You are on page 1of 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326669370

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU


TERHADAP MINAT KEPEMILIKAN KARTU KREDIT
Article · June 2017
DOI: 10.31843/jmbi.v4i3.126

CITATIONS READS
0 338

2 authors, including:

Arief Bowo Prayoga Kasmo


Universitas Mercu Buana
5 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

A descriptive study of the Indonesian consumers View project

All content following this page was uploaded by Arief Bowo Prayoga Kasmo on 03 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap


Minat Kepemilikan Kartu Kredit
Idris
idris130309@gmail.com
Arief Bowo Prayoga Kasmo
ariefbowo@yahoo.com
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Mercu Buana Jakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan persepsi
kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan kartu kredit. Objek penelitian ini adalah nasabah
Bank yang belum memiliki kartu kredit. Penelitian ini dilakukan terhadap 105 responden
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan SEM-PLS (Partial Least Square) dan data diolah dengan menggunakan tools
SmartPLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan kartu kredit dengan T – value diatas 1.96 yaitu sebesar 3.372,
norma subjektif tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit
dengan T – value dibawah 1.96 yaitu sebesar 1.537, pada persepsi kontrol perilaku didapatkan
hasil terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit karena memiliki
T – value diatas 1.96 yaitu sebesar 3.689. Hasil uji dari penelitian ini didapat bahwa sikap dan
persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit,
sedangkan norma subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu
kredit Bank.

Kata Kunci: Sikap, Norma Subjektif, Persepsi Kontrol Perilaku, minat kepemilikan,
kartu kredit

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Bisnis perbankan pada saat ini berkembang sangat pesat ditandai dengan semakin
banyaknya jumlah bank atau lembaga keuangan lainnya yang berada di dunia, khususnya di
negara Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak (Kasmir 2015: 24).
Melihat pentingnya bank dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat maka
perkembangan pada bisnis perbankan saat ini tentunya diharapkan akan memberikan dampak
positif bagi masyarakat yang menjadi calon nasabah atau yang sudah menjadi nasabah,
dimana masyarakat mempunyai banyak pilihan jasa perbankan yang akan dipilih. Persaingan
antara bank atau lembaga keuangan yang satu dengan lainnya tentunya juga akan semakin
ketat dalam memberikan nilai lebih kepada nasabah, dari segi produk sampai dengan
pemasarannya.

306
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Salah satu bentuk fasilitas bank saat ini yang juga memiliki peran penting dalam bisnis
perbankan yaitu alat pembayaran menggunakan kartu kredit. Kartu kredit adalah suatu sistem
dimana pemegang kartu dapat melunasi penagihan yang terjadi atas dirinya sekaligus atau
secara angsuran pada saat jatuh tempo dan kartu kredit memiliki fungsi yang mampu
menggantikan uang sebagai alat pembayaran, (Kasmir 2015: 302).
Masyarakat yang tinggal pada wilayah perkotaan, khususnya masyarakat dengan
tingkat ekonomi menengah keatas tidak terlepas dari minat terhadap kepemilikan kartu kredit.
Dengan adanya kartu kredit diharapkan dapat mempermudah aktivitas masyarakat diwilayah
perkotaan yang cukup padat, dimana mereka tidak perlu lagi membawa uang tunai sebagai
alat pembayaran yang terkadang juga dapat membahayakan keselamatan. Selain itu, kartu
kredit diharapkan juga menjadi salah satu solusi keuangan bagi masyarakat karena dapat
mengatasi masalah keuangan dengan sistem kredit yang diberikan oleh perbankan.
CEO Shinhan Card, Wi Sung Ho, di Jakarta, Senin 6 Februari 2017 menjelaskan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penggunaan kartu kredit, akan
tetapi saat ini dengan jumlah penduduk 250 juta, penggunaan kartu kredit baru mencapai 17
juta atau kurang dari 10 persen penduduk. Padahal di negara yang ekonominya berkembang
dan maju, penggunaan kartu kredit sangat besar, salah satunya Korea Selatan yang mana 70
persen dari jumlah penduduknya memiliki kartu kredit yaitu sebesar 22 juta. Tingkat
penyebaran kartu kredit Indonesia juga masih paling rendah dibanding negara lain di Asia
Tenggara. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut dibawah ini:

Penetrasi Kartu Kredit Negara di Asia Tenggara (2015)

(Sumber: databoks katadata 17 November 2016, diakses pada tanggal 19 Agustus 2017)

Pada diagram diatas dapat dilihat bahwa penyebaran kartu kredit di Indonesia masih
jauh tertinggal dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Codapay mencatat penetrasi kartu
kredit di Indonesia pada tahun 2015 hanya sebesar 1.6 persen, masih tertinggal dengan
Vietnam yang mencapai penetrasi 1,9 persen, sedangkan negara tetangga yang paling dekat
dengan Indonesia seperti Malaysia telah mencapai 20,2 persen. Penetrasi paling tinggi di Asia
Tenggara sendiri adalah Singapura, yaitu mencapai 35,4 persen. Dengan demikian,
dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia juga masih rendah dalam penetrasi
penggunaan kartu kredit.
Untuk memahami seberapa besar minat seseorang terhadap sesuatu produk barang
maupun jasa, tentu perlu dipahami sebelumnya sikap setiap konsumen tersebut. Menurut
Berkowitz (1972) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada objek tersebut (Azwar, 2012: 5). Pada penelitian Lestari et al (2017) sikap terhadap
perilaku berpengaruh terhadap minat kepemilikan kartu kredit, dimana minat kepemilikan
kartu kredit dilandasi oleh kepercayaan responden terhadap kartu kredit itu sendiri.

316
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis ingin mengetahui berpengaruh


tidaknya sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan
kartu kredit khususnya pada kartu kredit. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk
meneliti masalah ini dengan judul “PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN
PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP MINAT KEPEMILIKAN KARTU
KREDIT”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam karya akhir ini adalah
sebagai berikut:
a. Apakah sikap berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit?
b. Apakah norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit
Bank?
c. Apakah persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan
kartu kredit?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:


a. Untuk mengetahui berpengaruh signifikan atau tidaknya sikap terhadap minat kepemilikan
kartu kredit.
b. Untuk mengetahui berpengaruh signifikan atau tidaknya norma subjektif terhadap minat
kepemilikan kartu kredit.
c. Untuk mengetahui berpengaruh signifikan atau tidaknya persepsi kontrol perilaku
terhadap minat kepemilikan kartu kredit.

2. Landasan Teori
2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Pemasaran Jasa

Banyak akar pemasaran yang telah memberikan banyak definisi dari jasa, salah satunya
menurut Kotler (2005) yang mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau kinerja yang
dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan sesuatu (Sangadji & Sopiah, 2013: 93). Sedangkan menurut
William J. Stanton, jasa adalah kegiatan yang mengidentifikasikan, yang bersifat tak teraba,
yang direncanakan untuk pemenuhan kepuasan pada konsumen (Sunyoto, 2013: 111).

2.1.2. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen sendiri juga memiliki definisi yang beragam dari banyak pakar
pemasaran. Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
“Perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka” Sangadji & Sopiah (2013: 7). Disamping itu pihak Engel, Blackwell, dan
Miniard (1995) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini Sunyoto (2013: 3). American

317
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Marketing Association atau disingkat (AMA) juga mendefinisikan bahwa perilaku konsumen
(consumer behaviour) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan
kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka (Sunyoto
2013: 2).
Menurut Mowen dan Minor (2002) penerapan atau aplikasi perilaku konsumen
berdampak pada, strategi pemasaran, kebijakan atau peraturan-peraturan publik, pemasaran
sosial (social marketing), dan perilaku Individu. Dengan demikian dapat disimpulkan manfaat
mempelajari perilaku konsumen, yaitu sebagai berikut (Sangadji & Sopiah, 2013: 12):

1. Dengan memahami perilaku konsumen pembuat kebijakan (manajer pemasaran)


dapat merancang strategi yang cocok dengan perilaku konsumen.
2. Berkonstribusi membentuk konsumen yang lebih efektif dalam pembelian.
3. Bermanfaat bagi pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan publik.
4. Perilaku konsumen mencerminkan kekuatan tawar menawar dalam pasar, baik pasar
individu maupun pasar bisnis.
5. Memahami perilaku konsumen berarti memahami perilaku manusia secara umum.

Dari gambar diatas, teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior) dapat mempunyai
dua fitur sebagai berikut:

a. Teori ini mengasumsikan bahwa kontrol persepsian (perceived behavioral control)


mempunyai implikasi motivasional terhadap niat-niat. Orang-orang yang percaya bahwa
mereka tidak mempunyai sumber-sumber daya yang ada atau tidak mempunyai
kesempatan-kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan
membentuk niat-niat perilaku yang kuat untuk melakukannya walaupun mereka
mempunyai sikap-sikap yang positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain
akan menyetujui seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Dengan demikian
diharapkan terjadi hubungan antara kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral
control) dengan niat yang tidak dimediasi oleh sikap dan norma subjektif. Di model ini
ditunjukkan dengan panah yang menghubungkan kontrol perilaku persepsian (perceived
behavioral control) ke niat.
b. Fitur kedua adalah kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku persepsian
(perceived behavioral control) dengan perilaku. Dibanyak contoh, kinerja dari suatu
perilaku tergantung tidak hanya pada motivasi untuk melakukannya tetapi juga kontrol
yang cukup terhadap perilaku yang dilakukan. Dengan demikian, kontrol perilaku
persepsian (perceived behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara tidak
langsung lewat niat, dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Di model ini,
hubungan langsung ini ditunjukkan dengan panah yang menghubungkan kontrol perilaku
persepsian (perceived behavioral control) langsung ke perilaku (behavior).

2.1.3. Sikap (Attitude)

Berikut beberapa definisi sikap dari para ahli (Sangadji & Sopiah, 2013: 194):
a. Definisi sikap menurut Engel (2006) adalah suatu mental dan saraf yang berkaitan dengan
kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman, dan memiliki pengaruh
yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
b. Sementara menurut Kotler (2005), sikap adalah perilaku yang menunjukkan apa yang
disukai dan tidak disukai konsumen.

318
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

c. Selain itu Mowen dan Minor (2002) menjelaskan sikap (attitude) sebagai “afeksi atau
perasaan untuk atau terhadap sebuah rangsangan.”

Dalam teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) sikap terhadap suatu
perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil
yang diinginkan atau tidak diinginkan (Azwar 2012: 12). Fishben dan Ajzen (1975) dalam
Jogiyanto (2008: 36) mendefinisikan sikap (attitude) adalah sebagai jumlah dari afeksi
(perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku
dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua
kutub, misalnya baik atau jelek; setuju atau menolak, dan lainnya.

2.1.4. Norma Subjektif (Subjective Norms)

Norma-norma subjektif (subjective norms) adalah persepsi atau pandangan seseorang


terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Misalnya anda mempunyai
orang tua yang suka belajar dan mendorong anda untuk selalu belajar. Disamping itu anda
mempunyai beberapa teman yang tidak suka belajar dan mempengaruhi anda untuk tidak
belajar. Kepercayaan-kepercayaan orang lain yang berbeda ini masing-masing dapat dibobot
berdasarkan kepentingannya menurut anda yang jumlah bersihnya akan mempengaruhi niat
perilaku anda dalam hal belajar atau tidak belajar (Jogiyanto 2008: 42).
Ekspresi-ekspresi dari niat perilaku seharusnya berhubungan dengan prediksi yang
berakurasi tinggi terhadap kegiatan volitional yang terkait. Jika niat-niat diyakini memang
benar-benar sebagai penentu langsung dari perilaku atas kemauan sendiri (volitional
behavior), maka mereka seharusnya berkorelasi lebih kuat dengan perilaku dibandingkan
dengan faktor-faktor penentu lainnya (Jogiyanto, 2008: 26). Menurut Ajzen (1988) banyak
sekali perilaku-perilaku yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dilakukan
dibawah kontrol kemauan (volitional control) pelaku (Jogiyanto, 2008: 27).
Perilaku dibawah kontrol kemauan disebut dengan perilaku volitional (volitional
behavior) yang didefinisikan sebagai perilaku-perilaku yang individual-individual
menginginkannya atau menolak untuk tidak melakukannya jika mereka memutuskan untuk
melawannya. Lawan dari perilaku atas kemauan sendiri adalah perilaku diwajibkan
(mandatory behavior) yaitu perilaku yang bukan atas kemauannya sendiri tetapi karena
memang tuntutan atau kewajiban dari kerja (Jogiyanto 2008: 27).

2.2. Rerangka Konseptual

Pada penelitian ini rerangka konseptual digunakan sebagai pedoman peneliti mencakup
uraian langkah yang ditempuh dalam proses penelitian. Berikut adalah gambar rerangka
konseptual dari penelitian ini:

319
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
SIKAP

(X1)
H1
NORMA SUBJEKTIF H2 MINAT KEPEMILIKAN

KARTU KREDIT
(X2) (Y)

H3

PERSEPSI KONTROL
PERILAKU
(X3)

Kerangka Konseptual

2.3. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan


pada penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori, kajian penelitian
terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Sikap berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit


H2: Norma Subjektif berpengaruh signifikan terhadap Minat Kepemilikan Kartu
Kredit
H3: Persepsi Kontrol Perilaku berpengaruh signifikan terhadap Minat Kepemilikan
Kartu Kredit

3. Metodologi Penelitian

3.1. Desain Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kausal.
Peneliti menggunakan metode analisis kausal dengan tujuan untuk menguji hipotesis tentang
pengaruh satu atau beberapa variabel terhadap variabel lainnya yaitu variabel sikap, norma
subjektif, persepsi kontrol perilaku sebagai variabel independennya dan minat kepemilikan
kartu kredit sebagai variabel dependennya, serta berpengaruh tidaknya variabel sikap, norma
subjektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan kartu kredit.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu seluruh nasabah yang belum
memiliki kartu kredit dengan minimum umur 17 tahun. Dipilihnya seluruh nasabah Bank
dengan minimum umur 17 tahun sebagai populasi penelitian ini didasarkan pada alasan untuk
dapat memiliki kartu kredit atau yang masuk kriteria sebagai pengguna kartu kredit salah satu
persyaratannya yaitu minimum memiliki umur 17 tahun sebagai pengguna kartu tambahan
dan minimum umur 21 tahun sebagai pemilik kartu utama.Selain itu kenapa nasabah bank
karena asumsinya mereka telah familiar dengan produk perbankan.

Sampel Penelitian
Jumlah sampel adalah jumlah elemen yang akan dimasukkan dalam sampel (Ferdinand,
2014: 173). Dari berbagai sumber seperti Roscoe 1975 (dalam Sekaran, 2003, Hair dkk,
320
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Tabachic & Fidell) diperoleh beberapa pedoman umum yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk menentukan besarnya sampel penelitiannya sebagai berikut (Ferdinand, 2014: 173):

a. Ukuran Sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah memadai bagi
kebanyakan penelitian.
b. Bila sampel dibagi-bagi dalam beberapa sub sampel, maka minimum 30 untuk setiap
kategori sub sampel yang sudah memadai.
c. Dalam penelitian multivariate (termasuk yang menggunakan analisis regresi multivariate)
besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel independen. Analisis regresi dengan 4
variabel independen membutuhkan kecukupan sampel sebanyak 100 sampel responden.
d. Analisis SEM membutuhkan sampel sebanyak paling sedikit 5 kali jumlah variabel
parameter yang akan dianalisis. Penelitian dengan 20 parameter membutuhkan sampel
sebanyak 20 x 5 atau 100 sampel, apalagi dalam pengujian Chi-Square model SEM yang
sensitif terhadap jumlah sampel, dibutuhkan sampel yang baik berkisar antara 100-200
sampel untuk teknik maksimum likelihood estimation.
e. Sampel minimum 30 tidak dapat diterima untuk analisis yang menggunakan statistik
parametrik.
f. Penelitian eksperimental dengan perlakukan kontrol eksperimen yang ketat dapat
dilakukan dengan sampel yang kecil antara 10-20 sampel.

Oleh karena jumlah populasi yang masuk kriteria sebagai sampel yang mewakili
populasi tidak diketahui secara pasti yaitu nasabah bank yang belum memiliki kartu kredit
dengan kriteria umur minimum 17 tahun tidak diketahui jumlahnya, serta metode analisis
pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode SEM (Structural
Equation Modelling), maka ukuran sampel yang digunakan dengan 5 kali jumlah variabel
parameter yang dianalisis (21 indikator), maka jumlah sampel sebanyak 105 reponden sudah
memenuhi atau sudah mewakili dari populasi yang ada.

a. Goodness of fit model


Pengujian goodness of fitmodel structural pada inner model menggunakan nilai
predictive-relevance ( ). Nilai Q-square lebih besar 0 (nol) menunjukan bahwa model
mempunyai nilai predictive relevance.
b. Hasil Pengujian Hipotesis
Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan. Nilai
signifikansi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstraping. Melihat signifikansi pada
hipotesis dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi T-statistik pada
algoritm boot strapping report nilai signifikansi T-statitik harus lebih dari 1,96.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini model yang digunakan yaitu dengan menggunakan PLS Algorithm
dan Bootstrapping (model structural). Tools yang digunakan untuk menganalisis
menggunakan SmartPLS 3.0.

321
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

4.1.1 Evaluasi Measurement Model (Merancang Outer Model)

Perancangan outer model penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1
Perancangan outer model
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

4.2. Convergent Validity

Pada pengujian convergent validity ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0.70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk
penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.60
dianggap cukup (Chin,1998 dalam Ghozali, 2014: 39). Berikut dibawah ini dijabarkan
diagram jalur guna memudahkan dalam melihat outer loading dari tiap – tiap blok indikator
yang mengukur konstruk pada gambar 4.2 berikut:

Hasil output diagram jalur


(sumber: hasil olah data kuesioner)

Pada hasil analisis PLS Algorithm diatas didapatkan diagram jalur sehingga dapat dilihat
nilai loading factor dari setiap indikator variabel. Pada gambar 4.2 diatas nilai loading factor
seluruhnya mencapai diatas 0.5 (>0.5) dan mencapai ukuran refleksif individual yang tinggi
dikarenakan setiap indikator memiliki nilai loading factor lebih dari 0.7. Pada tabel 4.12
dibawah ini dapat dilihat lebih detail nilai loading factor tiap indikator:

322
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Hasil Outer Loading Indikator

Variabel Indikator Outer Loading Keterangan


SKP1 0.915 Valid
SKP2 0.921 Valid
Sikap SKP3 0.879 Valid
SKP4 0.873 Valid
SKP5 0.868 Valid
NS1 0.848 Valid
NS2 0.866 Valid
Norma Subjektif NS3 0.859 Valid
NS4 0.886 Valid
NS5 0.811 Valid
PKP1 0.831 Valid
PKP2 0.852 Valid
Persepsi Kontrol Perilaku PKP3 0.853 Valid
PKP4 0.861 Valid
PKP5 0.889 Valid
PKP6 0.831 Valid
MK1 0.840 Valid
MK2 0.943 Valid
Minat Kepemilikan MK3 0.910 Valid
MK4 0.931 Valid
MK5 0.846 Valid
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Pada tabel 4.12 diatas dengan jelas dapat dilihat nilai loading factor telah terpenuhi
karena memiliki validitas yang baik, yaitu memiliki nilai loading factor >0.7, dengan
demikian dapat diartikan bahwa model pengukuran mempunyai potensi untuk diuji lebih
lanjut.

1. Discriminant Validity
Pada pengujian selanjutnya yaitu dengan uji discriminant validity, dimana indikator
refleksif dilihat dengan pemeriksaan cross loading yakni jika korelasi konstruk dengan item
pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada
blok lainnya. Berikut dibawah ini dapat dilihat tabel 4.13 hasil pengujian nilai cross loading
dari setiap konstruk indikator:

Hasil Uji Cross Loading


Norma Persepsi Minat
Indikator Sikap Subjek Kontrol Kepem
tif Perilaku ilikan
(X1) (X2) (X3) (Y)
SKP1 0.915 0.541 0.666 0.637

323
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
SKP2 0.921 0.546 0.669
0.690
SKP3 0.879 0.633 0.735 0.672
SKP4 0.873 0.737 0.789 0.728
SKP5 0.868 0.622 0.735 0.646
NS1 0.596 0.848 0.667 0.595
NS2 0.600 0.866 0.654 0.581
NS3 0.522 0.859 0.622 0.529
NS4 0.632 0.886 0.665 0.625
NS5 0.610 0.811 0.670 0.564
PKP1 0.675 0.607 0.831 0.665
PKP2 0.697 0.624 0.852 0.678
PKP3 0.656 0.613 0.853 0.558
PKP4 0.718 0.670 0.861 0.663
PKP5 0.716 0.712 0.889 0.724
PKP6 0.694 0.691 0.831 0.709
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)
Hasil Uji Cross Loading (Lanjutan)

Norma Persepsi Minat


Indikator Sikap Subjek Kontrol Kepem
tif Perilaku ilikan
(X1) (X2) (X3) (Y)
MK1 0.701 0.646 0.746 0.840
MK2 0.677 0.607 0.699 0.943
MK3 0.633 0.541 0.658 0.910
MK4 0.642 0.616 0.691 0.931
MK5 0.709 0.617 0.709 0.846
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Pada tabel 4.13 diatas dapat dilihat berdasarkan kolom, bahwa korelasi konstruk Sikap
dengan indikatornya (SKP1 sebesar 0.915, SKP2 sebesar 0.921, SKP3 sebesar 0.879, SKP4
sebesar 0.873, dan SKP5 sebesar 0.868) lebih tinggi korelasinya dibandingkan dengan
konstruk lainnya. Pada korelasi Norma Subjektif dengan indikatornya (NS1 sebesar 0.848,
NS2 sebesar 0.866, NS3 sebesar 0.859, NS4 sebesar 0.886, dan NS5 sebesar 0.811) lebih
tinggi korelasinya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Pada korelasi konstruk Persepsi
Kontrol Perilaku dengan indikatornya (PKP1 sebesar 0.831, PKP2 sebesar 0.852, PKP3
sebesar 0.853, PKP4 sebesar 0.861, PKP5 sebesar 0.889 dan PKP6 sebesar 0.831) juga lebih
tinggi korelasinya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Minat Kepemilikan dengan
indikatornya (MK1 sebesar 0.840, MK2 sebesar 0.943, MK3 sebesar 0.910, MK4 sebesar
0.931, dan MK5 sebesar 0.846) juga lebih tinggi korelasinya dibandingkan dengan konstruk
lainnya.
Setelah melakukan pengujian pada nilai cross loading, pemeriksaan selanjutnya yaitu
dengan membandingkan korelasi antar variabel dengan akar AVE (√AVE). Pada bab
sebelumnya dijelaskan bahwa model pengukuran mempunyai discriminant validity yang baik
jika √AVE setiap variabel lebih besar daripada korelasi antar variabel. Nilai √AVE dapat
dilihat dari output Fornell-Larcker Criterion SmartPLS tabel 4.14 dibawah ini:
Pada tabel 4.14 hasil uji Fornell Larcker Criterion diatas dapat dilihat bahwa nilai √AVE
variabel Norma Subjektif sebesar 0.854, sedangkan nilai korelasi tertinggi variabel Norma
324
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Subjektif dengan variabel lain hanya 0.679. Dengan demikian √AVE menunjukkan bahwa
variabel Norma Subjektif lebih besar dibandingkan korelasi Norma Subjektif dengan variabel
lainnya. Demikian pula pada variabel lainnya yang menunjukkan √AVE lebih besar
dibandingkan korelasi antar variabel, sehingga syarat discriminant validity dengan √AVE
pada penelitian ini telah terpenuhi.
Metode lain untuk melihat discriminant validity adalah dengan melihat nilai AVE.
Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.50 (Ghozali, 2014: 40). Berikut dibawah ini
tabel output hasil uji AVE yang diperoleh dari PLS Algorithm report:

Hasil Uji AVE


Variabel AVE Keterangan
Sikap 0.795 Valid
Norma Subjektif 0.730 Valid
Persepsi Kontrol Perilaku 0.728 Valid
Minat Kepemilikan 0.801 Valid
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Pada tabel 4.15 diatas dapat dilihat nilai AVE dalam penelitian ini sudah menunjukkan
bahwa seluruh konstruk memiliki reliabilitas yang potensial untuk diuji lebih lanjut. Hal ini
dikarenakan nilai AVE pada seluruh konstruk telah lebih besar dari 0.5.

Composite Reliability dan Cronbachs Alpha


Pada pengujian composite reliability apabila seluruh nilai variabel laten memiliki nilai
composite reliability maupun cronbach alpha > 0,7 hal itu berarti bahwa konstruk memiliki
reliabilitas yang baik atau kuesioner yang digunakan sebagai alat dalam penelitian ini telah
handal atau konsisten (Ghozali, 2014: 66). Hasil uji composite reliability dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.16 dibawah ini:

Hasil Uji Composite Reliability


Variabel Composite Reliability Keterangan
Sikap 0.951 Reliabel Tinggi
Norma Subjektif 0.931 Reliabel Tinggi
Persepsi Kontrol Perilaku 0.941 Reliabel Tinggi
Minat Kepemilikan 0.953 Reliabel Tinggi
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa hasil pengujian pada composite
reliability menunjukkan nilai yang memuaskan karena seluruh nilai variabel laten memiliki
nilai composite reliability >0.7. Hasil uji cronbachs alpha dapat dilihat pada tabel 4.17
dibawah ini:
Hasil Uji Cronbachs Alpha
Variabel Cronbachs Alpha Keterangan
Sikap 0.935 Reliabel Tinggi
Norma Subjektif 0.907 Reliabel Tinggi
Persepsi Kontrol Perilaku 0.925 Reliabel Tinggi
Minat Kepemilikan 0.937 Reliabel Tinggi
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

325
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat juga bahwa hasil pengujian cronbachs alpha
juga menunjukkan nilai yang sangat memuaskan, dimana seluruh variabel memiliki nilai
cronbachs alpha lebih dari 0.7 (> 0.7), sehingga dapat dikatakan bahwa nilai cronbachs alpha
memenuhi kriteria.
Pengujian Model Struktural / Uji Hipotesis (Inner Model)
Tahapan pengujian selanjutnya yaitu pengujian terhadap model struktural (inner model).
Berikut dibawah ini langkah – langkah pengujian inner model:

1. Nilai R – Square
Pada hasil uji R – Square dengan nilai sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 dalam model
struktural mengindikasikan bahwa model tersebut “baik”, “moderat”, dan “lemah”. Hasil nilai
R – square dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:

Hasil Uji R-Square


Variabel Endogen R - Square
Minat kepemilikan 0.664
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol
perilaku terhadap minat kepemilikan dalam penelitian ini memberikan nilai R – Square
sebesar 0.664 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabel konstruk minat kepemilikan
dijelaskan oleh variabel konstruk sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku sebesar
66.4% sedangkan 33.6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

2. Goodness of Fit Model


Pada pengujian goodness of fitmodel structural pada inner model menggunakan nilai
predictive-relevance ( ). Pada uji ini nilai Q-square lebih besar 0 (nol) menunjukan bahwa
model mempunyai nilai predictive relevance. Dibawah ini dapat dilihat nilai Q – Square pada
variabel endogen sebagai berikut:
Nilai predictive - relevance diperoleh dengan rumus:
Q² = 1 – (1 – R²)
Q² = 1 – (1 – 0.664)
Q² = 0.664
Hasil perhitungan diatas memperlihatkan nilai predictive - relevance sebesar 0.664 (>0).
Hal tersebut diartikan bahwa 66.4% variasi pada variabel minat kepemilikan (dependent
variable) dijelaskan oleh variabel-variabel yang digunakan. Dengan demikian model
dikatakan layak memiliki nilai prediktif yang relevan.

4.1.2 Hasil Pengujian Hipotesis (Estimasi Koefisien Jalur)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi yang diperoleh dengan
melihat nilai koefisien parameter pada prosedur bootstrapping, dimana nilai signifikansi T-
statistic pada algorithm bootstrapping report harus lebih dari 1,96. Untuk melihat signifikan
atau tidak signifikan dilihat dari T – table pada alpha 0.05 (5%) = 1.96, kemudian T – table
dibandingkan oleh T – hitung (T – Statistic). Hasil uji hipotesis dengan bootstrapping dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini:

326
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Hasil uji hipotesis dengan path coefficients dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.19
dibawah ini

Hasil Uji Bootstrapping


(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Pada gambar 4.3 dan tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa sikap berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai T – hitung sebesar 3.372 lebih
besar dari T – tabel 1.96 dengan tingkat kesalahan 0.05 (5%). Nilai original sample estimate
pada sikap terhadap minat kepemilikan adalah positif yaitu sebesar 0.313 yang menunjukkan
bahwa arah hubungan antara sikap terhadap minat kepemilikan adalah positif.
Berbeda hal dengan norma subjektif yang mendapatkan hasil tidak berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan, hal ini terbukti dari hasil T – hitung sebesar 1.537 lebih kecil dari
T – tabel sebesar 1.96 dengan tinggkat kesalahan 0.05 (5%). Nilai original sample estimate
norma subjektif terhadap minat kepemilikan adalah positif yaitu sebesar 0.132 yang
menunjukkan bahwa arah hubungan antara norma subjektif terhadap minat minat
kepemilikan.
Pada persepsi kontrol perilaku dalam penelitian ini juga berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan, hal ini ditunjukkan dengan melihat nilai T – hitung sebesar 3.689
lebih besar dari T – tabel 1.96 dengan tingkat kesalahan 0.05 (5%). Nilai original sample
estimate pada persepsi kontrol perilaku adalah positif yaitu sebesar 0.430 yang menunjukkan
bahwa arah hubungan antara persepsi kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan adalah
positif.

4.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis antar variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat output
path coefficient dari hasil bootstrapping yang dapat dilihat pada tabel 4.20 dibawah ini:

Hasil Pengujian Hipotesis


Original T Ketera
Sample
Statistic ngan
(O)
Sikap -> Minat 0.313 3.372 Hipotes
327
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Kepemilikan is

diterim
a
Norma Hipotes
Subjektif ->
0.132 1.537 is
Minat
ditolak
Kepemilikan
Persepsi Hipotes
Kontrol
is
Perilaku -> 0.430 3.689
diterim
Minat
a
Kepemilikan
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)

Berdasarkan tabel 4.20 diatas, dapat dilihat hasil uji hipotesis terhadap model dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sikap terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit karena
memiliki T – Statistic diatas 1.96 yaitu sebesar 3.372 dengan nilai original sample
estimate positif sebesar 0.313. Hipotesis 1 dalam hal ini diterima dimana pengaruh Sikap
berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
2. Norma subjektif tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu
kredit karena memiliki T – Statisic dibawah 1.96 yaitu sebesar 1.537 dengan nilai original
sample estimate positif sebesar 0.132. Hipotesis 2 dalam hal ini ditolak dimana norma
subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
3. Persepsi kontrol perilaku terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan
kartu kredit karena memiliki T – Statistic diatas 1.96 yaitu sebesar 3.689 dengan nilai
original sample estimate positif sebesar 0.430. Hipotesis 3 dalam hal ini diterima dimana
persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.

5. Pembahasan

5.1. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Kepemilikan

Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi minat
nasabah untuk memiliki karu kredit, dimana sikap positif nasabah terhadap kartu kredit dapat
meningkatkan ketertarikan untuk memiliki kartu kredit. Mengacu pada analisis statistik
deskriptif dari item pernyataan sikap dimana paling besar pernyataan dijawab dengan skala 4
(Setuju) pada item SKP3, maka dapat diartikan bahwa sikap positif yang saat ini paling
dirasakan dominan oleh sebagian besar nasabah bank yang belum memiliki kartu kredit
adalah keyakinan bahwa adanya perasaan nyaman dalam bertransaksi jika nasabah memiliki
kartu kredit.

5.2. Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Minat Kepemilikan

Hasil hipotesis ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnnya yang dilakukan oleh
Lestari et al (2017) yang menunjukkan bahwa norma subjektif (SN) berpengaruh terhadap
minat kepemilikan kartu kredit, dimana hasil nilai t-hitung nya adalah sebesar 4,93 atau >
1,96. Demikian pula dengan penelitian Witnyana & Sudiksa (2014) yang juga menunjukkan
328
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat nasabah dalam memilih
kredit tanpa agunan pada Bank Permata vabang Denpasar. Demikian hal nya pada ada
penelitian yang dilakukan Wahyuni et al (2017) juga menunjukkan hasil bahwa norma
subjektif juga secara parsial dan simultan berpengaruh positif terhadap niat memiliki rumah
berbasis pembiayaan syariah, diikuti juga beberapa penelitian lainnya seperti Cao et al (2016),
Binalay et al (2016), Pratana (2014), Kim M.S & James J (2016), dan Son J et al (2013) yang
juga mendapatkan hasil bahwa norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap minat (Lihat
tabel 2.1).
Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu bisa dikarenakan
adanya perbedaan demografis penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al
(2017) yang melakukan studi kasus penelitian pada wilayah kota Bogor dan pada penelitian
yang dilakukan oleh Witnyana & Sudiksa (2014) juga memfokuskan penelitian pada wilayah
kota Denpasar, sedangkan pada penelitian ini memfokuskan penelitian pada wilayah Bintaro,
sehingga perbedaan tersebut dapat memungkinkan adanya juga perbedaan hasil dalam
penelitian karena perbedaan gaya hidup berpengaruh pada keputusan pembelian (Mandey,
2009). Selain itu adanya perbedaan jenis kartu kredit pada Bank berbeda serta obyek
penelitian yang berbeda, seperti Wahyuni et al (2017) yang melakukan penelitian niat
memiliki rumah berbasis syariah memiliki fokus objek penelitian yang berbeda dengan
penelitian ini sehingga dapat memungkinkan juga menjadi sebab perbedaan hasil dalam
penelitian.

5.3. Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Minat Kepemilikan

Dengan melihat hasil hipotesis dalam penelitian ini serta analisis deskriptif jawaban
responden yang sebagian besar menjawab item pernyataan dengan skala 4 (Setuju) pada item
pernyataan PKP5, maka dapat diartikan bahwa sebagian besar nasabah yang belum memiliki
kartu kredit percaya bahwa tidak ada kesulitan untuk memiliki kartu kredit. Kontrol terhadap
perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa
sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan (Azwar 2012: 13), maka
dapat dikatakan dalam hasil penelitian ini bahwa persepsi kontrol perilaku yang dirasakan
sebagian besar nasabah bank adalah positif terhadap kartu kredit, sehingga hal ini dapat
mempengaruhi ketertarikan nasabah terhadap minat ingin memiliki kartu kredit.

6. Simpulan dan Saran

6.1. Simpulan

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui berpengaruh signifikan atau
tidaknya Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Minat Kepemilikan
kartu kredit. Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sikap berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit. Hasil ini
menunjukkan bahwa sikap yang positif dapat meningkatkan ketertarikan nasabah untuk
memiliki kartu kredit.
2. Norma subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan sosial tidak mempengaruhi nasabah untuk berminat
memiliki kartu kredit.

329
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

3. Persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa persepsi kontrol perilaku paling dominan
mempengaruhi nasabah bank untuk memiliki kartu kredit.

6.2. Saran

Saran Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin
melanjutkan penelitian ini, disarankan untuk memperluas model dan menambah variabel-
variabel lain yang berkaitan guna menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor yang
mempengaruhi minat kepemilikan kartu kredit, sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dan
maksimal.

Saran Praktis
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dimana sikap dan persepsi kontrol perilaku
berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit, maka hendaknya bagi pihak
Bank dalam hal ini dapat memberikan edukasi seperti meningkatkan intensitas event CSR
(Corporate Social Responsibility) guna memberikan pengetahuan kepada nasabah mengenai
hal – hal yang baik dan positif dari kartu kredit, serta meningkatkan jaminan keamanan dalam
bertransaksi dengan kartu kredit, seperti dalam realisasi penggunaan PIN (Personal
Identification Number) kartu kredit sehingga nasabah merasa lebih aman dalam bertransaksi.

Daftar Pustaka

Andryani, D. (2016, April). Pengaruh Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral


Control Pelanggan Non-Muslim Terhadap Intention To Purchase. In Prosiding
Seminar Nasional Cendekiawan.
Agustiyanti. (2017, Feb 4). Nilai Transaksi Kartu Kredit Tumbuh Flat. Berita Satu. Retrieved
from http://www.beritasatu.com/investor/412696-nilai-transaksi-kartu-kredit-tumbuh-
flat.html. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Asosiasi Kartu Kredit Indonesia. Credit Card Growth. Retrieved from
http://www.akki.or.id/index.php/credit-card-growth. 05 September 2017.
Azwar, S. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baihaki. (2017, Apr 25). CIMB Niaga Bidik Pangsa Pasar Kartu Kredit 15%. Retrieved from
http://jambi.tribunnews.com/2017/04/25/cimb-niaga-bidik-pangsa-pasar-kartu-kredit-
15. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Bank Indonesia. Kartu Kredit Yang Beredar Mencapai 17.5 Juta Unit. Retrieved from
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/03/30/kartu-kredit-yang-beredar-
mencapai-175-juta-unit. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Codapay. Penetrasi Kartu Kredit Indonesia Terendah di ASEAN. Retrieved from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/17/penetrasi-kartu-kredit-
indonesia-terendah-di-asia-tenggara. Diakses pada tanggal : 19 Agustus 2017.
Bank Indonesia. Daftar Penerbit Kartu Kredit 2016. Retrieved from
http://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/apmk/Documents/Daftar-Penerbit-
Kartu-Kredit-2016.pdf. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Binalay, A. G., Mandey, S. L., & Mintardjo, C. M. (2016). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif
Dan Motivasi Terhadap Minat Beli Secara Online Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi

330
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Dan Bisnis Di Manado. Rise Ekonomi, Manajemen, Bisni Dan


Jurnal t s
Akuntansi, 4(1).
Cao, T. K., Dang, P. L., & Nguyen, H. A. (2016). Predicting consumer intention to use mobile
payment services: Empirical evidence from Vietnam. International Journal of
Marketing Studies, 8(1), 117.
CIMB Niaga. Sejarah Perusahaan. Retrieved from https://www.cimbniaga.com/in/about-
us/index.htm. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
CIMB Niaga. Visi Misi dan Nilai-nilai CIMB Niaga. Retrieved from
https://www.cimbniaga.com/in/about-us/about-cimb-niaga/filosofi-inti--visi-misi-
cimb-niaga.html. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Dwiandani, D.T. (2014). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. (J. Paul Peter & Jerry
C. Olson). Jakarta: Salemba Empat.
Fatmasari, D., & Wulandari, S. (2016). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa Dalam Penggunaan APMK. Al-Mustashfa, 4(1).
Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen:Pedoman Penelitian untuk Penulisan
Skripsi Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Fong, K. K. K., & Wong, S. K. S. (2015). Factors influencing the behavior intention of mobile
commerce service users: An exploratory study in Hong Kong. International Journal of
Business and Management, 10(7), 39.
Ghozali, I. & Latan, H. (2015). Partial Least Squares (Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hermawan, A. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Johan, Z. J., Dali, N. R. S. M., Suki, A. A., & Hafit, N. I. A. (2017). Customers’ Intention
towards Shariah Compliant Credit Cards: A Pilot Study. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, 7(4), 772-799.
Jogiyanto, H.M. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: ANDI.
Kasmir. (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 2014. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kotler, P., & Keller, K.L. (2009). Manajemen Pemasaran, Jilid 1 (Edisi 13). Jakarta:
Erlangga.
Kim, M. S., & James, J. (2016). The theory of planned behaviour and intention of purchase
sport team licensed merchandise. Sport, Business and Management: An International
Journal, 6(2), 228-243.
Lestari, B. A., Suharjo, B., & Muflikhati, I. (2017). Minat Kepemilikan Kartu Kredit (Studi
Kasus Kota Bogor). Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM), 3(1), 143.
Lupiyoadi, R. (2014). Manajemen Pemasaran Jasa: Berbasis Kompetensi. Jakarta: Salemba
Empat.
Nursaidah, I., & Leksono, A. S. (2013). Pengaruh Resiko Pembelian, Harga atas Kualitas
Produk, Kontrol Perilaku, Norma Subjektif, dan Integritas Terhadap Sikap dan Minat
Pembelian CD Musik Bajakan di Kota Jember. JEAM, 12(1), 29-63.
Oentoro, D. (2012). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Onggusti, V., Alfonso, J., & Remiasa, M. (2015). Pengaruh Harga, Produk, Lokasi, Dan
Promosi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Hotel Butik Bintang 3 Di Surabaya.
Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, 3(2), 168-183.
Pratana, J. A. J. (2014). Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store di
Tunjungan Plaza Surabaya. Jurnal Strategi Pemasaran, 2(1).

331
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017

Pratiwi, N. A., & Hartoyo, H. (2014). Analisis Niat Beli Asuransi Jiwa Pada Mahasiswa:
Aplikasi Theory Of Planned Behavior. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 7(1), 58-
66.
Ramadhan, A. H. (2016). Analisis Perilaku Nasabah Terhadap Minat Berinvestasi Deposito.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 4(7).
Saeroji, A., Maskur, A., & Tjahjaningsih, E. (2015). Pengaruh Norma Subjektif D an Kontrol
Prilaku Yang Dipersepsikan Terhadap Niat Pinjam KUR Mikro (Studi Pada Nasabah
BRI Di Pati). Proceeding SENDI_U.
Sangadji, E.M., & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis, Disertai:
Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Son, J., Jin, B., & George, B. (2013). Consumers' purchase intention toward foreign brand
goods. Management Decision, 51(2), 434-450.
doi:http://dx.doi.org/10.1108/00251741311301902
Sudijono, S. (2016, Apr 29). CIMB Niaga Laporkan Laba Bersih Rp269 Miliar di Kuartal
Pertama 2016. Press Release CIMB Niaga. Retrieved from
https://www.cimbniaga.com/in/personal/news-and-promotions/news/cimb-niaga-
laporkan-laba-bersih-rp269-miliar-di-kuartal-pertama-.html. Diakses pada tanggal 16
mei 2017.
SL Mandey (2009), Pengaruh Faktor Gaya Hidup terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen, Jurnal Lifestyle (AIO), Concumer buying decision.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2013). Dasar-Dasar Manajamen Pemasaran. Yogyakarta: CAPS.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2013). Manajemen Pemasaran (Pendekatan Konsep, Kasus, dan Psikologi
Bisnis). Yogyakarta: CAPS.
Sunyoto, D. 2013. Perilaku Konsumen (Panduan Riset Sederhana untuk Mengenali
Konsumen). Yogyakarta: CAPS.
Sunyoto, D. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta:
CAPS.
Wahyuni, D., Basri, H., & Shabri, M. (2017). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived
Behavioral Control Dan Religiusitas Terhadap Niat Memiliki Rumah Berbasis
Pembiayaan Syariah Di Kota Banda Aceh. Jurnal Administrasi Akuntansi: Program
Pascasarjana Unsyiah, 6(2).
Widianto, S. (2017,Feb 7). Pengguna Kartu Kredit di Indonesia Masih Minim. Pikiran
Rakyat. Retrieved from http://www.pikiran-
rakyat.com/ekonomi/2017/02/07/pengguna-kartu-kredit-di-indonesia-masih-minim-
392777. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Widuri, N. F. (2012). Social Psikology. (J. Mercer & D. Clayton). Jakarta: Erlangga. (Original
work published 2012)
Witnyana, I. B. G., & Sudiksa, I. B. (2014). Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadapt
Niat Nasabah Dalam Memilih Kredit Tanpa Agunan Pada Bank Permata Cabang
Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3(5).

332

View publication stats

You might also like