You are on page 1of 29

KANKER PAYUDARA

(Breast Cancer)

Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker tersering yang diidap

wanita. Sebagian besar kanker diidap saat usia lanjut (>50 th). Seperti

kanker lainnya pedoman umum yang terbaik adalah menemukan kanker pada

stadium yang dini sehingga kemungkinan untuk sembuh jauh lebih besar,

pengobatan juga lebih mudah dan murah. Periksa payudara sendiri (sadari)

adalah sousi untuk deteksi dini kanker payudara.

Payudara terletak pada otot dinding dada, serta salah satu ujungnya

pada ketiak. Laki-laki juga memiliki payudara hanya saja sangat kecil

daerahnya disekitar areola. Payudara terdiri dari:

- Jaringan aktif produsen air susu (alveolar)

- Saluran yang menghubungkan alveolar dengan puting susu (tempat

air susu dialirkan)

- Jaringan lemak dan jaringan konektif

- Pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf

Periksa payudara sendiri secara rutin dan menemukan perubahan yang

tak lazim (aneh) lalu segera melaporkan ke dokter terdekat adalah diteksi dini

yang sangat efektif.

APAKAH KANKER ITU ?

Kanker adalah kelainan pada sel tubuh dimana terjadi pertumbuhan

yang luar biasa berlebihan dan tidak terkontrol sehingga akan merusak bagian

tubuh disekitarnya maupun bagian tubuh lainnya. Seharusnya pertumbuhan

sel bersifat seimbang antara yang tumbuh baru dengan yang mati.
Kanker dapat tumbuh dengan cepat membutuhkan suplai oksigen

dan nutrisi sehingga mampu membuat pembuluh darah baru. Pembuluh darah

ini dindingnya tipis dan rapuh sehingga sangat mudah untuk pecah dan terjadi

perdarahan. Sehingga pada penderita kanker seringkali terjadi peradarahan.

Kanker dapat tumbuh di bagian tubuh yang lain dengan cara

menembus pembuluh darah maupun pembuluh limfe untuk kemudian

mengikuti aliran darah hingga tertambat di bagian tubuh tertentu dan

kemudian tumbuh.

Perumbuhan tumor serta penyebarannya di bagian lain sangat

tergantung jenis tumor serta stadium penyakitnya, jadi anggapan semua

kanker adalah sama adalah salah. Sehingga pemeriksaan jaringan dengan

mikroskop (patologi anatomi) adalah sangat penting hukumnya.

APAKAH FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA ?

- Usia: risiko untuk terkena kanker meningkat 2x setiap pertambahan

usia 10 th, paling banyak usia diatas 50 th

- Tempat tinggal: insidensi kanker payudara sangat bervariasi antara

daerah dan negara, faktor lingkungan sekitar sedikit banyak

mempengaruhi munculnya penyakit ini

- Riwayat keluarga: Kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar bila

ada keluarga yang menderita penyakit ini (ada hubungan pertalian

darah). Bukan berarti penyakit ini menular, namun memiliki gen

pembawa cetusan kanker ini diturunkan secara familial terutama

terkait dengan kromosom X (X-linked). Gen bawaan tersebut yang

paling terenal adalah BRCA-1 dan BRCA-2.


o 1 dari 20 wanita dengan kanker payudara adalah akibat gen

pembawa yang diturunkan sejak lahir kemudian manifest

sebagi kanker saat usia 30-40 tahun

- Bila memiliki riwayat kanker payudara sebelumnya

- Bila belum memiliki keturunan, atau bila memiliki anak pertama saat

usia >30 th

- Menarkhe (menstruasi pertama kali) pada usia yang lebih cepat dari

rata-rata <11 th

- Menopouse terlambat (>55 th)

- Mendapatkan terapi sulih hormon, biasanya untuk wanita dengan

keluhan sindrom menopouse atau riwayat operasi pengangkatan kedua

indung telur

- Minum pil kontrasepsi kkombinasi (mengandung hormon esterogen)

- Riwayat tumor jinak pada payudara

- Gaya hidup: konsumsi alkohol, jarang olah raga, kegemukan.

APAKAH GEJALA KANKER PAYUDARA ???

- Benjolan di payudara

o Gejala awal biasanya muncul benjolan yang padat atau kenyal

di payudara, namun jangan terlalu khawatir terlebih dahulu.

Karena benjolan tersebut sebagian besar adalah tumor jinak

(kista retensi saluran air susu, atau fibroadenoma mammae)

- Perubahan bentuk dan ukuran payudara (biasanya payudara kanan

dan kiri menjadi tidak simetris)

- Kulit payudara menjadi aneh (kesat, berlekuk lekuk ke dalam)

- Puting susu tertarik ke dalam


- Keluar cairan dari puting susu meski tidak menyusui, biasanya kental

bercampur darah

- Nyeri pada payudara. Gejala ini justru jarang, biasanya nyeri terjadi

pada radang atau infeksi dan bukan pada tumor ganas

- Di sekitar areola muncul eksim. Gejala ini juga jarang ditemukan

Penyebaran pertama kanker payudara adalah ke pembuluh limfe ketiak

sehingga bila muncul benjolan padat di ketiak, harus dicurigai kemungkinan

kanker payudara pada sisi yang sama.

BAGAIMANA PROSES PENEGAKAN DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA ?

Klinis:

- Pasien diminta untuk menanggalkan pakaian atas kemudian dokter

akan melihat seberapa jauh kelainannya dari kontur payudara kanan

maupun kiri. Baik ujud kelainan, kesimetrisan, maupun permukaan

kulit.

- Dilanjutkan dengan perabaan untuk menilai seberapa besar ukuran

tumor, mobilitas, serta konsistensi tumor.

Pemeriksaan penunjang:

- Mammografi: Ronsen payudara

- USG payudara

- Biopsi jaringan tumor dan Aspirasi jarum halus: merupakan standar

baku yang menentukan tumor tersebut jinak atau ganas, karena

dilakukan pemeriksaan sel jaingan tersebut dibawah mikroskop

(histopatologis).

Pemeriksaan penunjang pendamping


Dilakukan untuk melengkapi diagnosis sekaligus menentukan staging

serta penyebaran tumor tersebut. Pemeriksaannya berupa: Ronsen

dada, bone survey (ronsen seluruh tulang), darah rutin dan kimia

darah, USG hepar.

BAGAIMANAKAH TERAPI KANKER PAYUDARA???

Secara ringkas manajemen kanker payudara terdiri dari operasi, kemoterapi,

radioterapi, terapi hormon.

Terapi bergantung pada:

- Kanker itu sendiri: ukuran, bentuk, staging, respon hormon

- Pasien secara umum: usia, tingkat ekonomi, keinginan konservasi

payudara, ketakutan akan efek samping

Target terapi:

- Kesembuhan: dapat dilakukan pada stadium awal. Dengan deteksi

dini yang baik dapat dilakukan terapi yang mampu memberikan

kesembuhan terhadap kanker payudara stadium awal

- Memperbaiki kualitas hidup: Pada kanker payudara stadium lanjut,

harapan untuk dapat sembuh total sangat kecil, namun demikian

meningkatkan kualitas hidup denan jalan memberikan bebas nyeri

maupun gangguan lain yang diakibatkan oleh kanker akan sangat

bermakna terhadap kebahagiaan hidup pasien. Terapi juga ditujukan

untuk dapat mencegah penyebaran kanker lebih lanjut lagi.

OPERASI

Beberapa tipe operasi antara lain:

- Operasi konservasi payudara: Biasanya dilakukan pada kanker

stadium awal. Tindakannya sering disebut lumpektomi yakni


mengambil tumor serta jaringan sehat di sekitar secukupnya. Sehingga

payudara masih dapat dimiliki oleh wanita tersebut. Tindakan yang

lebih banyak mengambil jaringan tetapi payudara masih dapat dimiliki

adalah mastektomi parsial.

- Mastektomi: operasi ini mengangkat seluruh payudara tempat tumor

tersebut berada. Setelah operasi ini bila menginginkan payudara dapat

dipasang payudara tiruan dari silikon/ prosthesa.

Sebagai pendukung terapi bedah ini sangat lazim dilakukan pengangkatan

limfonodi (pembuluh limfe) terutama pada ketiak, serta dilakukan

radioterapi untuk membunuh sel-sel kanker yang secara kasat mata tidak

nampak dan tidak terambil saat operasi.

RADIOTERAPI

Radioterapi adalah pengobatan dengan jalan menggunakan energi radiasi

tingkat tinggi yang difokuskan pada jaringan tumor serta sekitarnya. Terapi ini

dapat membunuh sel kanker. Biasanya dilakukan sebagai terapi lanjutan

setelah tindakan bedah atau operasi dimana induk tumor sudah diangkat

kemudian sisanya yang tak terlihat mata dibunuh dengan radioterapi.

Tindakan lanjutan ini biasanya disebut dengan radioterapi ajuvan.

KEMOTERAPI

Kemoterapi adalah pengobatan kanker menggunakan obat kimia anti-kanker.

Biasanya pilihan ini digunakan bile kanker diperkirakan sudah menyebar ke

organ tubuh lain yang letaknya jauh dari timor induknya. Berbeda dengan

radioterapi, radioterapi digunakan untuk membunuh penyebaran pada daerah

sekitar induk tumor ganas. Sedangkan kemoterapi untuk membunuh

penyebaran yang letaknya jauh dari tumor induk. Terkadang kemoterapi juga
diberikan dengan tujuan untuk mengecilkan tumor sebelum terap dan

memudahkan operasi sehingga diberikan sebelum operasi (neo-adjuvant).

Dapat juga dilakukan untuk membuat jaringan kanker semakin peka dan

mudah terbunuh oleh radioterapi. Sehingga sering diberikan simultan dengan

radioterapi (concomitant).

TERAPI HORMON

Terapi ini terutama ditujukan untuk jenis kanker payudara yang terkait

dengan hormon. Kanker payudara terkait hormon dapat berkembang pesat

dipengaruhi oleh suplai hormon esterogen ke sel-sel kanker tersebut.

Sehingga dengan mengurangi atau mencegah suplai esterogen ke sel tersebut

maka perumbuhan kanker dapat dicegah.

Jenis terapi hormon antara lain:

- Pemblok esterogen: obat yang biasa digunakan adalah tamoxifen,

sekarang yang terbaru toromifene. Kerjanya dengan memblok

esterogen/ anti esterogen, sebelum berikatan dengan sel-sel kanker.

Biasanya diberikan sampai dengan lima tahun setelah operasi kanker

payudara.

- Obat pencegah produksi esterogen: karena esterogen diproduksi oleh

sel folikular di ovarium, maka mencegahnya sama saja dengan

mencegah pertumbuhan follikel de Graff. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan membuat seorang wanita seolah-olah dalam kondisi menopouse

sehingga tidak memproduksi hormon esterogen. Biasanya disunikkan

progesteron dosis tinggi (sebagai anti esterogen) yakni

depomedroxyprogesteron asetat (DMPA). Dengan efek samping tidak

menstruasi.
- Sebagai alternatif lain karena ovarium yang menghasilkan esterogen,

maka pengangkatan ovarium merupakan salah satu cara untuk

meniadakan esterogen dalam darah.

KESIMPULAN

Kesimpulannya untuk manajemen kanker payudara ini sangat bervariasi

tergantung dari kenker payudara itu sendiri baik staging maupun ukurannya,

serta tergantung individu wanita tersebut. Semakin dini kanker ditemukan

semakin besar kemungkinan untuk sembuh total dan semakin besar

kemungkinan payudara untuk dipertahankan. Sehingga skrining awal dengan

periksa payudara sendiri, serta mamografi rutin setiap 3 tahun sekali untuk

wanita usia 50-70 tahun adalah sangat penting untuk dilakukan.

ASKEP CA MAMAE / KANKER PAYUDARA

1. Pengertian

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh

berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar

(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah

bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa

bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang

berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-

8-2005, sumber : Harianto, dkk)

2. Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko

pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

1. Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena

pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan

struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.

1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita

yang sudah punya anak.

4. Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

5. Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen

Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

7. Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang

ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)

3. Anatomi fisiologi

1. Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,

ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75%

ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan

medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama

ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke

klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang

diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang

dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari

kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum

menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan

yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi

tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.

Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar

terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.


Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi

besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus

baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh

sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

(Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

4. Insiden

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia

adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan

kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa

urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah

bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).

Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir

menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka

ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-

rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).

5. Patofisiologi

Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan

payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit

payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah

masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda

dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.

Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang
mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh

estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan

dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih

tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan

respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau

adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

6. Gejala klinik

Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri

maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit

dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan

tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00,

Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)

Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan

tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini

belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)

7. Klasifikasi kanker payudara

1. Tumor primer (T)

1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer

3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

4. T1 : Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0,5 cm


T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

T1c : Tumor 1 – 2 cm

5. T2 : Tumor 2 – 5 cm

6. T3 : Tumor diatas 5 cm

7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau

kulit.

T4a : Melekat pada dinding dada

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit

T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)

1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila

3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.

N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau

melekat pada jaringan sekitarnya.

N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)

1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

2. M0 : Tidak ada metastase jauh

3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

8. Stadium kanker payudara :


1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau

penyebaran luas.

2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran

jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5

cm tanpa keterlibatan LN

4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor

dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh

5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit

semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.

6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.

(Setio W, 2000, hal : 285)

9. Pemeriksaan diagnostik

1) Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara,

hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

2) Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.

3) CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ

lain

4) Sistologi biopsi aspirasi jarum halus

5) Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor

pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

10. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di

payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan

dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak

membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.

Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.

Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang

sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam.

Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi

ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah

bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.

Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada

benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila

diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada

tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari

tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke

dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara

sempurna.

6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00,

Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)


11. Penanganan

Pembedahan

1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai

pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).

2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe

dilateral otocpectoralis minor.

3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial

1) Mastektomi radikal

Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.

2) Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.

Non pembedahan

1. Penyinaran

Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;

pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.

2. Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

3. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi

adrenalektomi hipofisektomi.

(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)


A. Pengkajian Data

Pada saat pre operasi digunakan data subjektif dan objektif.

a. Data Subjektif :

Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada mamma dan kadang-kadang timbul

nyeri serta perasaan takut atau cemas.

b. Data Objektif :

• Karsinoma mamma terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau

tidak enak yang menyengat.

• Klien tampak enggan bergaul dan berinteraksi dengan klien lain.

• Klien terlihat sedih dan sering melamun.

• Observasi gejala kardinal : tensi, nadi suhu dan pernafasan.

• Klien sering memegangi payudara dan wajah tampak menyeringan.

B. Diagnosa Keperawatan & Tindakan Pada Pasien Dengan Karsinoma Mammaa

1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio

ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan

keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan

kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,

stimulasi simpatetik.

Tujuan :

1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

Tindakan :

a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.


b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi.

Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam

pengobatan.

e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.

f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

Rasional:

a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk

penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.

b. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.

c. Dapat menurunkan kecemasan klien.

d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek

sampingnya.

e. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi

dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.

g. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.

h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan

syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping

therapi kanker ditandai dengan klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

Tujuan :

1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

2. Melaporkan nyeri yang dialaminya

3. Mengikuti program pengobatan

4. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang

mungkin

Tindakan :

1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan

keluarga tentang cara menghadapinya

3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti

mendengarkan musik atau nonton TV

4. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),

gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

Kolaboratif:

6. Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien.

7. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll

Rasional:

a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.

b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan

komplikasi.

c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana

klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan

anti nyeri.

f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

g. Untuk mengatasi nyeri.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik

yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan

(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,

ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak

adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau

lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal

cramping.

Tujuan :

1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda

malnutrisi

2. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

3. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

Tindakan :

a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan

kebutuhannya.

b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.

c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.

d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang

adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.


e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang

terlalu manis, berlemak dan pedas.

f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau

keluarga.

g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.

h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.

Kolaboratif

i. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin

j. Berikan pengobatan sesuai indikasi

Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6,

antacida

k. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan

infus.

Rasional:

a. Memberikan informasi tentang status gizi klien.

b. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.

c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.

d. Kalori merupakan sumber energi.

e. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan

penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan

ansietas.

f. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.

g. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.

h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan

penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.

j. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status

kesehatan klien.

k. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat

sesuai kebutuhan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan

sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam

mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

Tujuan :

1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-

katan siap.

2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur

tersebut.

3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-

batan.

4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.

Tindakan :

a. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.

b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien

tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.

c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan

informasi yang tidak diperlukan.


d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan,

therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.

e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi

tentang penyakitnya.

f. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.

g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan

adanya eritema, ulcerasi.

h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

Rasional:

a. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.

b. Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi

serta kesalahan pengertian.

c. Membantu klien dalam memahami proses penyakit.

d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.

e. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit

klien.

f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.

g. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta

masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan

minuman.

h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping

kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.

Tujuan :
1. Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi

2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.

3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan

rongga mulut.

Tindakan :

a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik.

b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda

terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.

c. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.

d. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam,

hindarkan makanan yang keras.

e. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.

Kolaboratif

f. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi

g. Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash

preparation.

h. Kultur lesi oral.

Rasional:

a. Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan

informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.

b. Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan

minuman.

c. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.

d. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
e. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.

f. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.

g. Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga

mulut/infeksi sistemik.

h. Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.

6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal

(vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

Tujuan :

Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa

normal, turgor kulit bagus, capilarry refill normal, urine output normal.

Tindakan :

a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare,

drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.

b. Timbang berat badan jika diperlukan.

c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.

d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.

e. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.

f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka

bedah, adanya ekimosis dan pethekie.

g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.

Kolaboratif

h. Berikan cairan IV bila diperlukan.

i. Berikan therapy antiemetik.

j. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin


Rasional:

a. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.

b. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.

c. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan

suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.

d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.

e. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

f. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.

g. Mencegah terjadinya perdarahan.

h. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

i. Mencegah/menghilangkan mual muntah.

j. Mengetahui perubahan yang terjadi.

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh

sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.

Tujuan :

1. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi

2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal

Tindakan :

a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal

yang sama.

b. Jaga personal hygine klien dengan baik.

c. Monitor temperatur.

d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

Kolaboratif
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

g. Berikan antibiotik bila diindikasikan.

Rasional:

a. Mencegah terjadinya infeksi silang.

b. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.

c. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.

d. Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.

e. Mencegah terjadinya infeksi.

f. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.

g. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi

organisme penyebab infeksi.

8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit

pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan,

penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.

Tujuan :

1. Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi

terhadap seksualitas

2. Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan

Tindakan :

a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta

hubungannya dengan penyakitnya.

b. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.

c. Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.

Rasional:
a. Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien

dengan pasangannya.

b. Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.

c. Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan

perasaan dan keinginan secara wajar.

9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan

kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan :

1. Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik

2. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

Tindakan :

a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati

penyembuhan luka.

b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.

c. Ubah posisi klien secara teratur.

d. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak

tanpa rekomendasi dokter.

Rasional:

a. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi

awal terhadap perubahan integritas kulit.

b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.

c. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.

d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.

You might also like