You are on page 1of 6

ABU PADI (ABDIKU UNTUK PERTANIAN DI INDONESIA) FORMATANI

DI DESA NUNUK BARU, MAJALENGKA


Oleh :
Siti Mardheatul Khasanah

Abu Padi merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di berbagai


tempat di Indonesia, yaitu di Majalengka, Pasaman Barat dan Minahasa. Saya mendapatkan
kesempatan di Majalengka yaitu Desa Nunuk Baru yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu
dari tanggal 26-28 Oktober 2018. Pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah memberikan
penyuluhan terkait penggunaan pupuk organik dan bahayanya penggunaan bahan kimia pada
budidaya pertanian.
Kondisi yang didapatkan setelah melihat langsung ke Desa Nunuk Baru, ternyata
sistem pertanian mereka yang hanya menanam jagung. Perlu diketahui, untuk budidaya
jagung tidak membutuhkan air yang banyak karena jagung dapat tumbuh pada musim
kemarau. Tanah yang terus menerus ditanami jagung akan mengalami kemunduran seperti
bertekstur pasir dan tidak dapat mengikat air. Alasan petani hanya menanam jagung karena
keadaan topografi yang terdapat di desa mereka cocok ditanami jagung, keadaan lahan
pertanian mereka di lereng bukit dan dengan tekstur tanah yang seperti pasir. Akses jalan
menuju Desa Nunuk Baru juga sulit ditempuh, sehingga desa ini jauh dari kota dan dan
terpencil. Dari kota Majalengka ke desa Nunuk Baru dapat ditempuh selama 1 jam dengan
kendaraan pribadi.
Permasalahan yang terdapat di Desa Nunuk Baru adalah kurangnya pemanfaatan
limbah hasil pertanian dan limbah ternak, kurangnya pengetahuan tentang pengaplikasian
pupuk organik dan dampak penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, penurunan produksi
pertanian, sarana dan prasarana pertanian masih minim, akses menuju desa yang sulit dan
jalan yang rusak serta permasalahan tengkulak. Petani di sana masih menggunakan pupuk
kimia dan pestisida, karena pupuk dan pestisida mendapatkan distribusi langsung dari
pemerintah secara gratis. Karena kebiasaan yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun ini
lah mengakibatkan permasalahan-permasalahan tersebut muncul. Maka dari itu, disini tugas
kami memberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai pemanfaat limbah yang dapat dijadikan
pupuk organik untuk mencapai pertanian organik dimasa yang akan datang serta merubah
pola pikir petani untuk menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati.
Pada hari pertama kami melakukan sosialisasi terkait penggunaan pupuk organik dan
bahayanya penggunaan bahan kimia terhadap hasil pertanian dan lingkungan. Seperti yang
sudah terjadi di Desa Nunuk Baru, petani sudah bertahun-tahun menggunakan pupuk kimia
dan pestisida untuk budidaya pertanian sehingga mengakibatkan tanah lahan pertanian
kehilangan bahan organik dan unsur hara, bertekstur pasir, tidak mengikat air yang membuat
warna tanah berubah menjadi kuning kecoklatan. Dengan menggunakan pupuk organik dapat
mengembalikan fungsi tanah sebagai sumber bahan organik dan juga dapat memanfaatkan
limbah untuk pembuatan pupuk organik. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan malam hari
dikarenakan pada pagi hingga siang hari petani bekerja di lahan sawah mereka masing-
masing.

Gambar 1. Kegiatan Hari Pertama


Sosialisasi Bahaya Penggunaan Pupuk dan Pestisida Kimia
Pada hari kedua kami melakukan pelatihan dini terhadap pertanian kepada anak-anak
SD di Desa Nunuk Baru. Kami memberikan pelatihan berupa pembuatan vertikultur dan
pengenalan mengenai alat-alat dan bahan pertanian, untuk pembuatannya kami menghimbau
untuk menggunakan alat dan bahan yang ada di sekeliling mereka seperti botol plastik, tali
rapia, tanah dan kotoran hewan ternak yaitu kotoran kambing. Kami juga menanamkan
pentingnya mengkonsumsi sayuran sebagai sumber gizi mereka.
Gambar 2. Pelatihan Dini Terhadap Pertanian di SD Desa Nunuk Baru

Gambar 3. Siswa SD Desa Nunuk Baru dengan hasil Vertikulturnya


Pada malam harinya dilanjutkan dengan praktik pembuatan pupuk kompos bokashi,
yang terbuat dari bahan-bahan yang ada disekitar Desa Nunuk Baru. Pelatihan pupuk kompos
kepada petani ini bertujuan agar petani mulai beralih dari penggunaan pupuk kimia ke
kompos, demi memajukan pertanian organik dimasa mendatang. Pembuatannya pun mudah
yaitu dengan menyiapkan bahan-bahan organik seperti seresah bambu, jerami atau daun-daun
hijau yang sudah dicacah menjadi kecil-kecil, kemudian menyiapkan kotoran hewan ternak
(kambing atau sapi atau ayam) yang sudah didiamkan selama 4 hari hal ini dimaksudkan jika
kotoran tersebut langsung dicampurkan kandungan gas nya masih tinggi dan justru akan
mematikan bakteri yang mendekomposer bahan organik tersebut. Setelah itu, dibutuhkan juga
EM4 dan dedak bekatul. Cara pembuatan pupuk organik padat ini terbilang mudah pertama
yang harus dilakukan adalah melarutkan EM4 dengan air, kemudian mencampurkan bahan-
bahan semua jadi satu hingga merata setelah itu disiram dengan air larutan EM4 tersebut.
Tekstur yang didapatkan mempunyai kriteria yaitu saat di kepal tidak ada air yang menetes
dan kemudian tidak mudah pecah, kondisi ini sudah cukup untuk proses fermentasi. Lalu,
bahan yang sudah jadi tersebut ditutup dengan tempat yang tertutup jangan sampai terkena air
hujan dan sinar matahari langsung. Bahan-bahan tersebut harus diaduk 3 hari sekali untuk
menjaga suhu agar tidak mematikan bakteri yang sedang bekerja mengompos bahan-bahan
organiknya, sampai campuran bahan-bahan organik tersebut dapat digunakan dapat ditunggu
sampai 7 hari dengan ciri-ciri warna sudah berubah menjadi kecoklatan dan tidak berbau.
Setelah pelatihan pembuatan pupuk organik padat kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan pupuk organik cair. Bahan yang dibutuhkan sama hanya cara pembuatan yang
sedikit berbeda, yaitu menggunakan ember lalu isi ember dengan air setengahnya setelah itu
campurkan larutan EM4 kedalamnya, masukkan pupuk kandang dan aduk hingga larutan
terserap oleh pupuk kandang setelah itu tambahkan air sampai penuh dan tutup dengan rapat.
Sama seperti pupuk organik padat, yang cair pun harus selalu diaduk selama 4 hari dengan 5
putaran setelah 4 hari siap digunakan. Untuk menghemat tempat pupuk cair dapat
dipindahkan ke botol-botol kecil dalam penyimpanannya. Setelah itu petani juga diberikan
pelatihan dalam membuat arang sekam, dimana arang sekam dapat dibuat sebagai media
tanam pencampur tanah dan petani dapat memanfaatkan limbah sekam padi.

Gambar 4. Praktik pembuatan pupuk organik padat


Gambar 5. Praktik pembuatan pupuk organik cair

Gambar 6. Pelatihan Pembuatan Arang Sekam


Pada hari ketiga sebagai penutupan dilakukan penanaman pohon kembali atau
reboisasi di lereng-lereng sekitar lahan pertanian. Pohon yang ditanam adalah tanaman buah
karena dapat banyak menghasilkan air yang sangat dibutuhkan oleh petani disana. Dengan
diadakannya penanaman pohon ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas tanah,
memperbanyak sumber air yang dibutuhkan oleh tanaman sekelilingnya serta dapat
mencegah erosi dan longsor.
Gambar 7. Penanaman pohon secara simbolis di lereng lahan pertanian

You might also like