You are on page 1of 12

MAKALAH HOME CARE

ASPEK LEGAL ETIK DALAM HOME CARE

OLEH

MUHAMMAD WAHYULIL IKHSAN

151001074

PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES PEMKAB JOMBANG

TAHUN PELAJARAN 2018-2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi yang paling
baik untuk beraktivitas. (Florence Nightingale, 1895)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. (Martha Roger, 1970)
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang sifatnya dinamis dan berkembang
secara terus menerus dan melibatkan masyarakat yang semakin berubah pula, sehingga
perlu adanya perubahan dalam hal pemenuhan dan metode keperawatan untuk
menyesuaikan perawat dengan adanya perubahan yang terjadi pada masyarakat. Trend
dalam keperawatan yang berkembang sekarang ini adalah trend keperawatan yang bersifat
holistik (menyeluruh) yang berarti perawat melakukan perawatan kepada pasien secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta interaksinya
dengan keluarga dan komunitas. Perkembangan tren praktik keperawatan meliputi
kemandirian yang diberikan oleh pemerintah kepada perawat untuk membuka praktik
keperawatan
Adanya perkembangan yang pesat dalam dunia Keperawatan di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, sehingga
masyarakat dapat dengan cepat mengakses dan mengetahui informasi serta teknologi
terkini. Era globalisasi yang semakin berkembang sehingga menuntut keperawatan di
Indonesia harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan keperawatan di negara
yang sudah berkembang.
- Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat
dengan ekonomi tinggi menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas sedangkan
masyarakat dengan ekonomi rendah mengharapkan pelayanan kesehatan yang murah dan
terjangkau untuk kalangan mereka.
Sampai saat ini masyarakat di Indonesia hanya mengenal bentuk pelayanan
kesehatan dalam system pelayanan kesehatan seperti pelayanan rawat inap dan pelayanan
rawat jalan. Di sisi lain banyak dari masyarakat yang menderita sakit namun karena
adanya pertimbangan tertentu akhirnya mereka lebih memilih untuk dirawat di rumah.
Adapun pertimbangan tersebut diantaranya adalah orang dengan kasus penyakit terminal,
keterbatasan biaya untuk membayar fasilitas selama dirawat di rumah sakit dan beberapa
masyarakat merasa lebih nyaman jika dirawat di rumah sendiri dibandingkan dirawat di
rumah sakit (Depkes, 2012). Mereka belum mengetahui adanya pelayanan home care.
Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai issue tentang home care beserta
aspek legal etik yang ada dalam home care dan hal-hal lain yang berkaitan dengan home
care .

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana issue dan aspek legal etik dalam home care?
2. Bagaimana mekanisme perizinan dan aplikasi dalam home care?
3. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia?
4. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Untuk mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Untuk mengetahui tentang home care di Indonesia
4. Untuk mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Issue Dan Aspek Legal Etik Dalam Home Care

A. Pengertian Home Care

 Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pel
ayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepad
a individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatk
an, mempertahnkan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kema
ndirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
 Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan,mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian serta
meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di dalamnya
penyakitnya terminal. Defenisi ini menggabungkan komponen dari home care
yang meliputi pasien, keluarga, pemberian pelayanan yang professional
(multidisiplin) dan tujuannya, yaitu untuk membantu pasien kembali pada level
kesehatan optimum dan kemandirian (Bukit, 2008).
 Neis dan Mc. Ewen (2010) menyatakan home care adalah system dimana
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang
cacat atau orang-orang yang bagus harus tinggal di rumah kerena kondisi
kesehatannya.
 Menurut Amerika Medicine Associatin, Home care merupakan penyedian
peralatan dan jasa pelayanan keperawatan kepada pasien di rumah yang bertujuan
untuk memulihkan dan mempertahankan secara maksimal tingkat kenyamanan dan
kesehatan. Dalam kasus apapun efektifitas perawatan berbasis rumah
membutuhkan upaya kolaboratif pasien, keluarga, dan professional .
 Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI
dalam makalahnya pada seminar Nasional 2007 tentang Home Care: “Bukti
Kemandirian Perawat” menyebutkan bahwa pelayanan keperawatan kesehatan di
rumah sebagai salah satu bentuk praktik mandiri perawat. Pelayanan keperawatan
di rumah merupakan sintesis dari pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dan
ketrampilan teknis keperawatan klinik yang berasal dari spesialisasasi keperawatan
tertentu.
B.Pengertian Legal Dan Etik

Legal adalah sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undangundang (KBBI). Etik
merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajika
n atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. (Potter & Perry, 2005)
C.Aspek Legal Dalam Home Care
Perawat professional harus memahami batasan legal yang mempengaruhi praktik
keseharian mereka. Hal ini berhubungan dengan dengan penilaian yang baik dan
menyuarakan pembuatan keputusan yang menjamin asuhan keperawatn yang aman dan
sesuai bagi klien. Pedoman legal yang harus diikuti perawat dapat diperoleh dari undang-
undang, hokum pengaturan, dan hukum adat ( Potter & Perry, 2005).
Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home care apabila
telah memiliki lisensi dan surat ijin praktik perawat (SIPP). Praktik mandiri perawat dapat
dilakukan melalui kolaborasi dengan tenaga kesehtan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan (Fatchulloh, 2015).
Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi,
seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
 Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga karena kesalahan
informasi dari perawat
 Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang
perawatan di rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk
perawatan di rumah, maka perawat yang memberi perawatan di rumah harus
menentukan apakah pelayanan akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya
yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa
berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi
tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
Landasan Hukum praktek perawat adalah :
 1. UU Kes. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
 2. PP No. 25 tahun 2000 tentang pertimbangan keuanngan pusat dan daerah
 3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
 4. UU No. 29 tentang praktik kedokteran
 5. Kepmenkes No 1239 tahun 2001 tentang regristrasi dan praktik
 6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
 7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan puskesmas
 8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat
 9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
 10. Permenkes No. 920 tahun 1966 tentang pelayanan medik swasta

D.Aspek Etik Dalam Home Care


 Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat menjaga hak klien
terhadap privasi dengan bijaksana melindungi informasi yang bersifat rahasia
 Kode etik keperawatan indonesia ( PPNI, 2000) yaitu perawat wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanyakecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hokum
yang berlaku (Muhamad Mu’in, 2015).
Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara
menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien yang
menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di
rumah untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya
yang optimal untuk klien. Didalam praktik juga harus memperhatikan dimensi politi, etika
dan isu-isu seperti akses ke layanan atau alokasi sumber daya, menajement kasus menjadi
semakin pragmatis, serta berbagai tanggapan dari masyarakat terhadap praktik mandiri
(Kristin Bjornsdottir, 2009).
Pasal Krusial Dalam Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik Keperawatan :
a. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
b. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
c. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
 Menghormati hak pasien.
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
 Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Memberikan informasi
 Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
 Melakukan catatan perawatan dengan baik
d. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
e. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
praktiknya.
f. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik (sedang dalam proses amandemen)
g. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.
h. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :Tempat praktik
memenuhi syarat dan Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk
formulir /buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan (Fatchulloh,
2015).
2.2 Meknisme Perizinan Dan Aplikasi Dalam Home Care
 Perizinan home care
Izin (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam
keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan
perundang-undangan. Jadi izin itu pada prinsipnya adalah sebagai
dispensasi atau pelepasan/ pembebasan dari suatu larangan (Adrian Sutedi,
2010). Jadi perizinan adalah suatu bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan
dan bersnaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki
oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat. Perizinan ini dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi,
sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha yang
biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh suatu organisasi perusahaan
atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan
atau tindakan. Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan
pelayanan kesehatan rumah dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga
profesional dan non profesional diatur sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Adapun
perizinan dalam home care yaitu :
1. Berbadan hukum (yayasan, badan hukum lainnya)
2. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten atau kota, dengan melampirkan :
 Rekomendasi PPNI
 Ijin praktik perawat (SP, SIK, SIPP).
 Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan
transportasi
 Ijin lokasi bangunan
 Ijin lingkungan
 Ijin usaha
 Persyaratan tata ruang bangunan
 Akreditasi home care
Akreditasi adalah pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi
terhadap kompetensi suatu lembaga atau organisasi dalam melakukan
kegiatan penilaian kesesuaian tertentu.Penilaian kembali terhadap mutu
pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat, dilakukan baik oleh
pemerintah atau badan independen yang akan mengendalikan pelayanan
kesehatan rumah. Tujuan proses akreditasi, agar seluruh komponen
pelayanan dapat berfungsi secara optimal, tidak terjadi penyalahgunaan
serta penyimpangan. Komponen evaluasi meliputi:
1 . Pelayanan masyarakat
2 . Organisasi dan admnistrasi
3 . Program
4 . Staf/personal
5 . Evaluasi
6 . Rencana yang akan datang
Standar penilaian akreditasi khusus home care yang dikeluarkan
oleh Komite Joint Commission International (JCI) ini merupakan
standar penilaian penerapan home care berfokus pada pasien. Penilaian
tersebut meliputi keselamatan pasien, akses dan asesmen pasien, hak
dan tanggung jawab pasien, perawatan pasien dan kontinuitas
pelayanan, manajemen obat pasien, serta pendidikan pasien dan
keluarga.
Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam
mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan
dan melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan.
Penerapan pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat
memberikan informasi tambahan untuk pasien yang sedang berusaha
memutuskan suatu masalah, memberikan pendidikan kesehatan yang
menunjang kesehatan pasien. Hal – hal tersebut diatas dapat ditunjang
dengan pengetahuan perawat terkait penerapan dan pelaksanaan
pendidikan pada pasien dak keluarga di unit pelayanan home care.

2.3 Kebijakan Home Care di Indonesia


Kebijakan terkait home care di Indonesia secara hukum diatur oleh Keputusan
Menteri Kesehatan No 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Perawat dan yang terbaru Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tentang izin dan yang menjalankan praktik dalam hal
ini praktik mandiri keperawatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat
Izin Praktik Perawat (SIPP).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun Pasal 28
menyebutkan bahwa praktik keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya. Praktik Keperawatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Praktik Keperawatan mandiri; dan b. Praktik
Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar praktek. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perawat dalam
menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh
pemerintah maupun organisasi profesi.
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenanga. Pelayanan dalam keadaan
darurat ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Perawat yang menjalankan praktik perorangan
harus mencantumkan SIPP diruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek
perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktek. Perawat yang memiliki SIPP
dapat melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah. Perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah harus membawa
perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan. Perawat dalam menjalankan praktik perorangan
sekurang – kurangnya memenuhi persyaratan, yang sesuai dengan standar perlengkapan
asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi:
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan.
c. Keperawatan maupun kunjungan rumah.
d. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan, formulir
catatan tindakan asuhan keperawatan, serta formulir rujukan.
2.4 Kepercayaan Dan Kebudayaan Dalam Home Care
Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan komunikasi secara
alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang sesungguhnya. Hal ini terkait
dengan sistem nilai dan kepercayaan yang mendasari interaksi dalam pola asuh keluarga.
Praktik mempertahankan kesehatan atau menyembuhkan anggota keluarga dari gangguan
kesehatan dapat didasarkan pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock
maupun culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba
mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien)
sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik
secara diam-diam maupun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan atau perilaku yang dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dari
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya
kelompok lain (Mulyanasari, 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpualan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa home care
merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat dengan tujuan untuk membantu individu dan keluarga untuk mencapai
kemandirian. Dalam melaksanakan praktik home care, seorang perawat harus
memperhatikan aspek legal, etik dan budaya yang ada agar praktik berjalan
dengan lancar tanpa adanya permaslahan baik dari masyarkat atau tim penegak
hukum.
3.2.Saran
Seorang perawat sudah seharusnya mempertimbangkan aspek legal etik
dalam praktik home care sehingga tidak akan ada lagi kejadian malpraktik yang
dapat merugikan pihak masyarakat. Disamping itu perawat yang taat terhadap
hokum akan terhindar dari jeratan hokum yang dapat merugikan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Bjornsdottir, Kristin. (2009). The ethics and politics of home care. International Journal of
Nursing Studies. 46 (-), 732–739.doi.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/Sk/Xi/2001. Tentang
Registrasi Dan Praktik Perawat
Mentari, Galuh Forestry.(2012). Home care nursingisu legal, etik, kepercayaan, dan budaya
dalam home care. Diakses tanggal 19 Oktober 2015, pada :
http://www.scribd.com/doc/250089470/Isu-Legal-Etik-Kepercayaan-Dan-Budaya-Dalam-
Home-Care#scribd
Mu’in, Muhamad. (2015). Isu dokumentasi dalam home care. Semarang : PSIK FK UNDIP.
Mulyanasari, Fertin. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Pasien Dan Keluarga Pada
Pelayanan Home Care Berstandar Joint Commission International Di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Diakses tangga 22 Oktober
2015,pada:
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&
typ=html&buku_id=73268&is_local=1.
Fatchulloh. (2015). Home care as a private in indonesia. Semarang : PSIK FK UNDIP.

Potter, Perry. (2005). Fundamental keperawatan konsep, teori dan praktik edisi 4. Jakarta :
EGC.

You might also like