You are on page 1of 6

AIR SUSU IBU DAN HAK BAYI

23.08.2013
Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak
tersebut mencakup (1) non diskriminasi, (2) kepentingan terbaik bagi anak, (3) hak
kelangsungan hidup, dan (4) perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak
(Undang Undang Perlindungan Anak Bab I pasal 1 No. 12 dan Bab II pasal 2).

Mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus
dipenuhi. Beberapa alasan yang menerangkan pernyataan tersebut, yaitu :

Setiap bayi mempunyai hak dasar atas makanan dan kesehatan terbaik untuk memenuhi
tumbuh kembang optimal
Setiap bayi mempunyai hak dasar atas perawatan atau interaksi psikologis terbaik
untuk kebutuhan tumbuh kembang optimal
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling
sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang,
terutama pada 2 tahun pertama.
ASI memberikan seperangkat zat perlindungan terhadap berbagai penyakit akut dan
kronis
Memberikan interaksi psikologis yang kuat dan adekuat antara bayi dan ibu yang
merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang bayi
Ibu yang menyusui juga memperoleh manfaat menjadi lebih sehat, antara lain
menjarangkan kehamilan, menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan, anemi,
kanker payudara dan indung telur.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ada beberapa hal perlu diperhatikan,
yaitu :

Hak azasi bayi terhadap makanan, kesehatan dan interaksi psikologis terbaik dapat
diperoleh dengan memberikan ASI atau dengan lain kata Hak setiap bayi untuk
mendapat ASI sekaligus hak setiap ibu untuk menyusui bayinya
Bayi harus memperoleh nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal sejak lahir. Oleh karena itu, setiap bayi mempunyai hak mendapat ASI secara
eksklusif selama 6 (enam) bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan bersamaan dengan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai usia dua tahun atau lebih
Ibu tidak boleh dilarang bila ingin menyusui bayinya.
Pemerintah dan semua lapisan masyarakat mempunyai tugas untuk memastikan bahwa
tidak ada hambatan bagi ibu untuk menyusui bayinya.
Ibu tidak boleh didiskriminasi karena menyusui.
Ibu harus mendapat informasi yang cukup dan dukungan agar mampu menyusui
Ibu berhak untuk mendapat pelayanan antenatal (pra persalinan) yang baik dan
pelayanan kesehatan sayang ibu / bayi.
Ibu seharusnya tidak terpapar oleh pemasaran susu formula baik melalui iklan maupun
bentuk promosi lainnya.
Untuk mendukung hal tersebut telah dikeluarkan berbagai pengakuan atau kesepakatan
baik yang bersifat global maupun nasional yang bertujuan melindungi, mempromosi,
dan mendukung pemberian ASI. Dengan demikian, diharapkan setiap ibu di seluruh
dunia dapat melaksanakan pemberian ASI dan setiap bayi diseluruh dunia memperoleh
haknya mendapat ASI.

Legislasi atau kesepakatan dunia tersebut diwujudkan dalam bentuk konvensi, kode
(code), resolusi WHA (World Health Assembly) dan lainnya agar setiap negara
mempunyai komitmen untuk melaksanakannya. Sedangkan, pada tingkat nasional,
kesepakatan ini sebaiknya diimplementasikan dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah. atau Peraturan Menteri /Keputusan Menteri yang
disertai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Hal ini sangat penting terutama
dalam era desentralisasi.

Legislasi perlindungan
Beberapa Legislasi Perlindungan yang bertujuan mewujudkan agar setiap bayi mendapat
hak azasinya (ASI) dan setiap ibu mampu melaksanakan haknya untuk memenuhi hak
azasi bayinya mendapat ASI, yaitu :

1) Convention on the Rights of the child (CRC)

Convention on the Rights of the child atau Konvensi Hak Anak yang melibatkan 19
negara menyatakan bahwa hak anak untuk mendapat standar kesehatan tertinggi dapat
terpenuhi bila pemerintah memastikan penyediaan makanan bergizi dan orang tua serta
anak memperoleh informasi yang cukup tentang nutrisi dan manfaat pemberian ASI.
Konvensi ini diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1990 dan menjadi
Undang Undang RI No 23 tahun 2002 tentang Perlindugan Anak

2) International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESR)

Perjanjian Internasional untuk Hak Azasi di bidang Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan
(1966) yang melibatkan 142 negara mengesahkan Hak untuk Pangan dan Kesehatan.
Langkah yang diambil untuk memenuhi kecukupan pangan adalah memelihara, menerima
atau memperkuat penganekaragaman diet serta memperhatikan konsumsi dan pola
pemberian makanan yang tepat termasuk ASI.

3) Convention on the elimination of all forms of discrimination against women


(CEDAW)

Konvensi eliminasi segala bentuk diskriminasi terhadap wanita (1979) yang


melibatkan 165 negara, menyatakan bahwa ibu seharusnya mendapat pelayanan yang
sesuai berkaitan dengan kehamilan dan menyusui.

4) Innocenti Declaration

Deklarasi Innocenti (1990) dilaksanakan sebagai upaya untuk pencapaian ASI


eksklusif pada 80% bayi usia 4 bulan. Target operasional yang harus dilakukan,
mencakup (1) program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi berkelanjutan, (2) semua
sarana pelayanan kesehatan menjadi Sayang Bayi, (3) Penerapan International Code
yang efektif, (4) mendukung ibu bekerja yang menyusui, dan (5) fokus koordinasi
yang efektif

5) Covention on Matermity Protection,International Labour Organization

Konvensi Perlindungan Maternal ILO menyatakan bahwa ibu bekerja seharusnya


memperoleh cuti hamil minimal 12 minggu sebelum kembali bekerja. Sedangkan, pada
konvensi tahun 2000, lama cuti hamil ditingkatkan menjadi 14 minggu.

6) Deklarasi lain :

Konferensi Gizi Internasional (1992), Konferensi Kependudukan dan Pembangunan


(1994), Konferensi Dunia tentang Wanita, Pertemuan Pangan Dunia ke 4 (1996)

Perlindungan ibu

Perlindungan ibu merupakan kondisi awal dari kesetaraan jender atau kesetaraan pria
dan wanita. Ibu bekerja perlu upah selama cuti agar dapat menyusui secara eksklusif
(ILO,1997). WHA dan UNICEF (2001) menganjurkan menyusui eksklusif selama 6 bulan,
selanjutnya setelah kembali bekerja, ibu mendapat kesempatan menyusui dengan
fasilitas untuk menyusui atau memeras ASI di tempat kerjanya.

Pada kenyataannya, para ibu masih menemui kendala di lingkungan pekerjaannya,


antara lain cuti bersalin hanya dimungkinkan bagi pekerja formal atau tenaga
kontrak, sedangkan petani, pekerja rumah tangga, dan pekerja di sektor informal
masih belum terlindungi oleh peraturan tersebut. Di lain pihak, sebagian ibu tidak
mengambil cuti bersalinnya karena khawatir upah yang diterima akan dikurangi atau
kehilangan pekerjaannya selama menjalankan cuti. Tempat penitipan anak di
lingkungan tempat bekerja tidak dimanfaatkan oleh ibu, karena ketidaktersediaan
alat transportasi yang aman dan nyaman.

Tempat kerja sayang bayi

Tempat kerja/perusahaan yang mendukung tenaga kerjanya untuk menyusui bayinya


disebut sebagai Tempat Kerja Sayang Bayi (Mother Friendly Work Place). Hal ini
dapat terwujud bila memenuhi beberapa ketentuan seperti yang tercantum pada Undang
Undang Ketenaga-kerjaan tahun 2003 dan peraturan-peraturan lain, antara lain :

Pemimpin peduli dan mendukung tenaga kerja wanita dalam pemberian ASI
Perusahaan mempunyai. kebijakan tentang ijin menyusui dalam waktu kerja,
penyesuaian jenis dan waktu kerja, cuti cukup, jaminan tetap kerja, upah sama.
Menyediakan ruang dan sarana menyusui (termasuk lemari es)
Menyediakan tempat penitipan bayi
Mempunyai petugas penanggung jawab peningkatan pemberian ASI
Menyelenggarakan penyuluhan dengan menggunakan paket media informasi
Bantuan lain: lingkungan kerja, perlindungan kerja, pelayanan kesehatan, pengawasan
kebersihan makanan, dsb

International Code tentang pemasaran Pengganti ASI

International code (1981) membatasi cara pemasaran pengganti ASI (PASI), botol
susu, dan kempeng serta menegaskan tanggung jawab petugas pelayanan kesehatan dalam
promosi pemberian ASI. Selanjutnya, International Code disempurnakan dengan
dikeluarkannya Resolusi World Health Assembly (WHA, Majelis Kesehatan Dunia).
International code dan resolusi WHA bertujuan untuk melindungi pemberian ASI.
Beberapa larangan yang tercantum pada International code , yaitu :

sampel gratis untuk ibu menyusui


iklan kepada masyarakat
promosi di fasilitas pelayanan kesehatan
pasokan gratis/harga diskon dan sampel di fasilitas kesehatan
hadiah atau sampel untuk petugas kesehatan
kata-kata atau gambar yang mengunggulkan susu formula
nasihat kepada ibu melalui staf penjualan perusahaan
melarang sponsor atau hadiah bagi petugas atau sarana pelayanan kesesahatn yang
akan menimbulkan konflik kepentingan

Resolusi WHA (1986 - 2006)

Resolusi WHA 39.28 (1986), makanan dan minuman tidak boleh dipromosikan/ dianjurkan
kepada bayi berusia kurang dari 6 bulan karena dapat mempengaruhi produksi ASI.
Susu lanjutan tidak diperlukan
Resolusi WHA 45.34 (1992), semua sarana pelayanan kesehatan menerapkan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui.
Resolusi WHA.47.5 (1994), penerapan code dan Resolusi WHA harus secara keseluruhan
dan efektif. Tak ada sumbangan PASI gratis/diskon disetiap sistem pelayanan
kesehatan. Menerapkan Sarana Pelayanan Kesehatan Sayang Bayi dan memperbaiki
kurikulum pendidikan. Dalam situasi darurat pengadaan PASI jangan digunakan untuk
peningkatan penjualan.
Resolusi WHA 49.15 (1996), pemantauan penerapan Code dan Resolusi WHA dilaksanakan
secara transparan, bebas dan tanpa pengaruh komersial perusahaan produsen PASI
* Resolusi WHA 54 (2001), untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi harus
diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, kemudian diberi makanan pendamping ASI
(MP-ASI) dan ASI diteruskan sampai usia 2 tahun.
* Resolusi WHA 58.32 (2005), melarang klaim nutrisi dan kesehatan, kecuali
diijinkan peraturan nasional, peduli tentang kontaminasi susu bubuk yang tercantum
pada label, dan sponsor program kesehatan agar tidak berakibat konflik kepentingan.
Resolusi WHA tentang Rumah Sakit Sayang Bayi

Implementasi Rumah Sakit Sayang Bayi yang diamanahkan oleh Resolusi WHA 45.34
(1992) adalah mendorong agar semua sarana pelayanan kesehatan menerapkan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui. Hentikan sumbangan PASI gratis/harga diskon pada
sarana pelayanan kesehatan. Kriteria tersebut telah direvisi pada Multi Country
Workshop on BFHI and IYCF di Kathmandu pada 2006 (Baby Friendly Hospital
Initiatives and Infant and Young Child Feeding).

Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui

Sarana pelayana kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju


keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI
Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya
Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan
menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif
Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 - 1 jam setelah lahir)
Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan
pelekatan mulut bayi pada payudara)
Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir
Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
Tidak memberikan dot/ kempeng
Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan
Strategi nasional pemberian makanan bayi dan anak

Indonesia telah mengadopsi Global strategy for infant and young child feeding 2003
dengan menyanangkan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA). PMBA
juga direkomendasikan pada beberapa keadaan khusus seperti HIV, situasi sulit, dan
darurat.

Bayi dari ibu penderita HIV positif

WHO mengajukan kriteria AFASS untuk pemberian PASI pada bayi yang lahir dari ibu
penderita HIV positif, yaitu :

Acceptable (diterima)

Ibu tidak mempunyai hambatan sosial budaya untuk memilih makanan alternatif atau
tidak ada rasa takut akan stigma dan diskriminasi

Feasible (terlaksanakan)

Ibu atau keluarga punya cukup waktu, pengetahuan, ketrampilan dan lainnya untuk
menyiapkan dan memberikan makan pada bayinya. Ibu mendapat dukungan bila ada
tekanan keluarga, masyarakat dan sosial.

Affordable (terjangkau)

Ibu dan keluarga mampu melakukan pembelian, pembuatan, dan penyiapan makanan
pilihan, termasuk bahan makanan, bahan bakar dan air bersih. Tidak menggunakan dana
untuk kesehatan dan gizi keluarga.

Sustainable (bersinambungan)
Makanan pengganti yang diberikan kepada bayi harus setiap hari dan atau malam (tiap
3 jam) dan dalam bentuk segar. Distribusi makanan tersebut harus berkelanjutan
sepanjang bayi membutuhkan.

Safe (aman, bersih berkualitas)


Makanan pengganti harus disimpan secara benar, hygienis dengan kuantitas nutrisi
yang adekuat.

Secara umum, pemberian makanan pada bayi yang berasal dari ibu penderita HIV
positif dapat diuraikan sebagai berikut:

Bila ibu memilih tetap memberikan ASI, maka ASI diberikan hanya selama 6 bulan dan
kemudian dihentikan. ASI diperah dan dihangatkan 56C selama 30 menit.
Bila ibu memilih untuk memberikan susu formula, maka susu formula harus diberikan
dengan memenuhi 5 kriteria AFASS
Tidak boleh memberikan ASI secara bersamaan dengan susu formula
Bayi dan ibu berada dalam situasi darurat (bencana alam, perang)

Dalam situasi darurat, bayi tetap diusahakan mendapat ASI dengan beberapa
pengendalian, yaitu :

Pengawasan dan pengendalian pemberian makanan bayi oleh Koordinator Nasional


Bencana.
ASI tetap merupakan pilihan pertama dan terbaik pada situasi darurat. Kondisi
higiene yang buruk, kurangnya air bersih dan bahan bakar merupakan faktor risiko
terjadinya infeksi pada pemberian susu formula.
Konseling perlu diberikan kepada ibu menyusui oleh tim PP-ASI terlatih. Perlu
disediakan shelter/tenda khusus dan bahan KIE ASI. Gangguan produksi ASI pada saat
bencana umumnya disebabkan trauma psikis sehingga perlu ditekankan bahwa keadaan
tersebut berlangsung sementara.
Susu formula, termasuk susu skim jangan menjadi bagian pembagian rangsum makan
Tidak menerima bantuan susu formula dari produsen/distributor susu formula,
penggunaan susu formula hanya untuk yang benar jelas membutuhkan dengan indikasi
medik dan bayi yatim piatu. Pengadaan susu formula ini dengan pembelian.
Susu formula dapat dibagikan bila diberikan tidak sebagai makanan tunggal, tetapi
dicampur dengan makanan pokok yang digiling
Label produk memenuhi persyaratan International code untuk pemasaran PASI, antara
lain memuat instruksi penggunaan, bahaya kesehatan, dalam bahasa Indonesia
Apabila susu formula didistribusi oleh donatur, maka pendistribusian, penggunaan,
dan dampak kesehatan pada bayi harus dipantau oleh petugas terlatih
Tersedia MP-ASI untuk bayi usia diatas 6 bulan
Meskipun beberapa pengendalian tersebut kadangkala sulit dilaksanakan di lapangan,
tetapi dengan kerjasama dari segala pihak, hal tersebut secara bertahap dapat
dilaksanakan.

Mewujudkan setiap bayi mendapat ASI dan memampukan setiap ibu menysusui bayinya.

Hak bayi mendapat ASI diartikan mendapat ASI sesuai dengan Resolusi WHA (2001),
yaitu bayi mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya
diberikan MP-ASI dan pemberian ASI diteruskan sampai bayi usia 2 tahun atau lebih.

Seorang ibu menyusui agar mampu dan berhasil melaksanakan pemberian ASI seutuhnya.
Seorang ibu memerlukan perlindungan, informasi, dan bantuan yang komprehensif
sekaligus menghilangkan hambatan di lingkungannya, antara lain :

Lingkungan/keluarga dan masyarakat yang mendukung


Komunikasi, informasi dan edukasi kepada semua lapisan masyarakat untuk menumbuhkan
budaya ASI, misalnya penyediaan sarana ruang menyusui di pelayanan umum.
Keseluruhan sistem pelayanan kesehatan menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui atau menerapkan Sayang Bayi
Ibu mendapat informasi atau konseling tentang manfaat pemberian ASI dan cara
menyusui yang benar
Ibu mendapat konseling menyusui terutama bila menghadapi masalah
Ibu tidak terpapar/terpengaruh oleh pemasaran PASI atau ibu harus dapat menolak
pemberian PASI
Ibu yang bekerja mendapat perlindungan, kebijakan, sarana dan bantuan untuk
melaksanakan pemberian ASI yang optimal
Ibu yang menderita HIV positif membutuhkan pengetahuan tentang pemberian makanan
bayi
Bila ibu-bayi berada dalam situasi darurat dibantu untuk tetap menyusui

Sumber : Buku Bedah ASI IDAI

Penulis : Dien Sanyoto Besar dan Eveline PN

You might also like