You are on page 1of 11

ELEKTRONEGATIVITAS

Konsep elektronegativitas pertama kali diteliti pada tahum 1809 oleh Avogadro yang
menunjukan kesamaan antara proses netralisasi asam-basa dengan netralisasi muatan listrik.
Elektronegativitas, simbol χ, adalah sifat kimia yang menggambarkan kecenderungan atom
atau gugus fungsional untuk menarik elektron (atau kerapatan elektron) terhadap dirinya
sendiri. Elektronegativitas sebuah atom dipengaruhi oleh nomor atom dan jarak yang
valensinya elektron berada dari inti yang dimaksud. Semakin tinggi jumlah elektronegatif itas
terkait, semakin unsur atau senyawa menarik elektron ke arah itu.

Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom
lain menuju dirinya sendiri pada ikatan kovalen. Selain itu, keelektronegatifan dapat diartikan
sebagai ukuran kemampuan atom untuk menarik elektron luarnya, atau elektron
valensi. Karena elektron luar dari atom yang digunakan untuk ikatan, maka keelektronegatifa
n berguna dalam meramalkan dan menerangkan kereaktifan kimia. Harga keelektronegatifa n
penting untuk menentukan bilangan oksidasi unsur dalam sutu senyawa. Jika harga
kelektronegatifan besar, berati unsur yang bersangkutan cenderung menerima elektron dan
membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung
melepaskan elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat
bergantung pada elektron valensinya.
Berdasarkan hal ini,terdapat beberapa tokoh yang mengusulkan mengenai konsep
elektronegativitas diantaranya:

1. Elektronegativitas Pauling (1932)


Merupakan skala yang paling sering digunakan dalam pengukuran elektronegativitas
suatu unsur. Fluor (unsur yang paling elektronegatif) diberikan skala Pauling dengan
harga 4.0, dan harganya menurun sampai cesium dan fransium yang setidaknya hanya
memiliki elektronegatifitas pada skala 0.7.
Konsep elektronegativitas sebagai penjelasan dari fenomena lebih kuatnya ikatan
kovalen antar dua atom berbeda (A–B) dari yang diperkirakan dengan mengamb il
kekuatan rata-rata ikatan A–A dan B–B.
Perbedaan elektronegativitas antara dua atom A dan B dapat dihitung dengan:
Karena hanya perbedaan elektronegativitas yang dapat dihitung, kita perlu memilih
sebuah titik acuan untuk membangun skala. Hidrogen dijadikan acuan karena ia
membentuk ikatan kovalen dengan hampir semua unsur. Nilai elektronegativita s nya
pertama kali ditentukan sebagai 2,1, namun kemudian direvisi menjadi 2,20. Selain itu,
kita juga perlu memutuskan unsur manakah yang memiliki elektronegativitas lebih besar.
Pemutusan ini dapat dilakukan dengan menggunakan "intuisi kimia", misalnya pada
+ −
hidrogen bromida yang terlarut dalam air membentuk H dan Br , kita dapat berasumsi
bahwa bromin lebih elektronegatif daripada hidrogen. Untuk menghitung
elektronegativitas Pauling sebuah unsur, kita memerlukan data energi disosiasi dari
paling sedikit dua jenis ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur tersebut. Allred
memutakhirka n nilai elektronegativitas Pauling pada tahun 1961 dengan melibatkan
data-data termodinamika. Nilai-nilai elektronegativitas Pauling yang direvisi inilah yang
biasanya sering digunakan.

2. Elektronegativitas Muliken
R. Mulliken mendefinisikan ke-elektronegativan χ M sebagai rata-rata energi ionisas i
I dan afinitas elektron A sebagai berikut:

Walaupun definisi Mulliken berhubungan langsung dengan orbital atom, biasanya


nilai keelektronegativan Pauling atau Allred-Rochow yang digunakan. Karena nilai-nila i
ini tidak terlalu banyak berbeda, keelektronegativan Pauling biasanya cukup bila dipilih
salah satu. Nilai keelektronegatifan berubah tidak hanya dengan perubahan definisi,
tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan ikatan atom, dan nilai-nilai itu harus digunakan
dengan hati-hati. Keelektronegativan atom-atom penyusun adalah besaran yang sangat
penting untuk menjelaskan ikatan, struktur dan reaksi senyawa. Oleh karena itu,
kimiawan teori selalu berusaha untuk memperluas dasar parameter ini.
Namun biasanya kita menggunakan persamaan linear untuk melakukan perubahan
nilai absolut tersebut menjadi nilai yang lebih mirip dengan nilai Pauling, yaitu

Untuk energi ionisasi dan afinitas elektron dalam electronvolts,

dan untuk energi dalam kilojoule per mol,

Elektronegativitas Mulliken hanya dapat dihitung untuk sebuah elemen yang


afinitas elektron diketahui, lima puluh tujuh elemen pada tahun 2006. Dengan
memasukkan definisi energik dari potensi ionisasi dan afinitas elektron ke dalam
elektronegativitas Mulliken, terdapat perbedaan yang menunjukkan bahwa potensi kimia
Mulliken memiliki pendekatan yang berbeda dari energi elektronik sehubungan dengan
jumlah elektron, yaitu:

Korelasi antara elektronegativitas Mulliken (sumbu xdalam kJ/mol)


dengan elektronegativitas Pauling (sumbu y).

3. Elektronegativitas Pearson
Pada tahun 1963, Ralph Pearson mengusulkan sebuah konsep kualitatif yang
dikenal dengan prinsip Hard Soft Acid Base (Asam Basa Keras Lunak), yang kemudian
dibuat secara kuantitatif dengan bantuan Robert Parr pada tahun 1984. Pearson dalam hal
ini, berpendapat hampir sama dengan Muliken dalam membahas mengena i
keelektronegatifan dengan rata-rata tingkat energi. Unsur-unsur yang sukar diionis as i
dan mudah menarik elektron memiliki nilai keelektronegatifan yang besar.
Asam dan basa berinteaksi, dan interaksi paling stabil jika antara asam basa keras-
keras dan asam basa lunak-lunak. Teori ini telah digunakan pada kimia organik dan kimia
anorganik. Pada Pearson ia lebih menekankan pada tinjauan sifat asam dan basa
berdasarkan keelektronegatifan, dimana asam keras dan basa keras cenderung memilik i
karakteristik:
• atom atau ion yang berukuran kecil
• bilangan oksidasi tinggi
• polarisabilitas rendah
• elektronegatifitas tinggi (untuk basa)
• basa keras mempunyai energi highest-occupied molecular orbitals (HOMO)
rendah, dan asam keras mempunyai energi lowest-unoccupied molecular
orbitals (LUMO) tinggi
+ + + + 4+ 3+ 6+
Contoh asam keras: H , ion logam alkali (Li , Na , K ), Ti , Cr , Cr , BF3.
– – – –
Contoh basa keras: OH , F , Cl , NH3, CH3COO .

Sedangkan asam lunak dan basa lunak cenderung memiliki karakteristik:


• atom atau ion berukuran besar
• bilangan oksidasi yang rendah atau nol
• polarisabilitas tinggi
• elektronegativitas rendah (basa lunak)
• basa lunak mempunyai energi HOMO lebih tinggi daripada basa keras, dan asam
lunak mempunyai energi LUMO lebih rendah daripada asam keras. (Walaupun
energi HOMO basa lunak masih lebih rendah daripada energi LUMO asam lunak)
+ 2+ 2+ + + 2+ 22+ 2+
Contoh asam lunak: CH3Hg , Pt , Pd , Ag , Au , Hg , Hg , Cd , BH3.
– – –
Contoh basa lunak: H , R3P, SCN , I .

4. Elektronegativitas Allred – Rochow


Allred dan Rochow beranggapan bahwa elektronegativitas haruslah berhubunga n
dengan muatan sebuah elektron pada "permukaan" sebuah atom: semakin tinggi muatan
per satuan luas permukaan atom, semakin besar kecenderungan atom tersebut untuk
menarik elektron-elektron. Muatan inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valens i
dapat diperkirakan dengan menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom
pada sebuah molekul dapat dihitung dengan asumsi luas ini proposional dengan kuadrat
jari-jari kovalen(rcov).

−2
Korelasi antara elektronegativitas Allred–Rochow (sumbux dalam Å ) dengan
elektronegativitas Pauling (sumbu y).

Suatu pendekatan empiris yang sangat bernilai dan diterima secara luas oleh Allred-Rochow,
menggambarkan elektonegativitas sebagai suatu hal yang bekerja pada elektron-elektron atom pada jarak
kovalen sedemikian sehingga
2

=
2
rcov memiliki satuan ångström
Hal ini terbukti merupakan suatu metode yang sangat berhasil mendapatkan nila i
elektronegativitas yang mencerminkan kecenderungan kimia secara lebih cermat
dibandingkan Pauling atau Mulliken dalam kasus-kasus di mana skala itu tidak bersesuaian
dengan baik. Nilai elektonegativitas yang didapat dengan metode ini mempunyai korelasi
sangat baik dengan kebanyakan nilai yang didapat dengan metode-metode terdahulu.
Hubungan antara nilai elektronegativitas Allred-Rochow dengan skala Pauling adalah

5. Elektronegativitas Sanderson
Sanderson menemukan bahwa terdapat hubungan antara elektronegatvitas dengan
ukuran atom dan mengajukan sebuah metode perhitungan yang didasarkan pada kebalikan
dari volume atom. Dengan panjang ikatan yang telah diketahui, elektronegativita s
Sanderson memperbolehkan kita memperkirakan energi ikatan pada berbagai senyawa.
Sanderson mengajukan pendapat ini dalam asas penyamaan elektronegativitas. Asas ini
mempostulatkan bahwa jika dua atom atau lebih yang mula-mula mempunya i
elektronegativitas berbeda bergabung menjadi satu maka elektonegativitas atom-atom
tersebut menjadi disamakan pada suatu nilai tengah dalam molekul yang terbentuk.
Elektronegativitas tengah ini di dalam molekul sebagai rata-rata geometrik dari
elektronegativitas semua atom sebelum terjadi penggabungan.

Korelasi antara elektronegativitas Sanderson (sumbu xdalam satuan


sembarang) dengan elektronegativitas Pauling (sumbu y).

Daya dorong untuk terjadinya penyamaan ini dengan mudah digambarkan sebagai
elektron dalam suatu ikatan kovalen yang stabil harus ditarik sama kuat oleh kedua inti. Jika
tarikan itu tidak sama, maka elektron akan bergerak sampai tahanan setimbang ini tercapai.
Bila kedua atom semula mempunyai elektronegativitas yang berbeda maka orbita-orbital
ikatannya harus memiliki energi yang berbeda pula. Dengan demikia n, proses pembentukan
ikatan harus memberikan cara, melalui energi-energi tersebut dapat disamakan. Hal semacam
itu dapat didasarkan pada fakta bahwa elektronegativitas suatu atom harus turun jika atom
menerima elektron atau naik jika kehilangan elektron. Model Sanderson juga telah digunakan
untuk menghitung geometri molekul, s-elektron energi, spin-spin NMR konstanta dan
parameter lain untuk senyawa organik. Karya ini mendasari
konsep pemerataan elektronegativitas, yang menunjukkan bahwa elektron
mendistribusikan sendiri sekitar molekul untuk meminimalkan atau untuk menyamaka n
elektronegativan Mulliken. Pemikiran ini mendasari konsep elektronegativita s
pemerataan, yang menunjukkan bahwa elektron mendistribusikan sendiri sekitar molekul
untuk meminimalkan atau untuk menyamakan elektronegatifitas Mulliken, perilaku ini
analog dengan pemerataan potensial kimia dalam termodinamika makroskopik.
6. Elektronegativitas Allen

ns, p

Korelasi antara elektronegativitas Allen (sumbu x dalam in kJ/mol) dengan


elektronegativitas Pauling (sumbu y).
Definisi sederhana yang dikemukakan oleh Allen mengenai elektronegativita s
adalah elektronegativitas berhubungan dengan energi rata-rata dari elektron valensi pada
sebuah atom bebas.

Keterangan:
εs, p : satu-elektron energi s-dan p-elektron dalam atom bebas
: jumlah s-dan p-elektron di kulit valensi.
-3
Hal ini biasa untuk menerapkan faktor skala, 1,75 × 10 untuk energi dinyatakan dalam
kilojoule per mol atau 0,169 untuk energi diukur dalam electronvolts, untuk memberika n
nilai- nilai numerik yang mirip dengan elektronegativitas Pauling.

Energi satu elektron dapat ditentukan secara langsung dari data spektroskopi,
sehingga elektronegativitas yang dihitung dengan metode ini kadangkala dirujuk sebagai
elektronegativitas spektroskopik. Data-data yang diperlukan tersedia untuk hampir semua
unsur, sehingga memperbolehkan kita memperkirakan nila i elektronegativitas unsur-
unsur yang tidak bisa dihitung dengan metode lainnya, misalnya fransium dengan nilai
elektronegativitas Allen = 0,67. Namun tidaklah jelas apa yang seharusnya dianggap
sebagai elektron valensi untuk unsur-unsur blok d dan f, sehingga menyebabkan
ambiguitas dalam perhitungan elektronegativitas menggunaka n metode Allen. Dalam
skala ini, Neon memiliki elektronegativitas yang paling besar, diikuti oleh Flourin dan
Helium.
7. Elektronegativitas Hinze-Jaffe
Dengan memanfaatkan persamaan dan definisi yang dikemukan oleh Mulliken, Hinze
- Jaffe mendapatkan elektronegativitas sejumlah tahanan valensi dan menamaka nnya
sebagai “elektronegativitas orbital”. Mereka menemukan bahwa elektronegativitas orbital
untuk orbital σ selalu lebih tinggi daripada untuk orbital π dan secara linier berhubunga n
dengan jumlah orbital s yang dianggap ada dalam orbital. Sebagaimana dapat diharapkan,
elektronegativitas ternyata naik dengan naiknya jumlah watak s dalam orbital. Definis i
baru dari elektronegativitas orbital yang dinyatakan dari turunan energi atom terhadap
muatan dalam orbital.
=

Keterangan:
nj : jumlah pendudukan orbital ke-j (0≤nj≤2) yang mempunyai
elektornegativitas Xj.
1

(0) =2 (3 − )

(1) = 2
( + )

(2) =2 (3 − )

Jadi terlihat bahwa definisiini memungkinkandilakukannya perhitunga n


elektronegativitas dari orbital kosong, X (0)dan orbital berisi dua elektron X (2). Nilai
elektronegativitas orbital berisi satu elektron memiliki nilai yang sama dengan yang
didefinisikan oleh Mulliken.
Dengan memanfaatkan persamaan dan definisi yang dikemukan oleh Mulliken, Hinze -
Jaffe mendapatkan elektronegativitas sejumlah tahanan valensi dan menamaka nnya
sebagai “elektronegativitas orbital”. Mereka menemukan bahwa elektronegativitas orbital
untuk orbital σ selalu lebih tinggi daripada untuk orbital π dan secara linier berhubunga n
dengan jumlah orbital s yang dianggap ada dalam orbital. Sebagaimana dapat diharapkan,
elektronegativitas ternyata naik dengan naiknya jumlah watak s dalam orbital. Definis i
baru dari elektronegativitas orbital yang dinyatakan dari turunan energi atom terhadap
muatan dalam orbital.
=

Dimana nj adalah jumlah pendudukan orbital ke-j (0≤nj≤2) yang


mempunyai elektornegativitas Xj.
1
(0) = 2 (3 − )
1
(1) = 2 ( + )
1
(2) = 2 (3 − )

Jadi terlihat bahwa definisi ini memungkinkan dilakukannya perhitungan


elektronegativitas dari orbital kosong, X (0) dan orbital berisi dua elektron X (2).
Nilai elektronegativitas orbital berisi satu elektron memiliki nilai yang sama dengan
yang didefinisikan oleh Mulliken.

You might also like