Professional Documents
Culture Documents
"Gelar perkara tidak boleh dibuka penyidik. Itu rahasia. Orang nggak boleh
tahu," jelas Andi kepada Tirto.id.
Menurut Andi, polisi telah bertindak sebagai pengadilan apabila
menghadirkan pelapor, terlapor, dan saksi ahli, baik yang meringankan
maupun memberatkan. Ia menegaskan, fungsi pengadilan sudah diambilalih
oleh kepolisian begitu melaksanakan gelar perkara secara terbuka. Selain
itu, kasus ini akan menjadi pro-kontra secara terus-menerus apabila tidak
diselesaikan di pengadilan.
Abdi menjelaskan, proses gelar perkara memang tidak diatur secara rinci
dalam KUHAP. Akan tetapi, gelar perkara merupakan bagian dari proses
penyidikan.
Suatu kasus dapat naik ke penyidikan apabila penyelidik atau penyidik sudah
menemukan dua alat bukti. Peningkatan status dari penyelidikan ke
penyidikan umumnya diikuti penemuan seseorang yang dinyatakan sebagai
tersangka. Saat penyelidikan, tidak ada satu orang pun kecuali penyidik dan
penyelidik yang berwenang mengetahui duduk perkara, apalagi terlapor.
Mudzakir mengakui, gelar perkara umumnya dilakukan cukup satu kali. Akan
tetapi, berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2012 (atau 14/2012)
tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana, kepolisian berhak melakukan
gelar perkara lebih dari satu kali. Gelar perkara kedua atau lebih sangat
jarang terjadi karena gelar perkara kedua cukup menegaskan perkembangan
penyidikan sebelumnya.
Dalam Pasal 13 ayat (1) Perkap 8/2009 juga disebutkan bahwa dalam
melaksanakan kegiatan penyelidikan, setiap petugas Polri dilarang:
(a) melakukan intimidasi, ancaman, siksaan fisik, psikis ataupun
seksual untuk mendapatkan informasi, keterangan atau pengakuan;
(b) menyuruh atau menghasut orang lain untuk melakukan tindakan
kekerasan di luar proses hukum atau secara sewenang-wenang;
(c) memberitakan rahasia seseorang yang berperkara;
(d) memanipulasi atau berbohong dalam membuat atau menyampaikan
laboran hasil penyelidikan;
(e) merekayasa laporan sehingga mengaburkan investigasi atau
memutarbalikkan kebenaran;
(f) melakukan tindakan yang bertujuan untuk meminta imbalan dari
pihak yang berperkara.