You are on page 1of 3

INI DIA BERSYUKUR YANG SESUNGGUHNYA

"Hidup, cinta adalah anugerah Tuhan, begitu pula dengan kematian. dan begitu pula dengan semua
yang pernah terjadi, baik dan juga buruk. Seluruh dualitas kehidupan adalah anugerah Tuhan.
Orang yang mengerti ini tidak hanya bersyukur atas semua yang baik tetapi juga bersyukur atas
semua yang kelihatan buruk; itulah rasa syukur yang sesungguhnya.
Bersyukur hanya untuk saat-saat bahagia itu bukanlah rasa syukur; itu hanya keserakahan belaka,
kelicikan, tetapi tidak ada hubungannya dengan rasa syukur.
Rasa syukur yang sesungguhnya muncul hanya ketika engkau bersyukur bahkan untuk saat-saat tidak bahagia,
untuk semua rasa sakit dan penderitaan dan kesedihan yang dibawa oleh kehidupan.
Di saat seseorang mampu merasa bersyukur atas keduanya, penderitaan dan kenikmatan, tanpa perbedaan
apapun, tanpa pilihan, hanya merasa bersyukur atas apapun yang diberikan .... Karena jika itu diberikan oleh
Tuhan, itu pasti memiliki alasan di dalamnya. Kita mungkin menyukainya, kita mungkin tidak menyukainya,
tapi itu pasti diperlukan untuk pertumbuhan kita. Dan penderitaan diperlukan sebanyak kesenangan, kegelapan
sebanyak cahaya. Musim hujan dan musim kemarau keduanya diperlukan untuk pertumbuhan. Begitu ide ini
menetap di dalam hati, maka setiap saat dalam kehidupan adalah rasa syukur.
Biarkan ini menjadi ritual doamu: bersyukurlah kepada Tuhan setiap saat - untuk tawa, untuk air mata, untuk
segala sesuatunya. Kemudian engkau akan melihat satu keheningan yang muncul di dalam hatimu, yang
engkau belum kenal sebelumnya. Itu adalah kebahagiaan."

Pertanyaan:

OSHO terkasih, engkau berbicara tentang cinta dan kasih sayang. Aku tahu dan merasakan
bentuk-bentuk berbeda dari cinta dan kasih sayang. Bisakah engkau menjelaskan bentuk-bentuk
yang berbeda dari cinta, dan apa yang engkau maksud dengan kasih sayang? (Compassion,
diterjemahkan disini sebagai kasih sayang atau welas asih)

Jawaban OSHO :

Cinta adalah sebuah tangga, sebuah tangga dengan tiga anak tangga. Anak tangga terendah
adalah seks, yang tengah adalah cinta, dan yang tertinggi adalah doa. Karena ketiga anak tangga
inilah ada seribu satu kombinasi yang mungkin.

Kasih sayang yang sesungguhnya hanya muncul di anak tangga ketiga ketika energi seks menjadi
doa – kasih sayang seorang Buddha, kasih sayang yang dibicarakan oleh Atisha. Ketika gairah
telah berubah sepenuhnya, begitu berubah sehingga disana tidak ada gairah sama sekali, maka
kasih sayang muncul. Kasih sayang yang sesungguhnya hanya muncul ketika energi seksualmu
telah menjadi doa.

Tetapi kasih sayang dapat muncul pada anak tangga kedua juga, dan kasih sayang dapat muncul
pada anak tangga pertama juga. Oleh karena itu ada begitu banyak kasih sayang yang berbeda.
Sebagai contoh, jika kasih sayang muncul di anak tangga pertama, ketika engkau tinggal di tingkat
terendah dari energi-cinta, seks, maka kasih sayang hanya pembesaran ego (ego trip). Maka kasih
sayang akan menjadi sangat egois: engkau akan menikmati gagasan menjadi welas asih. Engkau
benar-benar akan menikmati penderitaan orang lain, karena penderitaan orang lainlah yang
memberikan engkau kesempatan untuk berbelas kasih.

Seseorang telah jatuh ke dalam sungai dan tenggelam. Orang yang seksual dapat melompat dan
menyelamatkan dia, tapi sukacitanya adalah bahwa dia begitu baik, bahwa dia melakukan sesuatu
yang indah, sesuatu yang hebat. Dia akan berbicara tentang hal itu dengan bangga, dia akan
membual tentang hal itu. Kasih sayang pada anak tangga terendah, yaitu seks, akan muncul hanya
sebagai pembesaran ego.

Itulah apa yang sedang dilakukan jutaan misionaris di seluruh dunia - melayani orang miskin,
melayani orang sakit, melayani orang Aborijin yang tidak berpendidikan, primitif. Tapi seluruh
sukacitanya adalah bahwa, "aku melakukan sesuatu yang hebat." 'Aku'-nya diperkuat. Itu adalah
bentuk yang buruk dari kasih sayang. Ini disebut tugas/kewajiban. Tugas adalah kata kotor dengan
lima huruf.

Jenis kedua dari kasih sayang muncul ketika cinta telah tiba. Maka kasih sayang adalah simpati:
engkau merasa, engkau benar-benar merasa untuk orang lain. Engkau masuk ke dalam harmoni
dengan orang lain, penderitaan orang lain menggerakkanmu. Itu bukan sesuatu untuk
disombongkan. Pada anak tangga kedua, engkau tidak akan pernah berbicara tentang kasih
sayangmu, tidak pernah; itu bukan sesuatu yang harus dibicarakan.

Bahkan engkau tidak akan pernah merasa bahwa engkau telah melakukan sesuatu yang istimewa,
engkau hanya akan merasa bahwa engkau telah melakukan apapun yang harus dilakukan. Engkau
akan melihat bahwa itu adalah manusiawi untuk melakukannya. Tidak ada yang istimewa di
dalamnya, tidak ada yang luar biasa; engkau belum mencapai beberapa manfaat spiritual dalam
melakukan hal itu. Tidak ada yang seperti jasa/amal kebaikan di dalamnya: itu adalah alami,
spontan. Kemudian kasih sayang menjadi lebih lembut, lebih indah.

Pada anak tangga ketiga, di mana energi seks menjadi doa, kasih sayang muncul sebagai empati -
bahkan bukan simpati, tapi empati. Simpati berarti merasakan penderitaan orang lain, tetapi engkau
masih di kejauhan; empati berarti menjadi satu dengan penderitaan orang lain - tidak hanya
merasakan itu tetapi menderita itu, benar-benar masuk ke dalamnya. Jika seseorang menangis,
simpati berarti engkau merasa untuk orang yang menangis, empati berarti engkau mulai menangis.
Engkau tidak hanya dalam ruang perasaan, engkau menjadi selaras, engkau menjadi benar-benar
satu: menjadi-satu terjadi.

Seorang pria datang kepada Buddha dan bertanya, "Aku sangat kaya dan aku tidak memiliki anak,
dan istriku juga telah meninggal. Sekarang aku memiliki semua uang di dunia. Aku ingin melakukan
beberapa pekerjaan amal. Aku ingin melakukan sesuatu untuk orang miskin dan tertindas. Katakan
saja, apa yang harus aku lakukan? "

Dan dikatakan Buddha menjadi sangat sedih dan air mata mengalir turun dari matanya.

Pria itu menjadi sangat kebingungan. Ia berkata, "Air mata dari matamu? Dan engkau terlihat begitu
sedih – mengapa?"

Buddha berkata, "Engkau tidak dapat membantu siapa pun, karena engkau bahkan belum
membantu dirimu sendiri.

Dan engkau tidak dapat melakukan apapun dengan belas kasih, karena energimu masih di level
terendah.

Logam dasarmu belum menjadi emas. "Bahkan," kata Buddha,"Aku merasa sangat kasihan
padamu. Engkau ingin membantu orang-orang, tetapi engkau sendiri tidak ada. Engkau belum ada
(exist), karena kesadaran belum terjadi, dan tanpa kesadaran bagaimana engkau bisa ada? Engkau
tidak memiliki pusat nyata dari mana kasih sayang dapat mengalir."

Kasih sayang dapat memiliki tiga kategori ini, dan cinta juga memiliki tiga kategori. Pertama, seks.

Seks hanya berarti: "Beri aku – beri aku yang banyak dan lebih banyak lagi!" Ini adalah eksploitasi,
ini adalah apa yang Martin Buber sebut sebagai hubungan “Aku dan itu”: "Engkau adalah barang
dan aku ingin menggunakan engkau." Lelaki menggunakan wanita, wanita menggunakan lelaki,
orang tua menggunakan anak-anak dan anak-anak menggunakan orang tua, teman-teman
menggunakan teman. Mereka berkata, "Seorang teman adalah teman saja; teman di saat susah
adalah teman yang sesungguhnya." Gunakan, menurunkan/menjadikan orang lain menjadi satu
barang/komoditas.

Untuk hidup di dunia “Aku dan itu” adalah untuk melewatkan seluruh keajaiban kehidupan/ semesta.
Maka engkau dikelilingi oleh barang-barang/benda-benda - bukan oleh orang, bukan oleh
masyarakat, bukan oleh kehidupan, tetapi hanya benda-benda materi. Orang termiskin di dunia
adalah orang yang hidup dalam hubungan “Aku dan itu”. Seks adalah eksploitasi.

Cinta itu benar-benar berbeda. Cinta bukan eksploitasi.

Cinta bukan hubungan “Aku dan itu”, itu adalah hubungan “Aku dan engkau”. Orang lain dihormati
sebagai orang dengan haknya sendiri; orang lain bukanlah satu barang/benda yang digunakan,
yang dikuasai, yang dimanipulasi. Orang lain adalah orang yang mandiri, satu kebebasan. Orang
lain harus dikomunikasikan, tidak dieksploitasi. Cinta adalah komunikasi energi.

Seks itu hanyalah "Beri aku, beri aku, beri aku lebih banyak!" Oleh karena itu hubungan seksual
terus menerus (penuh) dengan perang, konflik, karena orang lain juga berkata "Beri aku!" Keduanya
ingin lebih dan lebih, dan tidak ada yang siap untuk memberi. Oleh karena itu konflik, perang tarik-
menarik. Dan tentu saja siapa yang terbukti lebih kuat akan mengeksploitasi yang lainnya. Karena
lelaki berotot lebih kuat dari wanita, dia telah mengeksploitasi, ia telah mengurangi/menurunkan
(derajat) wanita sampai tidak berarti sama sekali; ia telah menghancurkan jiwa wanita. Dan itu lebih
mudah bagi lelaki jika jiwa wanita benar-benar dihancurkan.

Selama berabad-abad wanita tidak diizinkan untuk membaca; dalam banyak agama wanita tidak
diizinkan untuk pergi ke tempat ibadah, wanita tidak diizinkan untuk menjadi pemimpin agama.
Wanita tidak diizinkan untuk memiliki kehidupan masyarakat, kehidupan sosial mana pun. Mereka
dipenjarakan di dalam rumah; mereka adalah tenaga kerja yang murah, sepanjang hari bekerja,
bekerja, bekerja. Dan mereka diturunkan (derajatnya) menjadi objek seks. Tidak banyak perbedaan
antara pelacur dan istri di masa lalu. Istri diturunkan (derajatnya) menjadi pelacur permanen, itu
saja. Hubungan itu bukanlah hubungan, itu adalah kepemilikan.

Cinta menghormati yang lain. Ini adalah hubungan memberi-dan-mengambil. Cinta menikmati
memberi, dan cinta menikmati mengambil. Ini adalah berbagi, ini adalah komunikasi. Keduanya
sederajat dalam cinta; dalam hubungan seksual keduanya tidak sederajat. Cinta memiliki keindahan
yang sama sekali berbeda.

Dunia perlahan-lahan bergerak menuju hubungan cinta; karenanya ada gejolak besar. Semua
kebiasaan lama menghilang - mereka harus menghilang, karena mereka didasarkan pada
hubungan “Aku dan itu”. Cara baru komunikasi, cara-cara baru berbagi pasti akan ditemukan.
Mereka akan memiliki rasa yang berbeda, rasa cinta, yang berbagi. Mereka tidak akan memiliki;
tidak akan ada pemilik.

Lalu tingkat tertinggi dari cinta adalah doa. Dalam doa ada penyatuan. Dalam seks ada hubungan
“Aku dan itu”, dalam cinta ada hubungan “Aku dan engkau”. Martin Buber berhenti di sana; tradisi
Yahudinya tidak akan mengizinkan dia untuk pergi lebih jauh. Tapi satu langkah lagi harus diambil:
yang "bukan aku maupun kamu" - suatu hubungan di mana aku dan engkau menghilang, hubungan
di mana dua orang tidak lagi berfungsi sebagai dua tetapi berfungsi sebagai satu. Sebuah kesatuan
yang luar biasa, satu harmoni, kesepakatan yang dalam, dua badan tapi satu jiwa. Itu adalah
kualitas tertinggi dari cinta: aku menyebutnya doa.

Cinta memiliki tiga tingkat tersebut, dan kasih sayang karenanya memiliki tiga tingkat, dan
keduanya bisa berada dalam kombinasi.

Maka itu, ada begitu banyak jenis cinta dan begitu banyak jenis kasih sayang. Tapi dasarnya, yang
paling mendasar, adalah untuk memahami ini tiga anak tangga cinta ini. Itu akan membantu
engkau, itu akan memberikanmu wawasan di mana engkau berada, apa jenis cinta di mana engkau
tinggal dan jenis kasih sayang yang sedang terjadi padamu. Amati. Hati-hati untuk tidak terus
terperangkap di dalamnya. Ada alam-alam yang lebih tinggi, ketinggian untuk didaki, puncak untuk
dicapai.

You might also like