Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Beberapa penelitian dan pengembangan yang pernah dilakukan mengenai oil saving
ignition diantaranya sebagai berikut :
Keempat teknologi yang telah disebutkan tidak menggunakan bahan bakar minyak
untuk membantu penyalaan awal boiler. Namun masih terdapat beberapa kekurangan
darivpengembangan teknologi oil-free tersebut diantaranya :
Dengan melihat kekurangan yang ada pada system oil-free technologies maka
kembali dilakukan pengembangan metode yang lain yaitu less-oil ignition technology
yang menawarkan beberapa keuntungan diantaranya sebagai berikut :
Less-oil ignition technology yang diterapkan pada Unit Bisnis Operasi dan
Pemeliharaan PLTU Banten 1 Suralaya ialah micro oil burner. Micro oil burner ialah
alat pembakaran yang menginjeksikan campuran bahan bakar, udara pembakaran dan
bubuk batubara dengan tujuan mengoptimalkan pemakaian bahan bakar minyak pada
saat start up dengan mengatomisasi bahan bakar yang di injeksikan pada ruang bakar
dengan diikuti oleh masuknya serbuk batubara dari pulverizer yang dibawa oleh aliran
primary air kedalam ruang bakar.
Beberapa data perbandingan spesifikasi antara penggunaan big gun dengan micro
oil gun sehingga terlihat jelas keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengaplikasian
micro oil gun pada unit pembangkit uboh PLTU Banten 1 Suralaya.
Tabel 3.2 Efisiensi konsumsi HSD dengan pengaplikasian micro oil burner
Dari data komparasi yang telah dijabarkan dapat diketahui keuntungan yang dapat
diperoleh baik secara langsung maupun secara tidak langsung adalah sebagai berikut :
Sistem bahan bakar minyak dari atomisasi micro-oil gun terdiri atas
beberapa bagian antara lain sebagai berikut :
system pemipaan distribusi bahan bakar minyak sebelum furnace
kemudian menuju storage pressure reducting device melalui dua buah stop
valve, pneumatic liquid level protecting valve (katup pengaman pneumatic),
pneumatic liquid level control valve (katup control pneumatic) dan fiter
dua arah.
Lalu pada sisi keluaran storage pressure reducting device ke berbagai
penjuru melalui flow meter sebelum masuk ke boiler.
Kemudian dihubungkan ke perangkat atomisasi micro-oil gun melalui
globe valve manual, pneumatic shut-off valve dan flexible metallic hose.
System tersebut terdiri atas
2 buah stop vave manual,
1 set filter dua arah yang diletakkan sejajar,
1 set akumulator penstabil tekanan,
1 buah flow meter,
6 buah pneumatic shut-off valve,
15 buah globe valve manual
8 batang metallic hose DN15, panjang 1500mm), dan lain-lain.
Jalur pemipaannya terbuat dari pipa stainless steel ukuran 22x3.
Saat boiler dioperasikan dari keadaan dingin, sebuah steam heater (fan
heater) harus dipasang pada pipa utama udara primer sebelum tungku di
dalam area antara percabangan pipa udara panas dari pulverizer-A yang
dilengkapi mengambil jalur pipa udara penyeimbang yang dirancang untuk
penggunaan temporary dengan spesifikasi 1500x1250x4, pada air dumper
yang digerakkan secara elektrik dan perpanjangan sambungan harus disiapkan
sebelumnya, kaitannya untuk mengatur pulverizer-A. Setelah startup boiler
terpenuhi, matikan heater dan hidupkan pintu elektrik dumper. Sumber uap
untuk masukan steam heater berasal dari uap bantu dan menuju ke heater
melewati stop valve manual, electric driven door dan control valve. Sisi
keluaran heater menghubungkan pipa perangkap utama melewati perangkap
uap dan trap bypass untuk menurunkan level air ke dalam tangki bilas.
3.1.6 Sistem Kendali:
Sistem kendali atomisasi micro-oil gun terdiri atas system kendali local
(termasuk peralatan yang dikontrol seperti katup elektromagnetik dan igniter),
system pendeteksi api, system pemantauan temperature dinding dan system
kendali jarak jauh. System kendali local berfungsi saat starting dan stopping
micro-oil gun secara manual, bagian utamanya terdiri atas
cabinet kendali local
igniter
katup elektromagnetik untuk 4 titik yang terhubung dengan baik
menggunakan kabel. tampilan DCS terdapat di dalam cabinet kendali local
untuk menghubungkan system kendali jarak jauh untuk mencapai program
kendali micro-oil gun.
System pendeteksi nyala api, bagian utamanya terdiri atas satelit
pendeteksi api dan unit pemrosesan sinyal yang digunakan untuk memantau
api selama micro-oil gun beroperasi, berfungsi membuat keputusan cepat
berdasarkan pada keadaan actual api dan sinyal umpan balik keluaran
pendeteksi api.
Fungsi dari sistem pemantauan temperature dinding adalah untuk
memantau temperature dari dinding heater, mengirim alarm sinyal
temperature dinding apabila overheat untuk menotifikasi operator agar
waspada dan memperbaiki status operasi dari throttle udara, kaitannya untuk
mengendalikan temperature dinding supaya tetap dalam skala yang aman.
System kendali jarak jauh terintegrasi dengan kendali micro-oil gun ke dalam
system DCS dan terhubung ke intermuka yang sesuai pada cabinet kendali
local untuk mencapai penyalaan jarak jauh yang terprogram dan memonitor
micro-oil gun. Komponen utama perangkat ini terdiri dari modul I/O, cabinet
control local dan kabel koneksi.
Penyetabilan pembakaran dengan bantuan minyak pada kondisi kerja
beban dibawah puncak mensyaratkan atomisasi udara micro-oil gun & system
bahan bakar, pengapian serta system kendali dalam keadaan standby. Seiring
dengan beban unit menurun dan membutuhkan minyak untuk menstabilkan
pembakaran, #1-#4 atomisasi micro-oil gun dapat mulai digunakan.
III.3.2 Data Spesifikasi Micro Oil Burner dan System Pendukung
Berikut dijabarkan data-data spesifikasi Micro Oil Burner dan system pendukung
yang diaplikasikan pada unit suralaya line 8 :
Fuel Pump
No. Fuel Pump Unit Spesification
1 Height (H) meter 500
2 Debit (Q) meter kubik 50 – 80
3 Volume (V) r/min 2951
4 Motor power kW 90
5 Efisiensi design persen 51
6 NPSH meter 33
Air PreHeater
No. Air PreHeater Unit Spesification
1
2
3
III.4 Prinsip Kerja Micro Oil Burner
Micro oil burner berfungsi untuk penghematan bahan bakar pada saat penyalaan
awal boiler dan menjaga stabilitas pembakaran. Pada saluran micro oil burner, bubuk
batubara dengan udara primer, yang mengalir melalui konsentrator yang terpasang
didekat diding burner akan terpusat menyatu dan terbakar secara intensif pada tingkat
pertama ruang penembakan dengan nyala api hight speed diesel dari micro oil gun,
dimana hight speed diesel dikabutkan untuk membakar batubara bubuk dalam sebuah
ruang adiabatik terlebihdahulu.
tahap pertama ruang pembakaran dan gas auxilary suhu tinggi kemudian
diarahkan ke tahap kedua ruang pembakaran untuk menyalakan bubuk batubara
didalamnya. Sehingga dengan prinsip amplifikasi energi, batubara dalam stage micro oil
burner terbakar sehingga tujuan penghematan bahan bakarminyak dapat tercapai.
Beberapa hal yang harus diperhatikn dalam pengoperasian micro oil burner adalah
sebagai berikut :
Pemasangan micro oil burner pada sudut boiler No. 1,2,3,dan 4 dapat digunakan
tidak hanya sebagai sebuah igniter dan penyetabil pembakaran tetapi sebagai burner utama
setelah Main oil gun digantikan. Dengan demikian didapatkan keuntungan pada proses
pembakaran serbuk batubara (termasuk pulverizer, powder conveying pipeline, etc.) pada bagian
primary air burner yang terendah.
1. oil burner
2. pulverized coal burner
3. compressed air system
4. combustion air system
5. fuel oil system
6. primary air heating system
7. control system.
local control
Micro oil gun local control utamanya dilakukan oleh local control cabinet, dimana
local/remote switch mamakai posisi “local”, sehingga setiap alat pada oil gun dapat
dinyalakan/dimatikan secara manual pada local control cabinet.
remote control system
Micro oil gun remote control system terdiri dari local control cabinet, DCS hardware,
control logic, dan human machine interface. Interface untuk DCS cabinet terdapat pada
local control cabinet, yang terhubung melalui hardwire. Local control cabinet
menerima sinyal dari DCS output device untuk mengendalikan equipment local,
sementara DCS input device menerima status feedback dari peralatan di micro oil
system dari local control cabinet untuk memenuhi control and monitoring pada micro
oil gun.
intelligent flame detecting system
Micro oil gun intelligent flame detecting system terdiri dari 4 buah flame
detecting set yang disuplai oleh Haerbin Zhongneng Company. Flame detecting
device memantau real-time flame status dari pulverized coal burner, dan
mengirim sinyal feedback ke DCS input device untuk memungkinkan oil gun
control dibawah remote program control.
wall temperature monitoring system untuk pulverized coal burner
wall temperature monitoring system untuk pulverized coal burner terdiri dari 8
buah K-type thermocouples untuk memantau wall temperature rising trend dan
menyiagakan operator untuk membuat penyesuaianyang sesuai untuk mencegah
kerusakan burner.
Pada skema system micro oil terdiri dari beberapa unit system yang saling mendukung
beroperasinya micro oil burner antara lain sebagai berikut :
Beberapa hal yang perlu diperhatian pada pengoperasian micro oil burner adalah
sebagai berikut :
1. Uji pengapian dan gasifikasi micro oil burner harus dilakukan setelah draft fan
boiler, blower,primary fan telah dihidupkan terlebih dahulu dan seluruh furnace
telah sepenuhnya dibersihkan.
2. Ketika micro oil burner dipakan untuk cold start up autau hot start, bubuk batubara
dimasukkan kedalam ruang bakar setelah pembakaran dan api pembakaran setabil.
3. Kondisi boiler harus dalam keadaan dingin pada saat penggunaan gasifikasi micro
oil gun dan ketika bubuk batubara dimasukkan kedalam ruang bakar boiler harus
ada operator untuk memonitoring pembakaran dan outlet saluran pembakaran. Jika
serbuk batu bara dalam boiler tidak terbakar selama 10 detik maka pulverizer harus
dihentikan, (ekstrasi) setelah dilakukan pembersihan ruang bakar boiler (purging)
selama 5-10 menit dan nyala api telah kembali stabil maka bubuk batubara dapat
dimasukkan kembali kedalam ruang bakar boiler.
4. Micro oil burner harus diinstal pada keempat sudut boiler dan serbuk batubara
dimasukkan secara perlahan dan bertahap pada tiap tingkat wind box boiler.
5. Ketika keempat micro oil gun digunakan dengan masukan bubuk batubara,
circumferential air damper harus dalam kondisi fully open dan temperatur dinding
burner harus diawasi supaya tidak lebih dari 500oC.
6. Jika pada waktu cold or hot start up pada boiler terdapat kondisi abnormal pada
batubara atau minyak maka pengoperasian harus dikombinasikan dengan big oil gun
sehingga selama start up boiler electrostatic precipitator tidak boleh dioperasikan
sebelum proses atomisasi mekanik pada big oil gun selesai. Operasi big oil gun
dapat dihentikan ketika pasokan serbuk batubara dan pengapian pada furnace sudah
stabil.
Beberapa mode start up boiler dapat terjadi dalam beberapa kondisi sebagai berikut :
Cold start up boiler terjadi ketika udara pemanas batubara yang menuju
pulverizer digunakan.
Rubah kondisi status pembakaran dari “combustion supporting mode” menjadi
“cold ignition mode”
Hidupkan Pre-heater, draft fan, blower, primary fan untuk membersihkan ruang
pembakaran sesuai dengan standar pengoperasian boiler. Setelah panas pre-
heater cukup, draf fan, blower, primary fan siap (yang merupakan satu saluran
kestuan sistem udara pemanas) maka suaikan parameter yang diperlukan seperti
menjaga volume aliran udara ≥35. Aktifkan coal pulverizer air heater dan buka
saluran udara pulverizer dengam menjaga kecepatan udara primer sebesar 22 m/s
atau aliran bubuk batubara dijaga sebesar 65t/h.
Buka penuh peredam udara pendukung pembakaran utama, Atur katup pembagi
udara pembakaran bertekanan tinggi pada setiap micro oil burner dan jaga
tekanan angin pada setiap micro oil burner pada kisaran 1000Pa
Posisikan corner #1,#2 (A & B) dari peralatan soot blowing yang mengalirkan
uap kering dari pre-heater, kemudian electrostatic precipitator telah siap untuk
dioperasikan.
Ketika kondisi untuk memulai pembakaran telah tercapai, Siapkan delapan micro
oil burner untuk digunakan pada setiap sudut boiler, sesuaikan bukaan peredam
dari circumferential air, jaga temperatur dinding burner kurang dari
500oC.Setelah hasil pembakaran micro oil gun stabil dan dapat bertahan selama
15 menit serta suhu keluaran coal pulverizer mencapai 90oC, hidupkan coal
pulverizer A dan suplai coal feeder yang secara bertahap meningkat hingga
mencapai 16t/h (dengan suhu ≤60oC).
Amati nyala api pembakaran dengan memperhatikan stabilisasi
pembakaran,nyala sinar pembakaran, keluaran coal pulverizer, penambahan debit
batubara menjadi 22ton/jam setelah setengah jam. Jaga bukaan peredam
secondary air pada layer A pada 50% dan total aliran udara kedalam furnace
tidak lebih dari 50%.
Berdasarkan persyaratan kecepatan peningkatan tekanan setelah pulverizer coal
diaktifkan selama satu jam, debit batubara secara bertahap menjadi 25t/h,
kecepatan primary air fan meningkat menjadi 24m/s, bukaan peredam secondary
air pada layer A menjadi 60%. Setelah pulverizer coal diaktifkan selama 2 jam
debit batubara ditambahkan menjadi 28t/h dan kecepatan primary wind dijaga
pada kisaran 25-28m/s.
Selama terjadi peningkatan output pulverizer, amati condisi pembakaran didalam
furnance dan sesuaikan keluaran pembakaran coal pulverizer, kondisi kenaikan
temperatur boiler (satu keluaran coal pulverizer seharusnya tidak boleh lebih dari
35t/h sebelum dipararelkan dengan coal pulverizer lain untuk mencegah tekanan
ring is too fast).
Sesuai berjalannya waktu atur peredam dari circumferential udara setelah
pembakaran beroperasi dengan coal pulverizer, jaga temperatur dinding burner
tidak lebih dari 500oC.
Berdasarkan jumlah oksigen dalam ruang bakar diatur jumlah aliran udara dan
bukaan secondary air damper untuk meningkatkan laju bakar furnance.
beban pada boiler di tingkatkan secara terus menerus, ketika temperature gas
pada furnace lebih dari 400 atau temperature aliran udara luar dari pre heater
lebih dari 180, hal ini di lakukan dengan tujuan untuk mencegah beban panas
yang di terima batu bara pada layer A meningkat ,sehingga coal pulverizer B
dapat di di nyalakan untuk di gabung dengan operasi pembakaran serbuk batu
bara pada layer B.
Seiring dengan meningkatnya temperature aliran udara pada outlet pre heater,
tingkat ventilasi dari pulverizer batu bara dapat di kurangi sacara bertahap.
Ketika temperature aliran udara pada outlet pre heater lebih dari 250 ,heater
dapat di matikan dan kemudian by-pass baffle dari heater dapat di buka.
Seiring dengan beban unit yang meningkat, sesuai ketentuan pengoperasian
pembangkit listrik output dari pulverizer batu bara yang di operasikan dapat di
tingkatkan secara bertahap.
Proses pengapian awal harus di lakukan berdasarkan kurva persyaratan
penyalaan awal pada “boiler operation regulation”. Ketika beban boiler
meningkat maka penggunaan dari gasifikasi micro oil gun di hentikan.
Selanjutnya hetikan proses soot blowing pada pre heater.
Mengganti mode aplikasi pada micro oil gun dari " “combustion-supporting
mode” menjadi “cold ignition mode”.
Hidupkan Pre-heater, draft fan, blower, primary fan untuk membersihkan ruang
pembakaran sesuai dengan standar pengoperasian boiler. Setelah panas pre-
heater cukup, draf fan, blower, primary fan siap (yang merupakan satu saluran
kestuan sistem udara pemanas) maka suaikan parameter yang diperlukan seperti
menjaga volume aliran udara ≥35.
Buka penuh peredam udara pendukung pembakaran utama, Atur katup pembagi
udara pembakaran bertekanan tinggi pada setiap micro oil burner dan jaga
tekanan angin pada setiap micro oil burner pada kisaran 1000Pa
Posisikan peralatan soot blowing yang mengalirkan uap kering dari pre-heater
pada corner #1 dan #2 (A & B).
Ketika kondisi untuk memulai pembakaran telah tercapai, siapkan 2-3 big oil gun.
Ketika temperature gas buang pada furnace mencapai 300 dan temperature aliran
udara 120. buka hot air damper dari pulverizer batubara A untuk memanaskan
dan menghancurkan batubara pada pulverizer, dan jaga kecepatan aliran udara
primer pada kisaran 22 m/s.
Amati nyala api pembakaran dengan memperhatikan stabilisasi
pembakaran,nyala sinar pembakaran, keluaran coal pulverizer, penambahan debit
batubara menjadi 22ton/jam setelah setengah jam. Jaga bukaan peredam
secondary air pada layer A pada 50% dan total aliran udara kedalam furnace
tidak lebih dari 50%.
Siapkan delapan mikro oil untuk di gunakan, sesuaikan pembukaan dumper dari
circumfential air dan jaga temperature dinding burner kurang dari 500. Setelah
proses pembakaran dari micro oil gun (yang umumnya terjadi selama 15 menit),
di mulai dari pulverizer batu bara A, coal feeder, dan kemudian lakukan
penambahan laju dari coal feeding sebesar 16 t/h dengan suhu sekitar 60 secara
bertahap.
Setelah serbuk batu bara di masukan, amati keluaran nyala api dari burner,
dengan pembakaran yang stabil dan nyala api yang terang dari pembakaran sebuk
batu bara, maka main gun dapat di non aktifkan. Setelah main gun di non
aktifkan, maka tambahkan keluaran dari serbuk batu bara. Ketika output keluaran
batu bara mencapai 20t/h maka dapat di katakan stabil, sehingga main gun secara
satu persatu dapat di non aktifkan sampai semua main gun non aktif.
Selama terjadi peningkatan output pulverizer, amati condisi pembakaran didalam
furnance dan sesuaikan keluaran pembakaran coal pulverizer serta kondisi
kenaikan temperatur boiler. Ketika keluaran pulverizer batu bara A lebih dari 28
t/h, kecepatan aliran udara primer harus di tingkatkan menjadi 24-26 m/s (satu
keluaran coal pulverizer tidak boleh lebih dari 35t/h sebelum dipararelkan dengan
coal pulverizer lain untuk mencegah pressure ring yang terlalu cepat).
Sesuaikan air damper dari circumferential air setelah burner berjalan dengan
sebuk batu bara, kemudian jaga temperature dinding burner agar tidak lebih dari
500. Menurut jumlah oksigen yang terdapat di dalam furnace, sesuaikan tingkat
aliran udara secara keseluruhan dan pembukaan air damper sekunder untuk
meningkatkan laju pembakaran dari furnace serbuk batu bara pada priode
berikutnya.
ketika temperature gas buang pada furnace lebih dari 400 atau temperature aliran
udara luar dari pre heater lebih dari 180, untuk mencegah beban panas yang di
terima batu bara pada layer A meningkat, maka kecepatan aliran udara primer
dapat meningkat( dengan menjaga kecepatan primer wind pada 26-28
m/s) ,sehingga coal pulverizer B dapat dinyalakan untuk di gabung dengan
operasi pembakaran serbuk batu bara pada layer B.
Seiring dengan meningkatnya temperature aliran udara pada outlet pre heater,
sesuai ketentuan pengoperasian pembangkit listrik, output dari pulverizer batu
bara yang di operasikan dapat di tingkatkan secara bertahap.
Proses pengapian awal harus di lakukan berdasarkan kurva persyaratan
penyalaan awal pada “boiler operation regulation”. Ketika beban boiler
meningkat maka penggunaan dari micro oil gun di hentikan. Selanjutnya
hentikan proses soot blowing pada pre heater
1. setelah semua inspeksi untuk boiler telah selesai, nyalakan pre-heater, draft fan, dan
blower untuk membersihkan furnace dan sesuaikan aliran udara untuk menjaga tekanan
di dalam furnace antara -50Pa dan -100Pa.
2. buka air intake general damper pada micro oil gun dan sesuaikan katup pada sumber
gas untuk menjaga tekanan pada 0.6MPa.
4. Ketika perintah untuk memulai pengapian pada boiler telah diterima, nyalakan 2-3 big
oil gun terlebih dahulu.
5. Ketika temperature gas buang pada furnace 300℃ dan temperature aliran udara
120 ℃, nyalakan primary fan, buka combustion-supporting master air damper pada
micro oil gun, sesuaikan setiap bypass-nya dan jaga tekanan aliran udara downstream
dari damper kurang lebih 1000Pa dan jaga kecepatan aliran udara primer sekitar 22m/s.
6. Persiapkan delapan mikro oil gun untuk digunakan, sesuaikan pembukaan damper
circumfential air dan jaga temperature dinding burner kurang dari 500℃. Setelah proses
pembakaran pada micro oil gun mulai normal (±15 menit), nyalakan pulverizer batu
bara A dan coal feeder. Kemudian lakukan penambahan laju dari coal feeding sebesar 16
t/h berdasarkan temperature keluaran dari pulverizer (≮60℃) secara bertahap.
7. Setelah serbuk batu bara dimasukan, amati keluaran nyala api dari burner, dengan
pembakaran yang stabil dan nyala api yang terang dari pembakaran sebuk batu bara,
maka main gun dapat di non-aktifkan. Setelah main gun di non aktifkan, maka
tambahkan keluaran dari serbuk batu bara. Ketika output keluaran batu bara mencapai
20t/h dan telah dikatakan stabil, main gun dapat di non aktifkan satu persatu sampai
semua main gun non aktif.
9. Sesuaikan air damper dari circumferential air setelah burner beroperasi dengan serbuk
batubara, pertahankan temperature dinding burner dibawah 500℃. Berdasarkan jumlah
oksigen di furnace, sesuaikan tingkat aliran udara total dan pembukaan secondary air
damper untuk meningkatkan burnout rate dari furnace serbuk batubara pada periode
berikutnya.
10. Ketika temperature gas buang furnace lebih dari 400℃ atau temperature keluaran
aliran udara pre-heater lebih dari 180℃, untuk mencegah coking akibat meningkatnya
beban pemanasan pada burner layer-A, kecepatan aliran udara primer dapat ditingkatkan
lebih jauh (jaga kecepatan aliran udara primer pada 26-28m/s) dan pulverizer batubara B
dapat dihidupkan untuk digabungkan dengan operasi burner layer-B.
11. Seiring dengan meningkatnya temperature aliran udara pada keluaran pre-heater,
berdasarkan regulasi persyaratan operasi pembangkit listrik, keluaran dari pulverizer
ditingkatkan secara bertahap dan ditambahkan operasi pulverizer batubara lain.
12. Saat beban unit meningkat sampe oil cutoff load dan pembakaran pada furnace telah
stabil, hentikan operasi dari micro oil gun satu persatu sampai semuanya berhenti
berooperasi.
Catatan: pada kasus emergency stop-nya pulverizer batubara-A, banyak serbuk batubara
tertinggal di dalam pulverizer. Untuk pengaplikasian micro oil gun, pengukuran start up
berikut harus dilakukan:
(1) Pertama siapkan dan nyalakan micro oil gun
(2) Bersihkan pipeline serbuk batubara primer dengan udara dingin primer
(3) Setelah 5 menit, buka saluran masuk udara panas pada coal pulverizer A secar
perlahan untuk mengirim minor air untuk ventilasi dan menutup cold primary air
purging
(4) Nyalakan coal pulverizer A
(5) Buka saluran masuk udara pada coal pulverizer A secara perlahan sampai
volume udara normal
(6) Berdasarkan perubahan jumlah batubara pada coal pulverizer A, maka coal
feeder dapat dinyalakan
2.4 Pembakaran yang stabil dengan minyak di bawah beban puncak pada beban ultra-
ringan. Gasifikasi udara micro-oil gun & system bahan bakar, pengapian dan system
kendali dalam keadaan standby. Seiring dengan beban unit menurun dan
membutuhkan minyak untuk menstabilkan pembakaran, #1-#4 sudut utama gasifikasi
micro-oil gun dapat mulai digunakan
2.5 Pembakaran yang stabil dengan minyak pada kondisi boiler berhenti dalam keadaan
normal (including sliding shutdown)
1. Sistem gasifikasi small oil gun udara & system bahan bakar, pengapian dan sistem
control pada keadaan standby.
3 Saat kondisi boiler sudah panas dan membutuhkan minyak untuk pembantu
pembakaran, secara bergantian menempatkan #1 sampai #4 sudut dari micro oil gun
4 Ketika hanya pulverizer A dan B sedang beroperasi,keluaran normal batu bara dari
pulverizer di lapisan micro oil gun harus di jaga. Jika beban menurun lagi, keluaran
pulverizer B batu bara dan feeder smapai berhenti nya keluaran dari output pulverizer B.
4. Selama seluruh bagian furnace tidak berfungsi, regulasi dari pengoprasian boiler
harus ketat dan mengurangi suplai bahan bakar dan aliran udara. Hal ini di lakukan
untuk mence
5. gah adanya berbagai macam kandungan dan kesulitan dalam menyesuaikan tingkat
air, temperature, dan tekanan steam uap.
6 Ketika hanya pulverizer A batu bara dan small oil gun sedang beroperasi, untuk
kondisi furnace berhenti, keluaran dari pulverizer A batu bara dan coal feeding A secara
bertahap terjadi pengurangan keluarannya sampai berhenti beroperasi.
8 Setelah boiler tidak ada pembakaran , maka kita memperlakukannya sesuai dengan
kebutuhan regulasi operasi boiler tersebut.
Note: In boiler normal operation:
(1) Setelah micro oil gun berhenti beroperasi, micro oil gun combustion chamber
harus di aplikasikan dengan high pressure combustion-supporting air dengan
besarnya aliran tertentu(menjaga tekanan udara dari combustion-supporting air
pressure di atas 600 Pa) dan suplai udara dari combustion-supportingtidak boleh
berhenti.
(2) udara pendingin dan pendeteksi api pada micro oil gun pendeteksi api tidak
harus berhenti di gunakan .
III.7 Perbaikan dan pemeliharan micro oil gun
Secara normal proses penggunaan micro oil gun didukung oleh 4 variabel yaitu gas,
bahan bakar minyak, udara, dan lokasi serta sudut peletakan unit micro oil burner.
Kegagalan sistem dapat disebabkan oleh gangguan dari salah satu sistem tersebut.
Gas
Pada saat semua unit micro oilgun diaktifkan tekanan maksimum yang terbaca
pada presure regulator dan tekanan yang tersimpan pada tangki buffer harus lebih
dari 0.55Mpa dan tekanan atomisasi keluaran dari setiap nozzle micro burner
dijaga pada kisaran tekanan 0.3-0.35Mpa.
Bahan bakar
Sebelum bahan bakar dimasukkan kedalam ruang bakar pipa saluran bahan bakar,
filter oli dan lubang nozzle harus dibersihkan.
Angin
Tekanan angin pembakaran pada setiap saluran pipa micro oil burner
dikendalikan pada kisaran 1000Pa serta tekanan 1500Pa asupan udara
pembakaran yang dimasukkan kedalam ruang boiler. Posisi pemasangan micro
oil gun harus pada kedalaman 120-150mm dari XXXXXXXX (Atomisasi bahan
bakar harus berada dalam kisaran 50-80mm dari titik api micro oil gun)
1. Perbaikan rutin
Pematik dari micro oil gun perlu dimasukkan kedalam inspeksi dan pengecekan
berkala power plant system. Selama kondisi normal operation boiler micro oil
gun, sistem distribusi bahan bakar minyak dan udara bertekanan harus dalam
kondisi standby.
Selama boiler beroperasi dan micro oil burner dalam kondisi standby, tekanan
aliran udara pembakaran bertekanan tinggi yang berasal dari ruang bakar harus
disesuaikan dan dijaga sedikit lebih tinggi daripada piezoresistance statis (600-
800 Pa)
Perlu dilakukan uji coba micro oil burner untuk mengetahui kinerja, mencari
poyensi sumber permasalahan dan melakukan perbaikan pada saat micro oil
burner tidak dioperasikan.
Posisi instalasi micro oil gun dan pematik berjarak 15-20mm dari posisi
pemasangan.
Untuk power plant dengan penggunaan bahan bakar minyak berkualitas rendah
maka perlu dilakukan pembersihan secara berkala pada oil filter dan nozzle
micro oil gun.
Jika micro oil gun tidak dioperasikan selama lebih dari 6 bulan, maka sebelum
boiler di stop dan nyala api dipadamkan, bahan bakar yang ada di dalam storage
pressure regulation devive harus disemprotkan kedalam ruang bakar boiler.
Kemudian lakukanpembersihan total saluran system saluran micro oil gun
dengan udara bertekanan.
Selama perbaikan boiler sedang berlangsung, Lakukan pembersihan pada filter
bahan bakar micro oil burner dan lakukan inspeksi yang diperlukan pada system
micro oil burner.
Ketika boiler beroperasi normal, control cabinet dan ignitor harus dicek secara
berkala termasuk diantaranya :
Pada saat pemeliharaan boiler, steam trap harus diperiksa dan dibersihkan.
Setelah melakukan perawatan valve yang menggunakan motor penggerak, maka
posisi valve harus dikalibrasi kembali sesuai posisi seharusnya.
Ketika air heater akan digunakan, minor steam harus diaktifkan terlebih dahulu
untuk memanaskan pipeline.
Setelah udara pada storage pressure reducting device tidak digunakan, maka
manual globe valve harus ditutup dan dibuka kembali sebelum penggunaan
berikutnya. Tekanan udara micro oil burner harus lebih tinggi daripada udara
didalam ruanga bakar boiler.
Static test perlu dilakukan pada saat pemeliharaan boiler, micro oil gun, ignition
gun, dan fire detector.
\
BAB IV
ANALISA
Solusi :
Solusi :
Solusi :
Solusi :
Periksa kondisi dan posisi kerja setiap control valve adalah normal
Lepaskan micro oil burner, periksa dan bersihkan nozzle atomisasi dan
bersihkan serta kosongkan sisa minyak didalam gun bareel.
Periksa lokasi oil gun tarik keluar 10-15mm dari posisi standar
Bersihkan filter oli dan pastikan kualitas minyak memenuhi
persyaratan
Periksa kondisi detektor api
6. Kurangnya supply minyak pada micro oil burner
Penyebab :
Tekanan udara tidak mencapai tekanan kerja yang ditentukan dan
tekanan yang tersimpan pada storage presure reducting device kurang
dari 0.45Mpa
Filter minyak bahan bakar tersumbat
Nozzle micro oil burner tersumbat
Solusi :
Solusi :
Solusi :
Kegagalan system micro oil burner pada UBOH PLTU Banten 1 Suralaya
disebabkan oleh beberapa sub sistem pendukung yang tidak mencapai kondisi kerja yang
diharapkan sehingga menimbulkan efek domino yang berakhir pada kegagalan system
Micro Oil Burner. Berikut digambarkan dalam bentuk fish bone diagram variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap kinerja micro oil burner.
Kesimpulan
suhu LOB tetap kurang dari 300oC dalam seluruh proses startup boiler.
Tingkat kelelahan batubara adalah relatif rendah pada
awal startup boiler karena tungku itu
dalam keadaan dingin penuh. Seperti panas yang diserap dari tungku meningkat dan
kondisi pembakaran
membaik, tingkat kelelahan batubara meningkat secara signifikan dan cepat.
Teknologi pengapian kurang minyak merupakan manfaat ekonomi yang signifikan dan
efisiensi% hemat minyak lebih dari 95 dapat dicapai selama boiler start-up untuk boiler
utilitas menembakkan batubara bituminous.