You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317064995

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN


PERILAKU STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (BABS): ....
Article · July 2016

CITATIONS READS

0 2,019

1 author:

Nurhalina Sari
Universitas Malahayati
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Lanjut Riskesdas 2014 View project

All content following this page was uploaded by Nurhalina Sari on 23 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU STOP BUANG AIR
BESAR SEMBARANGAN (BABS): STUDI PADA PROGRAM STBM DI DESA
SUMBERSARI METRO SELATAN 2016

1 2 2
Windy Febriani , Samino , Nurhalina Sari

ABSTRAK

Desa Sumbersari Kecamatan Metro Selatan menjadi salah satu kelurahan yang
berhasil melaksanakan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan mampu merubah
perilaku BAB di jamban sehat. Masyarakat di desa tersebut mulai berubah perilaku
setelah dilakukan kegiatan pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyrakat (STBM) dan
adanya Sani FOAM bertujuan untuk menganalisa perubahan perilaku pada program
sanitasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku BABS di desa Sumbersari Metro Selatan. Jenis penelitian kuantitatif
menggunakan desain cross sectional. Sampel Penelitian ini berjumlah 394 Kepala
Keluarga (KK). Analisis Data menggunakan Uji chi square, dengan derajat kepercayaan
95%.
Hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan
program STBM dipengaruhi oleh akses/ketersediaan sanitasi, pengetahuan, dukungan
sosial, sikap dan keyakinan masyarakat di Desa Sumbersari Kota Metro 2016. Disarankan
bagi pemegang program STBM, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai
pemicu daerah lainnya agar berhasil untuk STOP BABS, dengan mengaktifkan aparat
desa dan jajaranya, dan meningkatkan pengetahuan dan dukungan masyarakat serta
peningkatan akses kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan tentang STBM.

Kata Kunci : Faktor perilaku stop BABS

PENDAHULUAN mempertahankan keberlanjutan budaya


Sanitasi sebagai salah satu aspek hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
pembangunan memiliki fungsi penting STBM dalam jangka panjang dapat
dalam menunjang tingkat kesejahteraan menurunkan angka kesakitan dan
masyarakat, karena berkaitan dengan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi
kesehatan, pola hidup, kondisi yang kurang baik, dan dapat mendorong
lingkungan permukiman serta tewujudnya masyarakat sehat yang
kenyamanan dalam kehidupan sehari- mandiri dan berkeadilan. Perubahan
hari. Sebagaimana negara berkembang perilaku dalam STBM dilakukan melalui
lainnya, Indonesia pada saat ini juga metode pemicuan yang mendorong
menghadapi masalah di bidang sanitasi perubahan perilaku masyarakat sasaran
dan perilaku hidup bersih dan sehat secara kolektif dan mampu membangun
(Ditjen PP&PL, 2013). sarana sanitasi secara mandiri sesuai
Tantangan yang dihadapi kemampuan (Kemenkes RI, 2014).
Indonesia terkait pembangunan Sebagai panduan pelaksanaan
kesehatan, khususnya bidang, higiene program WSP di seluruh dunia dihasilkan
dan sanitasi masih sangat besar. Untuk kerangka konsep pelaksanaan program
itu perlu dilakukan intervensi terpadu sanitasi agar tujuan program tercapai.
melalui pendekatan sanitasi total. Kerangka konsep program tersebut
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis dikenal dengan nama Sanitation, Focus,
Masyarakat (STBM) dengan lima pilar Opportunity, Ability, Motivation (Sani
akan mempermudah upaya FOAM) dan menjadi dasar perencanaan
meningkatkan akses sanitasi masyarakat serta pelaksanaan di negara-negara
yang lebih baik serta mengubah dan tersebut untuk mencapai sasaran

1) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati


2) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016 121


program yaitu adanya perubahan perbaikan sanitasi dan kesehatan
perilaku masyarakat dalam upaya (Devine, 2009).
Konsep SaniFOAM terdiri dari dalam Progress on Sanitation and
konsep dasar 4 yaitu focus (fokus), Drinking Water pada tahun 2010
opportunity (kesempatan), ability diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang
(kemampuan), dan motivation atau 17% penduduk dunia masih buang
(motivasi). Keempat konsep ini yang air besar di area terbuka. Dari data
mendasari faktor perubahan perilaku tersebut di atas sebesar 81% penduduk
pada target program sanitasi yaitu pada yang buang air besar sembarangan
masyarakat. SaniFOAM bertujuan untuk (BABS) terdapat di 10 negara dan
menganalisa perubahan perilaku pada Indonesia sebagai negara kedua
program sanitasi yaitu menganalisa hasil terbanyak ditemukannya masyarakat
dari studi fomatif, sebagai dasar desain yang membuang air besar di area
penelitian baru dalam menentukan terbuka yaitu sebesar 5% (WHO &
faktor perubahan perilaku, pemahaman UNICEF,2014).
mengenai faktor-faktor yang Di Provinsi Lampung sendiri pada
mempengaruhi perubahan perilaku, tahun 2012 kepemilikan sanitasi dasar
berfokus pada intervensi sebagai faktor berupa jamban sehat hanya sebesar
perubahan perilaku dan meningkatkan 53,33%, masih menjauhi target yang
efektifitas dan intervensi dari suatu diharapkan (Dinkes Provinsi, 2012). Dari
faktor yang bertujuan untuk perubahan data STBM yang ada, persentase akses
perilaku (Devine, 2009). ke jamban Kabupaten Tulang Bawang
Program WSP yang telah Barat yaitu sebesar 35,98%, sehingga
dilaksanakan di Indonesia yaitu didaerah kabupaten tersebut menempati posisi
Jawa Barat. Dalam laporan proyek WSP pertama dari kota/kabupaten lainnya.
tahun 2011, Jawa Barat berhasil Sedangkan Kota Metro sudah mencapai
menerapkan konsep SaniFOAM dengan hampir 100% yang kepala keluarganya
terlaksananya daerah bebas BABS. akses ke jamban, termasuk salah
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari satunya kecamatan Metro Selatan yang
beberapa faktor yaitu keberadaan penduduknya sudah akses ke sanitasi
kegiatan sosial kemasyarakatan dan yang layak sebesar 90% (Dinkes Kota
natural leader, pemicuan yang Metro,2014).
berkualitas, tidak ada riwayat subsidi, Data Profil Kesehatan Kota Metro
kesadaran untuk membayar dan adanya terbaru tahun 2014 dari 22 kelurahan di
sangsi sosial (Mukherjee, 2011). Pada Kota Metro terdapat 21 kelurahan yang
penelitian yang dilakukan oleh Tustanti melaksanakan STBM dan 8 kelurahan
(2011) mengemukakan bahwa faktor telah berhasil melaksanakan stop BABS.
yang secara signifikan mempengaruhi Metro Selatan menjadi salah satu
perubahan perilaku buang air besar di kecamatan yang melaksanakan program
jamban pasca pemicuan Community Led STBM dengan luas wilayah seluas 14,33
2
Total Sanitation (CLTS) di Desa km serta memiliki 4 kelurahan dan
Sukorambi adalah faktor pengetahuan, seluruh kelurahan melaksanakan STBM
sikap, dorongan keluarga, dan dorongan serta 2 kelurahan telah berhasil
petugas kesehatan. melaksanakan Stop BABS dan salah satu
Sebagai program nasional, STBM dari kelurahan tersebut adalah Desa
akan terus berlangsung dan telah Sumbersari (Dinkes Kota Metro, 2014).
dilakukan implementasi di 244 Desa Sumbersari Kecamatan
kabupaten/kota serta 2.583 kecamatan, Metro Selatan, Kota Metro berpenduduk
sehingga pada triwulan I tahun 2013 sebanyak 3029 dengan jumlah kepala
terdapat sejumlah 11.678 keluarga (KK) yaitu 921 KK mampu
desa/kelurahan yang melaksanakan merubah perilaku yang tadinya BABS
STBM (Ditjen PP & PL, 2013). menjadi buang air besar (BAB) di tempat
Berdasarkan data World Health yang saniter yaitu BAB di jamban sehat.
Organization (WHO) dan United Nations Masyarakat di desa tersebut mulai
Children's Emergency Fund (UNICEF) berubah perilaku setelah dilakukan
kegiatan pemicuan STBM. (Dinkes Kota
Metro, 2014).
Tujuan penelitian adalah
mengetahui factor-faktor yang

122 Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016


mempengaruhi perubahan perilaku BABS Jenis penelitian kuantitatif
di desa Sumbersari Metro Selatan. menggunakan desain cross
sectional. Sampel Penelitian ini berjumlah 394 Kepala Keluarga (KK).
Analisis Data menggunakan Uji chi
HASIL PENELITIAN DAN square, dengan derajat kepercayaan
PEMBAHASAN a. Distribusi Variabel 95%.
Tabel 1
Distribusi Akses, Pengetahuan, Dukungan Sosial, Sikap Dan Keyakinan
di Desa Sumbersari dan Purwoasri Kota Metro 2016

Desa
Variabel Sumbersari Purwoasri
(n=197) (n=197)
Akses
 Ada 197 (100%) 72 (36,5%)
 Tidak ada 0 125 (63,5%)
Pengetahuan
 Tinggi 162 (82,2%) 75 (38,1%)
 Rendah 35 (17,8%) 122 (61,9%)
Dukungan Sosial
 Positif 197 (100%) 106 (53,8%)
 Negatif 0 91 (46,2%)
Sikap dan Keyakinan
 Positif 190 (96,4%) 93 (47,2%)
 Negatif 7 (3,6%) 104 (52,8%)

Berdasarkan tabel 1, dapat ketersediaan sanitasi berpeluang tidak


diketahuibahwa dari seluruh responden BABS sebesar 3,49 kali dibandingkan
di desa Sumbersari terdistribusi dengan responden yang tidak ada
akses/ketersediaan sanitasi sebanyak akses/ketersedian sanitasi.
196 responden (100%) sudah memiliki Pengaruh pengetahuan terhadap
akses, pengetahuan rendah sebanyak 35 perilaku stop BABS diperoleh nilai
orang (17,8%), dukungan kelompok p=<0,001 dapat disimpulkan bahwa ada
social positif sebanyak 197 responden pengaruh pengetahuan terhadap
(100%), sikap dan keyakinan yang perilaku stop BABS. Hasil analisis
negatif sebanyak 7 responden (3,6%). diperoleh nilai OR=2,75 (1,52-4,98)
Sementara di desa Purwoasri artinya responden yang memiliki
akses/ketersediaan sanitasi tidak ada pengetahuan tinggi berpeluang tidak
sebanyak 125 orang (63,5%), BABS sebesar 2,75 kali dibandingkan
pengetahuan rendah sebanyak 122 dengan responden yang memiliki
orang (61,9%), dukungan kelompok pengetahuan rendah.
sosialyang negatif sebanyak 91 orang
(46,2%), sikap dan keyakinan untuk Pengaruh dukungan terhadap perilaku
berubah yang negatif sebanyak 104 stop BABS diperoleh nilai p=<0,001,
orang (52,8%). dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
dukungan terhadap perilaku stop BABS
b. Analisis Bivariat di Desa Purwoasri Kota Metro 2016.
Berdasarkan tabel 2, pengaruh Hasil analisis OR=3,52 (1,94-6,39)
akses terhadap perilaku stop BABS artinya responden yang memiliki
diperoleh p=<0,001 dapat disimpulkan dukungan positif berpeluang tidak BABS
bahwa ada pengaruh akses/ketersediaan sebesar 3.52 kali dibandingkan dengan
sanitasi terhadap perilaku stop BABS. responden yang memiliki dukungan
Hasil analisis OR=3,49 (1,90-6,41) negatif.
artinya responden yang memiliki akses/

Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016 123


Tabel 2
Pengaruh Akses/Ketersediaan Sanitasi Terhadap Perilaku Stop BABS
di Desa Purwoasri Kota Metro Tahun 2016

Perilaku Stop BABS


Jumlah
Akses Tidak BABS BABS p OR (CI=95%)
n % n % n %
Akses
 Ada 46 63,9 26 36,1 72 100 3,49 (1,90-
 Tidak 42 33,6 83 66,4 125 100 <0,001 6,41)
ada
Pengetahuan
100 2,75 (1,52-
 Tinggi 44 60 30 40 75 <0,001 4,98)
 Rendah 43 35,2 79 64,8 122 100
Dukunga
n
100 3,52 (1,94-
 Positif 62 58,5 44 41,5 106 <0,001 6,39)
 Negatif 26 28,6 65 71,4 91 100
Sikap dan Keyakinan
100 9,11 (4,75-
 Positif 66 71 27 29 93 <0,001 17,44)
 Negatif 22 21,2 82 78,8 104 100

Pengaruh sikap dan keyakinan dilaksanakan, pengeluaran masyarakat


terhadap perilaku stop BABS diperoleh menurun karena tingkat masyarakat
nilai p=<0,001, dapat disimpulkan terserang diare menurun. Hal tersebut
bahwa ada pengaruh sikap dan menyebabkan produktivitas masyarakat
keyakinan terhadap perilaku stop BABS semakin meningkat, dan bila dilihat dari
di Desa Purwoasri Kota Metro 2016. Hasil aspek sosial, kepedulian masyarakat
analisis OR=9,11 (4,75-17,44) artinya terhadap lingkungan semakin
responden yang memiliki sikap dan meningkat, kebiasaan buang air besar
keyakinan positif berpeluang tidak BABS dan kecil sembarangan sudah hilang,
9,1 kali dibandingkan dengan responden masyarakat semakin memahami
yang memiliki sikap dan keyakinan pentingnya menjaga lingkungan, adanya
negatif. wadah untuk masyarakat berkumpul dan
diskusi tentang lingkungan. Program
c. Pembahasan berjalan dengan baik karena
Akses pengelolaannya dikerjakan dan
Hasil penelitian di Desa dievaluasi oleh masyarakat sendiri.
Sumbersari bahwa seluruh nya telah Hasil penelitian di desa Purwoasri
memiliki akses sanitasi, hal tersebut diketahui bahwa dari pelaksanaan
dilihat dari beberapa hal, antara lain Program STBM, diperoleh sebagian
adalah dari ketersediaan jamban di responden telah memiliki jamban,
setiap rumah, sehingga masyrakat desa sebagai wujud dari terlaksananya
Sumbersari tidak lagi buang air besar program akan tetapi belum dilaksanakan
sembarangan. Seluruh masyarakat mau dengan baik. Hal tersebut dipengaruhi
merubah perilakunya menjadi lebih oleh pendidikan masyarakat yang tidak
sehat. Hal ini juga didukung oleh semua mengetahui tentang pentingnya BAB
aparat termasuk aparat pemerintah, pada tempatnya. Perilaku masyarakat
sehingga desa Sumbersari bisa BABS terdapat sebanyak 55,3%
mendeklarasikan menjadi desa ODF responden. Sebagian besar dari
(Open Defecation Free). Dampaknya bisa responden memang telah memiliki
dirasakan oleh masyarakat, salah jamban, tetapi perilaku BABS masih
satunya yaitu dilihat dari aspek ekonomi, tetap ada karena masyarakat masih
diketahui bahwa setelah program belum terbiasa dan merasa nyaman bila

124 Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016


buang air besar sembarangan tempat Dukungan Sosial
serta menganggap BAB di sungai lebih Berdasarkan dari hasil penelitian
praktis. ini adalah masyrakat desa
Berdasarkan penjelasan tersebut Sumbersarimendapatkan dukungan
maka dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial dari anggota keluarga,
pelaksanaan program berjalan dengan petugas kesehatan, natural leader, tokoh
baik di desa Sumbersari karena dalam masyarakat dan tokoh agamauntuk tidak
prosesnya melibatkan masyarakat dalam buang air besar sembarangan demi
pengambilan keputusan dan masyarakat tercapainya/berhasilnya program STBM.
mau merubah perilakunya menjadi stop Keberhasilan Program STBM belum
BABS. Sedangkan untuk desa Purwoasri terlaksana dengan baik di Desa Purwoasri
program STBM masih belum berjalan karena masih sebanyak 46.2% diperoleh
baik. dukungan negatif dari natural leader dan
tokoh masyarakat, artinya pelaksanaan
Pengetahuan program STBM tidak
Berdasarkan Hasil penelitian dari mendapatkan dukungan secara
aspek pengetahuan, masyarakat di desa menyeluruh. Natural leader di setiap RT
Sumbersari sudah memiliki pengetahuan tidaklah sama, dari 30 RT masih ada
yang baik tentang pelaksanaan program beberapa Natural leaderyang hanya
STBM yaitu sebesar 82,2%, hal tersebut mencari nama atau mencari jabatan di
dibuktikan dari jawaban responden yang desa tersebut dan belum memahami
sebagian besar sudah memahami pentingnya masyarakat tidak BABS
tentang pengertian buang air besar bukan berdasarkan dari hati yang ikhlas
sembarangan, dampak dari buang air untuk membantu masyarakat untuk
besar sembarangan dan pengertian dari berprilaku stop BABS. Begitu pula
program STBM itu sendiri, walaupun dengan tokoh masyarakat desa, ada
masih ada masyarakat yangmasih tidak beberapa ketua RT yang hanya mencari
tahu tentang jarak penampungan tinja nama demi kepentingan diri sendiri.
dari sumber air bersih dan ketersediaan Padahal baik buruknya desa itu berawal
dana/subsidi dari kegiatan STBM, hal itu dari baik buruknya tokoh masyarakat itu
dikarenakan masyarakatnya sendiri yang sendiri, bila desanya ingin dipandang
memang tidak tahu dan tidak mencari baik oleh masyarakat luar, mereka harus
tahu dari sumber yang jelas mengenai bekerja keras dan berusaha untuk
perihal tersebut.Berbeda halnya dengan mencapainya.
desa Purwoasri program pelaksanaan
STBM belum dilaksanakan dengan baik Sikap dan Keyakinan Untuk Berubah
akan tetapi diketahui masyarakat sudah Hasil penelitian diperoleh sikap dan
memahami tentang buang air besar keyakinan yang positif lebih besar
sembarangan. Namun, untuk aspek dibandingkan dengan sikap negatif
perilaku masyarakat, hanya sebanyak terhadap perubahan perilaku stop BABS
44.5% responden yang mengalami dalam program STBM di desa
perubahan ke arah yang lebih baik, dan Sumbersari, sikap negatifdiperoleh
sisanya masih berprilaku BABS. Dilihat sebanyak 3,6%. Masih ada masyarakat
dari segi pengetahuan, mereka masih yang meyakini dan bersikap bahwa BABS
belum mengetahui apakah masyarakat memberikan kenyamanan yang sama
buang air besar sembarangan dapat dengan BAB di jamban, BAB sembarang
mencemari lingkungan atau tidak, air hal yang normal dan merupakan
sumur dapat tercemar oleh tinja dari pengalaman yang menyenangkan.
orang yang buang air besar Adanya sikap tersebut dikarenakan
sembarangan atau tidak dan pengertian struktur sosial masyarakat yang
serta prinsip dari kegiatan STBM itu heterogen dan keyakinan masyarakat
sendiri, hal ini dikarenakan fasilitator di yang berbeda, akan tetapi sikap negatif
desa tidak memberikan pengertian tersebut tidak mempengaruhi keinginan
dengan jelas tentang kegiatan STBM itu masyarakat tersebut untuk berubah
sendiri dan untuk natural leadernya tidak tidak BABS. Pelaksanaan STBM telah
bekerja sama dengan baik dengan berhasil dilaksanakan dengan baik.
masyarakat lainnya.
Begitu pula didesa Purwoasri,

Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016 125


masyarakat mempunyaisikap positif penduduk musiman tidak mungkin buat
tentang buang air besar tidak jamban pribadi harus ada jamban umum.
sembarangan. Namun, untuk aspek Masyarakat masih terbiasa dengan proyek,
tersebut hanya sebanyak 47.2% masih tergantung dengan subsidi dan
responden yang memiliki sikap dan bantuan fisik perusahaan. Kesadaran
keyakinan ke arah yang positif, sisanya untuk PHBS dan STBM masih rendah,
masih ke arah yang negatif. Hal itu masyarakat masih menganggap BABS
dikarenakan sikap dan keyakinan sebagai sesuatu yang tidak salah, buang
masyarakat desa Purwoasri tidaklah sampah di sungai dianggap sebagai
sebaik di desa Sumbersari, mereka warisan budaya.
masih banyak meyakini hal-hal yang Partisipasi masyarakat masih
diajarkan oleh orangtuanya dulu bahwa rendah, sehingga perlu penyegaran
BAB sembarangan hal yang normal kembali. Pembangunan jamban bukan
dalam masyarakat. Berdasarkan uraian prioritas dalam pengeluaran rumah
tersebut dapat disimpulkan bahwa tangga. Kondisi alam kurang
program STBM di Desa Purwoasri belum mendukung, rawan genangan, air tanah
dapat berjalan dengan baik. dangkal, daerah kepulauan, curah hujan
tinggi menyebabkan banjir,
Perilaku Stop BABS pembangunan sarana pada daerah
Hasil penelitian diperoleh bahwa tebing sungai sulit, lahan untuk jamban
dari seluruh responden terdistribusi komunal dan TPS/TPA sulit didapat
bahwa yang masih berperilaku BABS karena lahan terbatas.
sebanyak 109 orang (55,8%). Hal Peningkatan penyediaan sanitasi
tersebut dikarenakan masyarakat Desa dalam supplysanitasi, produksi kloset
Purwoasri lebih memilih BABS di sungai masih terbatas, peran swasta dan akses
yang mereka katakan lebih praktis bila modal untuk bisnis sanitasi masih
dibandingkan di jamban. Sikap dan kurang Banyak rumah di perkotaan yang
dukungan, pengetahuan yang belum mempunyai septictank tidak pernah
sepenuhnya di mengerti oleh dikuras, padahal di sekitarnya banyak
masyarakat di Desa Purwoasri, rumah yang tidak disengaja, airnya
masyarakat juga tidak aktif dalam tercemari oleh buangan septictank
kegiatan puskesmas. tersebut. Akses sanitasi merupakan
salah satu dari sejumlah indikator lain
Pengaruh Akses/Ketersediaan untuk kinerja pelayanan sanitasi yang
Sanitasi lebih baik, diantaranya yang berkaitan
Ada pengaruh akses/ketersediaan dengan perubahan perilaku hidup bersih
sanitasi terhadap perilaku stop BABS di dan sehat.Pada tahun 2013 (44,74%)
Purwoasri Kota metro tahun 2016 masih jauh dari target MDGs sebesar
(p=<0,001). 55,55 %, sehingga masih memerlukan
Hasil penelitian sesuai dengan upaya yang lebih keras untuk
(BAPPENAS, 2015), akses penduduk mencapainya.
untuk dapat melaksanakan program Beberapa penelitian menyebutkan
STBM adalah ketersediaan sanitasi yang tentang hubungan dan pengaruh sanitasi
memenuhi syarat hal yang menjadi buruk termasuk perilaku BABS terhadap
penghambat tentang pelayanan sanitasi terjadinya infeksi saluran pencernaan.
dasar sebesar 68% belum Diperkirakan 88% kematian akibat diare
memperhatikan kualitas yang aman bagi di dunia disebabkan oleh kualitas air,
lingkungan dan kesehatan, angka sanitasi dan higiene yang buruk (Ditjen
kejadian diare berpotensi masih tinggi. PP & PL, 2013). Sebuah penelitian di
Penyediaan air bersih untuk jamban Indonesia menyebutkan bahwa keluarga
komunal membutuhkan pengaturan yang BABS dan tidak mempunyai
khusus Peningkatan kebutuhan sanitasi. jamban beresiko 1,32 kali anaknya
Sumber air terkontaminasi sampahdan terkena diare akut dan 1,43 kali terjadi
akses air bersih masih sulit/rendah kematian pada anak usia dibawah lima
daerah berpenduduk besar tantangan tahun. Systematic reviewtentang faktor
targetnya berat, kondisi rumah padat resiko diare di Indonesia menjelaskan
menyebabkan sampah berserakan, bahwa pencemaran sarana air bersih
126 Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016
(SAB) beresiko 7,9 kali dan sarana melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
jamban beresiko 17,25 kali pada 2010)
bayi dan balita (Adisasmito, 2007). Hasil penelitian juga sejalan
Menurut penulis bahwaakses dengan penelitian Romaji (2010),
sanitasi merupakan salah satu hal yang tentang efektivitas metode community
paling penting yang dapat merubah lead total sanitation (CLTS)/STBM dalam
perilaku, terutama perilaku stop BABS, merubah pengetahuan, sikap dan
hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil perilaku buang air besar (Studi di Desa
penelitian bahwa akses sanitasi yang Adan-Adan Kecamatan Gurah Kabupaten
tidak ada menyebabkan seseorang Kediri), didapat bahwa penyuluhan
enggan untuk merubah perilakunya. dengan pendekatan STBM ini dapat
Data yang diperoleh di desa Purwoasri meningkatkan pengetahuan.
masih terdapat akses sanitasi yang Berdasarkan hasil penelitian, maka
belum seluruhnya mempunyai akses menurut pendapat peneliti bahwa
seperti jamban sehat, mereka pengetahuan seseorang akan berdampak
menggunakan air sungai sebagai sarana pada tindakan seseorang atau perilaku
MCK, karena lingkungan desa tersebut seseorang, seseorang dengan
berada di daerah persawahan yang pengetahuan yang baik akan bertindak
dilengkapi dengan irigasi, sehingga sesuai dengan apa yang ia ketahui, dan
masyarakat menggunakan sarana irigasi lebih cenderung akan memiliki perilaku
sebagai tempat MCK. yang lebih baik bila dibandingkan
dengan seseorang dengan pengetahuan
Pengaruh Pengetahuan yang kurang baik, dalam hal ini adalah
Ada pengaruh pengetahuan perilaku stop BABS. Hasil perolehan
terhadap perilaku stop BABS di Desa dilapangan diketahui bahwa tingkat
Purwoasri Kota metro 2016 (p=<0,001). pengetahuan masyarakat di Desa
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Purwoasri, masih banyak yang memiliki
Notoatmodjo (2010) Pengetahuan pengetahuan rendah tentang program
merupakan pengkajian berbagai proses pelaksanaan STBM, hal tersebut
kognitif yang difokuskan pada stimuli, dikarenakan masyarakat Desa Purwoasri
terutama terhadap perorangan dan tidak aktif dalam kegiatan yang diadakan
kelompok. Yang menjadi inti pendekatan dari Puskesmas atau Desa sehingga
pengetahuan adalah pandangan bahwa mereka tidak terlalu banyak mengetahui
persepsi manusia merupakan proses tentang BABS maupun program STBM,
kognitif yang memandang orang sebagai masyarakat banyak yang aktif atau
pengamat yang mengorganisasikan bekerja diluar seperti bertani, padahal
secara aktif, jadi bukan sekedar kotak masyarkatnya sudah banyak yang
yang pasif, mereka dimotivasikan lulusan pendidikan SMA.
kebutuhan untuk mengembangkan
kesan yang terpadu dan berarti. Pengaruh Dukungan Sosial
Pengetahuan atau kognitif Ada pengaruh dukungan terhadap
merupakan domain yang sangat penting perilaku stop BABS di Desa Purwoasri
untuk terbentuknya tindakan seseorang Kota metro tahun 2016 (p=<0,001). Bila
(overt behaviour), dari pengalaman dan dibandingkan dengan Desa Sumbersari
penelitian perilaku yang didasari oleh mendapat dukungan masyarakat, tokoh-
pengetahuan akan lebih langgeng tokoh masyarakat, aparat desa dan
daripada perilaku yang tidak didasarkan petugas kesehatan memberikan
oleh pengetahuan. Pengetahuan dukungan dan saling memberikan
merupakan hasil tahu, dan ini terjadi kesadaran kepada seluruh masyarakat,
setelah orang melakukan penginderaan hingga terlaksananya program STBM
terhadap suatu objek tertentu. yang telah dideklarasikan oleh
Penginderaan terjadi melalui panca Kementrian Kesehatan sebagai
indera manusia, yaitu indera kelurahan yang sudah berhasil
penglihatan pendengaran, penciuman , melaksanakan program STBM.
rasa dan raba, sebagian besar Fasilitas atau sarana pelayanan
pengetahuan manusia diperoleh kesehatan dan tenaga kesehatan
merupakan salah satu faktor pendorong
Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016 127
dan pendukung untuk berubahnya merubah perilaku BABS, hal tersebut
perilaku kesehatan (Notoatmodjo, jika pelaksanaannya didukung oleh
2007). Dukungan atau dorongan tenaga kesehatanyang mendukung
tersebut dapat dilakukan dengan berarti
memberikan upaya-upaya pelayanan memberikan jalan keluar dan
berupa upaya promotif, preventif, memberikan upaya agar masyarakat
kuratif, dan rehabilitatif oleh tenaga dapat merubah perilaku yang kurang
kesehatan kepada masyarakat untuk baik menjadi perilaku yang lebih
merubah perilakunya. Oleh karena itu, baik.Hasil perolehan dilapangan bahwa
sejauh mana masyarakat memanfaatkan di desa Purwoasri aparat desa sudah
sarana pelayanan kesehatan, seperti mendukung pelaksanaan program STBM
puskesmas, posyandu, poliklinik, akan tetapi belum secara menyeluruh,
polindes, dokter atau bidan praktek sehingga masih sulit untuk
swasta di wilayah setempat dan peran melaksanakan program STBM secara
maupun dukungan tenaga kesehatan baik.
sangat penting dalam memberikan
pengetahuan tentang perubahan Pengaruh Sikap dan Keyakinan
perilaku BABS. Ada pengaruh sikap terhadap
Dukungan petugas sangat perilaku stop BABS di desa Purwoasri
berpengaruh terhadap perubahan Kota Metro 2016 (p=<0.001). Sikap dan
perilaku, dukungan petugas keyakinan untuk berubah terhadap
dilaksanakan sebagai promosi. Promosi perilaku stop BABS di desa Sumbersari
Kesehatan merupakan upaya untuk seluruh masyarakat telah memiliki sikap
meningkatkan kemampuan masyarakat dan keyakinan yang positif terbukti
melalui proses pembelajaran dari-oleh- dengan tidak adanya masyarakat yang
untuk dan bersama masyarakat, agar melakukan BABS.
mereka dapat menolong dirinya sendiri, Hasil penelitian sejalan dengan
serta mengembangkan kegiatan yang teori Notoatmodjo (2010)
bersumber daya masyarakat, sesuai mendefinisikan bahwa sikap seseorang
dengan kondisi sosial budaya setempat adalah predisposisi (keadaan mudah
dan didukung oleh kebijakan publik yang terpengaruh) untuk memberikan
berwawasan kesehatan, bukan hanya tanggapan terhadap rangsangan
proses penyadaran masyarakat atau lingkungan, yang dapat memulai
pemberian dan peningkatan ataupun membimbing tingkah laku
pengetahuan masyarakat tentang orang tersebut. Sikap juga
kesehatan saja, tetapi juga disertai mengemukakaan pengertian sebagai
upaya-upaya menfasilitasi perubahan tendensi untuk memberikan reaksi yang
perilaku. positif (menguntungkan) atau negatif
Dengan demikian promosi (tidak menguntungkan) terhadap orang-
kesehatan adalah program-program orang, obyek atau situasi-situasi
kesehatan yang dirancang untuk tertentu.
membawa perubahan (perbaikan) baik di Adalah bagaimana penilaian atau
dalam masyarakat sendiri maupun pendapat seseorang tentang hal-hal
dalam organisasi dan lingkungannya yang berkaitan pemilihan cara
(lingkungan fisik, sosial budaya, politik pengobatan. Sikap dapat
dan sebagainya). Atau dengan kata lain menggambarkan suka atau tidak suka
promosi kesehatan tidak hanya seseorang terhadap objek. Sikap sering
mengaitkan diri pada peningkatan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengetahuan, sikap dan perilaku dari orang lain yang paling dekat, sikap
kesehatan saja, tetapi juga membuat seseorang mendekati atau
meningkatkan atau memperbaiki menjauhi orang lain atau objek lain.
lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam Sikap merupakan reaksi atau
rangka memelihara dan meningkatkan respons seseorang terhadap suatu
kesehatan masyarakat. stimulus atau objek. Manifestasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka sikaptidak dapat langsung dilihat, tetapi
menurut pendapat peneliti bahwa hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari
dukungan petugas kesehatan dapat prilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya

128 Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016


kesesuaian reaksi terhadap stimulus dipengaruhi oleh akses/ketersediaan
tertentu. Dalam kehidupan sehari–hari sanitasi, pengetahuan, dukungan sosial,
adalah merupakan reaksi yang bersifat sikap dan keyakinan masyarakat di Desa
emosional terhadap stimulus sosial. Sumbersari Kota Metro 2016.
Sikap merupakan reaksi atau respon Disarankan bagi pemegang program
seseorang yang masih tertutup STBM, hasil penelitian diharapkan dapat
terhadap suatu stimulus atau objek. digunakan sebagai pemicu daerah
Sikap secara nyata menunjukkan lainnya agar berhasil untuk STOP BABS,
konotasi adanya kesesuain reaksi dengan mengaktifkan aparat desa dan
terhadap stimulus tertentu. Sikap belum jajaranya, dan meningkatkan
merupakan suatu tindakan atau pengetahuan dan dukungan masyarakat
aktifitas, akan tetapi merupakan serta peningkatan akses kepada
predisposisi tindakan atau perilaku. masyarakat dengan memberikan
Secara umum sikap berkaitan erat penyuluhan tentang STBM.
dengan pengetahuan. Jika seseorang
memiliki pengetahuan yang baik tentang DAFTAR PUSTAKA
sesuatu maka sikap yang dimilikinya pun Adisasmito, Wiku, (2007). Faktor Risiko
cenderung positif. Diare Pada Bayi dan Balita di
Dari hasil penelitian maka menurut Indonesia : Systematic Review,
pendapat peneliti bahwa sikap dan Penelitian Akademik Bidang
perilaku petugas kesehatan tidak Kesehatan Masyarakat, Makara
terlepas dari sistem perilaku kesehatan Kesehatan. Vol. 11 No.1:1- 10.
yaitu suatu respons seseorang Devine, Jacqueline, (2009). Introducing
(organisme) terhadap stimulus yang SaniFOAM : A Framework to
berkaitan dengan sistem pelayanan Analyze Sanitation Behaviors to
kesehatan seperti halnya sikap stop Design Effective Sanitation
BABS. Responden yang memiliki sikap Program. Water and Sanitation
yang baik (mendukung dan Program.
melaksanakan stop BABS) kemungkinan Dinas Kesehatan Kota Metro, (2014).
disebabkan karena responden tersebut Profil Kesehatan Kota Metro,
memiliki kondisi emosional, psikologi Metro
atau kepercayaan positif terhadap Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, (2013).
perilaku stop BABS, sikap seseorang Road Map Percepatan Program
ditentukan oleh reaksi emosional atau STBM Tahun 2013-2015, Jakarta
kepercayaan mengenai apa yang Kementerian Kesehatan R1, (2014).
dianggap benar tentang sesuatu obyek Field Book Pelaksanaan Sanitasi
termasuk stop BABS. Sikap positif Total Berbasis Masyarakat Dalam
terhadap stop BABSdengan pengetahuan Program Pamsimas, Jakarta
yang cukup, namun tidak diikuti pula Kementerian Kesehatan R1, (2014).
dengan motivasi yang positif, tentu hal Peraturan Menteri Kesehatan
ini akan menyebabkan masyarakat Republik Indonesia Nomor 3
tersebut tidak akan melaksanakan stop Tahun 2014 Tentang Sanitasi
BABS. Sikap masyarakat di Desa Total Berbasis Masyarakat,
Purwoasri lebih banyak yang memiliki Jakarta
sikap negatif terhadap perubahan Kementerian Kesehatan R1, (2015).
perilaku Stop BABS dalam program Rencana Strategis Kementerian
STBM, hal tersebut dibuktikan dengan Kesehatan Tahun 2015-2019,
tidak berjalan baik program STBM, Jakarta
karena sikap masyarakat desa Purwoasri
masih dipengaruhi oleh budaya nenek Mukherjee, Nilanjana, (2011).Factors
moyang mereka yang menggunakan air Associated with Achieving and
sungai sebagai sarana MCK. Sustaining Open Defecation Free
Communities: Learning from East
KESIMPULAN DAN SARAN Java. Water and Sanitation
Berdasarkan hasil penelitian yang Program, p.1-8
dilakukan dapat ditarik kesimpulan Notoatmodjo. Soekidjo. 2007. Promosi
bahwa keberhasilan program STBM Kesehatan dan Perilaku

Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016 129


Jakarta
Kesehatan Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi
Pemicuan COMMUNITY LED
Kesehatan dan Perilaku
TOTAL SANITATION (CLTS) di
Kesehatan Rineka Cipta. Desa Sukorambi Kecamatan
Jakarta
Sukorambi Kabupaten Jember,
Romaji, (2010). Efektivitas [Skripsi]. Bagian Promosi
Metode Community Lead Total Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Sanitation Dalam Mengubah Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Universitas Jember, Jember
Buang Air Besar Di Kecamatan Dinkes Kota Metro, 2014, Prifil Dinas
Gurah Kabupaten Kediri. Pasca
Kesehatan Kota Metro
Sarjana
Dinkes Provinsi, 2012, Prifil Dinas
Universitas Sebelas Maret
Kesehatan Provinsi Lampung
Surakarta
WHO/UNICEF Joint Monitoring
Tustanti, Aulia Afia, (2011). Faktor-
Programme for Water Supply
Faktor yang Mempengaruhi
and Sanitation, (2014).
Perubahan Perilaku Buang Air
Progress on Sanitation and
Besar (BAB) di Jamban Pasca
Drinking-water: 2014 Update.
WHO Press, Geneva.

130 Jurnal Dunia Kesmas Volume 5. Nomor 3. Juli 2016


View publication stats

You might also like