Professional Documents
Culture Documents
1
BAB I
LAPORAN KASUS
2
1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Kejang (-)
- Riwayat imunisasi lengkap (+)
1.7Status Gizi
Tinggi badan : 100 cm
Berat badan : 30 kg
BMI : 30 kg/m2 (obesitas)
Thoraks
3
o Dinding thoraks : Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-)
*lihat status lokalis
o Paru
o Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
o Perkusi : Sonor kanan = kiri
o Auskultasi : VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronkhi -/-
o Jantung
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV LMCS
o Perkusi : Batas jantung normal
o Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Perut tampak datar
*lihat status lokalis
o Palpasi : CVA kanan (-), CVA kiri (-)
o Auskultasi : BU (+) lambat
o Perkusi : Timpani, Pekak samping (-), pekak pindah (-),
Anus dan Rektum :Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak ada kelainan
Anggota Gerak : Deformitas (-), akral hangat, CRT <2 detik
Kulit : Warna sawo matang, tidak ada kelainan
Neurologis :
Kekuatan motorik :
5555 5555 Sensorik :Tidak ada kelainan
5555 5555
4
Vulnus Combutio et region trunkus anterior +/-17%, disertai eritema dan
luka lepuh.
1.10 Penatalaksanaan
Pro Rawat Inap
WT
IVFD RL 500cc/24 jam ~ 20 tpm + drip norages 1/2 amp
Injeksi Ranitidin 2x2/5 amp iv
Injeksi Cefoperazon 2x500mg iv
5
Nebo salep 3x1 oles
Parasetamol 325mg, luminac 10mg, ctm 1,5mg = 3 x 1 pulv
1.11 Prognosis
Quo Ad vitam : dubia Ad bonam
Quo Ad functionam : dubia Ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia Ad bonam
6
BAB II
BORANG PORTOFOLIO
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:
□ Tujuan: Mengobati An. R dan melakukan terapi agar pasien menjadi lebih baik dan tidak jatuh
ke komplikasi lebih berat
Bahan bahasan: □ Tinjauan □ Riset □ Kasus □ Audit
Pustaka
Cara □ Diskusi □ Presentasi dan □ Email □ Pos
membahas: diskusi
Data Pasien: Nama: An. R Nomor Registrasi:
Nama Klinik: RS. Pusdikkes Telp: Terdaftar sejak:
Kodiklat TNI-AD
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/Gambaran Klinis: Pasien datang diantar keluarga ke IGD RS PUSDIKKES dengan
keluhan luka bakar pada daerah dada hingga perut. Keluhan disertai nyeri hebat, kemerahan, ,
berair dan melepuh. Keluhan ini pasien alami saat pasien terpeleset sehinga menumpahkan air
panas dalam mangkok yang ia pegang. Saat itu pasien sedang membantu ibunya didapur. Riwayat
sesak nafas, pingsan dan muntah setelahnya disangkal.
Pasien merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Ibu pasien mengaku bahwa pasien
anak yang baik dan gerak terlalu aktif dan kurang hati-hati.
1. Riwayat Pengobatan:
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
7
3. Riwayat Keluarga: -
Lain-lain: Pasien keadaan sadar compos mentis, tanda vital lain dalam batas normal. Ditemukan
luka bakar derajat II pada daerah dada hingga perut ( Vulnus Combutio et region trunkus anterior
+/-17%, disertai eritema dan luka lepuh.
Daftar Pustaka:
1.Luka Bakar
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi
2. Etiologi dan Epidemiologi
3. Patofisiologi
4. Gejala dan Tanda
5. Faktor resiko
6. Diagnosis
7. Tatalaksana
8. Prognosis
8
Subjektif : Pasien datang diantar keluarga ke IGD RS PUSDIKKES dengan keluhan luka bakar
pada daerah dada hingga perut. Keluhan disertai nyeri hebat, kemerahan, berair dan melepuh.
Keluhan ini pasien alami saat pasien terpeleset sehinga menumpahkan air panas dalam
mangkok yang ia pegang. Saat itu pasien sedang membantu ibunya didapur. Riwayat sesak
nafas, pingsan dan muntah setelahnya disangkal.
Objektif:Pasien sadar kompos mentis, tampak sakit berat, tanda vital lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Luka Bakar Derajat II pada daerah dada hingga perut
Assessment: Berdasarkan data anamnesis dapat disimpulkan bahwa pasien diduga mengalami
Luka Bakar Derajat II ditandai dengan adanya luka bakar pada daerah dada hingga perut yang
kemerahan dan terasa nyeri, terlihat kemerahan, berair dan melepuh. Keluhan nyeri, kemerahan,
berair dan melepuh ini terjadi karena pada luka bakar derajat II yang bagian epidermis dan
dermis. Faktor keaktifan anak yang kurang hati-hati menjadi faktor resiko terjadinya keluhan
luka bakar derajat II ini. Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan luka bakar derajat II (
Plan: Rencana terapi pasien dirawat inap kemudian diberikan infus Ringer Laktat 20
tetes permenit sebagai suplai cairan dan jalur masuk obat-obatan. Terapi cairan
merupakan terapi utama pada pasien dengan luka bakar. Dalam hal terapi
medikamentosa, pasien mendapatkan drip norages 500mg karena pasien merasa sangat
kesakitan sehingga ini dapat mengurangi rasa nyeri. Injeksi Ranitidin 1 ampul untuk
menjaga lambung pasien karena efek dari obat nsaid yang diberikan (norages). Injeksi
cefoperazon 2x500mg sebagai antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri.
Nebo salep 3x1 oles , mengandung bahan alami yang dapat menyembuhkan dan
menimalisir luka bakar. Parasetamol 325mg, luminal 10mg, ctm 1,5mg = 3 x 1 pulv ,
merupakan obat puyer racikan yang diberikan pada pasien untuk mengurangi nyeri,
mencegah terjadinya kejang dan sebagai antihistamin.
9
BAB III
TINJAUAN TEORI
b. Kelenjar Apokrin
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora dan bermuara pada folikel
10
rambut. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang
diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila.
c. Kelenjar Ekrin
Kelenjar ini terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkunagn dan suhu tubuh. Kecepatan eksresi keringat
dikendalikan oleh saraf simpatik.
3. Fungsi Kulit :
a. Fungsi Adaptasi:
Kulit sebagai adaptor terhadap rangsangan antara lain temperatu, tekanan,
fisik dan kimia
b. Fungsi Transmisi:
Kulit dapat berfungsi sebagai alat sensorik karena adanya akhiran saraf
c. Fungsi Proteksi :
Melindungi dari benda luar (benda asing, invasi bakteri), melindungi dari
trauma yang terus menerus, mencegah keluarnya cairan yang berlebihan, dan
memproduksi melanin yang mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
d. Fungsi Metabolisme:
Sebagai tempat metaboisme lemak, sintesa vitamin D dan penyimpanan
serum pada lapisan dermis
B. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang sdisebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Dr. Soetomo,
2001).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat,
2001).
C. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X, radiasi nuklir,
11
listrik, bahan kimia, abrasi mekanik. Luka bakar yang disebabkan oleh panas api, uap atau
cairan yang dapat membakar merupakan hal yang lasim dijumpai dari luka bakar yang
parah.:
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
D. Patofisiologi
Termal (panas) terjadi pada kerusakan kulit , penguapan meningkat, menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah kapiler, sehingga terjadi ekstravasasi cairan tubuh , ekstravasasi cairan tubuh
menyebabkan tekanan onkotik menurun, hal tersebut menyebabkan cairan ekstravaskular
menurun , sehingga terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi, karena volume cairan menurun ,
volume cairan menurun menyebabkan gangguan sirkulasi makro sehingga terjadi gangguan
perfusi organ penting (otak).
12
Etiologi(thermal, air panas, api, kimia, asam, alkali, radiasi, elektrik dll.)
luka bakar
vaskular
Kompensasi
KOMPLIKASI
16
Skema pembagian luas luka bakar dengan rute of nine
H. Manifestasi Klinis
1. Cedera
Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar pada tempat yang
terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Keracunan korban monoksida
Klien terperangkap dan menghirup karbon monoksida dalam jumlah yang
Signifikan.
b. Distress Pernapasan
Penurunan oksigenasi arteri sering terjadi setelah luka bakar. Hal ini
menunjukkan penurunan PO2 terjadi obstruksi jalan udara atau penurunan curah
jantung kiri.
2. Sepsis
17
Syok sejak terjadi pada klien luka bakar luas dengan ketebalan penuh, hal ini
disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk ke dalam aliran darah, gejalanya :
a. Suhu tubuh berfariasi
b. Nadi (140-170x/mnt), sinus takikardi
c. Penurunan TD
d. Paralitik ileus
e. Perdarahan jelas dan luka
3. Pada ginjal meningkat haluaran urine dan terjadi mioglobinuria
4. Metabolik
Terjadi peningkatan energi dan kenaikan kebutuhan nutrisi,
hipermetabolisme,meningkat aliran glukosa dan pengeluaran banyak protein dan lemak
adalah bciri-ciri respon terhadap trauma dan infeksi. Klien dengan luka bakar
menunjukkan adanya penurunan BB 25% dari berat badan sebelum dirawat di RS sampai
3 minggu setelah luka bakar.
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan luka bakar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Penanganan luka bakar ringan
Perawatan dibagian emergensi terdapat luka bakar minor meliputi : managemen
nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.
a. Managemen nyeri
Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian dpsis ringan,
seperti morphine atau mepedifine, dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral
diberikan untuk digunakan oleh pesien rawat jalan.
b.Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita LB
baik yang ringan maupun yang injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat
imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu lima tahun terakhir dapat diberikan
boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimiunisasi dengan tetanus human
immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang pertama dari
18
sertangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.
c. Perawatan luka
Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka, yaitu
debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang merusak (zat kimia, dll) dan
pemberian atau penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara
steril. Selain itu perawat juga bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang
perawatan luka dirumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera
mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang pentingnya
melakukan ROM (Range OF Mation) secara aktif untuk mempertahankan fungsi
sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema.
2. Penanganan Luka Bakar Berat
Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian emergensi akan
meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi) dan trauma lain
yang mungkin terjadi : resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang), pemasangan
kateter urin, pemasangan NGT.
a. Reevaluasi jalan napas, kondisi pernapasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin
terjadi. Menilai kembali keadaan jalan napas, kondisi pernapasan dan sirkulasi
untuk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan
secara dini.
b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang).
Bagi klien dewasa dengan LB lebih dari 15%, maka resusitasi cairan intravena
umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan melalui kulit
yang tidak terbakar pada bagian proksimal dari ekstremitas yang terbakar.
Sedangakan untuk klien yang mengalami LB yang cukup luas atau pada klien
dimana tempat-tempat untuk pemberian IV yang terbatas, maka dengan
pemassangan kanul pada vena sentral (seperti subklavia, jugularis internal/eksternal,
atau femoral) oleh dokter mungkin diperliukan. Luas atau persentasi luka bakar
harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan. adapun cara
perhitungan resusitasi cairan adalah sbb : % BSA x BB x 4.
c. Pemsangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap
jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan
19
keadekuatan dari resusitasi cairan.
d. Pemasangan NGT
Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau lebih perlu dilakukan untuk
mencegah emesis dan mengurangi resiko untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Disfungsi gastro intestinal akibat dari ileus dapat terjadi umumnya pada klien tahap
dini setelah LB. Oleh karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi
pada waktu itu.
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Hemoglobin : menurun
b. Hematokrit : menurun
c. trombosit : menurun
d. SDP : Leukositosis
e. GDA : Penurunan PaO2/peningkatan PaCO2
4. Foto Rontgen Dada : membantu memastikan cedera inhalasi asap.
5. EKG
K. Komplikasi
1. Infeksi. luka yang terbuka menyebabkan memudahkan kuman patogen masuk kedalam
tubuh.
2. Kehilangan anggota tubuh atau cacat fisik.
3. Sepsis. keadaan terinfeksi oleh mokroorganisme yang menghasilkan pus.
4. Gangguan fungsi organ.
5. Gangguan psikologis terhadap perubahan keadaan citra tubuh (cacat permanen)
6. Syok hipovolemik.
7. Kontraktur. pengerutan jaringan otot atau parut yang menyebabbkan deformitas
20
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/148940900/Makalah-Luka-Bakar
21