Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagian
serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang sebagai mana
adanya, serta mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes,
2005). Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa
yang orang tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007).
Spektrum menyeluruh gangguan jiwa mempengaruhi 22% populasi dewasa
pada tahun tertentu.Gambaran ini merujuk pada semua gangguan jiwa dan dapat
dibandingkan dengan gangguan fisik jika didefinisikan dengan sama luasnya (
misalnya: gangguan pernafasan dialami oleh 50% orang dewasa, penyakit kardio
vaskuler diderita oleh 20% orang dewasa ). Gangguan jiwa berat (yaitu skizofrenia,
penyakit depresif, dan bentuk depresi yang berat, gangguan panik, serta gangguan
obsesif-kompulsif) memengaruhi 2,8% populasi dewasa ( lebih kurang 5 juta
penduduk ) dan bertanggung jawab untuk 25% dana yang dikeluarkan pemerintah
untuk disabilitas (Struart,2007). World Healt Organization (WHO) memperkirakan
tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan
berdasarkan data studi World Bank di beberap Negara menunjukkan 8,1% dari
kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah
gangguan kesehatan jiwa yang menunjukan dampak lebih besar dari TBC (7,2%),
kanker (5,8%), jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). Departemen kesehatan
mengatakan angka tersebut menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa di
masyarakat sangat tinggi. Dari 50 juta populasi orang dewasa Indonesia,
berdasarkan data Departemen Kesehatan ( Depkes ), ada 1,74 juta orang mengalami
gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat
dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini, krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di
dunia dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau
25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa ( Nurdwiyanti,
2008 ).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (keliat,2005).
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna mengalami
gangguan asuhan keperawatan, karena komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami pasien.
Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic meliputi aspek positif
yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah,adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
Berdasarkan hasil laporan rekam medik (RM) RSJD Surakarta didapatkan
data dari bulan Januari sampai Maret 2012 tercatat jumlah rawat inap 698 orang.
Harga diri rendah 90 orang. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas,
penulis ingin memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya harga diri rendah
dengan pelayanan kesehatan secara holistic dan komunikasi terapeutik dalam
meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu, judul karya tulis ilmiah ini adalah : Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Jiwa
Menur Jawa Timur
III. Tujuan
Tujuan Umum:
Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan konsep
diri : Harga diri rendah.
Tujuan Khusus:
2. Khusus:
a. Melakukan pengkajian data pada pasien Ny. S dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah.
b. Penulis mampu mempelajari cara mengidentifikasi diagnose atau masalah
potensial pada pasien Ny. S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
c. Penulis mampu mempelajari cara menentukan intervensi secara menyeluruh
pada pasien Ny. S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
d. Penulis mampu mempelajari cara pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien Ny. S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
e. Penulis mampu mempelajari cara mengevaluasi keaktifan asuhan
keperawatan pada Ny.S. Dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
f. Penulis mampu membedakan antara teori dengan praktek.
IV. Manfaat
a. Mahasiswa : Menambah pengetahuan atau pengalaman nyata dalam
penatalaksanaan dan pendokumentasian terhadap harga diri rendah.
b. Pasien dan Keluarga
Menambah pengetahuan dalam perawatan dan dapat menerapkan dirumah apa
yang telah diajarkan perawat dirumah sakit
c. Institusi : Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan
asuhan keperawatan dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah
diberikan kepada mahasiswa
d. Rumah Sakit : Mengetahui perkembangan pasien dan dapat mengevaluasi
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi (Stuard and Sudeen, 1998):
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan harga diri rendah
adalah sebagai berikut:
1. Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang
yang berarti;
2. Pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, dilarang, dituntut;
3. Kesalahan dan kegagalan berulang kali
4. Cita-cita yang tidak dapat tercapai
3. TANDA DAN GEJALA
Menurut Stuart and Sundeen (1998) Perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah adalah:
4. Psikopatologi
Diawali dengan individu merasa malu terhadap diri sendiri karena
kegagalan yang dialaminya. Kemudian akan merasa bersalah akan
dirinya sendiri, menyalahkan atau mengejek diri sendiri karena
menganggap bahwa dirinya tidak berarti. Setelah individu merasa dirinya
tidak berguna maka akan mengasingkan diri kemudian individu
mengalami rasa kurang percaya diri dan individu sukar untuk mengmbil
keputusan bagi dirinya sendiri. Hal ini mengakibatkan individu bisa
menarik diri, mengalami halusinasinya mencederai diri sendiri atau
orang lain. Tanda – tanda tersebut merupakan akibat dari harga diri
rendah.
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda klien
harga diri rendah adalah:
4. RENTANG RESPON
Rentang harga diri rendah secara umum adalah sebagai berikut:
1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
5. Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedih karena orang lain.
1. Aktualisasi Diri
Adalah kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri
termasuk persepsi saat lalu akan diri dan perasaannya.
2. Kerancuan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
3. Depersonalisasi
Yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak dapat
berhubungan dengan orang lain secara intim, tidak ada rasa percaya diri,
dan tidak dapat membina hubungan dengan orang lain.
Tujuan Khusus:
KLIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
2. Membantu klien menilai kemampuan diri rendah yang dialami klien beserta proses
klien yang masih dapat digunakan
terjadinya
3. Membantu klien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien harga
kemampuan Klien
diri rendah
4. Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan klien
6. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 7. Melatih keluarga
SP 3
1. Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum
obat
2. Menjelaskan follow up klien
setelah pulang
Daftar Pustaka
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
Medika.
Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNHM(basic course). Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course). Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC