Professional Documents
Culture Documents
Kep: Hipertermi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam termoregulasi
menjadi normal yang ditunjukkan dengan skala sebagai berikut:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Penurunan suhu kulit
2. Hipertermi
3. Sakit kepala
4. Perubahan warna kulit
Intervensi:
1. Perawatan demam
Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
Monitor warna dan suhu
Beri obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agen anti bakteri, dan agen anti
menggigil)
Dorong konsumsi cairan
2. Pengaturan suhu
Monitor suhu paling tidak setap 2 jam, sesuai kebutuhan
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
2. Diagnosa Keperawatan: Resiko syok
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
keparahan kehilangan darah berkurang yang ditunjukkan dengan skala,
sebagai berikut:
1. Berat 4. Ringan
2. Cukup berat 5. Tidak ada
3. Sedang
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Kehilangan darah yang terlihat
2. Penurunan tekanan darah sistol
3. Penurunan darah diastole
4. Kulit dan membrane mukosa pucat
5. Penurunan hemoglobin (Hgb)
6. Penurunan hematokrit (Hct)
Intervensi:
1. Pengurangan perdarahan: Gastrointestinal
a. Evaluasi respon psikologi pasien terhadap perdarahan dan
persepsinya mengenai kejadian tersebut
b. Monitor status cairan, termasuk intake dan output, jika
diperlukan
c. Berikan cairan IV jika diperlukan
2. Manajemen hipovolemi
a. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan (misalnya
perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan dan
takipnea)
b. Monitor adanya bukti laboratorium terkait denan kehilangan
darah (misalnya hemoglobin, hematokrit, tes fekal adanya
gumpalan darah), jika tersedia
c. Berikan produk darah yang diresepkan untuk meningkatkan
tekanan plasma onkotik dan mengganti volume darah, dengan
tepat.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
perfusi jaringan: perifer menjadi normal yang ditunjukkan dengan skala
sebagai berikut:
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Pengisian kapiler jari tangan
2. Pengisian kapiler jari kaki
3. Suhu kulit ujung kaki dan tangan
4. Tekanan darah sistolik
5. Tekanan darah diastolik
Intervensi:
1. Manajemen hipovolemi
a. Monitor adanya sumber –sumber kehilangan cairan (misalnya,
perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan dan
takipnea).
b. Monitor asupan dan keluaran
c. Posisikan untuk perfusi perifer
2. Monitor ekstremitas bawah
a. Inspeksi warna, suhu, hidrasi, pertumbuhan rambut, tekstur,
pecah-pecah atau luka pada kulit
b. Palpasi nadi dorsalis pedis dan tibial posterior
Intervensi:
1. Manajemen elektrolit atau cairan
a. Berikan cairan, yang sesuai
b. Minimalkan asupan makanan dan minuman dengan diuretic atau
pencahar (misalnya teh, kopi, plum, suplemen herbal)
c. Monitor TTV, yang sesuai
d. Monitor manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit
e. Monitor kehilangan cairan (misalnya perdarahan, muntah, diare,
keringat dan takipnea).
2. Pencegahan syok
a. Monitor status sirkulasi (misalnya tekanan darah, warna kulit,
temperature kulit, bunyi jantung, nadi dan irama, kekuatan dan
kualitas nadi perifer, dan penisian kapiler)
b. Posisikan pasien dalam posisi supine, dengan posisi kaki ditinggikan
(volume, vasogenik) atau supine, dengan kepala dan bahu
ditinggikan (kardiogenik) sesuai kebutuhan
Intervensi:
1. Terapi aktivitas
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang bermakna
2. Monitor frekuensi TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
3. Observasi kekuatan otot atau tubuh bagian atas
4. Observasi kekuatan otot atau tubuh bagian bawah
Intervensi:
1. Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
b. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
c. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
2. Manajemen saluran cerna
a. Monitor BAB termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume,
dan warna, dengan cara yang tepat
b. Monitor bising usus
3. Terapi intravena
a. Verifikasi perintah untuk terapi
b. Instruksikan pasien tentang prosedur
c. Jaga teknik aseptik dengan ketat
d. Lakukan prinsip lima benar sebelum memulai infus atau
pemberian pengobatan
e. Monitor tanda vital
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan
2. Panjang episode nyeri
3. Ekspresi nyeri wajah
4. Frekuensi nafas
5. Tekanan darah
6. Nadi
Intervensi:
1. Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
b. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi
obat analgesic yang diresepkan
c. Pilih rute intravena daripada rute intramuscular, untuk injeksi
pengobatan nyeri yang sering, jika memungkinkan
d. Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesic
narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak biasanya
2. Manajemen lingkungan: kenyamanan
a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
b. Hindari paparan dan aliran udara yang tidak perlu, terlalu panas
maupun terlalu dingin
c. Monitor kulit terutama daerah tonjolan tubuh terhadap adanya
tanda-tanda tekanan atau iritasi
3. Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
c. Dukung istirahat /tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Frekuensi pernafasan
2. Irama pernafasan
3. Kepatenan jalan nafas
4. Saturasi oksigen
5. Suara auskultasi nafas
Intervensi
1. Penghisapan lendir pada jalan nafas
a. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah tindakan
b. Masukkan nasopharyngeal airway untuk melakukan suction
nasotracheal sesuai kebutuhan
c. Instruksikan kepada pasien untuk menarik nafas sebelum
tindakan
2. Menejemen jalan nafas buatan
a. Memberikan OPA
b. Memberikan kelembaban 100% pada udara, oksigen atau gas
yang dihisap
c. Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
3. Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Frekuensi pernafasan
2. Irama pernafasan
3. Kedalaman inspirasi
4. Kemampuan untuk mengeluarkan
sekret
Intervensi :
1. Manajemen jalan nafas
a. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,
sebagaimana mestinya
b. Posisikan pasein untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi kebutuhan aktual / potensial pasien untuk memasukkan
alat membuka jalan nafas
2. Manajemen batuk
3. Monitor pernafasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
b. Catat pergerakan dada, catat ketidaksemetrisan, penggunaan otot-
otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan
interkosta
c. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Suhu kulit
2. Ketebalan
3. Perfusi jaringan
4. Integritas kulit
Intervensi:
1. Pengurangan perdarahan: luka
a. Menggunakan tekanan manual pada area perdarahan atau area yang
berpotensi perdarahan
b. Menggunakan kantong es pada area yang sakit
c. Menggunakan balutan untuk menekan pada bagian yang berdarah
2. Perawatan luka
a. Monitor karakteristik luka, termasuk warna, ukuran, dan bau
b. Ukur luas luka yang sesuai
c. Singkirkan benda-benda yang tertanam (pada luka) misalnya,
serpihan, kutu, kaca, kerikil, logam, dll
d. Bersihkan dengan normal salin atau pembersiah yang tidak beracun
dengan tepat
e. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit atau lesi
f. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Kemerahan
2. Vesikel yang tidak keras
permukaanya
3. Cairan luka yang berbau busuk
4. Nyeri
5. Kolonisasi kultur area luka
Intervensi :
a. Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
3. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
4. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
5. Lakukan tindakan – tindakan pencegahan yang bersifat universal
b. Perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentangan terhadap infeksi
3. Ajarkan pasien dan keluargapasien mengenai perbedaan antara infeksi virus
dan bakteri
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
5. Anjurkan asupan cairan dengan tepat