Professional Documents
Culture Documents
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan
memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina[1].
Zat ini berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup
untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses
reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya
dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies).
Feromon, berasal dari bahasa Yunani ‘phero’ yang artinya ‘pembawa’ dan ‘mone’
‘sensasi’. Penemuan Feromon
Penemu zat feromon pertama kalinya pada hewan (serangga) adalah Jean-
Henri Fabre ketika pada satu musim semi tahun 1870 an pengamatannya pada
ngengat ‘Great peacock’ betina keluar dari kepompongnya dan diletakkan di kandang
kawat di meja studinya untuk beberapa lama menemukan bahwa pada pada malam
harinya lusinan ngengat jantan berkumpul merubung kandang kawat di meja studinya.
“Mereka datang dari segala penjuru, tanpa aku tahu bagaimana mereka menemukan
betina di mejaku...” tulis Fabre.
Dengan kesimpulan Fabre ini, mulailah seluruh lapangan penelitian baru tentang
feromon.
Feromon Pada Hewan
Untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada
di depan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang
keluar dari kelenjar sternum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen),
yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon
ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu
mendeteksi obyek makanannya.
Di samping feromon penanda jejak, para pakar etologi (perilaku) rayap juga
menganggap bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar
(primer pheromones). Misalnya, terhambatnya pertumbuhan/ pembentukan neoten
disebabkan oleh adanya semacam feromon dasar yang dikeluarkan oleh ratu, yang
berfungsi menghambat diferensiasi kelamin.
Segera setelah ratu mati, feromon ini hilang sehingga terbentuk neoten-
neoten pengganti ratu. Tetapi kemudian neoten yang telah terbentuk kembali
mengeluarkan feromon yang sama sehingga pembentukan neoten yang lebih banyak
dapat dihambat.
Dilihat dari biologinya, koloni rayap sendiri oleh beberapa pakar dianggap
sebagai supra-organisma, yaitu koloni itu sendiri dianggap sebagai makhluk hidup,
sedangkan individu-individu rayap dalam koloni hanya merupakan bagian-bagian dari
anggota badan supra-organisma itu.
Perbandingan banyaknya neoten, prajurit dan pekerja dalan satu koloni
biasanya tidak tetap. Koloni yang sedang bertumbuh subur memiliki pekerja yang
sangat banyak dengan jumlah prajurit yang tidak banyak (kurang lebih 2 - 4 persen).
Koloni yang mengalami banyak gangguan, misalnya karena terdapat banyak semut di
sekitarnya akan membentuk lebih banyak prajurit (7 - 10 persen), karena diperlukan
untuk mempertahankan sarang.
Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit
korbannya, tetapi juga meninggalkan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk
menyerang.
Dari penelitian pada hewan-hewan lain, cara kerja yang sama juga ditemukan.
Hamster betina, misalnya. Menurut penelitian, hewan ini menggunakan dimetil
disulfida untuk menarik hamster jantan mendekat. Tapi yang ternyata mengejutkan
adalah gajah dan ngengat mempunyai feromon seks yang sama, yakni Z-7-dodesen-1-
il-asetat.Namun walaupun sama, gajah dan ngengat tidak akan saling tertarik karena
Z-7-dodesen-1-il-asetat yang dihasilkan ngengat terlalu sedikit untuk di'rasa'kan
gajah, begitu juga sebaliknya.
Feromon pada manusia merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa
dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh VMO di dalam
hidung/indra pencium. Sinyal ini dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang
terkonsentrasi di dalam lengan. Sinyal feromon ini diterima oleh VMO dan dijangkau
oleh bagian otak bernama hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang
menghasilkan respons perilaku dan fisiologis
Siklus menstruasi terdiri atas tiga fase, yakni menses, pra-ovulasi dan luteal
alias pasca ovulasi. Salah satu dari feromon dihasilkan oleh perempuan pada fase
pra-ovulasi dari siklusnya dan mempercepat ovulasi di fase berikut.
Feromon lain dipancarkan pada saat ovulasi berlangsung. Sinyal ini memiliki
efek memperlambat siklus. Hasil akhirnya adalah berupa siklus sejumlah perempuan
yang tinggal saling berdekatan.
Lepas dari jenis bau badan menyengat hingga bikin orang lain menjauh, setiap
manusia punya bau yang khas dan menjadi ciri dirinya. Oleh para ahli dianalogikan
bahwa bau badan itu seperti sidik jari. Jadi, kita masing-masing punya bau yang unik
dan sangat berbeda dengan manusia lainnya. Dengan demikian feromon yang
dihasilkan manusia, di masa depan bisa jadi salah satu identitas diri.
Feromon pada manusia ternyata juga berfungsi sebagai daya tarik seksual.
Para ahli kimia dari Huddinge University Hospital di Swedia malah mengklaim bahwa
feromon juga punya andil dalam menghasilkan perasaan suka, naksir, cinta, bahkan
gairah seksual seorang manusia pada manusia lainnya.
Jadi, ketertarikan manusia pada manusia lain, baik itu berupa hubungan cinta,
gairah seksual, maupun dalam memilih teman, juga didasari pada bau feromon yang
dihasilkan manusia.
Kakek-nenek dapat hidup rukun sampai mereka berusia lanjut juga karena
senyawa kimia. Namanya oksitosin. Menurut penelitian, kesetiaan pada pasangan
berhubungan dengan kadar oksitosin yang tinggi. Kadar oksitosin ini dapat
ditingkatkan dengan cara masing-masing dari pasangan yang berusaha saling
menyayangi, walau kadang pasangannya menjengkelkan. Itu barangkali inti nasihat
orang tua, ”cinta tumbuh karena biasa”.
Beberapa spesies lalat, ngengat dan kumbang juga menghasilkan zat kimia
tertentu yang dioleskan ke sarang tempat meletakkan telur-telurnya. Zat-zat kimia
ini akan mencegah serangga lain untuk menaruh telur di tempat yang sama, jadi
mengurangi kompetisi serangga-serangga baru yang nantinya menetas dari telur tadi.
Sampai sekarang, para ilmuwan sudah mengenali lebih dari 1600 feromon yang
dipakai oleh berbagai serangga, termasuk serangga-serangga hama. Karena telah
teridentifikasi, feromon ini bisa dibuat dalam jumlah besar secara sintetis.Feromon
sintetis ini banyak dipakai untuk dijadikan perangkap serangga.
TUGAS BIOLOGI
PENELITIAN HEWAN
FEROMON