You are on page 1of 30

A.

Anatomi dan fisiologi paru

1. Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi penciuman
berada di atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis tulang etmoid
dan konka superior.Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di udara. Impuls saraf
dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di mana sensasi bau dipersepsikan.
Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Rongga
hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farink dan selaput. Pada proses pernafasan secara
khusus rongga hidung berfungsi antara lain : Bekerja sebagai saluran udara
pernafasan. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa, Membunuh
kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang
terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Bila
terjadi radang disebut pharyngitis. saluran faring rnemiliki panjang 12-14 cm
dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6. Faring

1
berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di bagian atasnya.
Dari sini partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar. Udara yang telah
sampai ke faring telah diatur kelembapannya sehingga hampir bebas debu,
bersuhu mendekati suhu tubuh. Lalu mengalir ke kotak suara (Laring).
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.
a. Nasofaring
Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum molle. Pada
dinding lateral, terdapat dua saluran auditori, tiap saluran mengarah ke masing-
masing bagian tengah telinga. Pada dinding posterior, terdapat tonsil faringeal
(adenoid), yang terdiri atas jaringan limfoid. saluran pada sistem pernafasan
(faring) Tonsil paling menonjol pada masa kanak-kanak hingga usia 7 tahun.
Selanjutnya, tonsil mengalami atrofi.
b. Orofaring
Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari bagian bawah
palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3. Dinding lateral bersatu
dengan palatum molle untuk membentuk lipatan di tiap sisi. Antara tiap pasang
lipatan, terdapat kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatin. Saat
menelan, bagian nasal dan oral dipisahkan oleh palaturn molle dan uvula. Uvula
(anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur kebawah
dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak. Amandel palatinum terletak pada
kedua sisi orofaring posterior.
c. Laringofaring
Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan berlanjut ke bawah
esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3 hingga 6. Mengelilingi mulut
esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system respiratorik
selanjutnya.
3. Laring
Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh
otot-otot yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi
sebagai pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat
tersumbat, antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya

2
difteri) dan tumor. pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis
(pemisah saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu
epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika benda asing masuk melampaui glotis
batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan sekret keluar dari
pernapasan bagian bawah.
4. Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel
cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus. Dimana
bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi
bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri
dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.
5. Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9
sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter
yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan
bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki, bronkiolus,
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.
Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut intrapulmonary Bronkus utama kanan lebih pendek
dan lebar serta hampir vertikal dengan trakea. Sedangkan bronkus utama kiri
lebih panjang dan sempit.
6. Paru-paru
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan
tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur
blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung,
arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons
dan berisi udara dengan pembagaian ruang sebagai berikut : a. Paru kanan,
memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior. b. paru kiri berukuran

3
lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
7. Bronkiolus
Dalam tiap lobus, jaringan paru lebih lanjut terbagi menjadi selubung
halus jaringan ikat, yaitu lobulus. Tiap lobulus disuplai oleh udara yang berasal
dari bronkiolus terminalis, yang lebih lanjut bercabang menjadi bronkiolus
respirarorik, duktus alveolus, dan banyak alveoli (kantong-kantong udara).
8. Alveoli
Terdapat 150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Saat jalan napas bercabang-cabang
menjadi bagian yang lebih kecil, dinding jalan napas menjadi semakin tipis
hingga otot dan jaringan ikat lenyap, menyisakan lapisan tunggal sel epitelium
skuamosa sederhana di duktus alveolus dan alveoli. Saluran napas distal
ditunjang oleh jaringan ikat elastik yang longgar di mana terdapar makrofag,
fibroblas, saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Alveoli dikelilingi oleh
jaringan kapiler padat. Pertukaran gas di paru (respirasi eksternal) berlangsung
di membran yang disusun oleh dinding alveolar dan dinding kapiler yang
bergabung bersama. Membran ini disebut membran respiratorik. Di antara sel
skuamosa terdapat sel septal yang menyekresi surfaktan, suatu cairan fosfolipid
yang mencegah alveoli dari kekeringan. Selain itu, surfaktan berfungsi
mengurangi tekanan dan mencegah dinding aiveolus mengalarni kolaps saat
ekspirasi. Sekresi surfaktan ke saluran napas bawah dan alveoli dimulai saat
janin berusia 35 minggu.
9. Pleura
Paru-paru dibungkus oleh pleura yang menempel langsung ke paru,
disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada
dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan

4
pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan
dinding dada.
B. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer, 2007).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru (Mansjoer, 2000).Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003).

Pneumonia adalah radang parenkim paru yang banyak disebabkan oleh


virus baik infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus (Nur Salam,
2005). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2001).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah


suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
maupun benda asing.

C. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2000, penyebab dari pneumonia adalah :

1) Bakteri

a. Pneumokokus

b. Streptokokus

c. Stafilokokus

d. Haemophilus Influenzae

e. Pseudomonas aeruginosa

2) Virus

a. Virus Influenza

b. Adenovirus

c. Sitomegalovirus

3) Fungi

5
a. Aspergillus

b. Koksidiomikosis

c. Histoplasma

4) Aspirasi

a. Cairan amnion

b. Makanan

c. Cairan lambung

d. Benda asing

D. Klasifikasi

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003,pneumonia dapat


diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi:

1) Berdasarkan klinis dan epideologis

Berdasarkan klinis dan epideologis pneumonia terdiri dari:

a. Pneumina komuniti (community aquired pneumonia)

b. Pneumonia nosokomial (hospital aquired pneumonia / sosicomial


pneumonia)

c. Pneumonia aspirasi

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised

2) Berdasarkan bakteri penyebab

Berdasarkan bakteri penyebab, pneumonia terdiri atas :

a. Pneumonia bacterial/ tipikal

b. Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan Chlamydia

c. Pneumonia virus

d. Pneumonia jamur

3) Berdasarkan predileksi Infeksi

Berdasarkan predileksi infeksi, pneumonia terdiri atas :

6
a. Pneumonia Lobaris

Pnumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus.

b. Bronchopneumonia

Bronchopneumonia ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada lapangan


paru. Dapat disebabkan olehbakteri maupun virus.

c. Pneumonia Interstitialis

E. Patofisiologi

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas


menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan
penyeraban kuman. Proses Masuknya Kuman Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears),
fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman dialveoli. Proses ini termasuk dalam
stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah
kelanjutan proses infeksiberupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan
pula fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses fogositosis yang cepat
dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli,
degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dandebris
(Mansjoer, 2000).

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi


inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi
kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area
paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan
bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki
paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini

7
akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer, 2002).

8
F. Pathway

9
10
G. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik pada pneumonia menurut Linda Sowden, 2002 adalah

1. Batuk

2. Dispnea

3. Takipnea

4. Sianosis

5. Melemahnya suara nafas

6. Retraksi dinding thoraks

7. Nafas cuping hidung

8. Nyeri abdomen (disebabkan iritasi diafragma oleh paru terinfeksi di


dekatnya)

9. Batuk paroksismal mirip pertusis (umum terjadi pada anak yang lebih
kecil)

10. Anak-anak yang lebih besar tidak tampak sakit

H. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnose pneumonia menurut

1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan


PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis
buruk.

Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.

2. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi :

a. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia

b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris

c. Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat interstisialis

11
pada pneumonia stafilokok

3. Pemeriksaan cairan pleura

4. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi


nasofaring, aspirasi trakea. (Mansjoer; 2000 )

I. Komplikasi

1. Efusi Pleura

2. Empisema

3. Abses Paru

4. Pneumothoraks

5. Gagal nafas

6. Sepsis

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien Pneumonia meliputi :

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi


dan uji resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien
perlu therapi secepatnya maka biasanya diberikan :

a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50 –


70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai
bebas demam 4 – 5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk
menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1
jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotic.

b. Koreksi gangguan asam bas dengan pemberian oksigen dan cairan


intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl
0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500ml/botol infus.

c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolic

12
akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

d. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada


penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.

e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin


normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin.
Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat
meningkatkan lebar lumen bronkus

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini dilakukan adalah :

a. Menjaga kelancaran pernapasan

Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan


sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam
bronkus atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir
tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu
dibantu dengan memberikan O2 2 l/menit secara rumat. Pada anak
yang agak besar dapat dilakukan :

1) Berikan sikap berbaring setengah duduk

2) Longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos


yang sempit.

3) Ajarkan bila batuk, lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau


lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan segera
hilang

4) Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada


yang sakit, boleh duduk/miring ke bagian yang lain. Pada bayi
dapat dilakukan :

a. Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan


ganjal dibawah bahunya.

13
b. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita.

c. Isaplah lendir dan berikan O2 rumat sampai 2 l/menit.


Pengisapan lendir harus sering yaitu pada saat terlihat lendir di
dalam mulut, pada waktu akan memberikan minum, mengubah
sikap baring/tindakan lain.

d. Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah


infus lancar.

b. Kebutuhan Istirahat

Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi,


sering hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan
pemberian obat secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyaman
agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.

c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan


makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa
hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan
dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori
dipasang infuse dengan cairan glukosa 5% dan NACL 0,9% dalm
perbandingan 3:1, ditambahkan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
menetek selain memperoleh infuse. Beritahukan ibunya agar pada
waktu bayi menetek puting susunya harus sering-sering
dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernafas.

K. Asuhan keperawatan theory


1. Anamnesis (pengkajian)
a. Identitas
Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, no register/MR, serta penanggung jawab

14
b. Keluhan utama :
 Keluhan respiratori, seperti batuk berdahak, sesak nafas.
c. Riwayat kesehatan
o Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat kesehatan yang pernah di alami klien sebelum masuk
rumah sakit atau terdiagnosa pneumonia
o Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Yaitu penyakit yang saat ini di alami oleh klien
o Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat penyakit yang di alami oleh keluarga klien seperti
penyakit asma,TBC,dll
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
b. Tingkat kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisa
somnolent
c. Berat badan : Biasanya berat badan pasien mengalami penurunan
d. Tanda-Tanda vital
o Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien meningkat
(hipertensi)
o Suhu : Biasanya suhu pasien mengalami hipertermi
o Pernafasan : Biasanya mengalami takipnea,dyspnea,nafas
dangkal
o Nadi : Biasanya pasien mengalami takikardi
e. Kepala: Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, dan
kelainan lain
f. Rambut: biasanya rambut tampak hitam serta kulit kepala klien
bersih, dan tidak rontok
g. Wajah: Biasanya tampak pucat lesu
h. Mata: konjungtiva bisa anemis
i. Hidung: jika sesak akan terdengar naafas cuping hidung
j. Mulut: Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor
k. Leher: Biasanya tidak ada adanya pembesaran kelenjer thyroid.

15
l. Dada/Thorak
o Inspeksi : pengembangan paru berat,tidak simetris jika hanya
satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas
o Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah trakea
o Perkusi : pekak bila terisi cairan, normalnya timpani
o Auskultasi : bisa terdengar ronki
m. Jantung
Jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan
n. Perut/Abdomen
o Inspeksi : biasanya perut tampak datar
o Auskultasi : biasanya terjadi penurunan bising usus.
o Palpasi :, tidak ada masa
o Perkusi : baiasanya tidak kembung
o. Genetalia
Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik.
p. Sistem integrumen
Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor kulit jelek
karena dehidrasi dan juga sianosis
q. Ekstermitas
kekuatan otot lemah.
3. Pola fungsi kesehatan
1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan
kesehatan
2. Pola Nurtisi –Metabolik

16
Menggambarkan masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit
nafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan menelan.
3. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit
Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi
(oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan
miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi
saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll
4. PolaLatihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit
5. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian fungsi
penglihatan,pendengaran,perasaan,pembau dan kompensasinya
terhadap tubuh.
6. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang
energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama
tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh
letih
7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan.Kemampuan konsep diri antara lain
gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.
8. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan.
9. Pola Reproduksi/Seksual

17
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap
seksualitas, riwayat haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat
penyakit hub sex.
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung penggunaan obat untuk
menangani stress.
11. Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan
termasuk spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.
4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah

b. Pemeriksaan radiologis
c. Pemeriksaan cairan pleura
d. Pemeriksaan mikrobiologik
5. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidak efektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Hipertermi
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Intoleran aktivitas
7. Resiko kekurangan volume cairan
6. Intervensi keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
1. Batasan karakteristik :
a) Bradipnea
b) Dispnea
c) Penggunaan otot bantu pernapasan
d) Pernapasan cuping hidung

18
2. Criteria hasil (NOC)
No. Indicator 1 2 3 4 5
1 Ansietas
2 Ketakutan
3 Tersedak
4 Suara nafas tambahan
5 Pernafasan cuping hidung
6 Mendesah
7 Dispneu saat istirahat
8 Dispneu dengan aktivitas
9 ringan
10 Penggunaan otot bantu nafas
11 Batuk
12 Akumulasi sputum
Respirasi agonal
Keterangan :
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
3. Intervensi :
a. Manajemen jalan nafas
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
3) Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
b. Fisioterapi dada
1) Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam setelah makan
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan fisioterapi dada
3) Kenali ada tidaknya kontraindikasi dilakukannya fisioterapi
dada pada pasien
c. Manajemen batuk

19
1) Monitor fungsi paru
2) Minta pasien menarik nafas dalam, bungkukkan ke depan,
lakukan 3-4x hembusan
3) Ajarkan pasien batuk efektif
d. Pemberian terapi oksigen
1) Monitor aliran oksigen
2) Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan
3) Monitor alat pemberian oksigen
e. Pengaturan posisi
1) Tempatkan pasien diatas tempat tidur terapeutik
2) Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
3) Berikan matras yang lembut
f. Pemberiann obat inhalasi
1) Monitor kemungkinan alergi terhadap obat,interaksi dan
kontraindikasi, termasuk obat-obat di luar konter atau obat
herbal
2) Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat yang sesuai
dengan keadaan pasien
3) Catat alergi yang dialamai klien sebelum pemberian obat
dan tahan obat-obatan yang diberikan
2. Ketidak efektifan pola nafas
1) Batasan karakteristik
a. Dispnea
b. Takipnea
c. Fase ekspirasi memanjang
2) Criteria hasil
Nomor Indikator 1 2 3 4 5
041501 Frekuensi 1 2 3 4 5
pernafasan
041502 Irama pernafasan 1 2 3 4 5
041503 Kedalaman 1 2 3 4 5
inspirasi

20
041504 Suara auskutasi 1 2 3 4 5
nafas
041532 Kepatenan jalan 1 2 3 4 5
nafas
041505 Volume tidal 1 2 3 4 5
041506 Pencapaian tingkat 1 2 3 4 5
insentif
041507 Kapasitas vital 1 2 3 4 5
Keterangan :
1 = deviasi berat dari kisaran normal
2 = deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3 = deviasi sedang dari kisaran normal
4 = deviasi ringan dari kisaran normal
5 =tidak ada deviasi dari kisaran normal
3) Intervensi
a) Menejemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventiasi
2. Lakukan fisoterapi dada sebagaimana mestinya
3. Indentifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien
untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
b) Terapi oksigen
1. Batasi aktivitas merokok.
2. Periksa perangkat(alat)pemberian oksigen secara
berkala untuk memastikan bahwa konsentrasi (yang
telah)ditentukan sedang diberikan.
3. Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan
kebutuhan mendapatkan terapi oksigen.
c) Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan,irama , kedalaman dan kesulitan
bernafas.

21
2. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas tambahan.
3. Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada pasien.
d) Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat.
2. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
tanda-tanda vital
3. Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk,
da berdiri sebelum dan setelah perubahan posisi.
e) Fisioterapi dada
1. Gunakan bantal untuk menopang posisi pasien
2. Intruksikan pasien untuk mengeluarkan nafas dengan
teknik nafas dalam
3. Monitor kemampuan psien sebelum dan sesudah
prosedur(contoh: oksimetrinadi tanda vital, dan tingkat
kenyamanan pasien)

3. Gangguan pertukaran gas


a. Batasan karateristik
1. Diaphoresis
2. Dipsnea
3. Gangguan penglihatan
b. Kriteria hasil
No. Indicator 1 2 3 4 5

22
1 Dipsnea saat istirahat
2. Dipsnea dengan aktivitas ringan
3. Perasaan kurang istirahat
4. Sianosis
5. Mengantuk
6. Gangguan kesadaran

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
c. Intervensi
1. Monitor pernafasan
a) Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas
b) Catat pergerakan dada,catat ketidak simetrisan,penggunaan
otot-otot bantu nafas dan retraksi pada otot suprakalikulas
dan interkosta
c) Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
2. Terapi oksigen
a) Bersihkan mulut,hidung dan sekresi trakea dengan cepat
b) Pertahankan kepatenan jalan nafas
c) Monitor aliran oksigen
3. Pengurangan kecemasan
a) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b) Nyatakan denga jelas harapan terhadap perilaku klien
c) Berikan informasi factual terkait diagnosis,perawatan dan
prognosis
4. Hipertermi

1) Batasan Karakteristik :
a. Kulit terasa hangat

23
b. Takikardi
c. Kulit kemerahan
d. Takipnea
2) NOC :
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Merasa merinding saat dingin
2. Berkeringat saat panas
3. Mengigil saat dingin
4. Denyut jantung apikal
5. Denyut nadi radial
6. Tingkat pernapasan
7. Melaporkan kenyamanan suhu

Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3) NIC
a. Perawatan demam
1) Monitor warna kulit dan suhu
2) Mandikan (pasien) dengan spons hangat dengan hati-hati
(yaitu : berikan untuk pasien dengan suhu yang sangat
tinggi tidak memberikannya selama fase dingin, dan
hindari agar pasien tidak menggigil)
3) Pastikan tanda lain dari infeksi yang terpantau pada orang
tua, karena hanya menunjukan demam ringan atau tidak
demam sama sekali selama proses infeksi
b. Manajemen lingkungan

24
1) Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya, karpet yang
longgar dan kecil, furniture yang dapat dipindahkan)
2) Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman
3) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien, jika
suhu tubuh berubah
4) Hindari dari paparan dan aliran udara yang tidak perlu,
terlalu panas atau terlalu dingin
c. Pengaturan suhu
1) Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari
hipotermia
2) Instruksikan pasien bagaimana mencegah keluarnya panas
dan serangan panas
3) Instruksikan pasien, khsusunya pasien lansia, mengenai
tindakan untuk mencegah hipertemia karena paparan
dingin
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Batasan karakteristik.
a. Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
b. Bising usus hiperaktif
c. Diare
d. Sariawan rongga mulut
2) Criteria hasil (NOC)
Nomer Indikator 1 2 3 4 5
100901 Asupan kalori 1 2 3
100902 Asupan protein 1 2 3
100903 Asupan lemak 1 2 3
100904 Asupan karbohidrat 1 2 3
Keterangan :
1= tidak adekuat
2=sedikit adekuat
3=cukup adekuat

25
4=sebagian besar adekuat
5=sepenuhmya adekuat
3) Intervensi (NIC)
a) Manajemen nutrisi
 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan gizi
 Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
b) Monitor cairan
 Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
 Berikan cairan dengan tepat

6. Intoleran aktivitas
1. batasan karakteristik :
a. Keletihan
b. Dyspnea setelah beraktivitas
c. Ketida nyamanan beraktivitas
2. Kriteria hasil (noc)
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen ketika beraktivitas
2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas
3. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas
4. Kemudahan bernapas ketika beraktivitas
5. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas
6. Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas
7. Temuan /hasil EKG (Elektrokardiogram)
8. Warna kulit
9. Kecepatan berjalan
10. Jalan berjarak
11. Toleransi dalam menaiki tangga
12. Kekuatan tubuh bagian atas

26
13. Kekuatan tubuh bagian bawah
Keterangan :
6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu
10. Tidak terganggu
3. Intervensi ( NIC):
1. Terapi aktivitas
a. Bantu pasien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya, bekerja)
dan aktivitas-aktivitas yang di sukai
b. Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik
yang tepat
c. Bantu pasien untuk memilih aktiviyas dan pecapain tujuan
melalui aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial
2. Manajemen energi
a. Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi energi
(misalnya, kebutuhan untuk membatasi aktivitas dan tirah
baring)
b. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
c. Konsulkan dengan ahli gizi mengenai carameningkatkan
asupan energidari makanan
3. Peningkatan latih
a) Lakukan latihan bersamaindividu, jika di perlukan
b) Instruksikan individu untuk melakukan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup padasaat latihan
c) Instruksikan individu terkait teknik yang digunakan untuk
menghindari cedera selama latihan
7. Resiko kekurangan volume cairan

27
1) Batasan Karakteristik :
a. Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
b. Bising usus hiperaktif
c. Diare
d. Sariawan rongga mulut
2) NOC :
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Asupan gizi
2. Asupan makanan
3. Asupan cairan
4. Energi
5. Kasio berat badan/tinggi badan
6. hidrasi
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
3) NIC :
a) Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makan (misalnya, bersih, berventilasi , santai, dan bebas dari
bau yang menyengat)
3. Anjurkan pasien terkaitdengan kebutuhan makanan tertentu
berdasarkan pekembangan atau usia (misalnya, peningkatan
kalsium, protein, cairan, dan kalori untuk wanita menyusui,
peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada
orang dewasa yang lebih tua)
b) Manajemen berat badan

28
1. Diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara asupan
makanan, olahraga, peningkatan berat badan, danpenurunan
berat badan
2. Bantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang
dan konsisten dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap
harinya
3. Hitung berat badan ideal pasien
c) Pemberian makan
1. Tanyakan pasien apa makanan yang disukai untuk di pesan
2. Dorang orangtua/keluarga untuk menyuapi pasien
3. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
4. Berikan air minum pada saat makan , jika diperlukan

29
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sitem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Nurafif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Djogjakarta :
Mediaction.

Price, A. Sylvia. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

30

You might also like