Professional Documents
Culture Documents
net/publication/326669370
CITATIONS READS
0 338
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Arief Bowo Prayoga Kasmo on 03 August 2018.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan persepsi
kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan kartu kredit. Objek penelitian ini adalah nasabah
Bank yang belum memiliki kartu kredit. Penelitian ini dilakukan terhadap 105 responden
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan SEM-PLS (Partial Least Square) dan data diolah dengan menggunakan tools
SmartPLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan kartu kredit dengan T – value diatas 1.96 yaitu sebesar 3.372,
norma subjektif tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit
dengan T – value dibawah 1.96 yaitu sebesar 1.537, pada persepsi kontrol perilaku didapatkan
hasil terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit karena memiliki
T – value diatas 1.96 yaitu sebesar 3.689. Hasil uji dari penelitian ini didapat bahwa sikap dan
persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit,
sedangkan norma subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu
kredit Bank.
Kata Kunci: Sikap, Norma Subjektif, Persepsi Kontrol Perilaku, minat kepemilikan,
kartu kredit
1. Pendahuluan
Bisnis perbankan pada saat ini berkembang sangat pesat ditandai dengan semakin
banyaknya jumlah bank atau lembaga keuangan lainnya yang berada di dunia, khususnya di
negara Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak (Kasmir 2015: 24).
Melihat pentingnya bank dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat maka
perkembangan pada bisnis perbankan saat ini tentunya diharapkan akan memberikan dampak
positif bagi masyarakat yang menjadi calon nasabah atau yang sudah menjadi nasabah,
dimana masyarakat mempunyai banyak pilihan jasa perbankan yang akan dipilih. Persaingan
antara bank atau lembaga keuangan yang satu dengan lainnya tentunya juga akan semakin
ketat dalam memberikan nilai lebih kepada nasabah, dari segi produk sampai dengan
pemasarannya.
306
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Salah satu bentuk fasilitas bank saat ini yang juga memiliki peran penting dalam bisnis
perbankan yaitu alat pembayaran menggunakan kartu kredit. Kartu kredit adalah suatu sistem
dimana pemegang kartu dapat melunasi penagihan yang terjadi atas dirinya sekaligus atau
secara angsuran pada saat jatuh tempo dan kartu kredit memiliki fungsi yang mampu
menggantikan uang sebagai alat pembayaran, (Kasmir 2015: 302).
Masyarakat yang tinggal pada wilayah perkotaan, khususnya masyarakat dengan
tingkat ekonomi menengah keatas tidak terlepas dari minat terhadap kepemilikan kartu kredit.
Dengan adanya kartu kredit diharapkan dapat mempermudah aktivitas masyarakat diwilayah
perkotaan yang cukup padat, dimana mereka tidak perlu lagi membawa uang tunai sebagai
alat pembayaran yang terkadang juga dapat membahayakan keselamatan. Selain itu, kartu
kredit diharapkan juga menjadi salah satu solusi keuangan bagi masyarakat karena dapat
mengatasi masalah keuangan dengan sistem kredit yang diberikan oleh perbankan.
CEO Shinhan Card, Wi Sung Ho, di Jakarta, Senin 6 Februari 2017 menjelaskan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penggunaan kartu kredit, akan
tetapi saat ini dengan jumlah penduduk 250 juta, penggunaan kartu kredit baru mencapai 17
juta atau kurang dari 10 persen penduduk. Padahal di negara yang ekonominya berkembang
dan maju, penggunaan kartu kredit sangat besar, salah satunya Korea Selatan yang mana 70
persen dari jumlah penduduknya memiliki kartu kredit yaitu sebesar 22 juta. Tingkat
penyebaran kartu kredit Indonesia juga masih paling rendah dibanding negara lain di Asia
Tenggara. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut dibawah ini:
(Sumber: databoks katadata 17 November 2016, diakses pada tanggal 19 Agustus 2017)
Pada diagram diatas dapat dilihat bahwa penyebaran kartu kredit di Indonesia masih
jauh tertinggal dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Codapay mencatat penetrasi kartu
kredit di Indonesia pada tahun 2015 hanya sebesar 1.6 persen, masih tertinggal dengan
Vietnam yang mencapai penetrasi 1,9 persen, sedangkan negara tetangga yang paling dekat
dengan Indonesia seperti Malaysia telah mencapai 20,2 persen. Penetrasi paling tinggi di Asia
Tenggara sendiri adalah Singapura, yaitu mencapai 35,4 persen. Dengan demikian,
dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia juga masih rendah dalam penetrasi
penggunaan kartu kredit.
Untuk memahami seberapa besar minat seseorang terhadap sesuatu produk barang
maupun jasa, tentu perlu dipahami sebelumnya sikap setiap konsumen tersebut. Menurut
Berkowitz (1972) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada objek tersebut (Azwar, 2012: 5). Pada penelitian Lestari et al (2017) sikap terhadap
perilaku berpengaruh terhadap minat kepemilikan kartu kredit, dimana minat kepemilikan
kartu kredit dilandasi oleh kepercayaan responden terhadap kartu kredit itu sendiri.
316
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam karya akhir ini adalah
sebagai berikut:
a. Apakah sikap berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit?
b. Apakah norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit
Bank?
c. Apakah persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan
kartu kredit?
2. Landasan Teori
2.1. Kajian Pustaka
Banyak akar pemasaran yang telah memberikan banyak definisi dari jasa, salah satunya
menurut Kotler (2005) yang mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau kinerja yang
dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan sesuatu (Sangadji & Sopiah, 2013: 93). Sedangkan menurut
William J. Stanton, jasa adalah kegiatan yang mengidentifikasikan, yang bersifat tak teraba,
yang direncanakan untuk pemenuhan kepuasan pada konsumen (Sunyoto, 2013: 111).
Perilaku konsumen sendiri juga memiliki definisi yang beragam dari banyak pakar
pemasaran. Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
“Perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka” Sangadji & Sopiah (2013: 7). Disamping itu pihak Engel, Blackwell, dan
Miniard (1995) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini Sunyoto (2013: 3). American
317
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Marketing Association atau disingkat (AMA) juga mendefinisikan bahwa perilaku konsumen
(consumer behaviour) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan
kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka (Sunyoto
2013: 2).
Menurut Mowen dan Minor (2002) penerapan atau aplikasi perilaku konsumen
berdampak pada, strategi pemasaran, kebijakan atau peraturan-peraturan publik, pemasaran
sosial (social marketing), dan perilaku Individu. Dengan demikian dapat disimpulkan manfaat
mempelajari perilaku konsumen, yaitu sebagai berikut (Sangadji & Sopiah, 2013: 12):
Dari gambar diatas, teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior) dapat mempunyai
dua fitur sebagai berikut:
Berikut beberapa definisi sikap dari para ahli (Sangadji & Sopiah, 2013: 194):
a. Definisi sikap menurut Engel (2006) adalah suatu mental dan saraf yang berkaitan dengan
kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman, dan memiliki pengaruh
yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
b. Sementara menurut Kotler (2005), sikap adalah perilaku yang menunjukkan apa yang
disukai dan tidak disukai konsumen.
318
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
c. Selain itu Mowen dan Minor (2002) menjelaskan sikap (attitude) sebagai “afeksi atau
perasaan untuk atau terhadap sebuah rangsangan.”
Dalam teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) sikap terhadap suatu
perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil
yang diinginkan atau tidak diinginkan (Azwar 2012: 12). Fishben dan Ajzen (1975) dalam
Jogiyanto (2008: 36) mendefinisikan sikap (attitude) adalah sebagai jumlah dari afeksi
(perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku
dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua
kutub, misalnya baik atau jelek; setuju atau menolak, dan lainnya.
Pada penelitian ini rerangka konseptual digunakan sebagai pedoman peneliti mencakup
uraian langkah yang ditempuh dalam proses penelitian. Berikut adalah gambar rerangka
konseptual dari penelitian ini:
319
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
SIKAP
(X1)
H1
NORMA SUBJEKTIF H2 MINAT KEPEMILIKAN
KARTU KREDIT
(X2) (Y)
H3
PERSEPSI KONTROL
PERILAKU
(X3)
Kerangka Konseptual
3. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kausal.
Peneliti menggunakan metode analisis kausal dengan tujuan untuk menguji hipotesis tentang
pengaruh satu atau beberapa variabel terhadap variabel lainnya yaitu variabel sikap, norma
subjektif, persepsi kontrol perilaku sebagai variabel independennya dan minat kepemilikan
kartu kredit sebagai variabel dependennya, serta berpengaruh tidaknya variabel sikap, norma
subjektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
Populasi Penelitian
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu seluruh nasabah yang belum
memiliki kartu kredit dengan minimum umur 17 tahun. Dipilihnya seluruh nasabah Bank
dengan minimum umur 17 tahun sebagai populasi penelitian ini didasarkan pada alasan untuk
dapat memiliki kartu kredit atau yang masuk kriteria sebagai pengguna kartu kredit salah satu
persyaratannya yaitu minimum memiliki umur 17 tahun sebagai pengguna kartu tambahan
dan minimum umur 21 tahun sebagai pemilik kartu utama.Selain itu kenapa nasabah bank
karena asumsinya mereka telah familiar dengan produk perbankan.
Sampel Penelitian
Jumlah sampel adalah jumlah elemen yang akan dimasukkan dalam sampel (Ferdinand,
2014: 173). Dari berbagai sumber seperti Roscoe 1975 (dalam Sekaran, 2003, Hair dkk,
320
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Tabachic & Fidell) diperoleh beberapa pedoman umum yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk menentukan besarnya sampel penelitiannya sebagai berikut (Ferdinand, 2014: 173):
a. Ukuran Sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah memadai bagi
kebanyakan penelitian.
b. Bila sampel dibagi-bagi dalam beberapa sub sampel, maka minimum 30 untuk setiap
kategori sub sampel yang sudah memadai.
c. Dalam penelitian multivariate (termasuk yang menggunakan analisis regresi multivariate)
besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel independen. Analisis regresi dengan 4
variabel independen membutuhkan kecukupan sampel sebanyak 100 sampel responden.
d. Analisis SEM membutuhkan sampel sebanyak paling sedikit 5 kali jumlah variabel
parameter yang akan dianalisis. Penelitian dengan 20 parameter membutuhkan sampel
sebanyak 20 x 5 atau 100 sampel, apalagi dalam pengujian Chi-Square model SEM yang
sensitif terhadap jumlah sampel, dibutuhkan sampel yang baik berkisar antara 100-200
sampel untuk teknik maksimum likelihood estimation.
e. Sampel minimum 30 tidak dapat diterima untuk analisis yang menggunakan statistik
parametrik.
f. Penelitian eksperimental dengan perlakukan kontrol eksperimen yang ketat dapat
dilakukan dengan sampel yang kecil antara 10-20 sampel.
Oleh karena jumlah populasi yang masuk kriteria sebagai sampel yang mewakili
populasi tidak diketahui secara pasti yaitu nasabah bank yang belum memiliki kartu kredit
dengan kriteria umur minimum 17 tahun tidak diketahui jumlahnya, serta metode analisis
pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode SEM (Structural
Equation Modelling), maka ukuran sampel yang digunakan dengan 5 kali jumlah variabel
parameter yang dianalisis (21 indikator), maka jumlah sampel sebanyak 105 reponden sudah
memenuhi atau sudah mewakili dari populasi yang ada.
Pada penelitian ini model yang digunakan yaitu dengan menggunakan PLS Algorithm
dan Bootstrapping (model structural). Tools yang digunakan untuk menganalisis
menggunakan SmartPLS 3.0.
321
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Perancangan outer model penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1
Perancangan outer model
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)
Pada pengujian convergent validity ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0.70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk
penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.60
dianggap cukup (Chin,1998 dalam Ghozali, 2014: 39). Berikut dibawah ini dijabarkan
diagram jalur guna memudahkan dalam melihat outer loading dari tiap – tiap blok indikator
yang mengukur konstruk pada gambar 4.2 berikut:
Pada hasil analisis PLS Algorithm diatas didapatkan diagram jalur sehingga dapat dilihat
nilai loading factor dari setiap indikator variabel. Pada gambar 4.2 diatas nilai loading factor
seluruhnya mencapai diatas 0.5 (>0.5) dan mencapai ukuran refleksif individual yang tinggi
dikarenakan setiap indikator memiliki nilai loading factor lebih dari 0.7. Pada tabel 4.12
dibawah ini dapat dilihat lebih detail nilai loading factor tiap indikator:
322
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Hasil Outer Loading Indikator
Pada tabel 4.12 diatas dengan jelas dapat dilihat nilai loading factor telah terpenuhi
karena memiliki validitas yang baik, yaitu memiliki nilai loading factor >0.7, dengan
demikian dapat diartikan bahwa model pengukuran mempunyai potensi untuk diuji lebih
lanjut.
1. Discriminant Validity
Pada pengujian selanjutnya yaitu dengan uji discriminant validity, dimana indikator
refleksif dilihat dengan pemeriksaan cross loading yakni jika korelasi konstruk dengan item
pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada
blok lainnya. Berikut dibawah ini dapat dilihat tabel 4.13 hasil pengujian nilai cross loading
dari setiap konstruk indikator:
323
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
SKP2 0.921 0.546 0.669
0.690
SKP3 0.879 0.633 0.735 0.672
SKP4 0.873 0.737 0.789 0.728
SKP5 0.868 0.622 0.735 0.646
NS1 0.596 0.848 0.667 0.595
NS2 0.600 0.866 0.654 0.581
NS3 0.522 0.859 0.622 0.529
NS4 0.632 0.886 0.665 0.625
NS5 0.610 0.811 0.670 0.564
PKP1 0.675 0.607 0.831 0.665
PKP2 0.697 0.624 0.852 0.678
PKP3 0.656 0.613 0.853 0.558
PKP4 0.718 0.670 0.861 0.663
PKP5 0.716 0.712 0.889 0.724
PKP6 0.694 0.691 0.831 0.709
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)
Hasil Uji Cross Loading (Lanjutan)
Pada tabel 4.13 diatas dapat dilihat berdasarkan kolom, bahwa korelasi konstruk Sikap
dengan indikatornya (SKP1 sebesar 0.915, SKP2 sebesar 0.921, SKP3 sebesar 0.879, SKP4
sebesar 0.873, dan SKP5 sebesar 0.868) lebih tinggi korelasinya dibandingkan dengan
konstruk lainnya. Pada korelasi Norma Subjektif dengan indikatornya (NS1 sebesar 0.848,
NS2 sebesar 0.866, NS3 sebesar 0.859, NS4 sebesar 0.886, dan NS5 sebesar 0.811) lebih
tinggi korelasinya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Pada korelasi konstruk Persepsi
Kontrol Perilaku dengan indikatornya (PKP1 sebesar 0.831, PKP2 sebesar 0.852, PKP3
sebesar 0.853, PKP4 sebesar 0.861, PKP5 sebesar 0.889 dan PKP6 sebesar 0.831) juga lebih
tinggi korelasinya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Minat Kepemilikan dengan
indikatornya (MK1 sebesar 0.840, MK2 sebesar 0.943, MK3 sebesar 0.910, MK4 sebesar
0.931, dan MK5 sebesar 0.846) juga lebih tinggi korelasinya dibandingkan dengan konstruk
lainnya.
Setelah melakukan pengujian pada nilai cross loading, pemeriksaan selanjutnya yaitu
dengan membandingkan korelasi antar variabel dengan akar AVE (√AVE). Pada bab
sebelumnya dijelaskan bahwa model pengukuran mempunyai discriminant validity yang baik
jika √AVE setiap variabel lebih besar daripada korelasi antar variabel. Nilai √AVE dapat
dilihat dari output Fornell-Larcker Criterion SmartPLS tabel 4.14 dibawah ini:
Pada tabel 4.14 hasil uji Fornell Larcker Criterion diatas dapat dilihat bahwa nilai √AVE
variabel Norma Subjektif sebesar 0.854, sedangkan nilai korelasi tertinggi variabel Norma
324
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Subjektif dengan variabel lain hanya 0.679. Dengan demikian √AVE menunjukkan bahwa
variabel Norma Subjektif lebih besar dibandingkan korelasi Norma Subjektif dengan variabel
lainnya. Demikian pula pada variabel lainnya yang menunjukkan √AVE lebih besar
dibandingkan korelasi antar variabel, sehingga syarat discriminant validity dengan √AVE
pada penelitian ini telah terpenuhi.
Metode lain untuk melihat discriminant validity adalah dengan melihat nilai AVE.
Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.50 (Ghozali, 2014: 40). Berikut dibawah ini
tabel output hasil uji AVE yang diperoleh dari PLS Algorithm report:
Pada tabel 4.15 diatas dapat dilihat nilai AVE dalam penelitian ini sudah menunjukkan
bahwa seluruh konstruk memiliki reliabilitas yang potensial untuk diuji lebih lanjut. Hal ini
dikarenakan nilai AVE pada seluruh konstruk telah lebih besar dari 0.5.
Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa hasil pengujian pada composite
reliability menunjukkan nilai yang memuaskan karena seluruh nilai variabel laten memiliki
nilai composite reliability >0.7. Hasil uji cronbachs alpha dapat dilihat pada tabel 4.17
dibawah ini:
Hasil Uji Cronbachs Alpha
Variabel Cronbachs Alpha Keterangan
Sikap 0.935 Reliabel Tinggi
Norma Subjektif 0.907 Reliabel Tinggi
Persepsi Kontrol Perilaku 0.925 Reliabel Tinggi
Minat Kepemilikan 0.937 Reliabel Tinggi
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)
325
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat juga bahwa hasil pengujian cronbachs alpha
juga menunjukkan nilai yang sangat memuaskan, dimana seluruh variabel memiliki nilai
cronbachs alpha lebih dari 0.7 (> 0.7), sehingga dapat dikatakan bahwa nilai cronbachs alpha
memenuhi kriteria.
Pengujian Model Struktural / Uji Hipotesis (Inner Model)
Tahapan pengujian selanjutnya yaitu pengujian terhadap model struktural (inner model).
Berikut dibawah ini langkah – langkah pengujian inner model:
1. Nilai R – Square
Pada hasil uji R – Square dengan nilai sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 dalam model
struktural mengindikasikan bahwa model tersebut “baik”, “moderat”, dan “lemah”. Hasil nilai
R – square dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol
perilaku terhadap minat kepemilikan dalam penelitian ini memberikan nilai R – Square
sebesar 0.664 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabel konstruk minat kepemilikan
dijelaskan oleh variabel konstruk sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku sebesar
66.4% sedangkan 33.6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi yang diperoleh dengan
melihat nilai koefisien parameter pada prosedur bootstrapping, dimana nilai signifikansi T-
statistic pada algorithm bootstrapping report harus lebih dari 1,96. Untuk melihat signifikan
atau tidak signifikan dilihat dari T – table pada alpha 0.05 (5%) = 1.96, kemudian T – table
dibandingkan oleh T – hitung (T – Statistic). Hasil uji hipotesis dengan bootstrapping dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini:
326
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Hasil uji hipotesis dengan path coefficients dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.19
dibawah ini
Pada gambar 4.3 dan tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa sikap berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai T – hitung sebesar 3.372 lebih
besar dari T – tabel 1.96 dengan tingkat kesalahan 0.05 (5%). Nilai original sample estimate
pada sikap terhadap minat kepemilikan adalah positif yaitu sebesar 0.313 yang menunjukkan
bahwa arah hubungan antara sikap terhadap minat kepemilikan adalah positif.
Berbeda hal dengan norma subjektif yang mendapatkan hasil tidak berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan, hal ini terbukti dari hasil T – hitung sebesar 1.537 lebih kecil dari
T – tabel sebesar 1.96 dengan tinggkat kesalahan 0.05 (5%). Nilai original sample estimate
norma subjektif terhadap minat kepemilikan adalah positif yaitu sebesar 0.132 yang
menunjukkan bahwa arah hubungan antara norma subjektif terhadap minat minat
kepemilikan.
Pada persepsi kontrol perilaku dalam penelitian ini juga berpengaruh signifikan
terhadap minat kepemilikan, hal ini ditunjukkan dengan melihat nilai T – hitung sebesar 3.689
lebih besar dari T – tabel 1.96 dengan tingkat kesalahan 0.05 (5%). Nilai original sample
estimate pada persepsi kontrol perilaku adalah positif yaitu sebesar 0.430 yang menunjukkan
bahwa arah hubungan antara persepsi kontrol perilaku terhadap minat kepemilikan adalah
positif.
Pengujian hipotesis antar variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat output
path coefficient dari hasil bootstrapping yang dapat dilihat pada tabel 4.20 dibawah ini:
diterim
a
Norma Hipotes
Subjektif ->
0.132 1.537 is
Minat
ditolak
Kepemilikan
Persepsi Hipotes
Kontrol
is
Perilaku -> 0.430 3.689
diterim
Minat
a
Kepemilikan
(Sumber: Hasil olah data kuesioner)
Berdasarkan tabel 4.20 diatas, dapat dilihat hasil uji hipotesis terhadap model dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Sikap terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit karena
memiliki T – Statistic diatas 1.96 yaitu sebesar 3.372 dengan nilai original sample
estimate positif sebesar 0.313. Hipotesis 1 dalam hal ini diterima dimana pengaruh Sikap
berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
2. Norma subjektif tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu
kredit karena memiliki T – Statisic dibawah 1.96 yaitu sebesar 1.537 dengan nilai original
sample estimate positif sebesar 0.132. Hipotesis 2 dalam hal ini ditolak dimana norma
subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
3. Persepsi kontrol perilaku terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan
kartu kredit karena memiliki T – Statistic diatas 1.96 yaitu sebesar 3.689 dengan nilai
original sample estimate positif sebesar 0.430. Hipotesis 3 dalam hal ini diterima dimana
persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
5. Pembahasan
Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi minat
nasabah untuk memiliki karu kredit, dimana sikap positif nasabah terhadap kartu kredit dapat
meningkatkan ketertarikan untuk memiliki kartu kredit. Mengacu pada analisis statistik
deskriptif dari item pernyataan sikap dimana paling besar pernyataan dijawab dengan skala 4
(Setuju) pada item SKP3, maka dapat diartikan bahwa sikap positif yang saat ini paling
dirasakan dominan oleh sebagian besar nasabah bank yang belum memiliki kartu kredit
adalah keyakinan bahwa adanya perasaan nyaman dalam bertransaksi jika nasabah memiliki
kartu kredit.
Hasil hipotesis ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnnya yang dilakukan oleh
Lestari et al (2017) yang menunjukkan bahwa norma subjektif (SN) berpengaruh terhadap
minat kepemilikan kartu kredit, dimana hasil nilai t-hitung nya adalah sebesar 4,93 atau >
1,96. Demikian pula dengan penelitian Witnyana & Sudiksa (2014) yang juga menunjukkan
328
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat nasabah dalam memilih
kredit tanpa agunan pada Bank Permata vabang Denpasar. Demikian hal nya pada ada
penelitian yang dilakukan Wahyuni et al (2017) juga menunjukkan hasil bahwa norma
subjektif juga secara parsial dan simultan berpengaruh positif terhadap niat memiliki rumah
berbasis pembiayaan syariah, diikuti juga beberapa penelitian lainnya seperti Cao et al (2016),
Binalay et al (2016), Pratana (2014), Kim M.S & James J (2016), dan Son J et al (2013) yang
juga mendapatkan hasil bahwa norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap minat (Lihat
tabel 2.1).
Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu bisa dikarenakan
adanya perbedaan demografis penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al
(2017) yang melakukan studi kasus penelitian pada wilayah kota Bogor dan pada penelitian
yang dilakukan oleh Witnyana & Sudiksa (2014) juga memfokuskan penelitian pada wilayah
kota Denpasar, sedangkan pada penelitian ini memfokuskan penelitian pada wilayah Bintaro,
sehingga perbedaan tersebut dapat memungkinkan adanya juga perbedaan hasil dalam
penelitian karena perbedaan gaya hidup berpengaruh pada keputusan pembelian (Mandey,
2009). Selain itu adanya perbedaan jenis kartu kredit pada Bank berbeda serta obyek
penelitian yang berbeda, seperti Wahyuni et al (2017) yang melakukan penelitian niat
memiliki rumah berbasis syariah memiliki fokus objek penelitian yang berbeda dengan
penelitian ini sehingga dapat memungkinkan juga menjadi sebab perbedaan hasil dalam
penelitian.
Dengan melihat hasil hipotesis dalam penelitian ini serta analisis deskriptif jawaban
responden yang sebagian besar menjawab item pernyataan dengan skala 4 (Setuju) pada item
pernyataan PKP5, maka dapat diartikan bahwa sebagian besar nasabah yang belum memiliki
kartu kredit percaya bahwa tidak ada kesulitan untuk memiliki kartu kredit. Kontrol terhadap
perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa
sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan (Azwar 2012: 13), maka
dapat dikatakan dalam hasil penelitian ini bahwa persepsi kontrol perilaku yang dirasakan
sebagian besar nasabah bank adalah positif terhadap kartu kredit, sehingga hal ini dapat
mempengaruhi ketertarikan nasabah terhadap minat ingin memiliki kartu kredit.
6.1. Simpulan
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui berpengaruh signifikan atau
tidaknya Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Minat Kepemilikan
kartu kredit. Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Sikap berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit. Hasil ini
menunjukkan bahwa sikap yang positif dapat meningkatkan ketertarikan nasabah untuk
memiliki kartu kredit.
2. Norma subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan sosial tidak mempengaruhi nasabah untuk berminat
memiliki kartu kredit.
329
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
3. Persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa persepsi kontrol perilaku paling dominan
mempengaruhi nasabah bank untuk memiliki kartu kredit.
6.2. Saran
Saran Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin
melanjutkan penelitian ini, disarankan untuk memperluas model dan menambah variabel-
variabel lain yang berkaitan guna menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor yang
mempengaruhi minat kepemilikan kartu kredit, sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dan
maksimal.
Saran Praktis
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dimana sikap dan persepsi kontrol perilaku
berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit, maka hendaknya bagi pihak
Bank dalam hal ini dapat memberikan edukasi seperti meningkatkan intensitas event CSR
(Corporate Social Responsibility) guna memberikan pengetahuan kepada nasabah mengenai
hal – hal yang baik dan positif dari kartu kredit, serta meningkatkan jaminan keamanan dalam
bertransaksi dengan kartu kredit, seperti dalam realisasi penggunaan PIN (Personal
Identification Number) kartu kredit sehingga nasabah merasa lebih aman dalam bertransaksi.
Daftar Pustaka
330
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
331
Idris Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Arief Bowo Prayoga Kasmo Vol. 4, Nomor 3, Juni 2017
Pratiwi, N. A., & Hartoyo, H. (2014). Analisis Niat Beli Asuransi Jiwa Pada Mahasiswa:
Aplikasi Theory Of Planned Behavior. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 7(1), 58-
66.
Ramadhan, A. H. (2016). Analisis Perilaku Nasabah Terhadap Minat Berinvestasi Deposito.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 4(7).
Saeroji, A., Maskur, A., & Tjahjaningsih, E. (2015). Pengaruh Norma Subjektif D an Kontrol
Prilaku Yang Dipersepsikan Terhadap Niat Pinjam KUR Mikro (Studi Pada Nasabah
BRI Di Pati). Proceeding SENDI_U.
Sangadji, E.M., & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis, Disertai:
Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Son, J., Jin, B., & George, B. (2013). Consumers' purchase intention toward foreign brand
goods. Management Decision, 51(2), 434-450.
doi:http://dx.doi.org/10.1108/00251741311301902
Sudijono, S. (2016, Apr 29). CIMB Niaga Laporkan Laba Bersih Rp269 Miliar di Kuartal
Pertama 2016. Press Release CIMB Niaga. Retrieved from
https://www.cimbniaga.com/in/personal/news-and-promotions/news/cimb-niaga-
laporkan-laba-bersih-rp269-miliar-di-kuartal-pertama-.html. Diakses pada tanggal 16
mei 2017.
SL Mandey (2009), Pengaruh Faktor Gaya Hidup terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen, Jurnal Lifestyle (AIO), Concumer buying decision.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2013). Dasar-Dasar Manajamen Pemasaran. Yogyakarta: CAPS.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2013). Manajemen Pemasaran (Pendekatan Konsep, Kasus, dan Psikologi
Bisnis). Yogyakarta: CAPS.
Sunyoto, D. 2013. Perilaku Konsumen (Panduan Riset Sederhana untuk Mengenali
Konsumen). Yogyakarta: CAPS.
Sunyoto, D. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta:
CAPS.
Wahyuni, D., Basri, H., & Shabri, M. (2017). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived
Behavioral Control Dan Religiusitas Terhadap Niat Memiliki Rumah Berbasis
Pembiayaan Syariah Di Kota Banda Aceh. Jurnal Administrasi Akuntansi: Program
Pascasarjana Unsyiah, 6(2).
Widianto, S. (2017,Feb 7). Pengguna Kartu Kredit di Indonesia Masih Minim. Pikiran
Rakyat. Retrieved from http://www.pikiran-
rakyat.com/ekonomi/2017/02/07/pengguna-kartu-kredit-di-indonesia-masih-minim-
392777. Diakses pada tanggal 16 mei 2017.
Widuri, N. F. (2012). Social Psikology. (J. Mercer & D. Clayton). Jakarta: Erlangga. (Original
work published 2012)
Witnyana, I. B. G., & Sudiksa, I. B. (2014). Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadapt
Niat Nasabah Dalam Memilih Kredit Tanpa Agunan Pada Bank Permata Cabang
Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3(5).
332