Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
1. Virus lambat
Merupakan teori yang paling populer (meskipun belum terbukti) adalah yang
berkaitan dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunyai masa inkubasi 2-30
tahun sehingga transmisinya sulit dibuktikan. Beberapa jenis tertentu dari
ensefalopati viral ditandai oleh perubahan patologis yang menyerupai plak
senilis pada penyakit alzheimer.
2. Proses autoimun
3. Keracunan aluminium
C. Patofisiologi
D. Manifestasi klinis
Gejala Alzheimer Berdasarkan National Alzheimer ‘s Association (2003),
dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun)
1) Lebih sering binggung dan melupakan informasi yang baru dipelajari.
2) Diorintasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik.
3) Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin.
4) Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian misalnya mudah
tersinggung,mudah menuduh ada yang mengambil barangnya bahkan
menuduh pasangannya tidak setia lagi/selingkuh.
b. Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun)
1) Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup sehari –hari seperti makan
dan mandi.
2) Perubahan tingkah laku misalnya : sedih dan emosi.
3) Mengalami gangguan tidur.
4) Keluyuran.
5) Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit
untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai
dari nama, hingga tidak mengenali wajah sama sekali. Kemudian bertahap
kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui).
c. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
1) Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
2) Kehilangan napsu makan, menurunya berat badan.
3) Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh.
4) Perubahan perilaku misalnya : Mudah curiga, depresi, apatis atau mudah
mengamuk
E. Patogenesis
1. Faktor Genetik
2. Faktor infeksi
3. Faktor lingkungan
4. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita Alzheimer
didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan
alphan protein, anti typsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Heyman
(1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita
alzhaimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit
inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan
faktor immunitas.
5. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan pemyakit Alzheimer
dengan trauma kepala. Hal ini dihubungan dengan petinju yang menderita
demensia pugilistic, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary
tangles.
6. Faktor neurotransmiter
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
1. Neuropatologi
c. Degenerasi neuron
d. Perubahan vakuoler
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
anterhinal, gyrus cingulated, korteks insula, dan amydala. Sejumlah kecil
pada korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipitalis. Lewy body
kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body
batang otak pada gambaran histopatologi penyakit Parkinson. Hansen et
al menyatakan lewy body merupakan variasi dari penyakit Alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologis
7. Laboratorium darah
G. Penatalaksanaan medis
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor
untuk pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita
Alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah
penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang
bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik
akan memperburuk penampilan intelektual pada organ normal dan
penderita Alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer
didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzyme
yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nucleus basalis. Pemberian
thiamin hidrochloryda dengan dosis 3gr/hari selama tiga bulan
peroral, menunjukan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi
dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan
binatang. Tetapi pemberian 4000mg pada penderita Alzheimer tidak
menunjukan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat
disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin
(catapres) yang merupakan noradrenergik alpha 2 reseptor agonis
dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 mgg, didapatkan
hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif.
5. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis
(delusi, halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5
mg/hari selama 4 mgg akan memperbaiki gejala tersebut. Bila
penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic
anti depressant (aminitryptiline25-100 mg/hari).
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam
mitokondria dengan bantuan enzim ALC transferace. Penelitian ini
menunjukan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil
kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberiaan dosis 1-2 gr
/hari/oral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulakan bahwa
dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi
kognitif.
BAB III
PEMBAHASAN
KASUS :
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis kelamin :
b. Keluhan Utama
1) gelisah
2) sulit tidur
3) sering terjatuh
4) Gelisah di malam hari
e. Pemeriksaan fisik
c.Saraf III, IV dan VI. Tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
d.Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
f.Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional
i.Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal.
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan
penurunan pada fungsi motorik secara umum. Tonus Otot. Didapatkan
meningkat.
Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena
adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan
metode pemeriksaan.
7) Pengkajian Refleks
2. Diagnosa Keperawatan
Kriteria hasil :
Data subjektif :
- Pasien selalu gelisah,
mengatakan sulit untuk
tidur
- Keluarga mengatakan
ia tidak mampu
menyebutkan kembali
apa yang dibaca/
mengikuti acara
program televisi
- Ketidakmampuan untuk
melakukan hal yang
telah biasa yang
dilakukannya dan
sering jatuh.
- Ketika datang pasien
terlihat tampak bingung
- Baju pasien terlihat
lusuh dan kancing baju
yang tidak beraturan