You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, dan tidak lupa kita mengirim salam dan salawat kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang
benar yaitu agama Islam.
Dalam mata kuliah al-islam kemuhammadiyahan ini, kami mendapatkan
tugas untuk membuat makalah yang berjudul “Prinsip Dan Ajaran Islam Dalam
Ilmu”. Kami harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat serta
dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pontianak, 15 Oktober 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................ 2

BAB II TINJAUN TEORI

A. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Ilmu.................................................. 3


B. Ilmu Dalam Perspektif Islam............................................................... 7
C. Penerapan Ilmu Berbasis Sunnatullah dan Qadarullah........................ 11
D. Ayat dan hadis yang relevan................................................................. 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... iii

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu agamapun yang
melampaui dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana
pandangan yang diberikan Islam. Islam sangat gigih dalam mendorong
umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya, sebagai sesuatu
yang utama dan mulia.
Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah benar-benar
menyatakan betapa tingginya nilai ilmu itu. Karena itu Allah meninggikan
kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah maupun disisi
manusia.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan”. (QS. 58 : 11).Adapun sumber
nilai dalam Islam adalah al-Quran dan sunnah Rasul. Karena banyaknya
nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka dipilih dan diangkat
beberapa di antaranya yang dipandang fundamental dan dapat merangkum
berbagai nilai yang lain, yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat
manusia, keseimbangan, rahmatan lil’alamin.
Dengan demikian, pendidikan Islam sangat ideal terutama dikarenakan
memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,
menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan selalu
berupaya meningkatkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Ilmu
2. Ilmu Dalam Perspektif Islam
3. Penerapan Ilmu Berbasis Sunnatullah dan Qadarullah
4. Ayat dan hadis yang relevan
5. Keperawatan dalam Perspektif Islam
C. Tujuan
1. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Ilmu
2. Ilmu Dalam Perspektif Islam
3. Penerapan Ilmu Berbasis Sunnatullah dan Qadarullah
4. Ayat dan hadis yang relevan
5. Keperawatan Dalam Perspektif Islam

1
2

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa/i dapat berguna untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan mengenai prinsip dan ajaran islam dalam ilmu
2. Bagi pembaca dapat ingin mengetahui prinsip dan ajaran islam dalam
ilmu
BAB II

TINJAUN TEORI

A. Prinsip Dan Ajaran Islam Dalam Ilmu


Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia,
masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-
prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidik merupakan
fasilitator harus mampu memberdayagunakan beraneka ragam sumber
belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik perlu perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa
mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-
sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integral dan Seimbang
a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains
dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran
Islam, Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Allah pula
yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya.
Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah
ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup
akidah dan syariah.
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah
memerintahkan agar mansuia untuk membaca yaitu dalam QS Al-‘Alaq
ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah
membaca tersebut, seperti dalam Firman Allah QS Al-Ankabut: Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS. Al-
Ankabut : 45).

3
4

Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang


harus dibaca. Ia merupakan ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah,
qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan agar manusia membaca ayat
Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat kauniyah,
sunatullah), anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit
dan dibumi”(QS. Yunus : 101).
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah
memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah)
dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa memberikan tekanan terhadap
slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam
harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara
berbagai aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat,
antara ilmu dan amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama
manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran
Islam harus menjadi perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan
mendidik manusia agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam
itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan FirmanAllah SWT:
ِ‫ك سمأنِ الددحنأياَ أوأأححسسن‬ ‫س نأ س‬
‫صيبأ أ‬ ‫ك د‬
‫اا الدداأر احلسخأرةأ أوأل تأحن أ‬ ‫أواحبتأسغ سفيأماَ آأتاَ أ‬
‫ح‬
ِ‫ب الامحفسسسديِأن‬ ‫د‬
‫ض إسدن اأ أل يِاسح د‬ ‫أ‬ ‫ح‬
‫ك أوأل تأحبسغ الفأأساَأد سفيِ احلحر س‬‫اا إسلأحي أ‬‫أكأماَ أأححأسأنِ د‬
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashas : 77)

Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran,


pendidik harus memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan
pendekatan yang relevan. selain mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik
5

perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional agar peserta didik


dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar
kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan
Rabb Al-Amin (pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan
alam semesta termasuk manusia. Allah menampakan proses yang
memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal demikian kemudian
dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam
bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara
teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah,
yang paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah
Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan
perimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan
Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara praktis
dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain,
pendidikan Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi
rubbubiyah Allah terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan samspai
dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia
yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret
manusia dalam pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu
dalam msyarakat atau pada seorang individu karena kekuasaanya, yang
berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok orang
semata. Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk
mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik
menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan
demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur
individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis
6

keridhaan Allah. Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam


proses pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan baik kecerdasan
intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip yang Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk
menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan tauhid yang telah
menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun ke arah
itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu menyelenggrakan
pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai
sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya
mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai
kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu
dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan moral.
Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu
agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada
dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional
sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi,
perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-
Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh karena itu,
pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan
universal. menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar
menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam ditandai dengan
kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dar luar, sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga
dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadist.

B. Ilmu dalam perspektif islam


Berbicara mengenai ilmu dalam pandangan islam memang mempunyai
cakupan yang sangat luas terutama dalam masalah nilai, etika, kebenaran,
kemajuan ilmu dan teknologi bahkan tidak jarang membicarakan sesuatu
7

hahekat kebenaran dan penciptaan segala sesuatu. Ditengah ramainya


dunia global yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, umat islam akan mampu menyamai orang-orang barat apabila
mampu menstranformasikan dan menyerap secara aktual ilmu
pengetahuan dalam rangka memahami wahyu untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil pembacaan
manusia terhadap ayat-ayat Allah swt. Jika dipandang dari sisi aksiologis
ilmu dan teknologi harus memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia. Artinya, ilmu dan teknologi menjadi sarana penting
dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan
kemaslahatan hidup manusia seluruhnya.
Menurut pandangan religius bahwa keberadaan agama islam menjadi
sumber motivasi bagi pengembangan ilmu. Karena di dalam islam terdapat
sumber atau dasar hukum yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits dimana di
dalamnya terdapat perintah untuk berfikir dan menganalisis tentang unsur
kejadian alam semesta beserta isinya. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Ali Imron ayat 190-191 :

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal (190). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka” (191).
8

Berdasarkan ayat diatas manusia diperintahkan oleh Allah untuk


berfikir atas penciptaan langit dan bumi. Dengan berfikir inilah kita akan
tahu sebab suatu peristiwa itu terjadi, bagaimana peristiwa itu terjadi, dll.
Al-Qur’an menempatkan ilmu dan ilmuan dalam kedudukan yang tinggi,
sejajar dengan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam surat Al-
Mujadalah: 11.
‫س‬
‫حوا‬ ‫س ح‬ ‫س سفافف س‬ ‫جال س س‬ ‫حوا سفي ال ف س‬
‫م س‬ ‫س ح‬‫ف س‬ ‫ل ل سك ح ف‬
‫م تس س‬ ‫ذا سقي س‬ ‫محنوا إ س س‬ ‫نآ س‬ ‫ذي س‬‫سيا أي يسها ال س س‬
‫ه ل سك ح ف‬
‫م‬ ‫سسح الل س ح‬ ‫ف س‬ ‫يس ف‬
‫ن‬‫ذي س‬ ‫م سوال س س‬‫من فك ح ف‬‫محنوا س‬‫نآ س‬ ‫ه ال س س‬
‫ذي س‬ ‫شحزوا ي سفرفسسع الل س ح‬ ‫شحزوا سفان ف ح‬ ‫ل ان ف ح‬‫ذا سقي س‬ ‫وسإ س س‬

‫ال فعسل ف س‬
‫م‬ ‫حأوحتوا‬
‫ما‬ ‫ه بس س‬ ‫اااااالل س ح‬
‫وس‬ ‫ت‬
‫جا ت‬ ‫د سسر س‬
‫خسبيرر‬ ‫محلو س‬
‫ن س‬ ‫ت سعف س‬
Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.

Ilmu pengetahuan dalam islam mendapatkan posisi yang sangat


penting, bahkan Rasulullah saw mewajibkan manusia untuk mencarinya,
sebagaimana dalam sabda beliau yang artinya: “mencari ilmu itu
diwajibkan atas setiap mukmin laki-laki dan mukmin perempuan”.
Banyak nash Al-Qur’an yang menganjurkan manusia untuk menuntut
ilmu, seperti wahyu yang pertama kali turun merupakam ayat yang
berkenaan dengan ilmu yakni perintah untuk membaca yang terdapat
dalam surat Al-Alaq ayat 1-5: Artinya : 1) bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
9

4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5) Dia mengajar


kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Disamping itu, Al-Qur’an juga menghargai panca indra dan
menetapkan bahwasannya indra adalah pintu menuju ilmu pengetahuan
sebagaimana yang terdapat dalam surat An-Nahl:78.
‫ح‬ ‫ه أس ف‬
‫ل ل سك ح ح‬
‫م‬ ‫شي فئئا وس س‬
‫جع س س‬ ‫ن س‬ ‫م سل ت سعفل س ح‬
‫مو س‬ ‫مسهات سك ح ف‬
‫ن أ س‬ ‫ن بح ح‬
‫طو س‬ ‫م ف‬‫م س‬ ‫جك ح ف‬
‫خسر س‬ ‫سوالل س ح‬
‫س‬
‫صاسر‬ ‫سوافلب ف س‬ ‫مع س‬
‫س ف‬ ‫ال س‬
‫لاال سعسك ح ف‬
‫م‬ ‫س‬
‫اااااا‬ ‫سوافل سففئ سد سة س‬
‫شك ححرو س‬
‫ن‬ ‫تس ف‬
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Syekh Mahmud Abdul Wahab Fayid mengatakan bahwa ayat ini
mendahuluhan pendengaran dan penglihatan daripada hati disebabkan
keduanya itu sebagai sumber petunjuk berbagai pemikiran dan
merupakan kunci membuka pengetahuan yang rasional. Dengan
demikian Al-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai sumber pengembangan
ilmu sampai seluas-luasnya baik ilmu umum maupun ilmu agama. Kedua
sumber hukum tersebut mempunyai peran dalam pengembangan
keilmuan-keilmuan dan yang melatarbelakangi munculnya berbagai ilmu
pengetahuan islam seperti ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Teologi, Tafsir,
Tasawuf, dll.
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutib oleh Quraish
Shihab, mengatakan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang
terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum,
semuanya bersumber dari Al-Qur’an. Kuntowijoyo juga mengatakan
bahwa Al-Qur’an menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk
dijadikan sebagai cara berfikir. Cara berfikir inilah yang disebut dengan
paradigma Al-Qur’an atau paradigm islam. Pengembangan eksperimen-
eksperimen ilmu pengetahuan yang berdasarkan paradigma Al-Qur’an
jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang
10

dilakukan oleh ilmuan-ilmuan islam terdahulu lewat karya-karyanya


yang dijelaskan dalam bukunya Mehdi Nakosteen, antara lain :
a. Al-Kindi, merupakan filsuf yang menulis banyak risalah-risalah
ilmiah seperti: Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa`il al-
Manthiqiyyah wa al-Muqtashah wa ma Fawqa al-Thabi`iyyah
(membahas kajian filsafat dan berbagai masalah yang berhubungan
dengan logika, muskil, dan metafisika).
b. Ibnu Sina, kitabnya yang terkenal adalah Al-Qanun fit-Thibb yang
tersusun secara sistematis dalam bidang kedokteran.
c. Yahya Ibnul Batriq yang telah banyak menterjemahkan banyak karya
Plato dan Aristoteles kedalam bahasa arab.
d. Ibnu Khaldun, seorang yang ahli teori pendidikan.
e. Zakariyya Ar-Razi, seorang ahli kimia dan fisika terbesar. Karyanya
ialah Al-Hawi, sebuah ensiklopedia yang luas dalam dunia
kedokteran.

Dalam hadits juga disebutkan tentang keutamaan mencari ilmu


yaitu, “Barang siapa menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, barang
siapa menginginkan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa
menginginkan keduanya maka dengan ilmu”. Hadits tersebut mempertegas
bahwa ilmu menjadi pengendali dari perkembangan peradaban. Akan
tetapi, keterbatasan akal manusia dalam eksperimentasi ilmu pengetahuan
sering berlandaskan trial and error (percobaan dan kesalahan). Oleh karena
itu etika selalu dibutuhkan untuk menjaga kenetralan ilmu. Ilmu akan lebih
sempurna jika diiringi dengan etika yang diperkuat dengan nilai-nilai
religius. Karena kebenaran ilmu adalah kebenaran ilmiah yang sementara,
sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran absolut.

C. Penerapan ilmu berbasis sunnatullah dan qadarullah


1. Pengertian Sunnatullah
Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan
Allah. Kata sunnah antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah
kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Dalam al-
Qur’an kata sunnatullah dan yang semakna dengannya seperti sunnatina
11

atau sunnatul awwalin terulang sebanyak tiga belas kali. Sunnatullah


adalah hukum-hukum Allah yang disampaikan untuk umat manusia
melalui para Rasul, undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah
yang termaksud di dalam al-Qur’an, hukum (kejadian) alam yang berjalan
tetap dan otomatis.
Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-
pengetahuan-Nya di alam semesta ini. Karena sunatullah memang hanya
semata terkait dengan segala proses penciptaan dan segala proses kejadian
lainnya (segala proses dinamis). Sunatullah itu sendiri tidak berubah-ubah,
namun masukan dan keluaran prosesnya yang bisa selalu berubah-ubah
secara 'dinamis' (segala keadaan lahiriah dan batiniah 'tiap saatnya'), dan
tentunya sunatullah juga berjalan atau berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah
berupa tak-terhitung jumlah aturan atau rumus proses kejadian (lahiriah
dan batiniah), yang bersifat 'mutlak' dan 'kekal', yang tiap saatnya pasti
selalu mengatur segala zat ciptaan-Nya di alam semesta ini.

2. Ilmu berdasarkan Sunnatullah


Segala bentuk ilmu-pengetahuan (beserta segala teori dan rumus di
dalamnya), yang dikenal dan dicapai oleh manusia, secara "amat obyektif"
(sesuai dengan fakta-kenyataan-kebenaran secara apa adanya, tanpa
ditambah dan dikurangi), pada dasarnya hanya semata hasil dari
pengungkapan, atas sebagian amat sangat sedikit dari ilmu pengetahuan
Nya (terutama sunatullah).
Bahkan nantinya, segala bentuk ilmu-pengetahuan yang belum
dikenal, juga hanya hasil dari usaha mengungkap atau memformulasikan
sunatullah, yang justru telah ditentukan atau ditetapkan-Nya, sebelum awal
penciptaan alam semesta ini.
Dan segala bentuk ilmu pengetahuan lainnya pada manusia, yang
bukan hasil dari usaha mengungkap atau memformulasikan sunatullah,
secara "amat obyektif", tentunya bukan bentuk ilmu-pengetahuan yang
'benar'. Ilmu-pengetahuan Allah, Yang Maha Mengetahui bersifat 'mutlak'
(pasti benar) dan 'kekal' (selalu benar). Sedangkan segala bentuk ilmu-
12

pengetahuan manusia (bahkan termasuk para nabi-Nya), pasti bersifat


'relatif' (tidak mutlak benar), 'fana' (hanya benar dalam keadaan tertentu)
dan 'terbatas' (tidak mengetahui segala sesuatu hal). Karena tiap manusia
memang pasti memiliki segala kekurangan dan keterbatasan.
Namun tiap manusia justru bisa berusaha semaksimal mungkin, agar
tiap bentuk ilmu-pengetahuannya bisa makin 'sesuai' atau 'mendekati'
ilmu-pengetahuan Allah di alam semesta ini, dengan menggunakan
akalnya secara relatif makin cermat, obyektif dan mendalam.
Usaha seperti ini justru juga telah dilakukan oleh para nabi-Nya.
Sehingga seluruh pengetahuan mereka tentang pengetahuan atau
kebenaran-Nya, terutama yang paling penting, mendasar dan hakiki bagi
kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah), memang telah bisa
tersusun relatif sempurna (relatif amat lengkap, mendalam, konsisten, utuh
dan tidak saling bertentangan secara keseluruhannya). Segala bentuk ilmu-
pengetahuan manusia mestinya bisa dipilih terlebih dahulu, secara amat
hati-hati, cermat dan selektif, sebelum dipakai atau diyakini, karena relatif
bisa mudah menyesatkan, terutama pada agama, ajaran dan paham yang
bersifat 'musyrik' dan 'materialistik', yang memang pasti tidak sesuai
dengan kebenaran-Nya (mustahil berasal dari Allah dan tidak bersifat
mendasar / hakiki).
3. Qadarullah
Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari
segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman.
4. Ilmu berdasarkan Qadarullah
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai
dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-
Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya
dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua
yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu,
kekuasaan dan kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan
usaha hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, ‫خلقنه بقدر‬ ‫إنا كل شىء‬
13

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”


(Qs. Al-Qamar: 49)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada
qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa
yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput
darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad
dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad
Syakir berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’
Beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali
mengenai apa-apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa yang
tidak terjadi, baik secara global maupun terperinci, di seluruh penjuru
langit dan bumi serta di antara keduanya. Allah Maha Mengetahui semua
yang diperbuat makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan, mengetahui
rizki, ajal, amal, gerak, dan diam mereka, serta mengetahui siapa di
antara mereka yang sengsara dan bahagia.

D. Ayat dan hadis yang relevan


Kedudukan Ilmu pengetahuan dalam Islam menempati kedudukan
tinggi dimana Al-Qur’an memandang orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan berada pada posisi yang tinggi dan mulia, dan juga
ditegaskan dalam Hadits-hadits Nabi yang memuat anjuran dan dorongan
untuk menuntut ilmu. “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]:
Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa ayat dan hadits rasulullah saw
sebagai berikut:
‫س‬
‫حوا‬ ‫س ح‬ ‫س سفافف س‬‫جال س س‬ ‫حوا سفي ال ف س‬
‫م س‬ ‫س ح‬‫ف س‬ ‫ل ل سك ح ف‬
‫م تس س‬ ‫ذا سقي س‬ ‫محنوا إ س س‬
‫نآ س‬ ‫ذي س‬‫سيا أي يسها ال س س‬
‫ه ل سك ح ف‬
‫م‬ ‫سسح الل س ح‬
‫ف س‬
‫يس ف‬
‫ت‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫مممممل‬
‫اتلل عذ ي جن آ جم تنوا عم لنممتكلمممم جوا ل عذ ي جن أو تتوا ا ل ععمملجممم جد جر جج ا ت‬ ‫شمممتزوا جفا لممن ت‬
‫شمممتزوا جي لر جف عع امممم‬ ‫جو إع جذا عق ي جل ا لممن ت‬
‫خسبيرر‬ ‫محلو س‬
‫ن س‬ ‫ما ت سعف س‬
‫هب س س‬ ‫سل س‬
‫وال ح‬
14

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS
Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik
anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena
mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari
zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu diwajibkan
bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.”
(Hadis Nabi saw).
Ayat ini menguraikan bagaimana kedudukan dari setiap umat
manusia yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi yang dibarengi
dengan Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Tidak akan beriman
seseorang jika tidak memiliki pengetahuan dan sesungguhnya pengetahuan
itu akan melahirkan kemudharatan jika tidak dibarengi dengan kaar
keimanan yang baik. Hal ini memberikan indikasi bahwa sesungguhnya
antara Islam dan Ilmu Pengetahuan adalah maerupakan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai
dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya.
Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak
ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi
dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan
kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-
Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
‫إعلنا تكلل جشليتء جخجللقجناهت عبجقجدتر‬
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(Qs. Al-Qamar: 49)

‫فس‬
‫ن لس ح‬
‫ه‬ ‫دا وسل س ف‬
‫م ي سك ح ف‬ ‫خذ ف وسل س ئ‬ ‫ض وسل س ف‬
‫م ي ست س س‬ ‫ت سوالفر س‬
‫ماسوا س‬ ‫س س‬
‫ك ال س‬ ‫مل ف ح‬
‫ه ح‬‫ذي ل س ح‬ ‫ال س س‬
‫خل سقس‬ ‫مل ف س‬
‫ك وس س‬ ‫ك سفي ال ف ح‬ ‫ري ر‬
‫ش س‬ ‫س‬
‫ديئرا‬
‫ق س‬ ‫يتء فس س‬
‫قد سسره ح ت س ف‬ ‫ش ف‬ ‫كح س‬
‫ل س‬
15

“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan


ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2)
‫جوإعلن عملن جشليتء إعلل ععلنجدجنا جخجزاعئتنته جوجما تنجنززلتته إعلل عبجقجدتر جملعتلوتم‬
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)

E. KEPERAWATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab dalam
membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya dan mengatasi berbagai
masalah keperawatan yang dihadapi klien baik sebagai individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat. Pelayanan yang diberikan bersifat
humanistik, berdasar pada ilmu dan kiat keperawatan serta berpedoman
pada standar praktek dan menjunjung tinggi etika sebagai tuntunan utama
dalam melaksanakan pelayanan.
Perawatan dalam Islam sudah dimulai sejak jaman Rasulullah
dimana semasa hidup dengan Rasulullah, dia selalu mendarmabaktikan
dirinya kepada umat Islam yang membutuhkan perawatan dalam masa
perang. Dialah perawat Islam pertama yang bernama Rufaidah Al-
Anshoriyah. Dia juga sebagai penggerak bagi kaum ibu untuk membentuk
tim kesehatan guna membantu kebutuhan kaum muslimin serta
memberikan perawatan. Dia adalah perawat yang selalu dekat dengan
pasiennya dan merawat mereka sejak datang sampai pulangnya, mengurusi
makanan dan keperluan-keperluannya. Sebagaimana rasulullah telah
bersabda bahwa: “Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia
maka dia tidak dikasihi dan disayangi Allah.” Dalam hadits yang lain
dikatakan bahwa ”Kami (para wanita yang ikut ke medan perang) merawat
dan mengobati orang-orang sakit dan luka-luka.” (HR. Bukhari No. 522)
Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar memiliki landasan
yang kokoh terhadap aqidah (keimanan), syariah (aturan) dan akhlak
16

(tingkah laku). Manusia sebagai hamba Allah memiliki kewajiban untuk


beribadah, sebagaimana tercantum dalam QS. Adzdzaariyaat (51) : 56
yang Artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahku (beribadah).” Manusia dalam kehidupannya
antar sesama memiliki akhlak dimana suatu tingkah laku dapat diberi nilai
moral atau berakhlak tinggi jika pekerjaan itu dilakukan secara obyektif
artinya dalam masa dan keadaan dengan tidak membeda-bedakan bangsa,
ikatan keluarga, agama, kedudukan, dan lain-lain. Orang yang sungguh-
sungguh berakhlak tinggi atau bermutu, moral yang sempurna senantiasa
berkata benar dan cinta kebenaran, adil dan jujur pada setiap manusia.
Oleh karena itu, Al-Qur’an mengajarkan agar setiap muslim membiasakan
dirinya kepada akhlak yang baik.Seperti yang terdapat dalam QS. Al-
Hujurat (49): 13 yang artinya ”…Kami menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa.” Sebagai seorang muslim yang merupakan umat terbaik
diharapkan dapat menyuruh, mengajak manusia kepada yang baik (ma’ruf)
dan mencegah yang tidak baik (munkar) (QS. Ali Imran (3) : 110).
Falsafah keperawatan yang dijadikan dasar dalam memberikan
pelayanan karena ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan
klien dalam meningkatkan status kesehatannya ternyata mengambil nilai-
nilai yang telah ada dalam Al-Qur’an. Adapun falsafah keperawatan yang
telah ada berisi antara lain: 1. Memandang pasien sebagai manusia yang
utuh. 2. Pelayanan diberikan secara langsung dan manusiawi. 3. Setiap
orang berhak mendapat perawatan tanpa memandang suku, agama/
kepercayaan, status sosial dan ekonomi. 4. Perawatan merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan. 5. Pasien merupakan mitra yang
aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan penerima jasa yang pasif.
Mari kita renungkan dengan keterangan hadits di bawah ini.
”Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada. Dan ikutilah
kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan
pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” (HR. Tirmidzi)
17

”Melindungi keluarga dan masyarakat dari berbagai unsur yang


membahayakan dalam segala bentuknya bernilai ibadah yang tinggi dan
dikategorikan Nabi sebagai shadaqah. ” (HR. Ahmad). “ Sesungguhnya
Allah itu menyukai lemah lembut dalam semua perkara.” (HR. Bukhari)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan dan mewajibkan kepada ummatnya untuk senantiasa mencari
ilmu.
B. Saran
Mengingat didalam Islam sangat memprioritaskan kesehatan baik secara
jasmani, rohani dan sosial, maka hendaknya kita sebagai umat muslim
selalu menjaga pola hidup dan berolahraga, menjaga lingkungan,
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan bersosialisasi dengan
masyarakat

18
DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filasafat. Jakarta : Pt Bumi Askara

Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu Perspektif pemikiran Islam. Jakarta.


Perpustakaan Nasional: katalog Dalam Terbitan

http://birulwaliden.blogspot.com/2015/11/islam-dan-prinsip-prinsip-
keilmuan.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2018

http://arkaskdn.blogspot.com/2014/12/ilmu-dalam-perspektif-islam.html diakses
pada tanggal 11 Oktober 2018

https://muslimah.or.id/756-iman-kepada-takdir-baik-dan-takdir-buruk.html

19

You might also like