You are on page 1of 3

As-Sunah

As-Sunah ialah ucapan (qauliyah),perbuatan(fi’liyah) serta ketetapan –


ketetapan (taqririyah) Nabi Muhammad SAW yang merupakan sumber hokum
Islam kedua setelah Al-Quran.

Salah satu fungsi As-Sunah adalah untuk menjelaskan dan menguraikan


secara lebih terperinci prinsip – prinsip yang telah disebutkan dalam Al-Quran
dengan contoh – contoh yang aplikatif.

Periwayatan Hadis
Dalam segi jumlah perawinya yang bersambung mata rantainya (muttasil
as-sanad), ulama mengelompokkan hadis menjadi 3, yaitu:

1. Hadis Mutawwir, hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang tidak
terhitung jumlahnya dan mereka tidak mungkin bersepakat berbohong
dengan perawi yang sama banyaknya hingga sanadnya bersambung sampai
kepada Nabi Muhammad SAW
2. Hadis Masyhur, hadis yang diriwayatkan dari nabi oleh seorang,dua orang
atau diriwayatkan dari sahabat oleh seorang atau dua orang perawi
kemudian setelah itu tersebar luas hingga diriwayatkan oleh orang banyak
yang tidak mungkin bersepakat bohong.
3. Hadis Ahad atau khabar Khasshah menurut Imam Syafi’I ialah setiap
hadis yang di riwayatkan dari Rasululah SAW oleh seorang, dua orang atau
sedikit banyak dan belum mencapai syarat hadis Masyur. Sunan ahad ini
dibagi menjadi 3bagian yaitu:
a. Hadis shahih
b. Hadis hasan
c. Hadis dha’if

Fungsi As-Sunah
Fungsi As-Sunah antara lain:

1. Menguatkan hokum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran


2. Memberikan keterangan ayat – ayat Al-Quran dan menjelaskan rincian
ayat – ayat yang masih bersifat umum
3. Membatasi kemutlakannya
4. Menakhiskan/mengkhususkan keumumannya
5. Menciptakan hokum baru yang tidak ada di dalam Al-Quran
As-Sunah Sebagai Sumber Hukum
Konsekuensi ketaatan kepada Rasul adalah dengan mengimani dan
membenarkan apa yang dikabarkannya, mengagungkan dan membelanya,
memperbanyak salawat, serta menghidupkan sunah. Oleh karena itu, seorang
muslim perlu melengkapi rujukan sumber hokum Al-Quran sebagai rujukan
utama dengan As-Sunah.

Ijmak
Ijmak adalah kesepakatan para mujtahid dalam suatu masa setelah
wafatnya Rasulullah SAW, terhadap hukum syara’ yang bersifat praktis dan
merupakan sumber hokum Islam ketiga setalah Al-Quran dan As-Sunah.

Tingkatan Ijmak
Menurut Imam Syafi’I dalam zahrah 199 tingkatan, Ijmak adalah sebagai
berikut.
1. Ijmak Sharih salah seorang ulama mengatakan,”hokum ini telah
disepakati” maka niscaya setiap ulama yang engkau temui juga
mengatakan seperti yang engkau katakan
2. Ijmak Sukuti dikemukakan oleh seorang mutjahid, kemudian pendapat
tersebut telah diketahui oleh para mujtahid yang hidup semasa dengan
mujtahid di atas akan tetapi tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.
3. Ijmak pada permasalahan Pokok jika para ahli fikih yang hidup dalam
satu masa berbeda dalam berbagai pendapat, akan tetapi bersepakat
dalam hukum yang pokok maka seseorang tidak perlu memperdebatkan
pendapat – pendapat yang berbeda tersebut.

Terjadinya Ijmak
Ijmak yang didasarkan atas hadis yang diriwayatkan secara perseorangan
tidak dapat dijadikan hujjah. Dengan alas an bahwa Ijmak yang dapat dijadikan
hujjah adalah bersifat tegas dan jelas, jika tidak tegas dan jelas maka Ijmak
tersebut telah kehilangan fungsinya. Akan tetapi sebagian ahli Ushul Fiqh
berpendapat bahwa Ijmak boleh diriwayatkan secara perseorangan karena
selain Ijmak sahabat, tidak ada satu pun Ijmak yang diriwayatkan secara
mutawattir.

Faktor – factor yang harus terpenuhi sehingga Ijmak dapat dijadikan sebagai
dasar hukum:
1. Pada masa terjadinya peristiwa itu harus ada beberapa orang mujtahid
2. Kesepakatan itu haruslah kesepakatan yang bulat
3. Seluruh mujtahid menyetujui hokum syara’ yang telah mereka putuskan
itu dengan tidak memandang Negara, kebangsaan dan golongan mereka
4. Kesepakatan itu diterapkan secara tegas terhadap peristiwa tersebut
baik lewat perkataan maupun perbuatan

Qiyas
Qiyas menurut bahasa ialah pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau
penyamaan dengan sejenisnya, sedangkan menurut terminology, definisi qiyas
secara umum adalah suatu proses penyingkapan kesamaan hokum suatu kasus
yang tidak disebutkan dalam suatu dalil baik di Al-Quran dan As-Sunah dengan
suatu hokum yang disebutkan dalam dalil tersebut karena ada kesamaan dalam
alasannya.

Qiyas dapat dianggap sebagai sumber hokum jika memenuhi persyaratan


sebagai berikut:

1. Sepanjang mengacu dan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-


Sunah
2. Qiyas juga sesuai dengan logika yang sehat

Argumentasi ( Kehujjahan) Qiyas


Ketetapan huku berdasarkan alasannya tersebut merupakan isyarat Al-Quran
tentang keharusan menggunakan qiyas dalam kasus – kasus yang taka da dalil –
dalilnya. Apabila tidak dipahami demikian,maka perintah – perintah Allah SWT
itu hanya bernilai ibadah tanpa semangat rasionalisme, sedangkan Allah SWT
tidak menghendaki hal ini. Oleh karena itu kita wajib menganalogikan sesuatu
yang tidak ada dalil hukumnya dengan sesuatu yang ada dalil hukumnya. Dalil –
dalil hokum itu sendiri mengandung isyarat tentang tujuannya yang umum dan
khusus yang menjadi dasar qiyas.

You might also like