You are on page 1of 16

Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

Djamilah, Reni Kartikawati

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak ekonomi, sosial, kesehatan, dan
budaya dari permasalahan perkawinan anak di 8 (delapan) wilayah penelitian, yaitu DKI
Jakarta, Semarang, Banyuwangi, Bandar Lampung, Kabupaten Sukabumi, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Selain itu, memberikan rekomendasi
kebijakan terkait dengan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja. Tulisan
didasarkan penelitian yang menggunakan metode kualitatif melalui diskusi kelompok
terfokus dan wawancara mendalam di delapan kota di Indonesia selama bulan Juni -
Juli 2014. Diskusi kelompok terfokus dilakukan terhadap remaja yang tidak melakukan
perkawinan dini, sedangkan wawancara mendalam dilakukan terhadap remaja yang
melakukan perkawinan muda, orang tua remaja, tokoh agama/masyarakat, pemerintah
daerah, organisasi sosial masyarakat, kepala sekolah/guru/akademisi, kepala catatan sipil/
KUA, dan petugas kesehatan/dinas kesehatan. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi
dampak ekonomi, sosial, kesehatan, dan budaya di masing-masing daerah. Faktor dominan
mengapa terjadi perkawinan anak karena kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi
dan seksual (PKRS) yang komprehensif sejak dini untuk memberikan pemahaman yang
tepat untuk remaja akan pilihannya. Oleh sebab itu direkomendasikan untuk memberikan
pemahaman tentang kesehatan reproduksi yang komprehensif sejak dini di sekolah dan
meninjau ulang UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

AB S T RACT
This study aims to identify the impact of economic, social, health, and culture of the problems
of child marriage in eight (8) research areas, namely Jakarta, Semarang, Banyuwangi,
Bandar Lampung, Sukabumi, West Nusa Tenggara, South Kalimantan, and South
Sulawesi as well as provide policy recommendations related to sexual and reproductive
health education for adolescents. This paper based on study using qualitative methods
through focus group discussions and in-depth interviews in eight cities in Indonesia
during the month of June-July 2014. The focus group discussions conducted on teens who
are not married yet, in-depth interviews with teens who did child marriage, the parents,
religious leaders / community, local government, civil society organizations, principals /
teachers / academics, heads of a Minister of Religion or the Civil Register, health workers
/ health department. This study was successful in identifying the impact of economic,
social, health, and culture in each region. The dominant factor why child marriages occur

* Terima kasih kami ucapkan kepada PKBI, RAHIMA, dan Pam let selaku mitra program di daerah, serta HIVOS
yang telah memberikan dana untuk penelitian Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Bagi Remaja
Di SMA dengan nomor kontrak 1.8.2.1/197/JJK/dh RO SEA at HO 1004457 dan kepada Pusat Kajian Gender dan
Seksualitas FISIP UI sebagai bagian dari tim penelitian.

1
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

because of the lack of sexual and reproductive health education. Comprehensive sexual
and reproductive health is a must to give proper understanding to teens for their choice.
Therefore it is recommended to provide a comprehensive reproductive health education
from an early age at school and review the Marriage Law No. 1 of 1974.

PENDAHULUAN orang tua, aparat pemerintah, kelompok


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan komunitas tertentu untuk memalsukan
yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI dokumen kependudukan, khususnya me-
mengungkapkan bahwa di antara perempuan nyangkut usia, agar pernikahan dapat di-
10-54 tahun, 2,6% menikah pertama kali langsungkan. Tidaklah mengherankan jika
pada umur kurang dari 15 tahun, dan 23,9% sering dijumpai banyak anak perempuan
menikah pada umur 15-19 tahun. Ini ber- dinikahkan pada usia di bawah 16 tahun.
arti sekitar 26% perempuan di bawah Hasil penelitian Plan Indonesia bekerja-
umur telah menikah sebelum fungsi-fungsi sama dengan Pusat Studi Kependudukan
organ reproduksinya berkembang dengan dan Kebijakan (PSKK) UGM tahun 2011
optimal. Dalam konteks regional ASEAN, tentang ‘Praktik Pernikahan Dini di Indo-
angka perkawinan anak di Indonesia adalah nesia’ di delapan wilayah: Indramayu,
tertinggi kedua setelah Kamboja. Perkawin- Grobogan, Rembang, Tabanan, Dompu,
an anak ini perlu mendapat perhatian serius Sikka, Lembata, dan Timur Tengah Selatan
karena mengakibatkan hilangnya hak-hak (TTS) menunjukkan bahwa rata-rata usia
anak perempuan, seperti pendidikan, ber- kawin di seluruh wilayah penelitian adalah
main, perlindungan, keamanan, dan lain- 16 tahun. Dampak dari perkawinan anak
nya termasuk dampak atas kesehatan repro- berdasarkan temuan studi, antara lain, ter-
duksinya. kait dengan kesehatan reproduksi. Hampir
Secara hukum perkawinan anak dile- di semua wilayah penelitian, anak perem-
gitimasi oleh Undang-undang R.I Nomor 1 puan yang kawin pada usia muda berpotensi
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang- mengalami kehamilan berisiko tinggi.
undang tersebut memperbolehkan anak Dampak lain yang dirasakan oleh anak
perempuan berusia 16 tahun untuk me- perempuan yang kawin di usia muda adalah
nikah, seperti disebutkan dalam pasal 7 ayat adanya ancaman kesehatan mental. Anak
1, “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak perempuan seringkali mengalami stres
pria sudah mencapai 19 (sembilan belas) ketika meninggalkan keluarganya dan ber-
tahun, dan pihak wanita sudah mencapai tanggung jawab atas keluarganya sendiri.
16 (enam belas) tahun.” Sementara Pasal Selain itu, perkawinan anak juga membawa
26 UU R.I Nomor 23 Tahun 2002 tentang dampak buruk bagi anak perempuan se-
Perlindungan Anak, dinyatakan bahwa perti rentan KDRT. Menurut temuan Plan,
orang tua diwajibkan melindungi anak dari sebanyak 44% anak perempuan yang me-
perkawinan dini. Namun pasal ini, sebagai- lakukan perkawinan dini, mengalami ke-
mana UU Perkawinan, tanpa disertakan kerasan dalam rumah tangga (KDRT)
dengan adanya ketentuan sanksi pidana dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya,
sehingga ketentuan tersebut nyaris tak ada 56% anak perempuan mengalami KDRT
artinya dalam melindungi anak-anak dari dalam frekuensi rendah. Selain tingginya
ancaman perkawinan dini. Lemahnya peng- angka KDRT, perkawinan anak berdampak
awasan dan penegakan hukum di Indonesia, juga pada kesehatan reproduksi anak per-
memberikan celah bagi siapapun, termasuk empuan. Anak perempuan berusia 10-14

2
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

tahun memiliki kemungkinan meninggal istri. Dalam konteks Indonesia, perkawinan


lima kali lebih besar, di masa kehamilan diatur oleh negara melalui Undang-Undang
atau melahirkan, dibandingkan dengan per- Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Dalam hal
empuan berusia 20-25 tahun. Dari data di ini, perkawinan didefinisikan sebagai ikat-
atas terlihat bahwa pernikahan anak mem- an lahir batin antara seorang laki-laki dan
posisikan perempuan dalam kelompok ren- seorang perempuan sebagai suami istri
tan terkait dengan kesehatan reproduksi dan dengan tujuan membentuk keluarga yang
seksualitasnya. bahagia dan tenteram.
Meski secara agama atau adat istiadat
dianggap sah, tetapi perkawinan yang di-
KERANGKA TEORI DAN KONSEP lakukan di luar pengetahuan dan peng-
Penelitian ini bertujuan untuk memahami awasan pegawai pencatat nikah dan tidak
dampak ekonomi, sosial, dan kesehatan dicatatkan, tidak memiliki kekuatan hukum
dari perkawinan anak di lokasi penelitian dan dianggap tidak sah dimata hukum.
dan memberikan rekomendasi kebijakan Sistem hukum Indonesia tidak mengenal
yang terkait dengan pendidikan kesehatan istilah ‘kawin bawah tangan’ atau kawin
reproduksi dan seksual bagi remaja. Teori berdasarkan aturan agama dan semacamnya
yang digunakan dalam penulisan ini adalah ini serta tidak mengatur secara khusus dalam
teori yang menjelaskan bagaimana tang- sebuah peraturan. Namun secara sosiologis,
gung jawab pemerintah dan masyarakat istilah ini diberikan bagi perkawinan yang
dalam masalah perkawinan. Menurut Un- tidak dicatatkan dan dianggap dilakukan
dang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tanpa memenuhi ketentuan undang-undang
tentang Perkawinan memperbolehkan anak yang berlaku, khususnya tentang penca-
perempuan berusia 16 tahun untuk menikah, tatan perkawinan yang diatur dalam UU
seperti disebutkan dalam pasal 7 ayat 1, Perkawinan pasal 2 ayat 2.
“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak Perkawinan anak, atau sering juga di-
pria sudah mencapai 19 (sembilan belas) sebut perkawinan dini, merupakan praktik
tahun, dan pihak wanita sudah mencapai tradisional yang telah lama dikenal dan
16 (enam belas) tahun.” Convention on the tersebar luas di seluruh belahan dunia. Studi
Rights of the Child (CRC), mendefinisikan pustaka mencatat dua pola perkawinan anak,
perkawinan anak sebagai perkawinan yang yaitu menikahkan anak perempuan dengan
terjadi di bawah usia 18 tahun. Namun pen- laki-laki dewasa dan menjodohkan anak laki-
definisian secara legal formal ini masih laki dengan perempuan yang dilakukan oleh
meninggalkan pertanyaan tentang rentang orang tua kedua anak yang bersangkutan.
usia berapa sesungguhnya seseorang dapat Sebuah studi yang dilakukan oleh Choe,
disebut anak dan bentuk relasi seperti apa Thapa dan Achmad (2001) mengungkapkan
yang dapat disebut perkawinan.1 bahwa mayoritas perempuan di Indonesia
Pendefinisian perkawinan merupakan yang menikah sebelum usia 18 tahun ber-
sebuah kontrak sosial yang diakui oleh pikir bahwa mereka menikah terlalu dini.
negara, otoritas keagamaan, atau keduanya. Sebagian besar mengakui bahwa mereka
Salah satu definisi, misalnya, menyebutkan menikah karena keinginan orang tuanya.
bahwa perkawinan merupakan ikatan for- Dalam penelitian ini, perkawinan anak
mal antara laki-laki dan perempuan yang didefinisikan sebagai perkawinan yang
secara hukum diakui sebagai suami dan dilakukan di bawah usia 18 tahun, sebelum
anak perempuan secara fisik, fisiologis, dan
1 Lihat Undang-undang R.I Nomor 1 Tahun 1974
psikologis siap memikul tanggung jawab
tentang Perkawinan. perkawinan dan pengasuhan anak.

3
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

Bagan 1

Dampak dari pernikahan anak di be- lakukan agar peneliti dapat memahami
berapa negara menunjukkan hal yang ku- lebih dalam sudut pandang informan pene-
rang menggembirakan. Studi Field dkk litian serta konteks sosial budaya pada
(2004) di Bangladesh mengungkapkan be- setiap daerah penelitian. Dalam hal ini,
berapa akibat pernikahan anak: drop out penelitian dilakukan di delapan kota yaitu
sekolah yang tinggi, subordinasi dalam DKI Jakarta, Lampung, Semarang, Banyu-
keluarga, risiko KDRT, kurangnya kontrol wangi (dampingan SEPERLIMA2) dan
terhadap kesehatan reproduksi, dan peluang daerah kontrol,3 yaitu Sukabumi, NTB,
terjadinya kematian ibu tinggi. Semen- Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara
tara penelitian di Ethiopia (2006) mem- pada 15 Juni– 4 Juli 2014. Penentuan lokasi
perlihatkan dampak negatif dari pernikahan penelitian dibagi menjadi dua, yakni daerah
anak a.l.: ketidakstabilan perkawinan, status dampingan SEPERLIMA dan daerah kon-
kesehatan rendah, rendahnya pendidikan trol untuk melihat perbandingan daerah
dan drop out sekolah, terlalu banyak yang sudah mendapatkan PKRS dan yang
anak, ketidaksetaraan status perempuan belum. Daerah kontrol dipilih berdasarkan
dan kesejahteraan anak. Dengan kata lain, data Riskesdas 2013 mengenai angka per-
pernikahan anak membawa dampak sosial, kawinan anak yang tinggi. Sementara
ekonomi dan kesehatan baik dalam jangka daerah dampingan SEPERLIMA diambil
pendek mau pun jangka panjang. berdasarkan rekomendasi dari anggota
Dalam penelitian ini, kerangka analisis SEPERLIMA.
yang digunakan tampak pada Bagan 1.

2 SEPERLIMA kepanjangan dari Seputar Kesehatan


METODE PENELITIAN Reproduksi dan Seksualitas Remaja, yang terdiri
dari gugus kerja bersama 5 (lima) organisasi,
Studi ini menggunakan pendekatan kuali- yaitu HIVOS, Puska Gender dan Seksualitas FISIP
tatif dengan teknik pengumpulan data be- UI, PKBI, Rahima dan Pam let untuk hak atas
kesehatan reproduksi dan seksual di Indonesia.
rupa diskusi kelompok terfokus (FGD) dan
3 Daerah kontrol adalah daerah yang tidak didam-
wawancara mendalam. Diskusi kelompok pingi atau diintervensi oleh SEPERLIMA terkait
terfokus dan wawancara mendalam di- materi PKRS.

4
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

Untuk pengumpulan data kualitatif fenomena kehamilan tidak terencana pada


yang digunakan adalah diskusi kelompok usia ibu muda menepati posisi tertinggi.4
terfokus (FGD) bersama kelompok remaja Dari semua kejadian kehamilan tidak
yang tidak melakukan perkawinan dini, serta direncanakan, sekitar 6,71% di antaranya
wawancara mendalam dilakukan terhadap sengaja digugurkan. Provinsi di mana ibu
remaja yang melakukan perkawinan muda, banyak melakukan aborsi, berturut-turut
orang tua remaja, tokoh agama/masya- adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa
rakat, pemerintah daerah, organisasi so- Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan data
sial masyarakat, kepala sekolah/guru/ kematian bayi yang dilaporkan puskesmas
akademisi, kepala catatan sipil/KUA, dan di Provinsi DKI Jakarta, angka kematian
petugas kesehatan/dinas kesehatan. Jum- bayi per-1000 kelahiran hidup (yang
lah peserta diskusi kelompok terfokus dilaporkan) sebesar 1,0. Jakarta Timur ter-
dibatasi 8–10 orang dengan waktu diskusi catat sebagai wilayah dengan jumlah ke-
120 menit. Wawancara mendalam dan dis- matian bayi tertinggi, yaitu sebanyak 52
kusi kelompok terfokus dilakukan untuk bayi (2009). Tahun 2013, Jakarta Timur
menggali informasi terkait dengan norma memiliki angka kematian ibu tertinggi
budaya terkait seksualitas, persoalan ke- dengan 31 orang meninggal dunia. Pada
sehatan reproduksi dan seksualitas remaja, tahun 2013, terdapat 93 ibu meninggal
penyebab dari adanya perkawinan anak, dunia di DKI Jakarta. Dengan demikian,
serta dampak ekonomi, sosial, kesehatan, dapat disimpulkan bahwa Angka Kematian
dan budaya dari permasalahan perkawinan Ibu (AKI) tidak hanya terjadi pada wilayah
anak di lokasi penelitian. yang digolongkan sebagai daerah ‘rural’.
DKI Jakarta sebagai kota metropolitan
nyatanya juga masih harus berjuang dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN memerangi AKI tersebut.5
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi
kelompok terfokus, penelitian ini melihat  Lampung
beberapa aspek seperti angka kematian Provinsi Lampung masuk dalam urut-
ibu, aborsi, data dispensasi pernikahan, dan an ke-3 dalam 9 (sembilan) provinsi pe-
berbagai informasi dari penggiat kesehatan nyumbang terbesar angka kematian ibu
reproduksi di masing-masing lokasi pene- (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
litian. secara nasional. Secara umum, Bandar
Lampung terbagi menjadi dua, yaitu
wilayah Teluk Betung yang merupakan
Konteks Sosial Budaya di Delapan
wilayah sub-urban, dan Tanjung Karang
Wilayah Penelitian
yang mewakili wilayah urban. Kecamatan-
 DKI Jakarta kecamatan yang ada di wilayah Teluk
Sebagai ibukota negara Republik In- Betung memiliki keterbatasan akses ter-
donesia, DKI Jakarta merupakan titik per- hadap pendidikan tingkat atas dan pe-
temuan nasional dari berbagai aspek ke- layanan kesehatan. Sekolah tingkat atas
hidupan. Berdasarkan status demografi, dan pelayanan kesehatan yang lengkap
kehamilan tidak terencana terjadi pada
usia perkawinan dengan usia muda 16 s/d 4 Pranata, SeƟa, 2013, Kejadian Kehamilan Tidak
20 tahun (51,7%), lama perkawinan yang Diinginkan, (online), <hƩp://grey.litbang.depkes.
go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk--
kurang dari 10 tahun (42,5%), anak antara seƟaprana-3714>, diakses pada 30 September 2014.
1 s/d 2 (41,9%). Berdasarkan data tersebut, 5 Ibid.

5
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

hanya ada di wilayah urban. Terbatasnya ditemukan sebanyak 153 kasus KTD. Untuk
akses informasi dan layanan kesehatan di kasus remaja aborsi, ditemukan sebanyak
wilayah sub-urban Lampung, menjadi salah 244 kasus dari tahun 2009 hingga 2010, dan
satu faktor penyumbang tingginya AKI dan kasus HUS (Hubungan Seksual) pra-nikah
AKB di provinsi tersebut. yang diketahui sebanyak 937 kasus.
Hasil evaluasi target pencapaian millen- Khususnya di daerah pedesaan dengan
nium development goals (MDGs) 2015, tingkat ekonomi keluarga serta pendidikan
hingga tahun 2013 Angka Kematian Ibu yang rendah masih ditemukan stigmatisasi
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) anak-anak perempuan yang tidak segera me-
di Provinsi Lampung masih tinggi. Hal ini nikah dengan sebutan perawan tua. Stigma
disampaikan oleh Humas Dinas Kesehatan tersebut juga menjelaskan anak perempuan
Provinsi Lampung, Asih Hendrastuti, me- tidak perlu memperoleh kemandirian eko-
wakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi nomi, yang penting sudah dianggap bisa
Lampung. Berdasarkan Survei Demografi bertanggung jawab atas pekerjaan domestik
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013, dan mematuhi perintah, serta pendidikan
AKI Lampung mencapai 359 per 100 ribu bagi anak perempuan tidak terlalu penting.
kelahiran hidup dan AKB mencapai 30 per
1000 kelahiran hidup. Sedangkan target  Banyuwangi
MDGs 2015 adalah AKI 102 per 100ribu
Penduduk asli Banyuwangi dikenal
kelahiran hidup dan AKB 23 per 1000 ke- sebagai orang Osing, sementara enis lain
lahiran hidup.6 adalah Mataraman, dan Madura. Orang Ma-
taraman merupakan pendatang dari wilayah
 Semarang Kediri. Banyuwangi juga dikenal sebagai
Jumlah pasangan pemohon dispensasi basis Nadhatul Ulama yang memiliki
nikah di bawah 16 tahun selama 4 tahun banyak pesantren. Data pengadilan agama
terakhir semakin meningkat di Kota Se- menggambarkan bahwa dispensasi per-
marang. Di tahun 2010 tercatat sebanyak 48 kawinan anak banyak ditemukan di Dae-
kasus; tahun 2011 sebanyak 60 kasus; tahun rah Muncar dan Licin. Daerah Muncar
2012 sebanyak 81 kasus dan di tahun 2013 merupakan desa nelayan di Banyuwangi
sejumlah 94 kasus (Data Pengadilan Agama dengan konsentrasi etnis Madura. Semen-
Kota Semarang). Dalam hal ini, tingkat tara Daerah Licin yang berada di kaki
perkawinan anak di bawah usia 16 tahun Kawah Ijen merupakan daerah yang banyak
dihuni oleh penduduk lokal osing. Kedua
di Jawa Tengah, yaitu sebesar 27,84 %
daerah tersebut sama sekali belum pernah
(BKKBN, 2005). Tahun 2012 ditemukan 10
mendapatkan dampingan oleh organisasi
orang remaja hamil di bawah usia 20 tahun,
manapun dalam hal kesehatan reproduksi.
dan angka ini naik pada tahun 2013 menjadi
15 orang dan tahun 2014 (Januari-Maret) Angka kematian bayi tahun 2010 sebe-
sebanyak 13 orang (Data Puskesmas Kota sar 38,29, menurun menjadi 35,04 per 100
Semarang). Data dari PILAR PKBI Jateng ribu penduduk pada tahun 2011. Angka
menjelaskan Kasus KTD (Kehamilan Tidak harapan hidup meningkat dari 67,58 tahun
Diinginkan) mencapai 656 kasus. Khusus pada 2010 menjadi 68,05 tahun pada 2011.7
untuk Kota Semarang, pada 4 tahun terakhir
7 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2014,
Perkembangan dan Tantangan Masa Depan
6 Pardiana, Eva, 2014, Angka Kematian Ibu dan Anak Pembangunan Kesehatan (online), <http://
di Lampung (online), <http://lampost.co/berita/ banyuwangikab.go.id/berita/laporan_khusus/
angka-kematian-ibu-dan-anak-di-lampung-masih- menuju-banyuwangi-sehat-tahun-2015.html>,
tinggi>, diakses pada 3 Oktober 2014. diakses pada 3 Oktober 2014

6
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

Data tahun 2011 di Banyuwangi terdapat Dua faktor penyebab AKI di daerah ini
kasus kematian ibu yang meninggal pada dikarenakan kasus pendarahan pada masa
saat hamil, bersalin dan nifas yang di- kehamilan dan ekslamsi. Selain itu, faktor
laporkan di Kabupaten Banyuwangi. Ter- lainnya adalah jarak tempuh menuju pusat
dapat 23 kasus dari sebanyak 23.702 layanan kesehatan terdekat membutuhkan
kelahiran hidup, jumlah kematian bayi waktu yang cukup lama, yaitu antara satu
sebesar 104 yang dilaporkan dari 23.702 hingga tiga jam. Hal ini juga dipengaruhi
kelahiran hidup (4,4 per 1.000 kelahiran oleh kondisi jalan yang rusak, serta
hidup), dan angka kematian balita sebesar minimnya angkutan umum yang dinilai
10 yang dilaporkan dari 23.702 kelahiran menghambat akses layanan kesehatan bagi
hidup (0,4 per 1.000 kelahiran hidup).8 ibu hamil yang mengalami komplikasi. Hal
ini dikarenakan kondisi kemiskinan. Banyak
ditemukan anak perempuan terpaksa harus
 Sukabumi mencari kerja ke luar negeri menjadi tenaga
Sukabumi merupakan salah satu daerah kerja wanita (TKW). Sementara salah satu
yang memiliki angka usia perkawinan anak syarat untuk bisa bekerja menjadi TKW
yang cukup tinggi. Berdasrkan informasi adalah harus sudah menikah dan memiliki
lapangan, Sukabumi bagian utara misalnya KTP. Akibatnya banyak yang melakukan
Cicurug, Nagrak, Sukaraja, dan Purbaraya, pernikahan di bawah umur dengan praktek
rata-rata usia perkawinan adalah di usia memalsukan data umur demi mendapat
19 tahun dan banyak ditemukan pabrik surat nikah. Akibatnya, banyak anak
yang mempekerjakan perempuan berusia perempuan terjebak kedalam lingkaran
muda (di bawah usia 20 tahun) sebanyak trafficking (illegal migrant workers).
80%. Sedangkan daerah Sukabumi bagian
selatan seperti Ciemas dan berdasarkan  Lombok—NTB
informasi di lapangan, rata-rata usia per- Untuk wilayah NTB pada tahun 2012,
kawinan dimulai sejak usia 16 tahun. Untuk ditemukan sebesar 24,5% perempuan telah
wilayah Nyalindung, Jampang Kulon, menikah pada umur 18 tahun. Dalam hal ini
Kabandungan, dan Cimanggu, rata-rata 5,8% dari perempuan NTB telah menikah
usia menikah umur 17 tahun. Warung Kiara, pada umur kurang dari 15 tahun, sementara
Cidolog, Cibadak, Jampang Tengah, dan rata-rata nasional adalah 2,6% (BPS NTB
Cikakak usia perkawinan pada usia 19 tahun 2012–Profil Ibu dan anak). Di NTB, pene-
dan Pabuaran Kalibunder usia perkawinan litian ini terfokus pada Pulau Lombok,
18 tahun. Selain itu, untuk di wilayah Su- yaitu Lombok Timur dan Lombok Utara
kabumi perkotaan, ditemukan banyak yang mewakili daerah pedesaan (rural)
daerah wisata dengan karakteristik yang dan Kota Mataram yang mewakili wilayah
diwarnai oleh area prostitusi. Ditemukan perkotaan (urban) dan juga merupakan Ibu
juga sejumlah pekerja seks komersial yang Kota dari NTB. Pemilihan wilayah ini juga
masih remaja. dilatarbelakangi karena banyaknya kasus
Angka Kematian Ibu (AKI) yang ter- perkawinan anak yang terus meningkat dari
tinggi ada di daerah utara Sukabumi. tahun ke tahun.
Jika dilihat dari segi sosial budaya, selain
8 Sasmito, Lulut, dkk. 2012. Laporan Akhir
Riset Operasional Intervensi: Tari Memengan angka kasus perkawinan anak yang tercatat
Sebagai Penyampai Pesan Posyandu Pada Ibu di Lombok, jumlah kasus perkawinan siri
dan Anak di Banyuwangi, Jawa Timur. (online), di bawah umur yang tidak dicatatkan juga
<http://ws.ub.ac.id/selma2010/public/images/
UserTemp/2014/04/24/20140424111353_7819. cukup tinggi. Salah satu faktor tingginya
pdf> diakses pada 11 September 2014. angka perkawinan siri tersebut dikarenakan

7
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

adanya budaya “Merariq”9 atau kawin lari juga berlaku Perda Syariah di beberapa
yang dianut oleh Masyarakat asli Lombok, tempat, seperti Kabupaten Banjar Baru
yaitu Suku Sasak. Selain itu, di Lombok yang memiliki beberapa pesantren besar di
juga memiliki istilah “Mosot”, yaitu sebutan wilayahnya. Lebih lanjut, praktik poligami
bagi remaja baik perempuan atau laki-laki menjadi hal yang sangat lumrah, di
yang belum menikah di umur < 17 thn. antaranya ditemukan di wilayah Martapura,
Banjarbaru, dan Amuntai.
 Kalimantan Selatan
Kasus pernikahan dini, dari data Peng-  Sulawesi Utara
adilan Tinggi Agama Kalimantan Selatan, Penelitian dilakukan di tiga wilayah
menunjukkan bahwa kasus tertinggi pada yang mewakili Sulawesi Utara, yaitu,
tahun 2012 terjadi di Hulu Sungai Tengah pertama, Kota Manado yang merupakan
dengan kasus 78 pernikahan dini. Dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara dengan
jumlah tersebut, 20 di antaranya dialami jumlah penduduk terbanyak yaitu 425.680
oleh perempuan dan 58 lainnya dialami jiwa. Kota ini terdiri dari berbagai etnis
oleh laki-laki. Banjarmasin ternyata juga baik yang berasal dari suku asli maupun
memiliki kasus yang cukup tinggi untuk pendatang, serta merupakan kota tertinggi
pernikahan dini dengan jumlah 36 kasus, penyebaran HIV/AIDS di Sulawesi Utara
di mana 26 kasus dialami oleh perempuan dengan jumlah 485 kasus (156 kasus HIV
dan 10 dialami oleh laki-laki. Laporan dan 329 kasus AIDS) hingga Februari
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 2013. Kedua, Kabupaten Minahasa
menunjukkan bahwa kasus kematian ibu dengan jumlah penduduk kedua terbanyak,
paling banyak ditemukan di Kabupaten 321.876 jiwa, merupakan representasi
dari suku asli Sulawesi Utara, yaitu Suku
Hulu Sungai Utara dengan total 18 kasus
Minahasa. Kabupaten Minahasa menjadi
pada tahun 2012. Setelah itu disusul Kota
terbanyak ketiga kasus HIV/AIDS dengan
Banjarmasin dengan jumlah 14 kasus. Po-
135 kasus (36 kasus HIV dan 99 kasus
sisi ketiga terbanyak adalah wilayah Kota
AIDS). Ketiga, Kabupaten Minahasa Utara
Baru dengan 13 kasus. Sementara itu
yang dipilih karena merupakan representasi
untuk kasus paling rendah untuk angka
dari penduduk asli Sulawesi Utara secara
kematian ibu adalah di Kabupaten Banjar keseluruhan dan memiliki keragaman etnis
dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang (Suku Minahasa, Suku Sangihe dan Talaud,
semuanya berjumlah 4 kasus. Suku Bolaang Mongondow) dan melek
Pengkultusan individu seperti Tuan teknologi. Kabupaten Minahasa memiliki
Guru/Kyai juga tinggi dan merupakan jumlah penduduk kelima terbanyak, yaitu
hal yang umum. Selain itu, di wilayah ini 195.898 jiwa.10
Dari segi kesehatan terkait Angka Ke-
9 Merariq atau istilah kawin lari pada masyarkata adat matian Bayi (AKB) jumlah kasus me-
suku Sasak. Merariq juga merupakan sebuah nama ningkat, dari sebelumnya 49 kasus pada
lain dari pernikahan pada masyarakat Sasak yang
tahun 2012 menjadi 77 kasus pada tahun
terus ditradisikan sebagai warisan leluhur. Bagi
masyarakat Lombok secara umum, merariq adalah 2013. Dalam hal ini, kasus AKB terbanyak
bentuk komitmen dan tanggung jawab seseorang disebabkan oleh berat badan rendah pada
untuk menjalin hubungan keluarga yang sah.
Dapat dilihat di Abdullah, Maman. 2014. Studi
Kasus Pernikahan “Merarik Sasak” di Pringgabaya 10 Tau ik, Mohammad. 2013. Penyebaran HIV/AIDS di
(Lombok-NTB). (online). <http://www.academia. Kota Manado Tertinggi di Sulut. (online) <http://
edu/4701108/Studi_Kasus_Pernikahan_Merarik_ www.merdeka.com/peristiwa/penyebaran-
Sasak_di_Pringgabaya_Lombok-NTB_>, di akses hivaids-di-kota-manado-tertinggi-di-sulut.html>,
pada 11 September 2014. diakses pada tanggal 5 September 2014

8
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

bayi (BBR) akibat rendahnya status gizi ibu di‘paksa’ mengundurkan diri oleh pihak
hamil. Sementara itu, Angka Kematian Ibu sekolah karena melanggar tata tertib sekolah
(AKI) menurun dari 186 kasus pada tahun yang berlaku. Selain itu, ketidaksiapan
2011 menjadi 125 kasus pada tahun 2012. secara fisik dan psikologis untuk menjadi
Dalam hal ini, penyebab AKI terbesar orang tua dapat menyebabkan anak yang
adalah pendarahan 36% dan Hipertensi dilahirkan menjadi telantar, mengalami
Dalam Kehamilan (HDK) 24%.11 gizi buruk, dan dari segi sosial ekonomi
berdampak pada peningkatan pengangguran
terselubung dan memunculkan lingkaran
MENGAPA TERJADI PERKAWINAN kemiskinan yang baru.
ANAK? Kehamilan yang tidak diinginkan ka-
Hasil penelitian menemukan bahwa ada rena faktor kurangnya pemahaman ke-
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sehatan reproduksi yang banyak terjadi
perkawinan anak, di antaranya, adalah pada anak-anak menjadi salah satu faktor
faktor pendidikan, kurangnya pemahaman utama perkawinan muda. Rendahnya
kesehatan reproduksi pada remaja sehingga keterbukaan informasi yang tepat, membuat
menyebabkan perilaku seks berisiko di remaja tidak mengetahui risiko pilihan
kalangan anak-anak, faktor ekonomi (ke- dalam menentukan yang terjadi pada
miskinan), faktor budaya (tradisi/adat), dan reproduksinya. Berikut petikan wawancara
perjodohan. dengan anak yang menikah muda,

“Pertama kali ML (making love) karena


 Faktor Pendidikan: Perilaku mau coba-coba karena banyak teman-
Seks Berisiko dan Kurangnya teman yang bilang, coba ML karena
Pemahaman Pendidikan enak katanya. Kalau risiko, ya gak
disebutkan karena itu risiko sendiri
Kesehatan Reproduksi Remaja dan ga tau kalau so bisa hamil kalau
Dilihat dari delapan daerah penelitian, cuma sekali melakukan.”(Wawancara
yaitu DKI Jakarta, Semarang, Banyuwangi, mendalam, R, Remaja Laki-laki Menikah
Lampung, Kabupaten Sukabumi, NTB, Muda, di Kecamatan Kakas, Kabupaten
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara, Minahasa, 3 Juli 2014)
penyebab paling utama perkawinan anak
Kurangnya pemahamanan terhadap
adalah karena mereka tidak paham ten-
risiko pilihan juga berdampak pada pema-
tang kesehatan reproduksi. Alasan yang
haman konsep pacaran dan konsep diri
ditemukan adalah remaja-remaja yang
mereka yang ditemukan di beberapa
mencoba-coba melakukan aktivitas seksual
daerah penelitian, seperti yang terjadi di
di masa berpacaran dengan pasangannya.
Sulawesi Utara, Banyuwangi, Kalimantan
Akan tetapi, karena kurang terbukanya pen-
Selatan, Semarang, dan Bandar Lampung.
didikan kesehatan reproduksi yang masih
Kasus lainnya dari kurangnya pendidikan
dianggap sebagai pembicaraan yang tabu,
kesehatan reproduksi dan seksual pada
remaja kemudian terjebak dengan lingkaran
remaja juga menyebabkan remaja tidak
yang sulit mereka lepaskan. Manakala sudah
memiliki pilihan atau bargaining positition
terlambat, yang terjadi kemudian seperti
yang lemah khususnya yang terjadi pada
efek domino, yakni terjadi kehamilan tidak
remaja perempuan. Remaja perempuan
diinginkan, putus sekolah karena malu atau
rentan mengalami kekerasan seksual, baik
pada masa pacaran maupun saat berumah
11 Data Presentasi Dinas Kesehatan Propinsi Sulut,
Kasie. Kesehatan Ibu, dr.Debie Kalalo MSc.PH.
tangga. Beberapa remaja mengaku bahwa

9
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

mereka melakukan hubungan seksual per- sudah pernah ML, kalau perempuannya
tama kali karena ingin menyenangkan sedikit kayanya, karena cenderung
pacarnya sebagai sebuah bentuk pelayanan tertutup..” (FGD Remaja Perempuan
dan kesetiaan. Hal ini ditemukan di seluruh Belum Menikah Muda, Kecamatan
Kakas, Kabupaten Minahasa)
daerah penelitian seperti di Daerah Pantura,
Jawa Tengah; Muncar, Jawa Timur; Kabu- Kasus yang lain terjadi ketika salah
paten Banjar Baru, Kalimantan Selantan; satu informan di Banyuwangi ditemui
Sukabumi Selatan, Jawa Barat; daerah dan mengatakan bahwa dirinya menjadi
pinggiran Bandar Lampung, DKI Jakarta, taruhan pacar dan teman-temannya tanpa
Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara sepengetahuannya, sementara pacarnya
dan Kota Manado di Sulawesi Utara; serta meminta dirinya melakukan hubungan
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. seksual dengan alasan pembuktian cinta
“Saya tadinya tidak mau melakukan dan sayangnya. Kasus lain di daerah urban
hubungan seksual dengan pacar saya, Kalimantan Selatan di mana anak usia di
tetapi karena dia terus memaksa dan bawah umur 15 tahun sudah mengalami
mengatakan bahwa kalau memang kecanduan seks.
sayang, tolong buktikan. Saya akhirnya Hal yang paling dominan terjadi di
menurut karena saya takut juga diputusin. daerah Lombok adalah adanya tradisi
Lagipula katanya kalau sekali atau dua
merariq. Para remaja banyak yang menikah
kali, gak akan terjadi. Saya nurut karena
muda dan putus sekolah karena keinginan
saya pikir itu adalah risiko pacaran”
(Wawancara mendalam, Y, Perempuan mereka sendiri. Padahal, denda sebagai
remaja, Banyuwangi, Jawa Timur). kontrol sosial untuk meminimalisir angka
perkawinan anak sudah dilakukan oleh
Kasus perilaku berisiko lainnya adalah pemerintah dan tokoh masyarakat dengan
adanya anggapan bahwa kegiatan seks mewajibkan membayar sejumlah uang
pra nikah dengan berganti-ganti pasangan yang berkisar antara Rp 2.000.000,- sampai
pada remaja khususnya remaja laki- dengan Rp 3.500.000,- (sesuai kesepakatan
laki sebagai suatu kebanggan dan ajang awal pihak sekolah dengan pihak orang tua/
mempertontonkan maskulinitas di kalangan wali siswa) yang ditujukan bagi siswa atau
remaja se-usia mereka. Hal ini terungkap remaja yang ingin putus sekolah. Namun hal
dari hasil FGD remaja perempuan yang ini ternyata juga kurang efektif karena pada
tidak menikah muda, di wilayah Sulawesi kenyataanya yang terjadi adalah mereka
Utara, berikut kutipannya: lebih memilih membayar denda tersebut
yang dalam hal ini denda dibayarkan oleh
“Kalau laki-laki itu biasanya yang suka pihak orang tua dengan cara menjual ladang
mengaku, mereka malah sudah ML atau sapi mereka sehingga anaknya tetap
seringnya sama cewe beda-beda, mereka bisa menikah.
tuh bangga dan sombong kalau sudah Lebih lanjut, faktor seks yang berisiko
melakukan hubungan dengan cewe kaya berkaitan erat dengan tidak adanya pengeta-
semacam anak gaul katanya kalau sudah
huan atau pendidikan yang cukup mengenai
melakukan hal itu. Kalau cewenya malu-
malu biasanya lebih tertutup kecuali kesehatan reproduksi dan seksual. Bahaya
kalau di Kota Manado mungkin sudah perilaku seks berisiko ditambah dengan
enggak malu-malu cewenya. Disini rata- mudahnya mendapatkan perangkat tekno-
rata awalnya tuh karena coba-coba dan logi informasi membuat slogan ‘dunia di
biar cewe-cewe jadi tergantung sama tangan anda’ menjadi ironi tersendiri dalam
cowonya. Hampir 95% cowo di sekolahku kasus pernikahan anak di Indonesia. Tidak

10
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

terbantahkan lagi, bahwa penggunaan di daerah Bandar Lampung, Jakarta Ti-


sosial media yang sangat mudah dan sulit mur, Kota Semarang, dan Blok Agung di
untuk dibatasi, membuat anak lebih mudah Banyuwangi, terdapat perubahan pema-
menjalin pertemanan dengan orang-orang haman mengenai kesehatan reproduksi se-
yang tidak mereka kenal. Sayangnya akses telah mengikuti program pendidikan ke-
informasi yang begitu mudah dan cepat sehatan reproduksi. Dengan demikian,
tidak diimbangi oleh pengetahuan yang pendidikan kesehatan reproduksi sejak
cukup dan pengawasan dari pihak keluarga. dini merupakan langkah awal dan cara
Belum lagi minimnya pengetahuan kese- yang cukup efektif guna mengimbangi arus
hatan reproduksi yang tepat karena isu informasi yang tidak berimbang bagi anak
ini masih dianggap tabu membuat anak remaja terkait dengan kesehatan reproduksi
tidak memiliki batas kontrol yang jelas dan seksualitasnya .
atas tubuhnya dan memiliki posisi tawar
yang lemah bila dihadapkan dengan pilih-
 Kemiskinan
an-pilihan kesehatan reproduksi dan sek-
sualitasnya. Faktor ekonomi yang dilatar belakangi
oleh alasan kemiskinan merupakan salah
Faktor lainnya adalah pendidikan orang satu penyebab terjadinya perkawinan anak
tua berpengaruh terhadap perkawinan anak yang ditemui di 8 delapan daerah penelitian.
seperti di daerah Sulawesi Utara, Banyu- Umumnya faktor ini terjadi karena perjo-
wangi, Sukabumi, dan Bandar Lampung. dohan ataupun putus sekolah karena tidak
Selain itu masalah sulitnya mendapatkan memilki biaya untuk pendidikan. Hal ini
akses pendidikan menjadi salah satu hampir terjadi di seluruh daerah penelitian,
masalah. Ditambah lagi, walaupun peme- walalupun ada beberapa kasus di mana
rintah mempunyai program beasiswa atau anak dinikahkan atau dijodohkan karena
biaya sekolah murah (BOS), tetapi biaya tradisi dan faktor lainnya. Di Semarang
sekolah lainnya seperti transportasi, buku yang terjadi adalah prioritas pendidikan
menjadi isu tersendiri sehingga mereka lebih kepada anak laki-laki terutama ketika
tidak mampu mengaksesnya. Kasus ini para orang tua mempunyai keterbatasan
ditemui di daerah rural, seperti daerah kemampuan untuk menyekolahkan anak-
Kalimantan Selatan, Bandar Lampung, anaknya semua sehingga anak perempuan
Sukabumi, Semarang, Banyuwangi dan dinikahkan secepatnya untuk mengurangi
Sulawesi Utara. Seperti yang diakui oleh beban ekonomi. Menurut beberapa tokoh
salah satu informan di Kalimantan Selatan, masyarakat, anak laki-laki bukan hanya
mendapatkan prioritas pendidikan sampai
“Saya tidak sekolah lagi karena jauh, SLTA tetapi juga dicarikan pekerjaan.
memang uang sekolah tidak mahal, tetapi Alasan orang tua menikahkan anaknya
transportasi ke sana mahal dan biaya karena pendapatan yang tidak tetap dan
sekolah jadinya mahal karena sekolah juga rendah terjadi di daerah karakteristik
jauh. Di desa ini hanya ada sampai
kelompok keluarga petani dan nelayan
tingkat SLTP, kalau mau ke tingkat
di wilayah pedesaan. Di kelompok ter-
SLTA harus ke kota. Orang tua tidak
mampu dan orang tua saya juga hanya
sebut menikahkan anak merupakan se-
sampai SD” (Wawancara mendalam, P. buah praktik mengurangi beban biaya
Menikah muda, Kalimantan Selatan). terutama biaya pendidikan. Di samping
itu, pemikiran menambah pendapatan ke-
Menariknya, dalam sebuah riset pada luarga dengan menikahkan anak masih
dampingan SEPERLIMA, baik dampingan menjadi sebuah alternatif. Di Kalimantan
PKBI, Rahima maupun Pamflet, yakni Selatan dan Banyuwangi ditemukan kasus

11
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

di mana orang tua menikahkan anaknya kan. Saya pikir itu sudah diberikan
sebagai pembayar hutang keluarga. Pada di sekolah oleh gurunya dan lebih
akhirnya apabila mereka menikah dan putus tepat mereka untuk menerangkan dan
sekolah anak-anak tersebut akan masuk ke mendapatkan penjelasan dari guru
dalam dunia pekerjaan informal. Hal ini dibandingkan kami orang tuanya
dimungkinkan karena persyaratan bekerja yang bodoh tentang itu” (Wawancara
mendalam, Orang tua murid, Kaliman-
jauh lebih mudah diterima karena anak
tan Selatan).
sudah tidak lagi mengenyam pendidikan
dan dianggap secara sosial sudah matang. Ditemukan bahwa anggapan perkawinan
Masalah kemiskinan lainnya adalah anak menjadi salah satu penyelesain
orang tua yang mencari pekerjaan diluar masalah yang tepat untuk kehamilan tidak
daerahnya dan meninggalkan anak-anaknya diinginkan dan menghindari dosa, serta
tanpa pengetahuan dan pendidikan yang “omongan” masyarakat akan status anak
cukup sehingga anak-anaknya mencari yang dilahirkan nantinya. Pernikahan anak
pengetahuan dan pemahaman di tempat juga dianggap menghindari zina, seperti
lain. Hal ini banyak terjadi di daerah yang terjadi di Banyuwangi; Lombok,
migran khususnya di daerah Sukabumi NTB; Kabupaten Banjar Baru, Kota
Selatan, Kalimantan Selatan, Banyuwangi,
Banjarmasin; serta Kabaputen Mantangai,
Bandar Lampung dan Semarang. Ketika
Kalimantan Selatan. Bahkan ada pula anak
orang tua bekerja, mereka absen dalam
yang sudah diatur perjodohannya sejak
mengawasi anak-anak mereka, hal inilah
kecil atau melakukan perjodohan dengan
yang menyebabkan seorang anak menerima
seseorang yang dianggap “tuan guru”
informasi yang tidak berimbang.
untuk mendapatkan keturunan yang baik,
walaupun usia anak tersebut masih jauh
 Tradisi/adat/agama di bawah umur. Seperti yang terjadi di
Faktor lainnya penyebab dari perkawinan Kalimantan Selatan, ditemukan beberapa
anak adalah faktor budaya berupa tradisi, kasus di mana orang tua atau keluarga
adat, dan atau agama. Informasi kesehatan selalu menginginkan anaknya menjadi
reproduksi dianggap sebagai sesuatu yang pasangan para “guru” atau kyai karena
tabu, porno, dan dosa. Hal ini menjadi salah dianggap sebagai titisan nabi. Sementara di
satu alasan terjadinya perkawinan anak. Banyuwangi, sekitar daerah Muncar yang
Dalam hal ini ketabuan membicarakan hal dominan etnis Madura menjelaskan bahwa
terkait pendidikan kesehatan reproduksi dan sudah menjadi tradisi perjodohan sejak
seksualitas pada anak menjadi salah satu kecil, apalagi dalam suku Madura. Ditemui
penyebab anak tidak mengerti mengenai beberapa kasus yang dijodohkan sejak
kesehatan reproduksi dan seksual sehingga
usia mereka masih kecil, dan ketika sudah
ingin coba-coba dan mencari tahu sendiri
dianggap akhil baliq, mereka dinikahkan.
dari media lainnya seperti internet (video
Biasanya peran orang tua sangat dominan
porno), selain sekolah, guru dan orang tua.
dan ketakutan untuk menolak lamaran karena
Hal ini dikemukakan karena mereka tidak
akan mempersulit jodoh sang anak kelak,
mendapatkan informasi yang lengkap dan
maka menjadi suatu alasan menikahkan
kadangkala mendapatkan stigma dan di saat
bersamaan mengalami penolakan untuk anak dalam usia muda.12. Sementara seluruh
membicarakan.
“Saya agak sungkan untuk membicara- 12 Misalnya ada yang melamar salah satu anak
perempuan dalam keluarganya, umumnya jarang
kan hal tersebut karena saya sendiri
ditolak karena dianggap tabu walaupun anak
kurang paham dan bingung membicara- perempuannya masih di bawah umur.

12
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

daerah penelitian, kecuali DKI Jakarta,  Dampak Sosial


anak perempuan dianggap “perawan tua” Ditinjau dari sisi sosial, perkawinan
apabila tidak menikah sebelum umur 18 anak juga berdampak pada potensi per-
tahun dan ini akan menjadi pergunjiangan ceraian dan perselingkuhan dikalangan
diantara masyarakat. Selain itu, ada pasangan muda yang baru menikah. Hal
anggapan bahwa agama memperbolehkan ini dikarenakan emosi yang masih belum
menikah muda untuk menghindari zina dan stabil sehingga mudah terjadi pertengkaran
hal ini menjadi salah satu faktor pendorong dalam menghadapi masalah kecil seka-
dilegalkannya perkawinan anak. lipun. Adanya pertengkaran terkadang
juga menyebabkan timbulnya kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT)/kekerasan
DAMPAK PERKAWINAN ANAK seksual terutama yang dialami oleh istri
Dampak yang teridentifikasi dari hasil dikarenakan adanya relasi hubungan yang
penelitian perkawinan anak di delapan tidak seimbang. Seperti yang terjadi di
wilayah penelitian di antaranya adalah Banyuwangi di mana menurut Ketua Peng-
menyebabkan anak menjadi putus sekolah, adilan Agama (PA) Banyuwangi, kasus
instabilitas di dalam membangun keluarga, perceraian meningkat sebanyak 27%. Pe-
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga ningkatan paling tajam terjadi sejak empat
(KDRT), serta subordinasi perempuan yang tahun terakhir yang umumnya didominasi
kemudian dirangkum berdasarkan dampak oleh karena persoalan ekonomi. Hampir 90%
ekonomi, sosial, kesehatan dan dampak pemohon perceraian adalah pasangan muda,
psikologi. Berikut ini adalah penjelasan yang rata-rata umurnya di bawah 30 tahun.
singkatnya. Mereka kebanyakan korban pernikahan di
bawah umur yang mencapai 300-400 kasus
 Dampak Ekonomi dari total penduduk Banyuwangi yang
Perkawinan anak sering kali menim- berjumlah 1,6 juta. Dampak sosial lainnya,
bulkan adanya ‘siklus kemiskinan’ yang seperti banyak kasus inses dan kekerasan
baru. Anak remaja (<15–16 tahun) seringkali seksual pada anak, seperti di daerah
belum mapan atau tidak memiliki pekerjaan Pantura, Semarang Utara (Bandar Harjo),
yang layak dikarenakan tingkat pendidikan Pinggiran Kota Mataram, Kec. Jempong
mereka yang rendah. Hal tersebut menye- yang berakhir pada rumah-rumah prostitusi
babkan anak yang sudah menikah masih ilegal, serta banyaknya remaja yang putus
menjadi tanggungan keluarga khususnya sekolah. Selain itu, ditemukan pula kasus
orang tua dari pihak laki-laki (suami). di mana anak remaja yang mengalami
Akibatnya orang tua memiliki beban ganda, kehamilan tidak diinginkan harus dipindah
selain harus menghidupi keluarga, mereka keluar dari lingkungannya, lalu dinikahkan,
juga harus menghidupi anggota keluarga dan akhirnya terpaksa melahirkan. Dalam
baru. Kondisi ini akan berlangsung secara hal ini, mereka menjadi kurang diterima
repetitif turun temurun dari satu generasi ke (didiskriminasikan) baik oleh keluarga
generasi selanjutnya sehingga kemiskinan sendiri maupun lingkungan sosialnya.
struktural akan terbentuk. Dampak ekonomi Penerimaan masyarakat menerima akan
seperti di atas ditemukan pada seluruh perkawinan anak, seperti dalam tradisi
lokasi penelitian. Kecuali jika pasangan merariq membuat pernikahan perkawinan
laki-lakinya jauh lebih tua dan memiliki anak tidak tercatat secara hukum sehingga
pendidikan yang cukup tinggi, sehingga dalam jangka panjang apabila pasangan
mempunyai pekerjaan dan penghasilan tersebut mempunyai pasangan, maka anak-
yang layak untuk menghidupi keluarga. nya tidak mempunyai akta kelahiran yang

13
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

akan menyulitkan secara legalitas negara. Selain itu karena mereka tidak paham
Apabila terjadi perceraian, maka tidak tentang kesehatan reproduksi, ditemukan
mempunyai kekuatan hukum karena tidak perempuan-perempuan yang mendapatkan
tercatat dalam negara karena perceraian HIV/AIDS karena pasangannya (suami
hanya disampaikan secara informal. Di atau pacar) yang berganti-ganti pasangan.
beberapa daerah Lombok, masyarakat Sementara di bidang kesehatan, Angka
terkadang melakukan perceraian, cukup Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Utara
dengan diketahui oleh beberapa saksi, atau naik dari tahun 2012 yang berjumlah 49
tokoh adat, tanpa menempuh prosedur kasus menjadi 77 kasus di tahun 2013.13
hukum atau melalui pengadilan agama Salah satu penyebab naiknya angka kasus
sehingga banyak pihak perempuan yang kematian bayi ini adalah karena berat badan
hak-haknya dilanggar begitu juga dengan rendah (BBR) akibat kurang gizi. Menurut
anak-anak hasil perceraian. hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan
bagian Ibu dan Anak, di Provinsi Sulawesi
 Dampak Kesehatan Utara salah satu dampak signifikan dari
(Reproduksi dan Seksual) pernikahan anak adalah ibu muda tidak tahu
atau tidak memahami masalah kehamilan,
Menikah muda berisiko tidak siap
sehingga terkadang anak yang dilahirkan
melahirkan dan merawat anak dan apabila
menjadi kurang gizi hingga menyebabkan
mereka melakukan aborsi, berpotensi
berat badan rendah (BBR) dan akhirnya
melakukan aborsi yang tidak aman yang
meninggal setelah dilahirkan. Selain itu,
dapat membahayakan keselamatan bayi dan
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi
ibunya sampai pada kematian. Perkawinan
salah satu dampak dari adanya perkawinan
anak juga mempunyai potensi terjadinya
anak di Sulawesi Utara.
kekerasan oleh pasangan dan apabila terjadi
kehamilan tidak diinginkan, cenderung
menutup-nutupi kehamilannya maka tidak  Dampak Psikologis
mendapat layanan kesehatan perawatan Dampak psikologis juga ditemukan di
kehamilan yang memadai. Di kawasan seluruh wilayah penelitian di mana pasangan
Pantura, kekerasan seksual banyak terjadi. secara mental belum siap menghadapi
Setelah dinikahkan para pelaku perkawinan perubahan peran dan menghadapi masalah
anak diceraikan, lalu korban kembali rumah tangga sehingga seringkali menim-
bekerja di rumah-rumah prostitusi ilegal bulkan penyesalan akan kehilangan masa
di sekitar pelabuhan. Sementara menurut sekolah dan remaja. Perkawinan anak
data Dinas Kesehatan Banyuwangi, kasus berpotensi kekerasan dalam rumah tangga
kematian ibu (AKI) terjadi pada usia antara yang mengakibatkan trauma sampai kematian
20-23 tahun dan diduga mereka adalah terutama dialami oleh remaja perempuan
perempuan yang melakukan perkawinan dalam perkawinan. Di Banyuwangi ditemu-
anak, walaupun dalam pencatatan di Dinas kan kasus di mana remaja perempuan me-
Kesehatan tidak tercatat usia pernikahan nikah karena kehamilan tidak diinginkan
mereka. Selain itu terdapat kasus pecah dan mengalami kekerasan rumah tangga
rahim sehingga harus diangkat dan ekslamsi sehingga perkawinannya hanya berumur
karena hamil di usia muda. 3 bulan dan berujung kepada perceraian.
Di Kabupaten Banjar Kalimantan Se- Seperti yang diungkapkan berikut ini,
latan juga ditemukan kasus di mana ibu yang
belum cukup umur mengalami kematian
13 Data Presentasi Dinas Kesehatan Propinsi Sulut,
karena organ reproduksinya belum siap. Kasie. Kesehatan Ibu, dr.Debie Kalalo MSc.PH.

14
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

“Saya putus asa dan merasa trauma 3. Penguatan peran tokoh adat dan agama.
dengan perkawinan karena saya pernah 4. Meninjau ulang UU No. 1 Tahun 1974
dijambak, ditarik rambutnya dari kamar
tentang Perkawinan dan UU No. 23
sampai ke depan pintu rumah dan
kepala saya dibenturkan di pintu. Saya Tahun 2002 tentang Perlindungan
menangis, tetapi dia tidak melepaskan Anak. Terkait hal ini, kedua Undang-
saya, sampai ibu mertua saya membantu Undang tersebut memiliki perbedaan
untuk membujuknya dan akhirnya mengenai ketentuan batas minimal
dilepaskan. Saya kemudian jalan kaki usia menikah sehingga terkadang
dalam keadaan hamil ke rumah orang masyarakat menjadi rancu dan justru
tua dan tidak mau menemui dia lagi
menggunakan salah satu Undang-
karena saya trauma dan takut. Sekarang
saya merasa putus asa dan seperti tidak Undang tersebut (UU No.1 Tahun 1974
mempunyai masa depan. Saya berhenti tentang Perkawinan) untuk melegalkan
sekolah dan bekerja di pasar, anak saya perkawinan anak di usia muda. Dalam
diasuh oleh ibu saya”. hal ini, idealnya suatu kebijakan
undang-undang memiliki persamaan
Selain itu, remaja perempuan yang su- sehingga tidak menimbulkan kerancuan
dah menikah muda dan mengalami ke- dan tentunya melihat berbagai aspek
hamilan tidak diinginkan akan cenderung
penting tidak hanya dari sudut pandang
minder, mengurung diri dan tidak percaya
kesehatan saja tapi dari segi ekonomi,
diri karena mungkin belum mengetahui
pendidikan, psikologis, dan lainnya.
bagaimana perubahan perannya dari seorang
remaja yang masih sekolah ke peran seorang 5. Memberikan pemahaman akan penting-
ibu dan isteri saat harus menjadi orang tua nya legalitas perkawinan untuk jangka
di usianya yang masih muda. panjang sehingga kekuatan hukum
sebagai warga negara atau individu
diakui oleh negara.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KEBIJAKAN
1. Perlunya penguatan pendidikan kese- REFERENSI
hatan reproduksi dan seksual (PKRS) Choe, M.K, S. Thapa, dan S. Achmad. 2001.
untuk remaja. Dalam hal ini PKRS Early marriage and childbearing
in Indonesia and Nepal. East-West
yang komprehensif sejak dini untuk
Center Working Papers No. 108-15,
memberikan pemahaman yang tepat Honolulu
untuk remaja akan pilihannya.
Field, E dkk. 2004. Consequences of Early
2. Perlunya sinergitas masyarakat
Marriage for Women in Bangladesh.
dengan organisasi kemasyarakatan
maupun lembaga pemerintah. Pen- Kalalo, MSc. PH, dr. Debie. 2014. Data
didikan kesehatan reproduksi dan Presentasi Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara, Kasie. Kesehatan Ibu
seksual (PKRS) bisa juga ditunjang
dengan mempergunakan Organisasi Pathfinder International. 2006. Report on
Kemasyarakatan dan Agama, seperti Causes and Consequenses of Early
Paguyuban Gereja, Pengajian, PKK, Marriage in Amhara Region. Addis
Komite Sekolah, Asosiasi Bidan/ Ababa: Pathfinder Internasional.
Keperawatan, selain tentunya dari PSKK UGM dan Plan Indonesia. 2011. Laporan
BKKBN Provinsi atau program dari Akhir Pernikahan Anak di Indonesia
Puskesmas dan pemerintah lainnya. Tahun 2011. Yogyakarta.

15
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
Djamilah, Reni Kartikawati, Dampak Perkawinan Anak di Indonesia

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Republik litbang.depkes.


Indonesia. “Ringkasan Eksekutif go.id/gdl.php?mod=browse&op=rea
Data Informasi Kesehatan Provinsi d&id=jkpkbppk--setiaprana-3714>,
Sulawesi Utara” diakses pada 30 September 2014
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2014,
Tahun 1974 tentang Perkawinan Perkembangan dan Tantangan Masa
United Nation Population Fund and the Depan Pembangunan Kesehatan
University of Aberdeen (2004). (online), <http://banyuwangikab.
Maternal Mortality Update 2004: go.id/berita/laporan_khusus/menuju-
Delivering Into Good Hands. UNFPA: banyuwangi-sehat-tahun-2015.html>,
New York. diakses pada 3 Oktober 2014
Sasmito, Lulut, dkk. 2012. Laporan Akhir
Riset Operasional Intervensi: Tari
Internet: Memengan Sebagai Penyampai
___________. 2013. Profil Pembangunan Pesan Posyandu Pada Ibu dan Anak
Provinsi Sulawesi Utara. (online). di Banyuwangi, Jawa Timur. (online),
<http://simreg.bappenas.go.id/ <http://ws.ub.ac.id/selma2010/
document/Profil/Profil%20 p u b l i c / i m a g e s / U s e r Te m p / 2 0 1 4 /
Pembangunan%20Provinsi%20 04/24/20140424111353_7819.pdf>
7100SulUt%202013.pdf>, diakes diakses pada 11 September 2014
pada 5 September 2014 Taufik, Mohammad. 2013. Penyebaran
Abdullah, Maman. 2014. Studi Kasus HIV/AIDS di Kota Manado
Pernikahan “Merarik Sasak” di Tertinggi di Sulut. (online) <http://
Pringgabaya (Lombok-NTB). (online). www.merdeka.com/peristiwa/
<http://www.academia.edu/4701108/ penyebaran-hivaids-di-kota-
Studi_Kasus_Pernikahan_Merarik_ manado-tertinggi-di-sulut.html>,
Sasak_di_Pringgabaya_Lombok-
diakses pada tanggal 5 September
NTB_>, di akses pada 11 September
2014 2014

Agustina, Dewi. 2014. Jumlah Penduduk Waladow, Novie. 2014. Penyakit HIV/AIDS
Miskin Sulut 208 Ribu Jiwa. Terus Jadi Ancaman di Manado.
(online). <http://www.tribunnews. (online).< http://sinarharapan.co/
com/regional/2014/07/23/jumlah- news/read/32993/penyakit-hivaids-
penduduk-miskin-sulut-208-ribu- terus-jadi-ancaman-di-manado >,
jiwa>, diakses pada 5 September 2014 diakses pada 5 September 2014.
Lumintang, Ridel. 2013. 71 Kasus
Pernikahan Dini, Tertinggi di Sulut.
(online). <http://www.okemanado.
com/2013/71-kasus-pernikahan-dini-
tertinggi-di-sulut/>, diakses pada 5
September 2014
Pardiana, Eva, 2014, Angka Kematian Ibu dan
Anak di Lampung (online), <http://
lampost.co/berita/angka-kematian-
ibu-dan-anak-di-lampung-masih-
tinggi>, diakses pada 3 Oktober 2014
Pranata, Setia, 2013, Kejadian Kehamilan Tidak
Diinginkan, (online), <http://grey.

16
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014

You might also like