFNC sebagian besar
diterapkan di ICU atau IMCU (60,7%), dan di bangsal umum (36,1%). HFNC diterapkan
di bangsal umum pada setengah dari jumlah pasien yang menerima terapi oksigen
konvensional sebelum HFNC. Laju aliran total rata-rata adalah 40 L / menit, dengan
kisaran 35–40 L / mnt di sebagian besar pasien. FIO2 bervariasi antara pasien dan
institusi, dengan median 50%. Itu durasi median penggunaan HFNC adalah 4 hari.

Data disajikan sebagai n (%) kecuali dinyatakan lain. HFNC: high-flow nasal cannula oxygen therapy; NIV:
noninvasive ventilation; IMV: invasive mechanical ventilation; ICU: intensive care unit; IMCU:
intermediate care unit; FIO2: fraction of inspired oxygen: IQR: interquartile range.

3.4. Perbandingan parameter pernafasan sebelum dan sesudah menggunakan


HFNC

Perbandingan dibuat untuk pasien yang datanya tersedia sebelum dan sesudah
digunakannya HFNC (Tabel 4). Secara keseluruhan, PaCO2, PaO2, SpO2, laju
pernapasan, dan denyut jantung meningkat secara signifikan setelah penggunaan HFNC.
Pada pasien yang diobati dengan terapi oksigen konvensional sebelum HFNC, hasilnya
pada dasarnya sama dengan keseluruhan populasi. Pada pasien yang beralih dari NIV
atau IMV ke HFNC, tidak terdapat perburukan parameter pernafasan. Pada 24 dari 47
pasien dengan hiperkapnia, analisis gas darah arteri dilakukan setelah HFNC
menunjukkan peningkatan PaCO2 yang signifikan (Gbr. 2). Satu pasien dengan ARF
karena penyebab edema paru kardiogenik mengalami perburukan hiperkapnia dengan
asidosis berat setelah penggunaan HFNC; pasien tersebut kemudian dirawat dengan
NIV , setelah diobati pasien tersebut pulih dan dipulangkan.

3.5. Hasil

Hasil setelah penggunaan HFNC disajikan pada Tabel 5. Secara keseluruhan, 59,2%
pasien berhasil diobati dengan HFNC dan kemudian beralih ke terapi oksigen
konvensional. Di sisi lain, 17,4% beralih ke NIV atau IMV karena gagal nafas semakin
memburuk; 13,7% pasien mengalami perburukan gagal nafas dan dilanjutkan ke
prosedur HFNC hingga meninggal. Hanya empat pasien yang beralih ke terapi oksigen
konvensional karena intoleransi HFNC; tiga di antaranya bertahan dan dipulangkan
sementara pasien lainnya meninggal di rumah sakit. Secara keseluruhan, 204 dari 321
pasien (63,6%) selamat; 45,8% dipulangkan kerumah/rawat jalan dan 17,8%
dipindahkan ke fasilitas yang lain . Dengan demikian, 114 pasien (35,5%) meninggal di
rumah sakit, 28,0% karena kegagalan pernafasan dan sisanya 7,5% karena alasan lain.
Angka ketahanan hidup pasien di rumah sakit adalah 51,7% pada pasien yang dirawat
dengan terapi oksigen konvensional sebelum penggunaan HFNC, dan 80,1% diantara
pasien tersebut menggunakan NIV atau IMV. Komplikasi terkait dengan HFNC sangat
jarang dan hanya dua pasien yang mengalami kerusakan kulit ringan.

Gambar. 1 - Diagram alur indikasi klinis untuk HFNC, pretreatment, pengaturan klinis, dan hasil
kelangsungan hidup.a. Dua Pasien tidak menerima bantuan pernapasan dan satu pasien yang menerima
NIV dirumah sebelum penggunaan HFNC tidak termasuk dalam flow chart

4. Diskusi

Sejauh pengetahuan kami, ini merupakan penelitian multisenter pertama yang


melaporkan praktek klinis HFNC yang sebenarnya dilakukan pada pasien dewasa. Hasil
utama dapat diringkas sebagai berikut: (1) HFNC digunakan pada populasi lansia (usia
median, 76 tahun) dengan gagal napas sedang hingga berat, termasuk beberapa Pasien
DNI; (2) Alasan paling umum untuk mengunakan HFNC adalah penyakit interstisial
paru dengan ARF, diikuti oleh ARF yang diakibatkan oleh pneumonia, dan situasi pasca
operasi; (3) Pola praktek HFNC menunjukkan bahwa HFNC diterapkan lebih sering di
ICU / IMCU daripada di bangsal umum, dengan laju aliran total rata-rata 40 L / menit
dan median FIO2 sebesar 50%; (4) HFNC meningkatkan parameter pernafasan secara
signifikan dari nilai baseline; dan (5) Dua pertiga pasien akhirnya bertahan dan
dipulangkan kerumah atau dipindahkan ke bangsal.

Data disajikan sebagai median (kisaran interkuartil).HFNC: high-flow nasal cannula oxygen therapy; NIV:
noninvasive ventilation; IMV: invasive mechanical ventilation; PaCO2: partial pressure of arterial carbon
dioxide; PaO2: partial pressure of arterial oxygen; SpO2: peripheral capillary oxygen saturation; RR:
respiratory rate; SBP: systolic blood pressure .a-c 127, 57, dan 70 pasien menjalani pemeriksaan agas
darah arteri dilakukan dalam 24 jam sebelum dan dalam 6 jam setelah awal penggunaan HFNC,secara
berurutan

4.1. Demografi pasien

Survei kami mendokumentasikan penggunaan HFNC di dunia nyata; pasien-pasien ini


didapatkan berbeda dalam beberapa aspek dari uji klinis yang sering dipublikasikan.

Pertama, usia pasien dalam uji coba terkontrol secara acak baru-baru ini (RCT)
yang mengevaluasi kemanjuran HFNC dalam ARF sekitar 60 tahun, dan pasien DNI
dikeluarkan [2,8,9]. Dalam survei kami, sekitar 90% pasien berusia lebih dari 60 tahun,
dan sekitar setengah dari pasien non-bedah memiliki status DNI. Selain itu , hampir
setengah dari non-responden terus berada di HFNC hingga meninggal. Dengan
demikian, tampak bahwa dalam praktek klinis di Jepang, HFNC lebih disukai untuk
pengobatan lansia, pasien dengan status DNI dan mereka yang sakit parah. Ini mungkin
dijelaskan oleh keuntungan dari HFNC sehubungan dengan kenyamanan pasien,
kepatuhan pasien, dan komplikasi yang jarang, semua yang merupakan masalah penting
dalam pemilihan modalitas dukungan sistem respirasi[10]. Faktanya, intoleransi dan
komplikasi- dari HFNC dialami hanya pada masing-masing empat dan dua pasien dalam
survei kami. Mungkin sulit atau tidak mungkin untuk melakukan RCT pada subset
pasien yang sama; Namun, mereka mungkin kandidat yang cocok untuk HFNC.

Gbr. 2 - Perubahan pH dan PaCO2 setelah penggunaan HFNC pada pasien dengan hiperkapnia. Dari 47
pasien dengan hiperkapnia, 24 pasienmenjalani pemeriksaan gas darah arteri yang dilakukan dalam 24
jam sebelum dan dalam 6 jam setelah penggunaan awal HFNC. Perbandingangas darah arteri sebelum
dan sesudah HFNC menunjukkan penurunan PaCO2 yang signifikan setelah HFNC .

Kedua, dalam penelitian ini, indikasi utama untuk HFNC adalah ARF, bantuan
pernapasan pasca operasi, dan dukungan pernafasan pasca ekstubasi. Kemanjuran
HFNC terhadap indikasi ini telah diterapkan dengan baik di RCT sebelumnya [2–6].
Namun, survei kami juga mengungkapkan bahwa pasien dengan penyakit paru
interstisial, edema paru kardiogenik, atau Eksaserbasi PPOK, di mana bukti penggunaan
HFNC masih sedikit, .secara fakta hal tersebut terobati dengan modalitas ini. Potensi
efek fisiologis seperti pencucian dead-space dan pengurangan usaha inspirasi
mendukung gagasan ini bahwa HFNC dapat memberi keuntungan fisiologis pada pasien
dengan penyakit pernapasan kronis terutama mereka yang berisiko mengalami
kelelahan pernapasan dan hiperkapnia [11,12]. Beberapa penelitian intervensi yang
menilai efek HFNC pada parameter respirasi di beberapa pasien tertentu dengan
penyakit pernapasan kronis ,juga mendukung keuntungan klinis HFNC pada populasi
ini. Dalam sebuah penelitian pada pasien PPOK, HFNC menghasilkan peningkatan
volume tidal, pengurangan frekuensi pernapasan dibandingkan dengan pernapasan
spontan, dan pengurangan PaCO2 yang tergantung pada aliran nafas[13]. Penelitian
lain juga menunjukkan penurunan laju pernapasan dan PaCO2 pada pasien dengan
PPOK dan penyakit paru interstisial [14]. Pada pasien paru edema kardiogenik, efek
tekanan ekspirasi-akhir positif dapat menurunkan preload dan dikaitkan dengan efek
hemodinamik dan espirasi yang bermanfaat pada pasien dengan gagal jantung. Sebuah
Penelitian intervensi megikutsertakan pasien dengan gagal jantung menunjukkan
pengurangan diameter vena cava inferior dan laju pernapasan dari baseline [15].
Dengan demikian, kesatuan data fisiologis dan klinis menunjukkan kemungkinan
pengobatan HFNC yang sukses dalam populasi baru ini, tetapi penelitian prospektif
lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi keampuhan dan keamanan terhadap
populasi ini.

Data disajikan sebagai n (%). HFNC: high-flow nasal cannula oxygen therapy; NIV: noninvasive
ventilation; IMV: invasive mechanical ventilation. Pasien diobati dengan HFNC hingga meninggal.

4.2. Penggunaan praktis HFNC

Laju aliran total adalah variabel penting dalam HFNC, secara langsung terkait dengan
mekanisme kerjanya, yang menghasilkan beberapa efek fisiologis seperti peningkatan
oksigenasi, efek tekanan akhir ekspirasi positif, dan pencucian dead-space[1]. Menurut
protokol penelitian yang digunakan dalam RCT terbaru dan penelitian observasional
kohort besar pada pasien ARF, laju aliran total di awal ditetapkan sebesar 30–50 L /
min [2,7,8], konsisten dengan praktik klinis seperti yang terlihat pada penelitian
sekarang. Sebaliknya, RCT yang dilakukan oleh para peneliti di spanyol yang menilai
keampuhan HFNC untuk dukungan pernapasan pasca-ekstubasi mengikuti protokol
yang berbeda, dengan total laju aliran awal ditetapkan sebesar 10 L / menit dan dititrasi
ke atas sebesar 5 L / min, ditingkatkan hingga pasien mengalami ketidaknyamanan
[4,5]. Meskipun tampaknya masuk akal untuk mengatur aliran oksigen lebih tinggi guna
menjaga FIO2 agar konstan tanpa menghiraukan laju aliran inspirasi pasien dan untuk
menghasilkan tekanan saluran udara positif yang lebih tinggi, laju optimal aliran total
untuk masing-masing pasien dan situasi klinis masih harus ditentukan.

FIO2 juga merupakan masalah penting;Tetapi, hal tersebut mungkin berbeda


tergantung pada tingkat kegagalan pernafasan. Di penelitian sebelumnya, dilaporkan
antara 21% hingga 100% ketika dimulainya terapi dan dititrasi sesudahnya untuk
mempertahankan level target SpO2 atau PaO2 [2,7,8]. Pada penelitian saat ini , HFNC
telah dimulai pada rata-rata 50% untuk FIO2; ini bisa mencerminkan tingkat keparahan
penyakit pasien yang disurvei, dengan perkiraan awal PaO2 / FIO2 sebesar 178 mm Hg.

Berkenaan dengan pengaturan klinis inisiasi HFNC, ICU merupakan lokasi yang
paling sering di hampir semua RCT yang dipublikasikan [2,4,5,8,9]. Namun, dalam
survei kami, sekitar setengah pasien non-bedah dengan HFNC diobati di bangsal umum.
Ini terutama dijelaskan oleh masuknya pasien DNI. Seperti protokol dukungan
pernafasan lainnya, pemantauan tingkat kesadaran, pola pernapasan, tanda-tanda vital,
dan analisis gas darah arteri sangat penting selama HFNC. Namun, HFNC menggunakan
perangkat yang lebih sederhana, lebih mudah untuk diterapkan, ditoleransi lebih baik,
dan memiliki lebih sedikit komplikasi dibandingkan dengan NIV atau IMV, dan dengan
demikian mungkin memerlukan dukungan keperawatan yang kurang intensif. Ini
menunjukkan bahwa pasien di HFNC mungkin berpotensi dikelola di bangsal umum,
terutama pada pasien dengan kondisi DNI dan perawatan paliatif [16]. Yang terpenting,
pengaturan yang sesuai untuk menerapkan HFNC harus ditentukan oleh keparahan
penyakit, stabilitas klinis, dan kode status. Lebih jauh lagi, kewaspadaan diperlukan
pada pasien yang sakit parah dan tidak stabil karena intubasi yang tertunda, dilaporkan
terkait dengan kegagalan HFNC dan mortalitasnya lebih tinggi [17]. Keamanan HFNC
untuk pasien dengan kondisi penyakit tidak terlalu parah di luar ICU perlu ditentukan
dalam penelitian lebih lanjut.

4.3. Efek fisiologis dari HFNC

Semakin banyaknya bukti menunjukkan bahwa HFNC meningkatkan parameter


respiratory lebih baik daripada terapi oksigen konvensional [10,18,19]. Hasil kami
sebagian besar konsisten dengan penelitian sebelumnya. Kami juga menemukan
penurunan PaCO2 yang signifikan pada pasien dengan hiperkapnia setelah HFNC.
Beberapa penelitian telah menunjukkan perbaikan pada hiperkapnia dengan HFNC
[13,14,20,21], terutama dijelaskan oleh efek pencucian dead-space [22]. Meskipun pada
bukti daasar yang dikumpulkan pada pasien hypercapnia, NIV dan IMV adalah pilihan
utama [23], HFNC bisa menjadi pilihan alternatif untuk pasien yang menolak NIV atau
tidak toleran terhadapnya.
4.4. Hasil

Tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan sekitar 60%, tetapi terdapat


perbedaan antara subkelompok. Pasien yang beralih dari NIV atau IMV ke HFNC
memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik sekitar 80%, mungkin karena
dalam kelompok ini,terdapat lebih sedikit pasien dengan status DNI, dan lebih banyak
yang stabil dan sedang dirawat. Di sisi lain, pasien beralih dari terapi oksigen
konvensional ke HFNC memiliki angka kematian di rumah sakit yang lebih tinggi. Ini
mungkin terkait dengan beberapa kekhawatiran sebagai berikut: 1) HFNC diterapkan
pada sebagian besar pasien yang sudah memburuk; 2) perkiraan baseline PaO2 / FIO2
serendah 103 mm Hg; 3) separuh pasienmemiliki Status DNI; 4) penggunaan HFNC
sebagai bagian dari perawatan paliatif sekitar 10% dari total jumlah pasien; 5) setengah
dari non-responden HFNC beralih ke NIV atau IMV, sedangkan separuh sisanya
dilanjutkan di HFNC sampai meninggal tanpa eskalasi ataupun dukungan lebih lanjut

4.5. Komplikasi

Hanya ada dua komplikasi terkait dengan HFNC; kedua pasien mengalami kerusakan
kulit ringan. Percobaan sebelumnya melaporkan insiden rendah mngenai efek samping
yang terkait dengan HFNC termasuk desaturasi oksigen,nosokomial pneumonia ,
pneumotoraks, kerusakan kulit, syok sepsis, pseudo-obstruksi kolon akut, disritmia
jantung, dan henti jantung [24]. Meskipun uji coba ini melaporkan tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan terapi oksigen konvensional atau
NIV untuk hampir semua efek samping, kerusakan kulit dilaporkan jarang terjadi
dibandingkan dengan NIV pada pasien setelah operasi kardiotoraks [3]. Suatu uji klinis
acak yang menguji non-inferioritas HFNC relatif terhadap NIV untuk mencegah
kegagalan pernafasan pasca ekstubasi dan reintubasi pada pasien berisiko tinggi juga
melaporkan bahwa efek samping membutuhkan pencabutan bantuan pernapasa , hal
tersebut tidak didapati pada setiap pasien dalam kelompok HFNC, dibandingkan dengan
42,9% pada kelompok NIV [4]. Jadi, mirip dengan penelitian kami, komplikasi HFNC
jarang dilaporkandi penelitian sebelumnya.

4.6. Kelebihan dan keterbatasan

Kelebihan penelitian kami adalah generalisasi hasil-hasilnya, karena data dikumpulkan


dari institusi yang didistribusikan di seluruh Jepang, dengan tingkat respons 66,7%.
Namun, kami juga mengenali beberapa keterbatasan dari penelitian kami. Pertama,
karena desain retrospektif, hasil kami berpotensi mencakup kesalahan klasifikasi;
beberapa karakteristik klinis yang penting tidak dicatat.Kami mengevaluasi tingkat
keparahan pasien menggunakan rasio PaO2 / FIO2 yang diperkirakan, tetapi kami tidak
dapat menilai indeks keparahan termasuk APACHE, SAPS, atau skor SOFA. Selain itu,
waktu pengumpulan data parameter pernapasan mungkin juga mempengaruhi
hasilnya. Kedua, hasil kami harus ditafsirkan dengan hati-hati karena desain penelitian
cross-sectional kami tidak memungkinkan penilaian kausalitas. Ketiga, meskipun kami
melakukan survei nasional, kami tidak bisa memperoleh data dari semua lembaga di
Jepang; selain itu, praktik ini mungkin berbeda di negara lain. Akhirnya, masa
penelitian hanya selama tiga bulan pada tahun 2015, dan kami perlu memperbarui
survei dengan mempertimbangkan perubahan dan akumulasi bukti baru

5. Kesimpulan

Dalam survei multisenter ini, kami menggambarkan praktik klinis HFNC yang
sebenarnya pada pasien dewasa. Survei kami mengungkapkan bahwa populasi dunia
yang sbenarnya berbeda dari populasi percobaan klinik yang sangat terpilih . Kami juga
menunjukkan efek positif HFNC pada parameter pernapasan. Penelitian lebih lanjut
diperlukan sebelum HFNC dapat diintegrasikan ke protokol standar pendukung
pernafasan dalam praktik klinis.

Ucapan terima kasih

Para penulis ingin mengucapkan terimakasih pada institusi yang berpartisipasi dan
berterima kasih kepada semua staf relevan atas bantuan mereka dalam pengumpulan
data

Konflik kepentingan

Para penulis tidak memiliki konflik kepentingan.

Lampiran A. Informasi pendukung

Data tambahan yang terkait dengan artikel ini dapat ditemukan dalam versi online di
doi: 10.1016 / j.resinv.2018.02.002.
Daftar Pustaka

[1] Nishimura M. High-flow nasal cannula oxygen therapy in adults: physiological benefits,
indication, clinical benefits, and adverse effects. Respir Care 2016;61:529–41.

[2] Frat JP, Thille AW, Mercat A, Girault C, Ragot S, Perbet S, et al. High-flow oxygen through
nasal cannula in acute hypoxemic respiratory failure. N Engl J Med 2015;372:2185–96.

[3] Stephan F, Barrucand B, Petit P, Rezaiguia-Delclaux S, Medard A, Delannoy B, et al. High-


flow nasal oxygen vs noninvasive positive airway pressure in hypoxemic patients after cardi-
othoracic surgery: a randomized clinical trial. JAMA 2015;313:2331–9.

[4] Hernandez G, Vaquero C, Colinas L, Cuena R, Gonzalez P, Canabal A, et al. Effect of


postextubation high-flow nasal cannula vs noninvasive ventilation on reintubation and
postextubation respiratory failure in high-risk patients: a randomized clinical trial. JAMA
2016;316:1565–74.

[5] Hernandez G, Vaquero C, Gonzalez P, Subira C, Frutos-Vivar F, Rialp G, et al. Effect of


postextubation high-flow nasal cannula vs standard oxygen therapy on reintubation in low-
risk patients: a randomized clinical trial. JAMA 2016;315:1354–61.

[6] Lucangelo U, Vassallo FG, Marras E, Ferluga M, Beziza E, Comuzzi L, et al. High-flow nasal
interface improves oxyge- nation in patients undergoing bronchoscopy. Crit Care Res Pract
2012;2012:506382.

[7] Nagata K, Morimoto T, Fujimoto D, Otoshi T, Nakagawa A, Otsuka K, et al. Efficacy of


high-flow nasal cannula therapy in acute hypoxemic respiratory failure: decreased use of
mechanical ventilation. Respir Care 2015;60:1390–6.

[8] Lemiale V, Mokart D, Mayaux J, Lambert J, Rabbat A, Demoule A, et al. The effects of a 2-
h trial of high-flow oxygen by nasal cannula versus Venturi mask in immunocompromised
patients with hypoxemic acute respiratory failure: a multi- center randomized trial. Crit Care
2015;19:380.

[9] Lemiale V, Mokart D, Resche-Rigon M, Pene F, Mayaux J, Faucher E, et al. Effect of


noninvasive ventilation vs oxygen therapy on mortality among immunocompromised
patients with acuterespiratoryfailure:arandomizedclinicaltrial. JAMA 2015;314:1711–9. with
acute respiratory failure: a randomized clinical trial. JAMA 2015;314:1711–9.

[10] Frat JP, Brugiere B, Ragot S, Chatellier D, Veinstein A, Goudet V, et al. Sequential
application of oxygen therapy via high- flow nasal cannula and noninvasive ventilation in
acute respiratory failure: an observational pilot study. Respir Care 2015;60:170–8.

[11] MollerW, Feng S, Domanski U, Franke KJ, Celik G, Bartenstein P, et al. Nasal high flow
reduces dead space. J Appl Physiol 1985;2017:191–7.
[12] Mauri T, Turrini C, Eronia N, Grasselli G, Volta CA, Bellani G, et al. Physiologic effects of
high-flow nasal cannula in acute hypoxemic respiratory failure. Am J Respir Crit Care Med
2017;195:1207–15.

[13] Braunlich J, Beyer D, Mai D, Hammerschmidt S, Seyfarth HJ, Wirtz H. Effects of nasal
high flow on ventilation in volun- teers, COPD and idiopathic pulmonary fibrosis patients.
Respiration 2013;85:319–25.

[14] Braunlich J, Kohler M, Wirtz H. Nasal highflow improves ventilation in patients with
COPD. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis 2016;11:1077–85.

[15] Roca O, Perez-Teran P, Masclans JR, Perez L, Galve E, Evan- gelista A, et al. Patients with
New York Heart Association class III heart failure may benefit with high flow nasal cannula
supportive therapy: high flow nasal cannula in heart failure. J Crit Care 2013;28:741–6.

[16] Epstein AS, Hartridge-Lambert SK, Ramaker JS, Voigt LP, Portlock CS. Humidified high-
flow nasal oxygen utilization in patients with cancer at Memorial Sloan-Kettering Cancer
Center. J Palliat Med 2011;14:835–9.

[17] Kang BJ, Koh Y, Lim CM, Huh JW, Baek S, Han M, et al. Failure of high-flow nasal cannula
therapy may delay intu- bation and increase mortality. Intensive Care Med 2015;41:623–32.

[18] Lenglet H, Sztrymf B, Leroy C, Brun P, Dreyfuss D, Ricard JD. Humidified high flow nasal
oxygen during respiratory failure in the emergency department: feasibility and efficacy.
Respir Care 2012;57:1873–8.

[19] Vargas F, Saint-Leger M, Boyer A, Bui NH, Hilbert G. Physio- logic effects of high-flow
nasal cannula oxygen in critical care subjects. Respir Care 2015;60:1369–76.

[20] Jeong JH, Kim DH, Kim SC, Kang C, Lee SH, Kang TS, et al. Changes in arterial blood
gases after use of high-flow nasal cannula therapy in the ED. Am J Emerg Med
2015;33:1344–9.

[21] Fraser JF, Spooner AJ, Dunster KR, Anstey CM, Corley A. Nasal high flow oxygen therapy
in patients with COPD reduces respiratory rate and tissue carbon dioxide while increasing
tidal and end-expiratory lung volumes: a randomised crossover trial. Thorax 2016;71:759–
61.

[22] Moller W, Celik G, Feng S, Bartenstein P, Meyer G, Oliver E, et al. Nasal high flow clears
anatomical dead space in upper airway models. J Appl Physiol 1985;2015:1525–32.

[23] Nava S, Hill N. Non-invasive ventilation in acute respiratory failure. Lancet


2009;374:250–9.
[24] Corley A, Rickard CM, Aitken LM, Johnston A, Barnett A, Fraser JF, et al. High-flow nasal
cannulae for respiratory support in adult intensive care patients. Cochrane Database Syst
Rev 2017;5:CD010172.

You might also like