You are on page 1of 7

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Sejarah Agama-agama Drs. Abdul Hamid, M. Si

“ BUDDIHISME”

Disusun oleh: Kelompok 2

Siti Nurjanah : 170103030143

Raudatul Jannah : 170103030055

Riska Indriyani : 170103030029

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

TAHUN 2018 M/1439 H


A. Pegertian, Asal-Usul Dan Perkembangan Buddhisme

1
secara etimologi, kata Buddha ini berasal dari “Buddha” yang berarti
bangun atau bangkit, dan dapat pula berarti pergi dari kalangan orang bawah
atau awam. Kata kerjanya, “bujjhati” antara lain berarti bangun,
mendapatkan pencerahan, mengetahui, mengenal atau mengerti. Dengan
kata lain, Buddha mengandung beberapa pengertian, diantaranya ialah orang
yang telah memperoleh kebijaksanaan sempurna, orang yang sadar secara
spiritual, orang yang siap sedia menyadarkan orang lain secara spiritual,
serta orang yang bersih dari kotoran batin yang berupa dosa (kebencian),
lobha (serakah) dan moha (kegelapan). Menurut catatan sejarah, agama
Buddha lahir dan berkembang sekitar abad 6 SM di anak benua India bagian
Utara serta dan di daerah asia dan tengah menjadi agama mayoritas di
beberapa negara, seperti taiwan, thailand, myanmar dan lainnya.. Agama ini
muncul sebagai reaksi terhadap sistem upacara agama Hindu yang dianggap
terlampau kaku. Dari latar belakang munculnya, agama Buddha memang
mempunyai kaitan erat dengan agama Hindu. Dengan demikian, Buddha
adalah orang yang telah mencapai penerangan sempurna. Semua yang
serupa dengan Siddhartha Gautama yang menjadi pendiri agama Buddha,
telah mendapatkan julukan dengan nama Buddha, karena ia adalah seorang
yang telah mencapai penerangan sempurna, pada waktu berusia 35 tahun
atau lebih dari 2.500 tahun yang silam di India. Tujuan terakhir dari seluruh
umat Buddha dari sekte dan aliran mana pun ialah untuk mencapai
penerangan sempurna dan menjadi Buddha. Karena adanya perbedaan cara
atau jalan untuk mencapai penerangan sempurna dan kebuddaan itu, maka
agama Buddha terbagi atas aliran dan sekte-sekte agama Buddha. Namun
dikalangan pemeluknya, ajaran yang disampaikan oleh Buddha Gautama ini
tidak harus dipandang sebagai agama atau filsafat belaka. Sebab, pengertian
yang menunjuk pada arti agama atau filsafat atau semua fenomena yang
terdapat di alam ini telah tercakup dalam istilah dharma (sanskerta) atau

11
Muhammad Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta:
IRCisoD, 2015), hlm. 117-118.
dhamma (pali) yang menjadi inti dari seluruh ajaran Gautama. Dengan
demikian, pemakaian istilah Buddha Dharma atau Buddha Dhamma lebih
sering dipergunakan oleh para pemeluk agama daripada istilah agama.
B. Sumber-Sumber Pokok Buddhisme
Agama buddha adalah agama yang timbul dari ajaran kerohanian yang di
ajarkan oleh sidharta gautama. Ajaran tersebut disampaikan melalui
khotbah-khotbahnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat di ketahui
bahwa sumber ajaran agama buddha adalah perkataan atau khotbah-khotbah
dari sang buddha. Pada zaman sekarang, khotbah-khotbah dari shidarta
2
gautama tersebut telah tersusun dalam kitab tripitaka. Kitab tripitaka ini
terdiri dari tiga macam kitab besar, dan dibagi menjadi kitab-kitab kecil.
Untuk mengetahui isi masing-masing pitaka berikut ini akan di uraikan satu
persatu.

1. Sutra pitaka
Sutra putaka adalah kitab agama buddha yang memuat sebagian dari
khotbah shidarta. Isinya tentang tatacara medhitasi, di ungkapkan dalam
bentuk dajak, kata kiasan, sair, kata mutiara dan lain-lain yang berkaitan
dengan ajaran samadhi.3
2. Vinaya Pitaka
Adalah kitab suci agama buddha yang memuat bagian khotbah shidarta
gautama. Kitab ini memuat tata aturan tentang kehidupan anggota biara
(para bkkhu dan bikkhuni) yang dipersiapkan untuk menjadi seorang
pemimpin agama. Isinya memuat 227 macam peraturan-peraturan tentang
tata aturan kehidupan para bikkhu dan bikkhuni, termasuk sejarah
berdirinmyabiara-biara buddha.4
3. Abhidhamma pitaka
Adalah bagian dari tripitaka yang isinya memuat ajaran tentang antara
lain memuat tentang hakiki yaitu: citta, cetasika, rupa dan nibbana.5

2
Giriputra, Pelajaran Agama Buddha Dahamavahara II, Yayasan Vihara
Borobudur, (Medan: 1988). hlm. 51.
3
Dewi Kayana Abadi, Sutra Pitaka Digha Nikay, (Jakarta: 2002) hlm. 3.
4
Joesoef Souyb, Agama-agama Besar di Dunia, Al Husna Zikra, (jakarta:1996).
hlm.72.
5
Dewi Kayana Abadi, Loc.Cit.
C. Pokok-Pokok Ajaran Buddhisme
6
Ada enam ajaran pokok :
1. Triratna yang bermakna (tiga permata) adalah tiga buah pengakuan
dari setiap penganut agama budha.
2. Cattra Arya Saccani (empat kebenaran mulia) adalah kebenaran
absolut atau mutlak yang berlaku bagi siapapun tanpa membeda-
bedakan.
3. Tilakkhana ( tiga corak umum) adalah fenemona yang terbentuk di
alam semesta ini.
4. Hukum karma dan tumimbal lahir adalah setiap perbuatan baik akan
menghasilkan kebahagian dan sebaliknya perbuatan jahat akan
menghasilkan penderitaan.
5. Patticasamuppada adalah kemunculn bersama atau pokok permulaan
dari sebab-akibat yang saling bergantungan.
6. Nibbana adalah padamnya keinginan, ikatan-ikatan, nafsu-nafsu, dan
kekotoran-kekotoran.
D. Aliran-Aliran Dalam Buddha
7
Seratus tahun setelah sang buddha pranibbana atau meniggal dunia, di india
muncul delapan belas aliran atau sekte yang berbeda-beda, yang semuanya
mengaku mewakili ajaran asli sang buddha munculnya beberapa aliran
dikarenakan adanya perbedaan dalam menafsirkan ajaran yang telah
disampaikan oleh buddha.
Seiring berjalannya waktu, beberapa aliran tesebut bertahap menghilang dan
sebagian bergabung hingga kemudian menjadi dau aliran utama, yaitu
theravada dan mahayana. Saat ini, mayoritas pengikut agama buddha dibagi
menjadi dua aliran itu.
Berikut penjelasan tentang kedua aliran buddha tersebut:
a. Theravada

6
Muhammad Ali Imron, Op.Cit, hlm.132-143

7
Ibid., hlm.149-151
Theravada berasal dari bahasa pali, yang secara harfiah memiliki makna
“ajaran sesepuh” atau “kendaraan kecil” adalah sesuatu yang penting
bagaimana setiap individu dapat mencapai nirwana bagi diri sendiri (bersifat
tertutup).
b. Mahayana
Mahayana bersal dari bahasa sansekerta, yang secara harfiah berarti
“kendaraan besar” adalah jika seorang telah dapat mencapai nirwana,
hendaklah memikirkan orang lain yang masih dalam kegelapan (bersifat
terbuka). Aliran Mahayana dipandang lebih liberal, artinya ajaran Buddha
cocok untuk semua orang.
Meskipun aliran mahayana dan theravada memiliki banyak perbedaan
dalam penafsiran ajaran sang budha, namun tidak ada perbedaan pendapat
mengenai dhamma yang telah tercantul di naskah tripitaka. Dalam beberapa
hal, kedua aliran ini mempunyai beberapa kesepakatan diantaranya:
1). Kedua aliran menerima buddha sakyamuni sebagai guru.
2). Empat kebenaran mulia sama persis dikedua aliran.
3). Jalan mulia berunsur delapan sama persis di kedua aliran.
4). Pasticasamuppada atau hukum sebab-akibat yang saling bergantungan juga
sama di kedua aliran.
5). Kedua aliran menolak gagasan penguasa tertinggi yang mencipta dan
mengatur dunia.
6). Kedua aliran menerima anicca (perubahan), dukkha ( pendritaan), anatta
(tanpa inti yang kekal, sila (aturan moral), samadhi (keheningan), dan
panyapanna (kebijaksanaan) tanpa perbedaan apapun.
E. Buddhisme di Indonesia
Agama Buddha di Indonesia memiliki sejarah panjang. Di Indonesia
selama era administrasi orde baru, terdapat lima agama resmi di indonesia,
menurut ideologi negara pancasila, salah satunya termasuk agama buddha.
Presiden soeharto telah menganggap agama buddha dan hindu sebagai
agama klasik indonesia.
Agama buddha merupakan salah satu agama tertua yang ada didunia.
agama buddha berasal dari india, tepatnya nepal sejak abad ke-6 SM dan
tetap bertahan hingga sekarang. Agama buddha berkembang cukup baik di
daerah asia dan tengah. Agama muddha kemudian juga masuk ke nusantara
(sekarang indonesia) dan menjadi salah satu agama tertua yang ada di
indonesia saat ini.

Buddhisme yang menyebar di nusantara pada awalnya adalah sebuah


keyakinan intelektual, dan hanya sedikit berkaitan dengan supranatural.
Dalam banyak hal, buddhisme adalah sangat individualistis, yaitu semua
individu, baik pria maupun wanita bertanggung jawab untuk spiritualitas
mereka sendiri. Siapapun bisa bermeditasi sendirian; candi tidak diperlukan,
dan tidak ada pendeta yang diperlukan untuk bertindak sebagai perantara.
Masyarakat menyediakan pagoda dan kuil-kuil hanya untuk menginspirasi
keragka pikiran yang tepat untuk membantu umat dalam pengabdian dan
kesadaran diri mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Dewi Kayana. 2002. Sutra Pitaka Digha Nikay, Jakarta:

Souyb, Joesoef. 1996. Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Al


Husna Zikra.

Giriputra. 1998. Pelajaran Agama Buddha Dahamavahara II, Medan:


Yayasan Vihara Borobudur.

Imron, M.ali. 2015. Sejarah Terlengkap Agama-agama di Dunia,


yogyakarta: IRCiSoD.

You might also like