You are on page 1of 150

Panduan Dasar

Memahami dan Memantau


Penerapan Prinsip dan Kriteria
RSPO

”Mendukung Upaya Advokasi Hak Petani,


Buruh, Masyarakat Adat dan Masyarakat
Lokal Terkena Dampak Industri Sawit di
Indonesia”

dipersiapkan oleh

Sawit Watch
Departemen Mitigasi
Resiko Sosial dan Lingkungan

didukung oleh

Programme Scaling Up Sustainable Palm Oil (SUSPO)


Oxfam dan Sawit Watch

Sawit Watch 2011


i
ii
Pengantar

Roundtable on Sustainable Palm Oil (Mejabundar tentang


Minyak Sawit Berkelanjutan) atau RSPO telah menjadi rujukan
standar terbaik untuk produksi minyak sawit berkelanjutan
dunia. RSPO mendorong keterbukaan, patuh hukum,
kelayakan ekonomi, kaidah layak pengelolaan kebun dan
pabrik, tanggung jawab lingkungan dan keragaman hayati,
tanggung jawab sosial dan masyarakat, tanpa deforestasi
dan perbaikan tiada henti. Keberadaan RSPO semestinya
mendorong keadilan untuk perlindungan dan pemenuhan
hak petani, buruh dan masyarakat adat yang terkena dampak
industri sawit anggota RSPO.

Panduan sederhana ini mencoba menjabarkan secara singkat


mengenai RSPO dan Struktur Organisasi, Sekretariat & Staff,
Keanggotaan, Majelis Umum Anggota, Pendanaan, dan
Pembubaran. Membahas secara singkat tujuan dan pembentukan
beberapa kelompok kerja utama RSPO, diantaranya (1)
Kelompok Kerja Kriteria; 2) Kelompok Kerja Sertifikasi; 3)
Kelompok Kerja Petani Kecil; 4) Kelompok Kerja Gas Rumah
Kaca; 5) Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru; dan 6)
Kelompok Kerja ad hoc Masalah HCV di Indonesia.

Panduan sederhana ini coba memaparkan secara singkat


mengenai sumber-sumber acuan dan rujukan aturan standar
RSPO khususnya 1) Resolusi; 2) Kode etik; 3) Prinsip dan
kriteria; dan 4) Sistem sertifikasi. Mekanisme akuntabilitas
atas keberatan proses dan pelaksanaan standard dan aturan
RSPO khususnya 1) Mekanisme keberatan sertifikasi; 2) Proses
keluhan/Prosedur keberatan; dan 3) Fasilitas penanganan
sengketa.

Bagian terakhir menyajikan panduan pemantauan adaptasi


terhadap dokumen penafsiran nasional terhadap prinsip
iii
dan kriteria RSPO. Disediakan panduan tabel pengamatan
pelaksanaan terhadap kriteria dan indikator. Panduan ini
disertai tiga lampiran (1) definisi atau pengertian yang
dipakai dalam dokumen utama prinsip dan kriteria RSPO
Oktober 2007; (2) rujukan hukum dan peraturan nasional
dalam penerapan prinsip dan kriteria RSPO; dan (3) Referensi
mengenai beberapa standar utama internasional, sebagai
rujukan tambahan kriteria sosial.

Panduan ini merupakan salah satu dari beberapa panduan


yang diterbitkan. Semoga panduan sederhana ini bermanfaat
bagi para pegiat dan pendukung gerakan, petani sawit, buruh
kebun, masyarakat adat dan masyarakat lokal yang terkena
dampak industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Hormat kami

Norman Jiwan
Departemen Mitigasi Resiko Sosial dan Lingkungan
Perkumpulan Sawit Watch

iv
Daftar Isi

Pengantar iii
Daftar isi v
Daftar singkatan vii

1. STATUTA RSPO 1
Struktur Organisasi; Sekretariat & Staff;
Keanggotaan; Majelis Umum Anggota;
Pendanaan; dan Pembubaran

2. KELOMPOK KERJA RSPO 5


1) Kelompok Kerja Kriteria;
2) Kelompok Kerja Sertifikasi;
3) Kelompok Kerja Petani Kecil;
4) Kelompok Kerja Gas Rumah Kaca;
5) Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru;
6) Kelompok Kerja ad hoc Masalah HCV di Indonesia

3. SUMBER ATURAN DAN STANDAR RSPO 10


1) Resolusi;
2) Kode etik;
3) Prinsip dan kriteria;
4) Sistem sertifikasi

4. MEKANISME AKUNTABILITAS RSPO 22


1) Mekanisme keberatan sertifikasi;
2) Proses keluhan/Prosedur keberatan;
3) Fasilitas penanganan sengketa

5. PENJABARAN PENERAPAN PRINSIP


& KRITERIA RSPO 25

Lampiran 85
1. Definisi
v
2. Pedoman mengenai beberapa standar 89
utama internasional, sebagai rujukan
tambahan kriteria sosial

3. Daftar Peraturan & Perundang-undangan 93


Terkait Penerapan RSPO

vi
Daftar Singkatan

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


ANDAL Analisa Dampak Lingkungan
ASEAN Association of South East Asian Nations
CIRAD Centre de coopération internationale en recherche
agronomique pour le développement
CUC Control Union Certifications
CWG Criteria Working Group
EIA Environmental Impact Assessment
EMS Environmental Monitoring System
FPP Forest Peoples Programme
GAP Good Agricultural Practices
GAPKI Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
GHG WG Greenhouse Gas Working Group
GP Grievance Procedure/Process
HCV High Conservation Value
HGU Hak Guna Usaha
HSBC Hongkong and Shanghai Banking Corporation
IFC International Finance Corporation
ILO International Labour Organisation
IPOC Indonesia Palm Oil Commission
JCC Joint Consultative Committee
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MPOA Malaysian Palm Oil Association
NGO Non Government Organisation
NKT Nilai Konservasi Tinggi
OER Oil Extraction Rate
P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PHT Pengendalian Hama Terpadu
PKO Palm Kernel Oil
PKS Pabrik Kelapa Sawit
POME Palm Oil Mill Effluent
RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil
SA Social Accountability
vii
SEIA Social and Environmental Impact Assessment
SIA Social Impact Assessment
TBS Tandan Buah Segar
TFS Task Force on Smallholders
UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan
UPL Upaya Pemantauan Lingkungan
WHO World Health Organisation
WWF World Wildlife Fund
ZSL Zoology Society of London

viii
Statuta RSPO
Pasal 1 tentang nama RSPO terdaftar dibawah pasal 60 Swiss
Civil Code;
Pasal 2 tujuan RSPO adalah promosi pertumbuhan dan
penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui
kerjasama dan kerjasama parapihak
Pasal 3 kedudukan di Canton of Zurich, Switzerland
Pasal 4 kualitas keanggotaan
Pasal 5 persyaratan masuk anggota RSPO
Pasal 6 anggota
Pasal 7 pemberhentian anggota
Pasal 8 Keuangan, Tanggung Jawab
Pasal 9 Dewan Eksekutif
Pasal 10 Pertemuan Dewan Eksekutif
Pasal 11 Musyawarah Umum Anggota
Pasal 12 Musyawarah Umum Anggota Luar Biasa
Pasal 13 Staf
Pasal 14 Pembubaran

Kualitas Anggota
Anggota RSPO harus terdiri dari anggota biasa yang
melakukan aktifitas mereka dalam dan sekitar rantai pasok
minyak sawit dan telah membayar tanggung jawab keuangan
iuran keanggotaan. Diharapkan aktif dalam RSPO dan
mendorong tujuan dan prinsip RSPO. Pihak-pihak yang
tertarik yang aktif dalam ranah RSPO dapat diterima sebagai
anggota afiliasi. Badan hukum harus diwakili oleh satu atau
lebih orang yang mereka pilih. Dibuktikan dengan pernyataan
tertulis.

1
Anggota RSPO (September 2011)
Kategori keanggotaan Jumlah
Perusahaan perkebunan 89
Penjual dan pengolah minyak 193
sawit
Perusahaan barang-barang 161
konsumen
Pengecer/retailers 31
Bank dan investor 10
LSM konservasi/lingkungan 15
LSM pembangunan/sosial 10
Total (September 2011) 509

Sumber: http://www.rspo.org/page/502?q=memberstat

Pasal 7 Pemberhentian Anggota RSPO


Pengunduran melalui surat disampaikan kepada Sekretaris
Jendral RSPO dengan pemberitahuan 6 bulan sebelumnya.
Pembubaran badan hukum organisasi anggota atau
meninggalnya anggota individu. Pemberhentian oleh Dewan
Pengurus (Executive Board RSPO) karena gagal membayar
iuran anggota atau pelanggaran serius, setelah disampaikan
surat oleh EB RSPO untuk menyampaikan penjelasan.
Anggota EB yang masih dalam pertimbangan pemberhentian
tidak boleh ikut memilih. Gagal membayar iuran anggota 3
bulan setelah tagihan disampaikan.

Pasal 8: Keuangan, Tanggung Jawab


Keuangan RSPO termasuk bersumber dari Iuaran anggota,
donasi atau warisan yang mungkin diberikan kepada RSPO
dan sumber keuangan lainnya yang syah secara hukum, dan
Harta kekayaan RSPO dapat digunakan untuk membayar
hutang yang diperjanjikan atas nama RSPO dan tidak satupun
2
anggota, termasuk anggota Dewan Pengurus (EB RSPO)
bertanggung jawab atas setiap hutang.

Pasal 9: Dewan Pengurus


RSPO dikelola oleh Dewan Pengurus (Executive Board) yang
terdiri dari 16 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum
anggota untuk periode 2 tahun. Anggota Dewan Pengurus
dapat dipilih kembali dengan alokasi anggota pengurus:
Perusahaan produsen: 4 (Malaysia, Indonesia, petani dan wakil
negara lain); Pengolah minyak sawit: 2; Perusahaan pengolah
barang konsumen: 2; Pengecer minyak sawit: 2; Bank dan
investor: 2; LSM lingkungan: 2; dan LSM sosial: 2. Dewan
pengurus memilih diantara mereka seorang presiden dan
beberapa wakil serta bendahara. Penujukan, pemberhentian
dan penggantian anggota Dewan Pengurus harus tercatat
dalam risalah musyawarah umum anggota.

Pasal 10: Rapat Dewan Pengurus


Rapat dewan pengurus dilaksanakan sedikitnya 6 bulan sekali
yang sebelumnya disampaikan surat pemberitahuan pertemuan
oleh presiden dewan pengurus. Atau atas permintaan 1/3
anggota dewan pengurus untuk mengadakan pertemuan
dewan pengurus. Keputusan diambil melalui konsensus kecuali
ditetapkan sebaliknya dalam statuta. Dewan pengurus dapat
mengambil keputusan diluar rapat fisik, melalui mekanisme
konsultasi dengan anggota dewan pengurus.

Pasal 11: Musyawarah Umum Anggota


Musyawarah umum anggota dihadiri oleh seluruh anggota
RSPO dan dilaksanakan setiap tahun. Anggota harus
diberitahukan 21 hari atau tidak boleh lebih dari 60
hari sebelum musyawarah umum dilaksanakan. Rapat
majelis anggota dipimpin oleh presiden RSPO. Presiden
menyampaikan laporan tahunan dan laporan keuangan
RSPO. Bendahara melaporkan pengelolaan keuangan dan
3
menyampaikan pengeluaran tahun sebelumnya serta anggaran
tahun pembukuan tahun depan untuk pengesahan oleh rapat
majelis anggota. Majelis anggota menetapkan iuran tahunan
yang dbayar anggota. Iuran anggota adalah EURO 2000 per
tahun. Setelah agenda selesai dilanjutkan pemilihan dewan
pengurus. Setiap anggota biasa memiliki 1 hak suara. Anggota
afiliasi boleh hadir dan berpartisipasi tapi tidak memiliki hak
suara. Pembubaran dapat dilakukan apabila didukung oleh
suara mayoritas anggota yang hadir.

Pasal 12: Musyawarah Umum Anggota Luar Biasa


Jika diperlukan atau atas permintaan 1/5 anggota biasa yang
terdaftar, presiden harus menyelenggarakan musyawarah
umum anggota seperti pasal 11. Satu anggota biasa memiliki
satu hak suara. Pembubaran dapat dilakukan apabila didukung
oleh suara mayoritas anggota yang hadir.

Pasal 13: Staf RSPO


RSPO diurus sehari-hari oleh staf, yang dipekerjakan oleh RSPO
atau dibawah kontrak RSPO. Staf menangani kegiatan usaha
sehari-hari dan melaksanakan aktifitas yang dijabarkan dalam
pasal 2 statuta. Dewan pengurus menunjuk dan menetapkan
syarat pekerjaan Sekretaris Jendral dan staf. Sekretaris Jendral
bertanggung jawab menjalankan pengelolaan operasional RSPO
antar tenggang waktu rapat dewan pengurus sesuai dengan
kebijakan umum yang ditetapkan oleh dewan pengurus.

Pasal 14: Pembubaran


Jika terjadi pembubaran diumumkan oleh 2/3 (dua per tiga)
anggota biasa yang hadir dalam musyawarah umum atau
musyawarah umum anggota luar biasa. Satu atau lebih utusan
anggota yang ditunjuk oleh musyawarah majelis anggota
atau musyawarah majelis anggota luar biasa menetapkan
pembagian, jika ada, harta RSPO sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh majelis anggota.
4
Kelompok Kerja RSPO
1. Kelompok Kerja Kriteria (Criteria Working Group)

RSPO Criteria Working Group dibentuk tahun 2005.


Komposisi Pokja: 10 produsen minyak sawit, 5 dari supply
chain (rantai pasok), 5 LSM Lingkungan, dan 5 LSM sosial.
Tugas CWG adalah Menyelesaikan prinsip dan kriteria;
Memberikan pedoman bagaimana kriteria akan dipenuhi;
Mengembangkan pedoman bagaimana penafsiran nasional
(national interpretation) mengenai bagaimana prinsip dan
kriteria sebaiknya dilakukan; Mengembangkan rekomendasi
secara utuh tentang bagaimana penggunaan prinsip dan
kriteria sebaiknya ditangani, termasuk usulan mekanisme
untuk review berkala dan tertentu terhadap prinsip dan
kriteria.

CWG berhasil merumuskan 8 prinsip, 39 kriteria dan lebih


dari 120 indikator produksi minyak sawit berkelanjutan.
Prinsip dan Kriteria RSPO ditinjau-ulang setiap 5 tahun.
Tahun 2012 akan diadakan pembahasan terhadap prinsip dan
kriteria RSPO. Tahun 2012 merupakan tahun peninjauan
kembali terhadap prinsip dan kriteria RSPO setelah 5 tahun
penerapannya.

2. Kelompok Kerja Verifikasi/Sertifikasi

RSPO Verification Working Group atau RSPO Certification


Working Group (CWG/VWG) dibentuk tahun 2006. Agar
tercapai tujuan untuk pembuktian atau verifikasi kepatuhan
penerapan dan pelaksanaan prinsip dan kriteria RSPO oleh
pabrik dan sumber pamasok buah ke pabrik. Tetapi tidak
boleh ada klaim publik terkait kepatuhan terhadap prinsip dan
5
kriteria RSPO dapat dibuat tanpa sertifikasi pihak ketiga dan
pengesahan oleh RSPO. Sertifikasi pihak ketiga diperlukan
untuk evaluasi kepatuhan dengan prinsip dan kriteria RSPO
dan dalam audit rantai pasok (supply chain) untuk memeriksa
bukti kepatuhan dengan persyaratan keterlacakan minyak
sawit berkelanjutan. CWG/VWG dibentuk untuk menyiapkan
rekomendasi mengenai pengaturan sertifikasi untuk
pertimbangan Dewan Pengurus RSPO. Tujuannya adalah untuk
memastikan penilaian RSPO dilaksanakan dengan objektif dan
konsisten dengan tingkat cara yang ketat dan kepercayaan
pemangku kepentingan. Anggota Pokja terdiri dari asosiasi
perusahaan (MPOA, GAPKI), lembaga sertifikasi (CUC,
SIRIM), lembaga penelitian, processor, perusahaan konsultan,
NGO lingkungan dan sosial, dll.

3. Kelompok Kerja Petani Kecil

Task Force on Smallholders atau Gugus Tugas Petani Kecil atau


Kelompok Kerja dibentuk tahun 2006. Dipimpin bersama
oleh Forest Peoples Programme dan Sawit Watch. Mandat TFS
adalah: (1) untuk memastikan kesesuaian Prinsip dan Kriteria
RSPO bagi petani kecil dan membuat usulan-usulan tentang
bagaimana cara terbaik menyelaraskan usulan-usulan tersebut,
secara nasional dan/atau secara umum untuk memastikan
keterlibatan yang menguntungkan petani dalam produksi
minyak sawit berkelanjutan.

Hasil-hasil kerja TFS adalah hingga 2010 (1) Panduan Prinsip


dan Kriteria RSPO untuk petani kemitraan; Panduan Prinsip
dan Kriteria RSPO untuk petani swadaya; (2) Sistem sertifikasi
kelompok untuk petani swadaya; dan (3) Panduan bagi manejer
kelompok petani untuk sertifikasi kelompok.

TFS2 dibentuk untuk bergerak dari sistem kerja menuju


kemampuan teknis turut serta, melaksanakan dan
6
mendapatkan manfaat RSPO. Anggota TFS adalah utusan
Pokja Nasional dari Malaysia, Indonesia, PNG dan Thailand,
Asian Agri, Musim Mas, NASH, FELDA, MPOA, IFC, HSBC,
Solidaridad, GTZ. TFS2 dipimpin bersama oleh Oxfam dan
Sawit Watch.

4. Kelompok Kerja Gas Rumah Kaca

RSPO Greenhouse Gas Working Group (RSPO GHG WG).


Tujuan mengidentifikasi sumber-sumber emisi dari rantai
pasok produksi minyak sawit, perubahan cadangan karbon
dan upaya mitigasi dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Anggota Pokja: Wilmar, Musim Mas, Sime Darby, Sinar Mas,
KLK, Asian Agri, GAPKI, MPOA, IPOC, CIRAD, Unilever,
Wetlands, Conservancy International, WWF International,
Oxfam, Sawit Watch.

Aktifitas Pokja: (1) menyusun panduan dan prosedur


yang dapat digunakan oleh produsen dan pengolah untuk
memantau dan mengurangi gas rumah kaca dari kegiatan
perkebunan kelapa sawit dan fasilitas pengolahan; (2)
menyusun ‘business models’ untuk pilihan berkelanjutan untuk
perkebunan kelapa sawit dalam kawasan gambut termasuk
air, pengelolaan, mekanisme pemulihan, dan rekomendasi
kawasan setelah pemakaian gambut oleh kebun; dan (3)
Mengidentifikasi berbagai peluang menghindari, mengurangi
atau mempengaruhi pengurangan emisi gas rumah kaca dari
penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan

5. Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru

RSPO New Planting Procedure (Pokja) ini dipimpin oleh WWF


International. Anggota MPOA, GAPKI, Musim Mas, Sinar
Mas, Wilmar, Socfindo, IFC, IPOC, ZSL, Oxfam, FPP, dan Sawit
Watch Efektif berlaku 1 Januari 2010 dan evaluasi 2011.
7
Prosedur penanaman baru (1) penilaian dampak sosial
dan lingkungan yang komprehensif dan partisipatif secara
independen berdasarkan kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.4; (2)
implementasi rencana atas hasil-hasil kajian dampak sosial
dan lingkungan berdasarkan kriteria 2.2, 2.3, 6.4, 7.5, 7.6
dampak dan penanganannya; 5.2 dan, 7.3 nilai konservasi
tinggi dan hutan primer; 4.3 dan 7.4 pengelolaan gambut.
(3) Verifikasi konfirmasi dari lembaga sertifikasi diakui RSPO
bahwa kajian dampak dilakukan secara mendalam, kualitas
profesional dan sesuai dengan prinsip, kriteria dan indikator
RSPO. (4) pengumuman publik 30 hari sebelum pembukaan
lahan disampaikan dalam website RSPO. (5) resolusi keluhan
dan sengketa apabila dalam masa 30 hari ada pihak yang
merasa keberatan atau hak mereka diabaikan melalui Prosedur
Keluhan RSPO.

6. Kelompok Kerja ad hoc RSPO Masalah HCV di


Indonesia

Pembentukan RSPO ad hoc Working Group on High


Conservation Values Problems in Indonesia merupakan
Keputusan Dewan Pengurus RSPO bulan Februari 2010
menyikapi temuan penelitian untuk RSPO oleh Forest
Peoples Programme, HuMA, WildAsia dan Sawit Watch.
Temuan penelitian tersebut diantaranya adalah kawasan yang
teridentifikasi mengandung Nilai Konservasi Tinggi/NKT
(HCV) tidak dilindungi. Areal izin lokasi dianggap terlantar
dicabut dan diberikan kepada perusahaan lain yang mau
membuka.

Tujuan pembentukan kelompok kerja ini adalah eksplorasi


pilihan dan solusi atas masalah-kendala pelaksanaan kriteria
RSPO untuk identifikasi dan perlindungan nilai konservasi
tinggi dalam dan sekitar kebun sawit anggota RSPO. Target
dialog pilihan solusi masalah HCV/NKT adalah pemda,
8
kementerian pertanian, pertanahan, penataan ruang nasional
dan lingkungan hidup. Anggota Pokja adalah PPKS Medan,
Wilmar International, Lonsum, Sinar Mas, GAPKI, Oxfam,
HSBC, FPP, HuMA, dan Sawit Watch.

9
Sumber Aturan dan Standar RSPO
1. Beberapa Resolusi Penting RSPO
1) Resolusi pembentukan Task Force on Smallholders (2006)
2) Resolusi tentang kewajiban menyatakan komitmen
mendukung (membeli CSPO dalam rencana terikat waktu)
melalui komunikasi tahunan atas perkembangan dimasukan
dalam Kode Etik RSPO (2008)
3) Resolusi pembentukan kelompok kerja untuk menyediakan
rekomendasi tentang bagaimana mengurus perkebunan
yang telah ada di gambut (2009)
4) RSPO memberlakukan moratorium pembukaan lahan
didalam ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh oleh
anggota RSPO (2009)
5) RSPO membentuk kelompok kerja untuk membangun
sistem untuk membantu biaya sertifikasi untuk petani kecil
(Resolusi 2009)
6) RSPO menetapkan 28 hari pemberitahuan untuk
menyampaikan resolusi anggota (2010)
7) Pernyataan posisi RSPO: hutan non primer (hutan
sekunder, kritis dan vegetasi bukan hutan) dapat mencakup
Nilai Konservasi Tinggi (2010)

2. Tata Tertib/Kode Etik Anggota RSPO


Kode Etik ini mengandung unsur (1) peningkatan peran
dan komitmen; (2) transparansi, pelaporan dan klaim; (3)
pelaksanaan; (4) penetapan harga dan insentif; and (5)
pelanggaran atas tata tertib. Merupakan dasar untuk suatu
integritas, kredibilitas dan kemajuan dari RSPO, setiap
anggota memberikan dukungan, meningkatkan peran dan
mengusahakan produksi, pemanfaatan dan penggunaan
Minyak Sawit Berkelanjutan (Sustainable Palm Oil). Seluruh
Anggota Biasa dan Anggota Afiliasi harus bertindak dengan
10
niat yang baik menuju tujuan dan berkomitmen untuk
mematuhi prinsip-prinsip yang diatur dalam Tata Tertib ini.
Tata Tertib ini berlaku untuk seluruh Anggota Biasa dan
Anggota Afiliasi RSPO terkait dengan kegiatan mereka di
sektor minyak kelapa sawit dan produk turunannya.

Naskah Kode Etik

1. Peningkatan Peran dan Komitmen


1.1 Keanggotaan organisasi akan mengakui keanggotaan
mereka di RSPO, termasuk tujuan, ketentuan dan
peraturan RSPO, Prinsip dan Kriteria (P&C) dan masing-
masing national interpretasi dan proses penerapannya,
melalui persetujuan tertulis dan eksplisit.
1.2 Para anggota akan meningkatkan peran dan
mengkomunikasikan komitmen ini dalam organisasinya
sendiri dan kepada konsumennya, pemasok, sub-
kontraktor dan di sepanjang rantai pasok yang lebih luas,
bila diperlukan.
1.3 Keanggotaan RSPO harus disetujui oleh perwakilan senior
dari organisasi anggota.

2. Transparansi, pelaporan dan klaim


2.1 Para anggota tidak akan membuat klaim yang
menyesatkan atau tanpa dasar mengenai produksi,
pemanfaatan atau penggunaan minyak sawit
berkelanjutan.
2.2 Para anggota diminta untuk memberikan laporan tahunan
mengenai perkembangan pelaksanaan Tata Tertib ini.
2.3 Para anggota akan berkomitmen untuk membina
hubungan yang terbuka dan transparan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan, dan secara aktif mencari
penyelesaian atas konflik.

11
3. Pelaksanaan
3.1 Para anggota yang kepadanya P&C diberlakukan akan
berusaha menuju penerapan dan sertifikasi P&C.
3.2 Para anggota yang kepadanya P&C tidak diberlakukan
secara langsung akan menerapkan standar paralel yang
berhubungan dengan organisasi mereka sendiri, yang
mana standard tersebut tidak dapat lebih rendah dari
yang telah ditetapkan dalam P&C.
3.3 Para anggota bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa komitmen mereka kepada tujuan RSPO didukung
dengan sumberdaya yang cukup dalam organisasinya.
3.4 Personel terkait dalam organisasi anggota akan diberikan
informasi yang sesuai agar memungkinkan mereka
bekerja menuju tujuan RSPO dalam pekerjaannya.
3.5 Para anggota akan berbagi dengan anggota yang
lain mengenai pengalaman dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung
terwujudnya minyak sawit berkelanjutan.
3.6 Para anggota yang kepadanya P&C tidak diberlakukan
secara langsung akan secara aktif berusaha
mempromosikan minyak sawit berkelanjutan dan akan
memberikan dukungan kepada anggota yang terikat
untuk melaksanakan P&C RSPO.

4. Penetapan harga dan insentif


4.1 Para anggota yang memanfaatkan minyak sawit akan
mengintegrasikan penerapan dan verifikasi independent
dari P&C sebagai panduan penilaian kinerja yang positif
pada saat menilai kinerja pemasok.
4.2 Para anggota akan mematuhi sepenuhnya pedoman anti-
trust RSPO, dan menghindari setiap tindakan yang akan
dianggap sebagai praktek anti-kompetisi.

5. Pelanggaran atas Tata Tertib


5.1 Para anggota akan berusaha untuk menyelesaikan
12
perselisihan secara langsung dengan organisasi anggota
yang lain pada waktu dan cara yang tepat, dan tidak akan
membuat tuduhan yang tidak berdasar atas pelanggaran
terhadap anggota yang lain.
5.2 Pelanggaran atas Tata Tertib ini, atau atas peraturan dan
ketentuan RSPO akan mengarah pada pemberhentian
dari keanggotaan organisasi (RSPO).
5.3 Sebelum mencari penyelesaian kepada pihak luar atas
kasus tuduhan pelanggaran Tata Tertib yang belum
terselesaikan, anggota akan melaporkan pelanggaran
kepada Executive Board, yang mana kemudian Executive
Board akan menindaklanjuti tuduhan pelanggaran
tersebut sesuai dengan prosedur penanganan perselisihan
RSPO.
5.4 Anggota Executive Board yang ditemukan, setelah
melalui pemeriksaan, telah melanggar Tata Tertib ini,
akan diganti.

3. Prinsip dan Kriteria RSPO


1) Komitmen terhadap transparansi
2) Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku;
3) Pengelolaan perencanaan yang bertujuan untuk mencapai
kelayakan finansial dan ekonomis jangka panjang;
4) Penggunaan tata kelola terbaik oleh perusahaan dan pabrik;
5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya
alam dan keanekaragaman hayati;
6) Pertimbangan tanggung jawab terhadap pekerja dan
perorangan serta masyarakat terkena dampak oleh
perusahaan dan pabrik;
7) Tanggung jawab pembangunan penaman baru;
8) Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus dalam semua
bidang aktifitas.

13
Perbandingan Prinsip RSPO dan Syarat Minimal
Sawit Watch
Prinsip RSPO Bottomline Sawit Watch

1) Komitmen terhadap transparansi 1) Tidak ada konversi hutan primer


2) Memenuhi hukum dan peraturan dan ekosistem Nilai Konservasi
yang berlaku; Tinggi/HCV
3) Pengelolaan perencanaan yang 2) Mematuhi prinsip keputusan
bertujuan untuk mencapai bebas, didahulukan dan
kelayakan finansial dan ekonomis diinformasikan sebagai hak
jangka panjang; masyarakat
4) Penggunaan tata kelola terbaik 3) Menghargai hak adat/ulayat
oleh perusahaan dan pabrik; 4) Tidak ada pemberian izin (HGU)
5) Tanggung jawab lingkungan dan pada lahan yang secara syah dalam
konservasi sumber daya alam dan sengketa
keanekaragaman hayati; 5) Perusahaan harus menghargai
6) Pertimbangan tanggung jawab hukum internasional yang
terhadap pekerja dan perorangan diratifikasi
serta masyarakat terkena dampak 6) Tidak ada pembakaran untuk
oleh perusahaan dan pabrik; penanaman dan peremajaan
7) Tanggung jawab pembangunan kelapa sawit
penaman baru; 7) Tidak ada kekerasan dalam
8) Komitmen terhadap perbaikan pembangunan yang berkaitan
terus-menerus dalam semua perkebunan kelapa sawit
bidang aktifitas. 8) Penghargaan terhadap Hak-Hak
Buruh
9) Menghargai hak perempuan
(keadilan gender)

14
Membaca Prinsip dan Kriteria RSPO

Contoh Prinsip 2 Kepatuhan hukum dan peraturan

Kriteria 2.3 (ketentuan)


Penggunaan tanah untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak
berdasarkan hukum, atau hak ulayat, atas pengguna lain, tanpa
keputusan bebas, didahulukan dan diinformasikan dari mereka.

Indikator (alat bukti):


Peta hak ulayat/adat dalam skala yang tepat (kriteria 2.3, 7.5 dan 7.6)
Salinan kesepakatan perundingan persetujuan masyarakat
(kriteria 2.3, 7.5 dan 7.6)

Norma/nilai dalam masyarakat (dinamika):


Peta modern?
Bahasa apa?
Sudah benar secara adat?
Apakah perempuan dilibatkan?

15
Contoh:
Memetakan praktek dan kepatuhan FPIC

16
4. Sistem Sertifikasi RSPO

Menjadi pedoman untuk melakukan penilaian pelaksanaan


dan kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO oleh pihak
ketiga independen. Untuk memastikan tidak boleh ada klaim
publik terkait kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO
dapat dibuat tanpa sertifikasi pihak ketiga dan pengesahan oleh
RSPO.

Isi dokumen sistem sertifikasi terdiri dari (1) pendahuluan;


(2) standar sertifikasi; (3) persyaratan akreditasi: mekanisme
pengesahan dan pemantauan lembaga sertifikasi pihak ketiga;
(4) persyaratan proses sertifikasi; (5) pendanaan sertifikasi
RSPO; dan (6) definisi.

Termasuk lampiran (1) pengesahan penafsiran nasional; (2)


prosedur akreditasi lembaga sertifikasi; (3) indikator wajib
(indiktor mayor dan minor); (4) format laporan publik
sertifikasi; dan (5) prosedur keluhan dan keberatan.

Sertifikasi pihak ketiga diperlukan untuk evaluasi kepatuhan


dengan prinsip dan kriteria RSPO dan dalam audit rantai pasok
(supply chain) untuk memeriksa bukti kepatuhan dengan
persyaratan keterlacakan minyak sawit berkelanjutan.

17
Kompetensi Lembaga Sertifikasi

# Sebagai persyaratan minimum, harus sesuai dengan


ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam ISO 19011:
2002 Panduan untuk sistem audit kualitas dan/atau
pengelolaan lingkungan, dengan beberapa modifikasi untuk
memperhitungkan persyaratan-persyaratan khusus minyak
sawit dan evaluasi rantai penyimpanan (chain of custody).
18
# Tatacara penilaian untuk penilaian sertifikasi terhadap Kriteria
RSPO harus mewajibkan tim menunjukan keahlian sektor
sawit yang memadai untuk menangani seluruh persyaratan
Kriteria RSPO terkait penilaian khusus persoalan hukum,
teknis, lingkungan dan sosial, dan harus memasukan anggota
tim yang fasih bahasa utama sesaui dengan lokasi dimana
penilaian tertentu sedang berlangsung, termasuk bahasa
pihak-pihak terkena dampak seperti masyarakat setempat.

Kompetensi Lead Auditor

Pemimpin penilai (lead auditor) harus memiliki, sebagai syarat


minimum:
- pendidikan minimum lulusan sekolah tinggi (lulusan sekolah
menengah) di bidang pertanian, ilmu lingkungan atau ilmu
sosial;
- paling sedikit lima tahun pengalaman profesional dalam
ranah kerja berkaitan dengan audit (misalnya, manajemen
minyak sawit; pertanian, ekologi; ilmu sosial);
- pelatihan dalam penerapan praktis Kriteria RSPO, dan
Sistem Seritifikasi RSPO; berhasil menyelesaikan ISO
9000/19011 kursus pemimpin auditor;
- masa bimbingan pelatihan dalam audit praktis terhadap
Kriteria RSPO atau standar berkelanjutan serupa, dengan
pengalaman minimum 15 hari pengalaman audit dalam tiga
audit terakhir pada tiga organisasi berbeda

Kompetensi Team Audit

4.1.3 Tatacara penilaian untuk verifikasi penilaian terhadap


Kriteria RSPO harus mewajibkan agar tim memasukan
pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk
menangani seluruh persyaratan Kriteria RSPO, yang
mencakup masalah-masalah hukum, teknis, lingkungan
dan sosial terkait penilaian khusus:
19
Pengalaman kerja lapangan dalam sektor minyak sawit,

atau kemampuan yang setara.
Praktek Pertanian Baik (Good Agricultural Practices/

GAP), dan Pengelolaan Hama Terpadu (IPM),
penggunaan pestisida dan pupuk.
Audit kesehatan dan keselamatan dalam kebun dan

fasilitas pabrik pengolahan, misalnya OHSAS 18001
atau Sistem Jaminan Keselamatan, Kesehatan dan
Kecelakaan Kerja.
Pengalaman audit masalah-masalah kesejahteraan

pekerja dan pengalaman audit sosial, misalnya audit
SA8000 atau aturan akuntabilitas etis.
Audit lingkungan dan ekologi, misalnya pengalaman

dengan pertanian organik, ISO 14001 atau Sistem
Pengelolaan Lingkungan (EMS).
Fasih dalam bahasa utama di lokasi penilaian khusus

sedang berlangsung, termasuk bahasa-bahasa pihak-pihak
potensi terkena dampak misalnya masyarakat setempat.

Persyaratan-persyaratan sertifikasi bagian (Partial


Certification Requirements)

(e) Tidak ada penggantian hutan primer atau setiap kawasan


yang ditemukan mengandung satu atau lebih Nilai
Konservasi Tinggi (NKT/HCV) atau diperlukan untuk
mempertahankan atau meningkatkan NKT sesuai dengan
Kriteria 7.3 RSPO. Setiap penanaman baru sejak 2010 harus
mematuhi Prosedur Penanaman Baru RSPO
(f) Konflik-konflik lahan, jika ada, diselesaikan melalui sebuah
proses yang disepakati bersama, misalah Prosedur Keluhan
RSPO atau Fasilitas Penanganan Sengketa, sesuai dengan
Kriteria RSPO 6.4, 7.5 dan 7.6.
(g)Sengketa-sengketa buruh, jika ada, diselesaikan melalui
sebuah proses yang disepakati bersama, sesuai dengan
kriteria RSPO 6.3.
20
(h)Ketidak-patuhan hukum, jika ada diselesaikan sesuai dengan
persyaratan ketentuan hukum, dengan mengacu pada
kriteria RSPO 2.1 dan 2.2.

21
Mekanisme Akuntabilitas RSPO
1) Proses keluhan/Prosedur keberatan

RSPO Grievance Procedure berlaku terhadap anggota biasa


(ordinary member) RSPO yang tidak belum melakukan
sertifikasi kepatuhan prinsip dan kriteria RSPO. Grievance
Panel ditangani langsung oleh Dewan Pengurus (EB RSPO)
dari setiap kategori keanggotaan (grower, processor, social
and environmental NGO). GP memenuhi kebutuhan RSPO
untuk menangani laporan keberatan terhadap anggota RSPO
mencerminkan sifat, misi dan tujuan RSPO. Secara khusus
proses keberatan memenuhi hal berikut:
1) Menyediakan bagian khusus (focal point) untuk laporan
resmi kepada anggota RSPO.
2) Menyediakan proses yang terang, terbuka dan netral untuk
mencapai dan menyelesaikan keberatan terhadap anggota
RSPO.
3) Memberikan kesempatan tindakan atau prakarsa untuk
mungkin meningkatkan hubungan baik antara pihak.

2) Mekanisme keberatan sertifikasi

Prosedur mekanisme keberatan sertifikasi menguraikan


mekanisme untuk menyelesaikan keluhan dan keberatan
terhadap kinerja lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh
Badan Pengurus RSPO.

Keluhan dan keberatan dapat diajukan oleh pihak


berkepentingan, bila pihak berkepentingan memiliki
kepentingan yang syah, atau terkena dampak langsung oleh,
berbagai operasi organisasi yang telah dinilai atas pemenuhan
Kriteria RSPO atau oleh keputusan sertifikasi.
22
Hal ini termasuk keberatan berkaitan dengan proses dan hasil
dari sebuah penilaian sertifikasi atau tentang dengan aspek
lainnya berkaitan dengan implementasi sistem sertifikasi RSPO.

Proses menyampaikan dan menangani pengaduan tidak terkait


dengan proses atau hasil sebuah penilaian sertifikasi atau
aspek lain berhubungan implementasi sistem sertifikasi RSPO
ditangani melalui proses lainnya.

3) Fasilitas penanganan sengketa

Menyediakan sarana untuk mencapai resolusi yang adil


dan jangka panjang terhadap sengketa-sengketa dalam
waktu yang lebih efisien dan kurang birokratis dan/atau
secara legalistik, sementara tetap menjunjung tinggi semua
ketentuan/persyaratan RSPO termasuk kepatuhan dengan
peraturan yang berlaku. Mengurangi beban administrasi dan
teknis dalam pada Proses Keluhan yang ada saat ini dan para
pelaksananya. Sengketa tanah yang berhubungan dengan
minyak sawit menunjukkan bahwa sebagian besar adalah
akibat dari kurangnya FPIC, pengakuan suara masyarakat,
dan menghormati hak-hak adat. RSPO P & C kriteria 2.2, 2.3,
6.4, 7.5, dan 7.6 secara spesifik membutuhkan beberapa jenis
interaksi soal bagaimana produsen untuk melanjutkan ketika
berhadapan dengan isu seputar penggunaan lahan dan hak-hak
adat masyarakat lokal, dan terutama untuk mengikuti proses
FPIC persyaratan P & C.

23
24
PENJABARAN PENERAPAN PRINSIP & KRITERIA RSPO
Prinsip 1 Komitmen terhadap transparansi

25
Kriteria 1.1
Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit memberikan
informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya dalam
bahasa dan bentuk yang sesuai, untuk memungkinkan adanya
partisipasi efektif dalam pengambilan keputusan.

Panduan:
Pihak perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memberikan
respon konstruktif dan segera atas permintaan informasi dari
stakeholder. Lihat Kriteria 1.2. untuk persyaratan terkait
dokumentasi untuk publik. Lihat Kriteria 6.2. untuk masalah
konsultansi.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Rekaman Permintaan informasi;
2. Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi; dan
3. Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan
dengan masa simpan yang ditentukan oleh Perusahaan
berdasarkan kepentingannya.

Catatan pengamatan:

Rumusan Kewajiban dan tanggung jawab


No. pengamatan Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 1.2
Dokumen perusahaan tersedia secara umum, kecuali jika
dokumen tersebut dilindungi oleh kerahasiaan komersial atau
bilamana pengungkapan informasi tersebut akan berdampak
negatif terhadap lingkungan atau sosial.

26
Panduan:
Contoh-contoh informasi rahasia yang bersifat komersial
meliputi data keuangan seperti biaya dan pendapatan, dan
rincian-rincian yang berhubungan dengan pelanggan dan/atau
pemasok. Data yang dapat mempengaruhi kerahasiaan pribadi
juga dikategorikan sebagai dokumen rahasia.

Menurut dokumen penafsiran nasional Prinsip dan Kriteria


RSPO, contoh-contoh informasi yang pengungkapannya
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
atau sosial meliputi informasi tentang situs spesies langka
yang pengungkapannya dapat meningkatkan resiko terhadap
perburuan atau penangkapan untuk perdagangan, atau situs-
situs keramat yang hendak dipelihara masyarakat.

Bukti pemenuhan kriteria:


Jenis Informasi dan tanggapan yang diberikan mencakup
dokumen yang sesuai peraturan nasional yang berlaku:
- Hukum: Dokumen Perijinan (Ijin Lokasi, Izin Usaha
Perkebunan, Sertifikat HGU (Hak Guna Usaha) atau
Dokumen-dokumen yang mengarah ke pengurusan
sertifikat HGU sesuai tahapannya).
- Lingkungan: Dokumen Analisis Dampak Lingkungan
dan Sosial (AMDAL/UKLUPL), Laporan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (Laporan RKL-RPL).
- Sosial: Dokumen aktivitas sosial dan hubungan dengan
masyarakat. Dokumentasi Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Dokumentasi Program Perbaikan Berkelanjutan
2. Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan
dengan masa simpan yang ditentukan oleh Perusahaan
berdasarkan kepentingannya.

27
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

28
Prinsip 2: Memenuhi hukum dan peraturan yang
berlaku

29
Kriteria 2.1
Adanya kepatuhan terhadap semua hukum dan peraturan yang
berlaku baik lokal, nasional maupun Internasional yang telah
diratifikasi.

Panduan:
Identifikasi kemungkinan adanya ketidak-konsistensian antara
peraturan nasional, regional, dan lokal. Memenuhi seluruh
persyaratan hukum merupakan persyaratan dasar yang esensial
untuk seluruh perkebunan, di mana pun lokasi mereka atau
seberapa besarnya pun skala mereka.

Perundang-undangan yang relevan meliputi, namun tidak


terbatas pada, peraturan tentang penguasaan tanah dan hak
atas tanah (termasuk hak-hak tradisional masyarakat hukum
adat), tenaga kerja, praktek-praktek pertanian (misalnya
penggunaan pestisida atau bahan-bahan kimia), lingkungan
(misalnya UU tentang satwa liar, polusi, pengelolaan
lingkungan, dankehutanan), tempat penyimpanan, transportasi
dan proses pengolahan.

Perundang-undangan dimaksud juga meliputi UU yang


dikeluarkan di bawah UU atau konvensi internasional
(misalnya Konvensi Keanekaragaman Hayati, CBD). Lebih
dari itu, dimana negara-negara memiliki provisi untuk
menghormati hukum adat, maka halhal ini perlu menjadi
perhatian. Untuk produsen kecil fokus perlu ditujukan pada
perkebunan yang memiliki pengetahuan akan persyaratan
hukum dan yang menerapkannya.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Bukti pemenuhan persyaratan hukum yang berlaku dan
terkait.
2. Bukti adanya usaha untuk melakukan penyesuaian terhadap
perubahan peraturan.
30
3. Bukti adanya sistem yang terdokumentasi yang berisi
informasi tentang persyaratan hukum dan peraturan yang
harus dipenuhi oleh perusahaan perkebunan.
4. Mekanisme evaluasi pelaksanaan pemenuhan persyaratan
hukum dan peraturan yang berlaku dan terkait.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 2.2
Hak untuk menguasai dan menggunakan tanah dapat
dibuktikan dan tidak dituntut secara sah oleh komunitas lokal
dengan hak-hak yang dapat dibuktikan.

Panduan:
• Sekiranya terdapat konflik mengenai status lahan yang
akan digunakan, bukti-bukti tindakan yang telah dilakukan
untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan pihak-pihak
yang terkait tersedia.
• Untuk setiap konflik atau perselisihan lahan, luasan areal
yang diperselisihkan sebaiknya dipetakan dengan cara yang
partisipatif.
• Mekanisme penyelesaian konflik terdapat pada Kriteria 6.3
dan 6.4
• Seluruh kegiatan operasional yang dilaksanakan diluar batas
legal harus dihentikan. Identifikasi kemungkinan adanya hak
adat atau kemungkinan adanya perselisihan.

31
Bukti pemenuhan kriteria:
1. Dokumen yang menunjukkan penguasaan/ pengusahaan
tanah yang sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Bukti legal/tanda-tanda batas areal yang legal
didemarkasikan secara jelas dan terpelihara.
3. Apabila terdapat, atau sudah terdapat perselisihan, maka
tersedia bukti penyelesaian atau perkembangan penyelesaian
dengan proses penyelesaian konflik yang diterima oleh para
pihak.
3. Bukti penyelesaian pembebasan lahan dengan keputusan
bebas (tanpa tekanan), didahulukan dan diinformasikan
(Free, Prior and Informed Consent (FPIC).
4. Tersedianya mekanisme penyelesaian konflik yang diterima
oleh Para pihak.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 2.3
Penggunaan Lahan untuk Kelapa Sawit tidak mengurangi
hak berdasarkan hukum dan hak tradisional pengguna lain
tanpa keputusan bebas (tanpa tekanan), didahulukan dan
diinformasikan dari mereka.

Panduan:
Jika lahan terdapat suatu hak berdasarkan hukum atau
hak tradisional maka pihak perkebunan harus dapat
memperlihatkan bahwa hak-hak ini dipahami, dan tidak

32
terancam atau dikurangi. Kriteria ini harus dilihat bersama
kriteria 6.4, 7.5 dan 7.6. Jika daerah hak tradisional ini tidak
jelas, maka penentuannya paling baik dilakukan melalui
kegiatan pemetaan bersama yang melibatkan masyarakat yang
terkena dampak maupun masyarakat sekitar.

Kriteria ini memungkinkan adanya penjualan dan penjanjian


yang dinegosiasi untuk memberikan kompensasi pengguna
tanah lain akibat kehilangan keuntungan dan atau hak yang
dilepaskan. Perjanjian yang dinegosiasikan harus dilakukan
tanpa paksaan, dengan sukarela dan dibuat sebelum investasi
baru atau operasi, dan didasarkan atas pembagian yang
terbuka atas semua informasi terkait dalam bentuk dan bahasa
yang sesuai, termasuk di dalamnya analisa dampak, usulan
pembagian keuntungan dan pengaturan secara hukum.

Masyarakat harus diperbolehkan mencari bantuan hukum


jika mereka menginginkannya. Masyarakat harus diwakili
oleh lembaga atau representatif pilihan mereka sendiri, yang
beroperasi secara transparan dan melakukan komunikasi
terbuka dengan anggota masyarakat yang lain. Waktu yang
memadai harus diberikan bagi pengambilan keputusan
secara adat dan dapat dilakukan negosiasi berulang-ulang,
jika diminta. Perjanjian yang telah dinegosiasi harus dapat
mengikat semua pihak terkait, dan dapat dijadikan alat
bukti dalam proses pengadilan. Menetapkan kepastian dalam
negosiasi lahan merupakan suatu keuntungan jangka panjang
bagi seluruh pihak terkait. Untuk definisi Hak Tradisional, lihat
Lampiran Definisi.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Rekaman proses negosiasi antara pemilik hak tradisional
(jika ada) dengan dengan perusahaan kelapa sawit yang
dilengkapi dengan rekaman peta dalam skala yang sesuai.
2. Tersedia peta dalam skala memadai yang menunjukkan
33
adanya wilayah-wilayah di bawah hak-hak tradisional yang
diakui.
3. Salinan perjanjian-perjanjian yang telah dinegosiasikan
lengkap dengan proses-proses persetujuannya.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

34
Prinsip 3: Komitmen terhadap kelayakan ekonomi
dan keuangan jangka panjang

35
Kriteria 3.1
Terdapat rencana manajemen yang diimplementasikan
yang ditujukan untuk mencapai keamanan ekonomi dan
keuangan dalam jangka panjang.

Panduan:
Meskipun diakui bahwa keuntungan jangka panjang
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kontrol langsung,
pimpinan harus mampu menunjukkan perhatian terhadap
kelayakan ekonomi dan keuangan lewat perencanaan
manajemen jangka panjang. Rencana usaha atau pengelolaan
dapat meliputi :
• Perhatian terhadap kualitas bahan-bahan yang ditanam
• Proyeksi tanaman = tren hasil tandan buah segar
• Tingkat ekstraksi pabrik = tren OER
• Biaya produksi = biaya per ton tren CPO
• Perkiraan harga
• Indikator finansial
• Perhitungan yang dianjurkan – tren rata-rata (mean) operasi
3 tahun dalam sepuluh tahun terakhir (tren TBS mungkin
memberikan hasil yang rendah selama program penanaman
kembali yang luas). Pihak perkebunan perlu memiliki sistem
untuk meningkatkan kinerja, yang sesuai dengan informasi
dan teknik-teknik baru.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Dokumen rencana kerja perusahaan untuk jangka waktu
minimum 3 tahun.
2. Rencana program replanting tahunan, dimana berlaku,
untuk minimum 5 tahun ke depan yang setiap tahun
dilakukan kaji ulang.

36
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

37
Prinsip 4: Penggunaan praktek terbaik dan tepat oleh
perkebunan dan pabrik

38
Kriteria 4.1
Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan
diimplementasikan dan dipantau secara konsisten.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Tatacara Operasional Standar (Standard Operational Procedure
(SOP)) Kebun mulai dari LC (Pembukaan Lahan) sampai
dengan panen tersedia.
2. SOP Pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai pengiriman
CPO & PKO tersedia.
3. Terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan
operasional minimal satu kali setahun.
4. Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.2
Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau
bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada
tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan.

Panduan:
Kesuburan jangka panjang tergantung pada upaya
mempertahankan struktur, kandungan senyawa organik, status
nutrisi dan kesehatan mikrobiologis tanah. Pihak pengelola
perlu memastikan bahwa mereka mengikuti praktek-praktek
terbaik. Efisiensi nutrisi harus mempertimbangkan usia
tanaman dan kondisi tanah.

39
Bukti pemenuhan kriteria:
1. Rekaman kegiatan analisa tanah, daun dan visual secara
berkala.
2. Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan,
tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi)
berdasarkan hasil analisa pada (1).

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.3
Praktek-Praktek meminimalisasi dan mengendalikan erosi dan
degradasi tanah

Panduan:
Teknik-teknik yang dapat meminimalisir erosi tanah haruslah
teknik-teknik yang sudah cukup dikenal dan harus diterapkan
jika memungkinkan. Hal ini dapat meliputi praktek-praktek
seperti pengelolaan tanaman penutup tanah, daur ulang
biomassa, pembuatan teras dan regenrasi alami atau restorasi
sebagai pengganti replanting.

Untuk tanaman yang sudah ada dilahan gambut, tinggi


muka air harus dipertahankan pada batas rata-rata 60 cm dari
permukaan tanah (kisaran 50-75 cm) melalui suatu jaringan
struktur pengendalian air seperti; tanggul air, kantong pasir, dll
di lapangan dan pintu air untuk titik pembuangan dari saluran
utama (lihat kriteria 4.4 dan 7.4)

40
Bukti pemenuhan kriteria:
1. Peta tanah yang marjinal tersedia.
2. Strategi pengelolaan untuk penanaman pada areal dengan
kemiringan tertentu (dengan mempertimbangkan kondisi
tanah dan iklim setempat) tersedia.
3. Tersedianya program pemeliharaan jalan.
4. Program pengelolaan tinggi muka air pada lahan gambut
untuk meminimumkan penurunan permukaan tanah
gambut tersedia.
5. Strategi pengelolaan tanah marjinal dan tanah kritis
lainnya (tanah berpasir, tanah mengandung sulfat masam,
kandungan bahan organik rendah) tersedia.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.4
Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air
permukaan dan air tanah.

Panduan:
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu mengatasi
efek penggunaan air mereka dan efek kegiatan mereka
terhadap sumber air setempat. Praktek-praktek yang dapat
dilakukan meliputi:
• Mempertimbangkan efisiensi pemanfaatan dan pemeliharaan
(renewability) sumber air.
• Memastikan bahwa penggunaan air tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap pengguna lain.

41
• Menghindari kontaminasi terhadap air permukaan dan
air tanah akibat pengikisan tanah, pemakaian suplemen
nutrisi atau bahanbahan kimia, atau akibat pembuangan
limbah yang tidak memadai termasuk limbah cair pabrik
pengolahan kelapa sawit.
• Pemeliharaan yang memadai terhadap limbah pabrik dan
monitoring berkala atas kualitas limbah, yang sesuai dengan
perundang-undangan nasional.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Perlindungan aliran air dan lahan basah termasuk menjaga
dan memelihara daerah sempadan sungai pada saat atau
sebelum peremajaan atau replanting.
2. Rekaman pelaksanaan program pengelolaan air.
3. Rekaman pemantauan BOD limbah cair Pabrik
4. Rekaman pemantauan penggunaan air untuk pabrik per ton
TBS.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.5
Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang
berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan
menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang
memadai.

Panduan:
Pihak perkebunan sebaiknya menerapkan tehnik pengendalian

42
hama terpadu (PHT) yang diakui, yang menggunakan teknik
budidaya, biologis, mekanis atau fisik untuk meminimalisir
penggunaan bahan-bahan kimia. Sedapat mungkin spesies asli
digunakan dalam kontrol biologis.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Program PHT yang terdokumentasi dan terkini.
2. Rekaman monitoring luasan PHT dan termasuk trainingnya
3. Rekaman monitoring toksisitas pestisida unit (bahan aktif
(LD50) per ton TBS atau per Hektar)

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.6
Bahan kimia pertanian digunakan dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan dan lingkungan. Bahan yang bersifat
propilaktik tidak digunakan dan apabila bahan kimia pertanian
yang digunakan tergolong sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau
bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm
atau Konvensi Rotterdam, maka perkebunan secara aktif
mencari alternatif dan proses ini didokumentasikan.

Panduan:
Beberapa pertimbangan penting adalah persyaratan-
persyaratan wajib peraturan mengenai penggunaan pestisida,
daftar bahan kimia pertanian yang dilarang, limbah wadah
bahan kimia pertanian yang harus diuji dan ambang batas
kandungan limbah, dan praktek pengelolaan terbaik untuk

43
penggunaan bahan kimia pertanian atau sumber informasi
mengenai hal-hal tersebut. Catatan: RSPO akan mencari
alternatif pengganti yang aman dan murah terhadap bahan
kimia pertanian yang dikategorikan oleh Organisasi Kesahatan
Dunia Type 1A atau 1B, atau didaftar oleh Stockholm atau
Rotterdam Conventions, dan paraquat.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Bukti-bukti hanya menggunakan agro kimia yang terdaftar
dan diijinkan oleh instansi yang berwenang.
2. Rekaman penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang
digunakan, area yang diaplikasikan, jumlah penggunaan per
ha dan jumlah berapa kali aplikasi).
3. Bukti-bukti dokumentasi bahwa penggunaan agro kimia
(bahan kimia pertanian) sesuai dengan target spesies, dosis
yang sesuai, dan diaplikasikan oleh tenaga terlatih sesuai
dengan petunjuk penggunaan pada label produk dan
petunjuk penyimpanan.
4. Limbah agro kimia termasuk limbah kemasan pestisida
dibuang sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5. Bukti-bukti dokumentasi yang menunjukkan bahwa
bahan-bahan kimia yang dikategorikan sebagai Tipe 1A
atau 1B WHO atau bahanbahan yang termasuk dalam
daftar Konvensi Stockholm dan Rotterdam, serta paraquat
dikurangi atau dihilangkan penggunaannya.
6. Rekaman hasil pemeriksaan kesehatan bagi operator atau
pekerja.
7. Rekaman tidak ada tenaga penyemprot wanita yang sedang
hamil atau menyusui.

44
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.7
Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan,
disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif.

Panduan:
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu memastikan
bahwa tempat kerja, mesin-mesin, peralatan, transportasi dan
proses-proses yang berada di bawah kontrol mereka aman
dan tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Pihak
perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu memastikan bahwa
bahan-bahan dan agen kimia, fisika dan biologis yang berada
di bawah kontrol mereka tidak menimbulkan resiko kesehatan
jika sudah ditangani secara benar.

Lingkungan kerja yang aman dan sehat harus tersedia bagi


seluruh pekerja, baik para karyawan maupun kontraktor.
Rencana kesehatan dan keselamatan harus juga merujuk
panduan Konvensi ILO No. 184 (lihat Lampiran Daftar
Peraturan & Perundang-undangan Terkait).

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Bukti adanya dokumentasi kebijakan program kesehatan dan
keselamatan kerja dan implementasinya.
2. Orang yang bertanggung jawab dalam program kesehatan
dan keselamatan kerja harus diidentifikasi dan tersedia
rekaman pertemuan berkala untuk membicarakan masalah

45
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja.
3. Tersedia asuransi kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.
4. Pemeriksaan berkala bagi karyawan yang bekerja di
stasiunstasiun atau pekerjaan yang beresiko tinggi oleh
dokter.
5. Rekaman analisis resiko untuk program kesehatan dan
keselamatan kerja.
6. Rekaman training atau pelatihan program kesehatan dan
keselamatan kerja.
7. Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
8. Bukti pemenuhan peralatan program kesehatan dan
keselamatan kerja dan peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) di lokasi kerja.
9. Para pekerja yang telah pendapatkan pelatihan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) harus berada dalam
kegiatan operasional di lapangan dan pabrik.
10.Rekaman tentang kecelakaan kerja yang terjadi harus
disimpan dengan baik dan secara berkala ditinjau kembali.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 4.8
Seluruh staf, karyawan, petani dan kontraktor harus terlatih
secara memadai.

Panduan:
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu memberikan
pelatihan kepada seluruh staf, karyawan dan petani supaya

46
mereka dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
mereka sesuai dengan prosedur yang terdokumentasi, dan
sesuai dengan persyaratan prinsip-prinsip dan kriteria-kriteria
ini.

Kontraktor harus diseleksi berdasarkan kemampuan didalam


memenuhi pekerjaannya dan tanggung jawabnya sesuai
dengan prosedur yang terdokumentasi dan dalam memenuhi
persyaratan RSPO P&C dan Panduan. Para pekerja di lahan
petani juga membutuhkan pelatihan dan ketrampilan yang
memadai, dan hal ini dapat dicapai lewat penyuluhan oleh
pihak perkebunan atau pabrik yang membeli buah mereka,
oleh organisasi petani, atau lewat kerjasama dengan institusi
dan organisasi lain. Untuk petani catatan pelatihan tidak perlu
dibuat namun siapa saja yang bekerja di lahan perkebunan
perlu mendapatkan pelatihan untuk kebutuhan pekerjaan
mereka.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Program pelatihan untuk staff, karyawan dan petani plasma,
sesuai dengan jabatan dan kompetensi masing-masing
pekerja dan terdokumentasi.
2. Rekaman pelatihan bagi setiap karyawan tersedia.
3. Bukti bahwa Perusahaan menggunakan kontraktor yang
terlatih

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

47
Prinsip 5: Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

48
Kriteria 5.1
Aspek manajemen perkebunan dan pabrik yang menimbulkan
dampak lingkungan diidentifkasi, dan rencana-rencana
untuk mengurangi dampak negatif dan mendorong dampak
positif dibuat, diimplementasikan dan dimonitor untuk
memperlihatkan kemajuan yang kontinu (terus-menerus).

Panduan:
Dokumentasi analisis dampak adalah AMDAL (perkebunan
dengan luas > 3000 Ha) dan UKL-UPL (perkebunan dengan
luas < 3000Ha). Mengingat kegiatan-kegiatan pembangunan
pada umumnya mengubah lingkungan hidup, maka menjadi
penting memperhatikan komponen-komponen lingkungan
hidup yang berciri:

1. Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan


dijaga serta dilestarikan fungsinya seperti;
• Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer;
• Sumber daya air;
• Keanekaragaman hayati;
• Kualitas udara;
• Warisan alam dan warisan budaya;
• Kenyamanan lingkungan hidup;
• Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan
lingkungan hidup.

2. Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara


mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, seperti antara lain:
• Fungsi ekosistem;
• Pemilikan dan penguasaan lahan;
• Kesempatan kerja dan usaha;
• Taraf hidup masyarakat;
• Kesehatan masyarakat.

49
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
terdiri atas 3 dokumen utama; 1) Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL), 2) Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL), dan 3) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL). Perusahaan diwajibkan menyampaikan laporan secara
periodik kepada instansi terkait mengenai pelaksanaan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Adalah merupakan tanggung jawab perusahaan untuk


menyediakan bukti-bukti objektif yang cukup kepada tim audit
bahwa seluruh persyaratan dalam Analisis dampak lingkungan
telah dipenuhi untuk semua aspek dalam kegiatan perkebunan
dan pabrik serta mencakup perubahan-perubahan seiring
perjalanan waktu.

AMDAL seharusnya dilakukan pada kegiatan-kegiatan berikut,


apabila dikerjakan:
• Membangun jalan-jalan, pabrik pengolahan atau
infrastruktur baru.
• Menerapkan sistem drainase atau irigasi.
• Melakukan penanaman kembali atau perluasan daerah tanam.
• Pembuangan limbah pabrik (lihat kriteria 4.4);
• Pembersihan vegetasi alam yang tersisa.

Analisis dampak lingkungan dapat menggunakan format yang


tidak dibatasi, misalnya ISO 14001 atau laporan AMDAL
dengan memuat unsur-unsur yang dimuat pada kriteria di atas
dan hal-hal yang timbul melalui konsultasi dengan stakeholder.
Rencana aksi terhadap isu-isu yang dihasilkan dalam analisa
dampak lingkungan tersebut di monitor setiap tahunnya.

AMDAL dapat diidentifikasi pada sumber-sumber air tanah,


kualitas udara (lihat kriteria 5.6), keanekaragaman hayati dan
ekosistem, dan fasilitas publik (lihat kriteria 6.1 untuk dampak
sosial), baik yang berada di dalam maupun di luar lokasi kerja.
50
Konsultasi dengan stakeholder memiliki peran kunci
dalam proses identifikasi AMDAL. Adanya konsultasi
haruslah menghasilkan proses-proses yang lebih baik untuk
mengidentifikasi dampak dan untuk mengembangkan
langkah-langkah pencegahan yang dibutuhkan. Adalah penting
jika aktivitas teknis atau operasional berubah seiring perjalanan
waktu, maka identifikasi dampak, dan upaya pencegahan yang
diperlukan, diperbarui.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Dokumentasi analisis dampak.
2. Rekaman pelaporan pengelolaan lingkungan secara berkala
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Revisi terhadap dokumen pengelolaan lingkungan jika ada
perubahan dalam hal areal operasional ataupun kegiatan
perusahaan.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 5.2
Status spesies-spesies langka, terancam, atau hampir punah
dan habitat dengan nilai konservasi tinggi, jika ada di dalam
perkebunan atau yang dapat terkena dampak oleh manajemen
kebun dan pabrik harus diidentifikasi dan konservasinya
diperhatikan dalam rencana dan operasi manajamen.

Panduan:
Pengumpulan informasi ini harus meliputi pemeriksaan atas

51
catatan-catatan biologi yang tersedia, dan konsultasi dengan
departemen dan lembaga penelitian terkait, serta LSM yang
berkepentingan, jika dibutuhkan. Tergantung pada nilai
keanekaragaman hayati yang ada, dan banyaknya informasi
yang tersedia, survey lapangan tambahan mungkin perlu
dilakukan.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Rekaman hasil identifikasi spesies dilindungi, langka,
terancam, atau hampir punah, dan habitat dengan nilai
konservasi tinggi.
2. Jika terdapat spesies langka atau terancam, atau habitat
dengan nilai konservasi tinggi, maka terdapat langkah-
langkah yang sesuai untuk melindunginya.
3. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melindungi spesies
langka atau terancam dan habitatnya harus sesuai dengan
peraturan terkait dan didalamnya termasuk tindakan-
tindakan untuk mengendalikan setiap kegiatan perburuan,
penangkapan ikan atau pemanenan secara ilegal dan tidak
benar.
4. Adanya poster-poster, papan peringatan mengenai
spesies yang dilindungi, dipubikasikan, diedarkan dan
disosialisasikan kepada seluruh karyawan dan masyarakat,
beserta informasi penanganannya
5. Adanya petugas khusus dan terlatih dalam struktur
perusahaan untuk mengawasi rencana dan kegiatan di atas.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

52
Kriteria 5.3
Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang
dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara
lingkungan dan sosial

Panduan:
Rencana pengelolaan dan pembuangan limbah harus meliputi
langkah-langkah untuk:
• Mengidentifikasi dan memonitor sumber limbah dan polusi.
• Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya, dan
mendaur ulang limbah sebagai nutrisi atau mengubahnya
menjadi produk dengan nilai tambah (misalnya lewat
program pembuatan pakan ternak).
• Pembuangan bahan-bahan kimia berbahaya dan wadahnya
yang tepat. Kelebihan wadah bahan kimia harus dibuang
atau dibersihkan dengan cara yang bertanggung jawab
secara lingkungan dan sosial (misalnya mengembalikannya
ke penjual atau melakukan pencucian tiga tahap), sehingga
tidak timbul resiko kontaminasi terhadap sumber air atau
kesehatan manusia. Petunjuk pembuangan sebagaimana
tertera pada label wadah harus dijadikan acuan.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Identifikasi sumber-sumber limbah dan pencemaran, dan
terdokumentasi.
2. Rencana pengelolaan limbah terdokumentasi dan
diimplemtasikan berdasarkan hasil identifikasi untuk
menghindari dan mengurangi polusi.
3. Tersedianya rencana pengelolaan limbah B3 serta petunjuk
pembuangan limbah agro kimia dan wadahnya sesuai
dengan acuan yang ada di kemasan dan peraturan yang
berlaku.
4. Tersedianya rekaman monitoring/analisis limbah.

53
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 5.4
Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi terbarukan
dimaksimalkan.

Panduan:
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu mengkaji
penggunaan energi secara langsung (energi/ton CPO, energi/
ton Palm Product) dalam operasi mereka dan efisiensi energi
operasi mereka termasuk bahan bakar minyak dan listrik. Hal
ini juga termasuk estimasi penggunaan bahan bakar minyak
oleh kontraktor termasuk seluruh kegiatan transport dan
operasi mesin. Kelayakan pengumpulan dan penggunaan
biogas perlu dikaji jika memungkinkan.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Tersedianya rekaman monitoring penggunaan energi
terbarukan serta analisis efisiensinya (energi/ton CPO, atau
energi/ton produk kelapa sawit).
2. Tersedianya rekaman monitoring pengunaan bahan
bakar fosil untuk kepentingan operasional serta analisis
efisiensinya.

54
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 5.5
Penggunaan api untuk pemusnahan limbah dan untuk
penyiapan lahan, guna penanaman kembali dihindari kecuali
dalam kondisi spesifik, sebagaimana tercantum dalam
kebijakan tanpa-bakar ASEAN atau panduan lokal serupa.

Panduan:
Penggunaan api hanya diperbolehkan jika penilaian
menunjukkan bahwa metode itulah yang paling efektif dan
merupakan pilihan yang paling sedikit menimbulkan resiko
terjadinya kerusakan lingkungan, dan untuk meminimalkan
eksplosi hama dan penyakit, dengan disertai bukti-bukti
adanya pengontrolan yang cermat terhadap pembakaran.
Pembakaran di lahan gambut dilarang.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Dokumentasi analisis apabila pembakaran dilakukan untuk
persiapan lahan dalam replanting.
2. Perusahaan memiliki rekaman pelaksanaan zero burning
(tanpa bakar).
3. Prosedur dan rekaman Tanggap Darurat Kebakaran Lahan.
4. sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran lahan
sesuai tingkat kerawanannya.

55
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 5.6
Rencana-rencana untuk mengurangi pencemaran dan emisi,
termasuk gas rumah kaca, disusun, diimplementasikan dan
dimonitor.

Panduan:

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Bukti identifikasi sumber polusi dan emisi di Pabrik Kelapa
Sawit.
2. Pemantauan kualitas emisi dari sumber polusi dan emisi
tersebut.
3. Rekaman upaya dan rencana pengurangan polusi dan emisi.
4. Rekaman identifikasi, monitoring, dan metodologi
pengelolaan POME.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

56
Prinsip 6: Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

57
Kriteria 6.1
Aspek manajemen perkebunan dan pabrik yang mempunyai
dampak sosial diidentifikasi dengan cara partisipatif dan
rencana penanganan dampak negatif dan pengembangan
dampak positif disusun, dilaksanakan dan dimonitor untuk
menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.

Panduan:
Identifikasi dampak sosial dapat menggunakan AMDAL
sebagai bagian dari proses tetapi adalah merupakan tanggung
jawab perusahaan untuk menyediakan bukti-bukti yang
objektif dan sesuai kepada tim audit bahwa persyaratan penuh
dalam analisis dampak sosial dan lingkungan adalah mencakup
semua aspek dalam kegiatan perkebunan dan pabrik dan juga
melingkup perubahannya sepanjang waktu.

Identifikasi dampak sosial dapat dilakukan oleh pihak


perkebunan bersama-sama dengan pihak yang terkena
dampak sesuai tuntutan situasi. Pelibatan ahli independen
dapat dilakukan jika dipandang perlu untuk memastikan
bahwa seluruh dampak (baik positif maupun negatif) telah
diidentifikasi.

Dampak sosial dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan


seperti: pembangunan jalan, pabrik atau infrastruktur baru;
penanaman tanaman lain atau perluasan daerah penanaman;
pembuangan limbah pabrik; pembersihan vegetasi alam yang
tersisa; perubahan jumlah karyawan atau persyaratan kerja.

Pengelolaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit dapat


menimbulkan dampak sosial (positif atau negatif) terhadap
faktor-faktor berikut:
• Hak atas akses dan hak guna.
• Mata pencaharian (misalnya kerja harian) dan kondisi kerja.
• Kegiatan-kegiatan mata pencaharian.
58
• Nilai-nilai budaya dan religius.
• Fasilitas kesehatan dan pendidikan.
• Nilai-nilai kemasyarakatan lainnya, yang ditimbulkan akibat
perubahan, antara lain perbaikan dalam sektor transportasi/
komunikasi atau kedatangan tenaga kerja migran dalam
jumlah besar.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Dokumentasi analisis dampak lingkungan dan sosial, yang
mencakup dampak positif dan negatif terhadap sosial yang
dapat disebabkan oleh kegiatan perkebunan dan pabrik, dan
dokumentasi keikutsertaan para pihak yang terkena dampak
dan masyarakat lokal.
2. Rekaman rencana pengelolaan dan pemantauan dampak
sosial dengan partisipasi masyarakat yang dilakukan secara
berkala.
3. Hasil revisi dokumen pengelolaan lingkungan yang
mencakup analisis dampak sosial jika ada perubahan ruang
lingkup operasi perusahaan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
4. Laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara
berkala dan terjadwal.
5. Perhatian khusus atas dampak terhadap skema petani plasma
(bila perkebunan memiliki skema ini)

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

59
Kriteria 6.2
Terdapat metode terbuka dan transparan untuk komunikasi
dan konsultasi antara pihak perkebunan dan/atau pabrik,
masyarakat lokal, dan kelompok lain yang terkena dampak
atau berkepentingan.

Panduan:
Keputusan yang direncanakan pihak perkebunan atau
pabrik kelapa sawit harus jelas sehingga masyarakat dan
pihak berkepentingan lainnya dapat memahami tujuan dari
komunikasi dan/atau konsultasi. Mekanisme komunikasi
dan konsultasi harus dirancang bersama masyarakat lokal
dan pihak yang terkena dampak atau pihak berkepentingan
lainnya. Mekanisme ini perlu mempertimbangkan penggunaan
mekanisme dan bahasa setempat.

Pertimbangan perlu diberikan kepada keberadaan forum multi


pihak. Komunikasi perlu mempertimbangkan kesenjangan
akses terhadap informasi bagi kaum wanita dan pria, pemimpin
desa dan buruh harian, kelompok masyarakat lama dan baru,
dan berbagai kelompok etnis.

Pertimbangan perlu diberikan untuk pelibatan pihak ketiga,


seperti kelompok masyarakat, LSM atau pemerintah (atau
kombinasi dari ketiga kelompok ini) yang tidak memiliki
kepentingan secara langsung, untuk memfasilitasi skema
smallholder dan masyarakat, dan pihak lainnya jika
dibutuhkan, dalam komunikasi ini.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Prosedur dan rekaman komunikasi dan konsultasi dengan
masyarakat.
2. Perusahaan memiliki daftar stakeholder.
3. Perusahaan memiliki rekaman aspirasi masyarakat dan
tanggapan/tindak-lanjut oleh perusahaan.
60
4. Perusahaan memiliki petugas yang bertanggung jawab
untuk melakukan konsultasi dan komunikasi dengan
masyarakat.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.3
Terdapat sistem yang disepakati dan didokumentasikan
bersama untuk mengurus keluhan dan ketidakpuasan, yang
diimplementasikan dan diterima oleh semua pihak.

Panduan:
Mekanisme penyelesaian perselisihan harus dibuat lewat
kesepakatan terbuka (musyawarah) dengan pihak yang terkena
dampak. Keluhan dapat diselesaikan lewat mekanisme seperti
Komite Konsultatif Bersama (Joint Consultative Committees/
JCC). Ketidakpuasan dimaksud dapat berasal dari pihak
internal (karyawan) maupun eksternal.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Sistem terbuka, yang diterima oleh semua pihak
yang terkena dampak, untuk menerima keluhan dan
menyelesaikan perselisihan secara efektif, tepat waktu, dan
cara yang benar.
2. Adanya rekaman, penanganan keluhan/keberatan.
3. Prosedur untuk mengidentifikasi dan menghitung
kompensasi yang adil untuk kehilangan hak hukum/
syah atau hak tradisional atas tanah, dengan perlibatan

61
perwakilan masyarakat lokal dan lembaga terkait dan
tersedia untuk umum.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.4
Setiap perundingan menyangkut kompensasi atas
kehilangan hak legal atau hak adat dilakukan melalui sistem
terdokumentasi yang memungkinkan komunitas adat dan
stakeholder lain memberikan pandangan pandangannya
melalui institusi perwakilan mereka sendiri.

Panduan:
Kriteria ini perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan
Kriteria 2 dan panduan terkait. Masyarakat berhak menunjuk
wakil mereka sendiri dan terdokumentasi.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Prosedur identifikasi, kalkulasi dan pemberian ganti rugi atas
kehilangan hak legal dan hak adat dengan melibatkan wakil
masyarakat dan instansi terkait.
2. Rekaman identifikasi pihak-pihak yang menerima ganti rugi.
3. Rekaman proses negosiasi dan/atau hasil kesepakatan ganti
rugi secara umum tersedia.
4. Rekaman pelaksanaan pembayaran ganti rugi.

62
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.5
Upah dan persyaratan-persyaratan kerja bagi karyawan dan
karyawan dari kontraktor harus selalu memenuhi paling tidak
standar minimum industri atau hukum, dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar pekerja dan untuk memberikan
pendapatan tambahan.

Panduan:
Dalam hal tenaga kerja lepas atau tenaga kerja pendatang,
perlu dibuat sebuah kebijakan tenaga kerja khusus. Kebijakan
ini harus dengan jelas berisi praktek-praktek yang tidak
diskriminatif; tidak ada pengalihan kontrak; program orientasi
yang ditujukan terutama terkait bahasa, keamanan, UU
ketenagakerjaan, budaya setempat, dll.; kondisi hidup yang
memadai harus tersedia.

Pekerja pendatang harus legal/resmi, dan perjanjian kerja


terpisah harus dibuat untuk memenuhi persyaratan imigrasi
bagi pekerja asing, dan standard internasional. Pemotongan
yang ada tidak mengurangi gaji untuk kebutuhan hidup yang
layak.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Daftar upah karyawan
2. Memiliki Peraturan Perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

63
3. Pada kondisi dimana sarana umum tidak tersedia dan tidak
dapat diakses oleh karyawan, maka perusahaan menyediakan
sarana tempat tinggal, pendidikan, air bersih, kesehatan, dan
fasilitas umum yang memadai.
4. Perjanjian/kontrak kerja dengan kontraktor mensyaratkan
kontraktor mentaati peraturan yang berlaku dalam hal
ketenagakerjaan

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.6
Perusahaan menghormati hak seluruh karyawan untuk
membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan
pilihan mereka dan untuk tawar menawar secara kolektif.
Ketika hak kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat
secara kolektif dibatasi oleh hukum, maka perusahaan
memfasilitasi pendamping yang tidak berpihak, gratis dan
melakukan tawar menawar bagi seluruh karyawan.

Panduan:
Hak pekerja dan kontraktor untuk berserikat dan
mengeluarkan pendapat kepada majikan mereka harus
dihormati, sesuai dengan Konvensi ILO No. 87 dan 98. UU
ketenagakerjaan dan kesepakatan Serikat Kerja atau, jika kedua
hal tersebut tidak ada, kontrak kerja yang berisi rincian-rincian
upah dan persyaratan-persyaratan lain, tertera dalam bahasa
yang dimengerti pekerja atau dijelaskan secara lengkap dan
cermat kepada mereka oleh pegawai.

64
Bukti pemenuhan kriteria:
1. Rekaman kebijakan perusahaan yang memberikan kebebasan
pada pekerja untuk berserikat
2. Adanya rekaman pertemuan dengan serikat pekerja, jika ada

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.7
Tidak mempekerjakan anak-anak. Anak-anak tidak boleh
terpapar oleh kondisi kerja membahayakan. Pekerjaan
yang dilakukan oleh anak-anak hanya diperbolehkan pada
perkebunan keluarga, di bawah pengawasan orang dewasa dan
tidak mengganggu program pendidikan mereka.

Panduan:
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit harus
mendefinisikan usia kerja minimum serta jumlah jam kerjanya
secara jelas, berdasarkan perundangan nasional yang berlaku.
Petani atau perkebunan keluarga boleh mempekerjakan anak-
anak, hanya jika diijinkan oleh peraturan nasional.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Kebijakan perusahaan mengenai persyaratan umur pekerja
sesuai dengan peraturan nasional yang berlaku dan
terdokumentasi
2. Rekaman pelaksanaan kebijakan perusahaan mengenai
persyaratan umur pekerja

65
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.8
Perusahaan tidak boleh terlibat atau mendukung diskriminasi
berdasarkan ras, kasta, kebangsaan, agama, cacat, jender,
orientasi seksual, keanggotaan serikat, afiliasi politik atau umur.

Panduan:
Prosedur penyampaian keluhan dapat dilaksanakan sesuai
kriteria 6.3. Diskriminasi yang positif dalam penyediaan
karyawan dan keuntungan untuk komunitas khusus,
dapat diterima sebagai bagian dari perjanjian yang telah
dinegosiasikan.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Kebijakan perusahaan tentang peluang dan perlakuan yang
sama dalam kesempatan kerja dan terdokumentasi
2. Rekaman bukti pemberian peluang dan perlakuan yang
sama dalam kesempatan kerja

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

66
Kriteria 6.9
Kebijakan untuk mencegah pelecehan seksual dan berbagai
bentuk kekerasan terhadap perempuan dan untuk melindungi
hak reproduksinya, disusun dan diaplikasikan.

Panduan:
Harus ada kebijakan yang jelas yang dibuat lewat konsultasi
dengan para pekerja, kontraktor dan pihak terkait lainnya,
dan kebijakan tersebut harus tersosialisasi dengan baik serta
tersedia untuk umum. Kemajuan dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut harus dimonitor secara berkala, dan hasilnya dicatat.
Sebuah komite jender yang dibentuk khusus untuk menangani
masalah-masalah terkait wanita mungkin diminta untuk
memenuhi kriteria ini.

Komite ini, dengan wakil-wakil dari seluruh bidang pekerjaan,


akan mempertimbangkan hal-hal berikut: pelatihan hak-
hak perempuan; konseling bagi perempuan yang mengalami
tindak kekerasan; fasilitas perawatan anak disediakan pihak
perkebunan dan pabrik kelapa sawit; kaum ibu harus diijinkan
untuk menyusui bayinya sampai berusia 9 bulan sebelum
kembali mengerjakan tugas-tugas penyemprotan atau
penggunaan bahan kimia; dan kaum ibu diberi waktu istirahat
yang memadai untuk dapat menyusui bayinya dengan efektif.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Kebijakan perusahaan tentang pencegahan pelecehan seksual
dan kekerasan dan terdokumentasi
2. Kebijakan perusahaan tentang perlindungan hak-hak
reproduksi dan terdokumentasi
3. Rekaman bukti implementasi kebijakan pencegahan
pelecehan seksual
4. Rekaman bukti implementasi kebijakan perlindungan hak-
hak reproduksi dan terdokumentasi
5. Mekanisme penanganan keluhan secara khusus tersedia
67
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.10
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berurusan secara
adil dan transparan dengan petani dan bisnis lokal lainnya.

Panduan:
Transaksi dengan petani harus mempertimbangkan isu-isu
seperti peranan para perantara, transportasi dan penyimpanan
TBS, kualitas dan pengklasan (grading). Kebutuhan untuk
mendaur ulang nutrisi dalam TBS (menurut kriteria 4.2) perlu
dipertimbangkan; bila daur ulang tidak praktis bagi atau tidak
dapat dilaksanakan oleh petani plasma, kompensasi nilai zat
gizi yang diekspor dapat diberikan lewat harga TBS.

Petani harus memiliki akses kepada prosedur penyampaian


ketidakpuasan yang disebutkan dalam kriteria 6.3, jika mereka
berpendapat bahwa mereka tidak menerima harga TBS yang
wajar, baik lewat perantara atau tidak.

Kebutuhan akan mekanisme penetapan harga yang wajar dan


transparan umumnya amat penting bagi petani plasama, yang
menurut kontrak harus menjual TBS-nya kepada pabrik kelapa
sawit tertentu.

Jika pabrik kelapa sawit menuntut petani untuk mengubah


praktekprakteknya untuk memenuhi kriteria RSPO,
pertimbangan perlu diberikan kepada biaya perubahan

68
terkait, dan kemungkinan pembayaran TBS di muka dapat
dipertimbangkan.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Harga TBS yang berlaku dan sebelumnya harus tersedia
untuk umum.
2. Mekanisme penetapan harga TBS dan input/jasa harus
didokumentasikan (bila hal ini berada dibawah kuasa pihak
perkebunan dan pabrik).
3. Bukti bahwa semua pihak memahami kesepakatan kontrak
yang mereka lakukan, dan bahwa kontrak-kontrak tersebut
adil, legal dan transparan.
4. Pembayaran yang telah disepakati harus dilakukan tepat waktu.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 6.11
Perkebunan dan pabrik berkontribusi terhadap pembangunan
lokal yang berkelanjutan bilamana dianggap memadai.

Panduan:
Kontribusi terhadap pembangunan lokal harus didasarkan atas
hasil konsultasi dengan masyarakat lokal. Lihat juga kriteria
6.2. Kontribusi tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip
transparansi, keterbukaan dan partisipasi, dan harus dapat
mendorong masyarakat untuk mengidentifikasi prioritas dan
kebutuhan mereka sendiri, termasuk kebutuhan yang berbeda
dari kaum pria dan wanita.

69
Bila calon pekerja memiliki kualifikasi yang sama, prioritas
harus diberikan kepada masyarakat lokal. Diskriminasi yang
positif tidak seyogyanya dipandang sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan Kriteria 6.8.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Rekaman kontribusi (sumbangsih) perusahaan pada
pembangunan daerah.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

70
Prinsip 7: Pengembangan perkebunan baru secara
bertanggung Jawab

71
Kriteria 7.1
Dilakukan analisis Dampak Sosial dan Lingkungan hidup
secara komprehensif dan partisipasif sebelum membangun
Kebun atau operasi baru memperluas perkebunan yang
sudah ada dan hasilnya dimasukkan ke dalam perencanaan,
pengelolaan dan operasi.

Panduan:
Pelaksanaan analisis dampak sosial dan lingkungan yang
indipenden dapat menggunakan AMDAL sebagai bagian dari
proses tetapi adalah merupakan tanggung jawab perusahaan
untuk menyediakan bukti-bukti yang objektif dan sesuai
kepada tim audit bahwa persyaratan penuh dalam Analisis
dampak social dan lingkungan adalah mencakup semua aspek
dalam kegiatan perkebunan dan pabrik dan juga melingkup
perubahannya sepanjang waktu.

Terdapat kelemahan dalam proses analisis yang dilakukan, baik


dalam AMDAL (Indonesia), EIA (Malaysia) dan DEC (PNG),
maka adalah merupakan tanggung jawab perusahaan untuk
menyediakan bukti-bukti objektif yang cukup kepada tim audit
bahwa seluruh persyaratan dalam Analisis dampak social dan
lingkungan telah dipenuhi. Lihat kriteria 5.1 dan 6.1.

Analisa dampak perlu dilakukan oleh ahli independen yang


terakreditasi, untuk memastikan adanya proses yang obyektif.
Metodologi partisipatif yang juga melibatkan kelompok
stakeholder luar amat penting untuk mengidentifikasi dampak,
terutama dampak sosial. Stakeholder seperti masyarakat lokal,
departemen pemerintah dan LSM perlu juga dilibatkan, lewat
wawancara dan pertemuan, dan dengan mengkaji temuan-
temuan dan rencana pencegahan.

Dampak yang mungkin ditimbulkan seluruh aktifitas utama


perlu dikaji sebelum pembangunan dimulai. Kajian tersebut
72
perlu mencakup, tanpa mengikutsertakan urutan preferensi,
paling tidak kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• Analisa dampak seluruh kegiatan utama, termasuk
penanaman, operasi pabrik, pembangunan jalan dan
infrastruktur lainnya.
• Analisa, termasuk konsultasi stakeholder, Nilai Konservasi
Tinggi (lihat kriteria 7.3) yang mungkin terkena dampak
negatif.
• Analisa dampak terhadap ekosistem yang bersebelahan
dengan rencana pembangunan, termasuk apakah
pembangunan atau perluasan tersebut akan meningkatkan
tekanan terhadap ekosistem alam sekitar.
• Identifikasi aliran air dan analisa dampak terhadap
hidrologi. Langkah-langkah perlu di rencanakan dan
diimplementasikan untuk mempertahankan kuantitas dan
kualitas sumber air.
• Survey tanah baseline dan informasi topografi, termasuk
identifikasi tanah rusak (marginal) dan rentan (fragile),
daerah rawan erosi dan lereng yang tidak layak untuk
penanaman.
• Analisa jenis lahan yang akan digunakan (hutan, hutan
rusak, lahan yang telah dibuka).
• Analisa kepemilikan tanah dan hak pengguna.
• Analisa pola pemanfaatan lahan yang ada.
• Analisa dampak sosial yang mungkin ditimbulkan terhadap
masyarakat sekitar perkebunan, termasuk analisa mengenai
dampak yang berbeda terhadap kaum pria dan wanita,
terhadap kelompok-kelompok etnis, dan antara tenaga
kerja pendatang dan penduduk lokal. Rencana dan operasi
lapangan perlu dikembangkan dan diimplementasikan
untuk mengintegrasikan hasil analisa. Salah satu hasil proses
analisa yang potensial adalah bahwa pembangunan tidak
dapat dilanjutkan karena skala dampak yang mungkin
ditimbulkan.

73
Bukti pemenuhan kriteria:
1. Perusahaan memilki dokumen pengelolaan lingkungan,
yang isinya antara lain analisis aspek positif dan negatif sosial
dan lingkungan, serta partisipasi pihak-pihak yang terkena
dampak (masyarakat lokal).
2. Rencana pengelolaan dan prosedur operasional yang
memadai (RKL/RPL).
3. Tersedianya rekaman implementasi program pembinaan
petani plasma, sesuai skema dan perundangundangan yang
berlaku (jika ada plasma).

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 7.2
Menggunakan survai tanah dan informasi topografi untuk
merencanakan lokasi pengembangan perkebunan baru dan
hasilnya digabungkan ke dalam perencanaan dan operasi

Panduan:
Kegiatan-kegiatan ini dapat dihubungkan dengan kegiatan
Analisis mengenai dampak sosial dan lingkungan (kriteria 7.1)
tetapi tidak perlu adanya tenaga ahli yang indipenden.

Survey tanah harus memadai bagikesesuaian lahan budidaya


kelapa sawit dalam jangka panjang. Peta kesesuaian tanah atau
survey tanah harus sesuai dengan skala operasi dan mencakup
informasi mengenai jenis tanah, topografi, kedalaman akar,
kelembaban, banyaknya bebatuan, kesuburan tanah dan

74
keberlanjutan jangka panjang tanah. Tanah yang tidak cocok
untuk penanaman atau tanah yang perlu perlakuan khusus
perlu diidentifikasi. Informasi-informasi ini perlu digunakan
dalam merencanakan program penanaman, dll.

Perlu direncanakan langkah-langkah untuk meminimalisir erosi


lewat penggunaan mesin berat yang tepat, pembuatan teras
di lahan miring, konstruksi jalan yang benar, penutupan lahan
(cover) yang penutupannya pesat, perlindungan tepian sungai
(DAS), dll. Informasi mengenai topografi harus digunakan
untuk memandu perencanaan sistem drainase dan irigasi,
jalan dan infrastruktur lainnya. Analisa kesesuaian lahan juga
penting bagi produsen kecil, terutama bila jumlahnya cukup
banyak di suatu daerah tertentu. Informasi dapat dikumpulkan
dan disediakan oleh kelompok petani atau pabrik kelapa sawit
yang membeli TBS dari petani perorangan.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Tersedianya rekaman kesesuaian lahan sebagai hasil dari
survei tanah yang mencakup informasi topografi, iklim, jenis
tanah, kesuburan tanah, kedalaman air tanah dan drainase.
2. Tersedianya rekaman pelaksanaan pengembangan kebun
berdasarkan kesesuaian lahan.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

75
Kriteria 7.3
Penanaman baru sejak November 2005 (sejak disyahkan
RSPO) tidak dilakukan di hutan primer atau setiap daerah
yang memiliki satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi (High
Conservation value)

Panduan:
1. Apabila dapat dibuktikan bahwa lahan tersebut tidak
mengandung HCV pada November 2005, maka lahan
tersebut dapat dimasukkan dalam program sertifikasi RSPO.
2. Apabila status HCV suatu lahan tidak diketahui dan atau
terdapat perselisihan, maka lahan tersebut akan dikeluarkan
dari program sertifikasi RSPO, hingga terdapat penyelesaian
yang dapat diterima untuk kompensasi lahan HCV yang
telah dibuka.
3. Perusahaan yang memiliki lahan seperti di atas dapat
menyertakan kebun lain di dalam program sertifikasi.
4. Ketetapan ini berlaku hanya untuk pengembangan lahan
pada November 2005 hingga November 2007 yang
merupakan waktu percobaan penerapan RSPO P&C.

Kriteria ini berlaku atas hutan dan jenis vegetasi lainnya.


Kriteria ini berlaku meskipun terjadi perubahan pada
kepemilikan lahan atau manajemen perkebunan setelah tanggal
pemberlakuan kriteria ini. Nilai Konservasi Tinggi mungkin
teridentifikasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
daerah tertentu di lahan yang dikuasai, dan dalam hal ini
penanaman baru dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga
Nilai Konservasi Tinggi tersebut dapat terpelihara atau
ditingkatkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Analisa Nilai Konservasi Tinggi menuntut pelatihan dan


kemampuan yang tertentu, dan harus mencakup konsultasi
dengan masyarakat lokal, terutama untuk mengidentifikasi
Nilai Konservasi Tinggi sosial. Identifikasi HCV sebaiknya
76
dilaksanakan sesuai dengan National Interpretation dari
Kriteria HCV atau sesuai dengan global HCV toolkit jika
National Interpretation tidak tersedia.

Pembangunan perlu secara aktif berupaya memanfaatkan


lahan yg telah dibukadan/atau lahan rusak.Pembangunan
perkebunan tidak boleh menimbulkan tekanan tidak langsung
pada hutan lewat pemanfaatan seluruh lahan tanam/pertanian
yang tersedia disuatu daerah.

Meskipun pembangunan yang direncanakan konsisten


dengan perencanaan pada tingkat bentang alam/lansekap
oleh departemen/instansi lokal dan nasional, persyaratan
perlindungan Nilai Konservasi Tinggi sosial dan biologis ini
tetap harus dipenuhi.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Penanaman baru dalam periode November 2005 hingga
November 2007 harus memenuhi persyaratan hukum yang
berlaku dan mencakup pengelolaan dampak pada sosial dan
lingkungan, dan sesuai dengan rencana tata ruang yang
legal.
2. Rekaman peta rencana dan realisasi pembukaan lahan sesuai
dengan identifikasi HCV.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

77
Kriteria 7.4
Pengembangan penanaman pada lahan yang curam, dan atau
ditanah marjinal serta rapuh (mudah longsor) harus dihindari.

Panduan:
Penanaman berlebihan di tanah gambut dan di tanah rapuh
lainnya sedapat mungkin dihindari dengan mengacu pada
peraturan yang berlaku. Dampak yang merugikan dapat
termasuk aspek hidrologis atau resiko yang meningkat
(misalnya resiko kebakaran) dalam areal di luar perkebunan.
(Kriteria 5.5).

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Peta tanah marjinal dan mudah longsor, termasuk
kemiringan yang curam dan tanah gambut tersedia dalam
skala yang memadai.
2. Bila direncanakan penanaman terbatas di tanah rapuh dan
marginal, rencana terdokumentasi dibuat dan diterapkan
untuk melindungi tanah-tanah ini tanpa menimbulkan
dampak yang merugikan.

Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 7.5
Tidak ada penanaman baru dilakukan di tanah masyarakat
lokal tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka, yang
dilakukan melalui suatu sistem yang terdokumentasi sehingga
memungkinkan masyarakat adat dan masyarakat lokal serta

78
para pihak lainnya bisa mengeluarkan pandangan mereka
melalui institusi perwakilan mereka sendiri.

Panduan:
Masyarakat berhak menunjuk wakil mereka sendiri dan proses
ini terdokumentasi. Bila penanaman baru dapat diterima,
rencana manajemen dan operasi harus memelihara tempat-
tempat terlarang. Kesepakatan dengan masyarakat lokal harus
dibuat tanpa paksaan/ancaman atau undue influence - lihat
Definisi. (Lihat panduan 2.3).

Yang dimaksud dengan stakeholder dalam hal ini mencakup


mereka yang
terkena dampak atau terkait dengan rencana penanaman
baru. Lihat kriteria 2.2, 2.3, 6.2, 6.4 dan 7.6 untuk indicator
kepatuhan/pemenuhan. Kegiatan ini akan terintegrasi dengan
AMDAL sesuai yang dipersyaratkan di kriteria 7.1.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Perusahaan memilki dokumen analisis dampak sosial dan
lingkungan, yang isinya antara lain analisis aspek positif
dan negatif sosial dan lingkungan, dan dilakukan dengan
partisipasi pihak-pihak yang terkena dampak (masyarakat
lokal).
2. Rekaman sosialisasi rencana pembukaan usaha perkebunan.
3. Rekaman kesepakatan ganti rugi/penyerahan lahan dari
pemilik lahan untuk pembukaan perkebunan.

79
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 7.6
Masyarakat setempat diberikan kompensasi atas setiap
pengambilalihan lahan dan pelepasan hak yang disepakati
dengan keputusan bebas (tanpa tekanan), didahulukan dan
diinformasikan serta kesepakatan yang telah dirundingkan

Panduan:
Masyarakat berhak menunjuk wakil mereka sendiri dan
terdokumentasi. Lihat kriteria 2.2, 2.3 dan 6.4 serta panduan
terkait. Persyaratan ini juga meliputi masyarakat asli.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Rekaman identifikasi dan penilaian atas hak berdasarkan
hukum dan hak tradisional dengan melibatkan instansi
pemerintah terkait dan masyarakat setempat.
2. Prosedur identifikasi pihak-pihak yang berhak menerima
kompensasi.
3. Rekaman proses negosiasi dan/ atau hasil kesepakatan
kompensasi secara umum tersedia
4. Rekaman perhitungan dan pelaksanaan pembayaran
kompensasi.
5. Masyarakat yang kehilangan akses dan hak atas tanah
untuk perluasan perkebunan diberikan kesempatan untuk
mendapatkan manfaat dari pembangunan perkebunan.
6. Proses dan hasil klaim kompensasi harus didokumentasikan
dan tersedia untuk umum.

80
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

Kriteria 7.7
Dilarang membuka perkebunan baru dengan membakar,
kecuali dalam keadaan khusus sebagaimana dalam Panduan
ASEAN (ASEAN Guidelines) atau praktek terbaik regional
lainnya

Panduan:
Penggunaan api hanya diperbolehkan jika analisa
menunjukkan bahwa cara tersebut adalah yang paling efektif
dan menimbulkan dampak lingkungan paling kecil untuk
meminimalisir serangan hama dan penyakit, dan ada bukti-
bukti bahwa penggunaan api dikontrol secara cermat.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Dokumentasi analisis apabila pembakaran dilakukan pada
penyiapan lahan untuk penanaman.
2. Perusahaan memiliki bukti pelaksanaan zero burning.
3. Prosedur dan rekaman Tanggap Darurat Kebakaran Lahan.
4. Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran lahan
sesuai tingkat kerawanannya.

81
Catatan pengamatan:

Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab


No. Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan
5. Lain-lain

82
Prinsip 8: Komitmen terhadap perbaikan terus-
menerus pada wilayah-wilayah utama aktifitas

83
Kriteria 8.1
Perkebunan dan pabrik kelapa sawit secara teratur memonitor
dan mengkaji ulang aktifitas mereka dan mengembangkan
dan mengimplementasikan rencana aksi yang memungkinkan
adanya perbaikan nyata yang kontinu pada operasi-operasi
utama.

Panduan:
Perusahaan seharusnya memiliki sistem untuk memperbaiki
praktek-praktek sehubungan adanya informasi dan teknik yang
baru dan mekanisme penyebaran informasi kepada seluruh
jajaran tenaga kerja.

Bukti pemenuhan kriteria:


1. Tersedia rencana aksi pemantauan yang berdasarkan
pertimbangan analisis dampak lingkungan dan sosial, dan
evaluasi rutin untuk kegiatan perkebunan dan pabrik.
Minimum, hal ini harus meliputi, namun tidak terbatas
pada:
• Pengurangan penggunaan bahan-bahan kimia tertentu
(kriteria 4.6)
• Dampak lingkungan (kriteria 5.1)
• Pengurangan limbah (kriteria 5.3)
• Polusi dan emisi (kriteria 5.6)
• Dampak sosial (kriteria 6.1)
2. Rekaman tindak lanjut terhadap temuan audit RSPO, jika
ada

Catatan pengamatan:
Rumusan pengamatan Kewajiban dan tanggung jawab
No.
Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah
1. Isu
2. Aturan
3. Praktek negatif
4. Rumusan temuan

84
Lampiran 1:

DEFINISI1

Customary rights (Hak adat): Pola pemanfaatan lahan dan


sumber daya yang telah ada sejak jaman dahulu yang selaras
dengan hukum, nilai-nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat
adat, pemanfaatan lahan secara musiman atau rotasi, dan bukan
status legal formal pemanfaatan lahan dan sumber daya yang
ditetapkan negara. (Dari World Bank Operational Policy 4.10).

Environmental Impact Assessment (Penilaian Dampak


Lingkungan): sebuah proses memperkirakan dan mengevaluasi
dampak dari suatu aksi atau serangkaian aksi terhadap
lingkungan, lalu memanfaatkan hasilnya sebagai alat dalam
proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

High Conservation Value Forest/HCVF (Hutan Nilai


Konservasi Tinggi): Hutan dengan satu atau lebih Nilai
Konservasi Tinggi (HCVs) yang harus dilestarikan atau
ditingkatkan:
• HCV1. Wilayah hutan yang memiliki konsentrasi nilai
keanekaragaman hayati yang penting secara global, regional
dan nasional (misalnya spesies endemik, spesies yang
terancam kepunahan)
• HCV2. Wilayah hutan yang memiliki hutan-hutan tingkat
lansekap yang penting secara global, regional dan nasional,
yang berada dalam, atau yang di atasnya terdapat, unit
manajemen, yang memiliki keberlangsungan pola distribusi
dan kelimpahan populasi sebagian besar atau seluruh spesies
yang dapat ditemui di alam.
• HCV3. Wilayah hutan yang berada dalam atau memiliki
ekosistem langka, terancam atau nyaris punah.
1 Mengacu pada RSPO Principles and Criteria for Sustainable Palm Oil Production Including
Indicators and Guidance October 2007

85
• HCV4. Wilayah hutan yang menyediakan jasa alam dasar
dalam situasi kritis (misalnya daerah tangkapan air, kontrol
erosi).
• HCV5. Wilayah hutan yang fundamental untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat lokal (misalnya subsisten,
kesehatan).
• HCV6. Wilayah hutan yang penting bagi identitas budaya
tradisional masyarakat lokal (daerah dengan kepentingan
budaya, ekologis, ekonomis dan religius yang merupakan
bagian dari masyarakat lokal tersebut).
(Lihat: ‘The HCVF Toolkit’ – di www.proforest.net)

ISO Standards (Standar ISO): Standar yang dikembangkan oleh


Organisasi Standarisasi Internasional (the International Organization
for Standardization) (ISO: lihat http://www.iso.ch/iso).

Natural vegetation (Vegetasi alam): Daerah yang memiliki


berbagai karakteristik dan elemen utama dari ekosistem asli,
seperti kompleksitas, struktur dan keanekaragaman.

Plantation (Perkebunan): Lahan dengan tanaman kelapa


sawit dan penggunaan lahan terkait lainya seperti infrastruktur
(misalnya jalan), daerah tepian sungai dan daerah konservasi.

Primary Forest (Hutan Primer): Hutan primer adalah hutan


yang belum pernah mengalami penebangan dan tercipta secara
alami dan karena peristiwa alam, tanpa memandang usianya.
Yang juga dimasukkan sebagai hutan primer adalah hutan
yang dimanfaatkan sekedarnya oleh masyarakat adat dan
masyarakat lokal yang hidup dalam tata cara tradisional yang
relevan dengan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati yang berkelanjutan. Tutupan hutan yang ada umumnya
relatif serupa dengan komposisi alam dan berkembang
terutama lewat regenerasi alamiah. Interpretasi nasional
perlu mempertimbangkan apakah diperlukan sebuah definisi
86
yang lebih spesifik. (Dari FAO Second Expert Meeting On
Harmonizing Forest-Related Definitions For Use By Various
Stakeholders, 2001, http://www.fao.org/documents/show_cdr.
asp?url_file=/DOCREP/005/Y4171E/Y4171E11.htm).

Prophylactic: Sebuah perlakuan atau (serangkaian) aksi yang


ditujukan sebagai langkah pencegahan.

Restore (Pemulihan): Mengembalikan daerah rusak atau


daerah konversi dalam suatu wilayah perkebunan ke keadaan
semi-alamiahnya.

Smallholder: Petani yang menanam kelapa sawit, kadang kala


juga menghasilkan tanaman lain pada skala subsisten, di mana
keluarga merupakan tenaga kerja utama dan perkebunan yang
diusahakan merupakan sumber pendapatan utama, dan luasan
kebun kelapa sawitnya kurang dari 50 hektar.

Stakeholders (Pihak/Pihak terkait): Individu atau kelompok


yang memiliki kepentingan yang legitimate dan/atau nyata
dengan, atau mereka yang terkena dampak langsung dari,
aktifitas suatu organisasi dan akibat dari aktifitas tersebut.

Outgrowers (Petani): Petani, yang penjualan TBS-nya


dikontrak secara eksklusif oleh pihak perkebunan/pabrik.
Petani plasma mungkin adalah smallholder.

Undue influence: Pengaruh/Kuasa yang dimiliki pihak ketiga yang


sedemikian rupa sehingga seseorang menandatangani kontrak atau
perjanjian-perjanjian lainnya yang, jika tidak ada pengaruh dari
pihak ketiga tersebut, tidak akan mau ia tanda tangani.

Use rights (Hak guna): Hak untuk memanfaatkan sumber


daya hutan yang dapat didefinisikan oleh kebiasaan lokal,
kesepakatan, atau diberikan oleh entitas yang memiliki hak
87
akses. Hak-hak ini mungkin membatasi pemanfaatan suatu
sumber daya pada tingkat konsumsi tertentu atau penggunaan
tehnik pemanenan tertentu.

88
Lampiran 2:
Pedoman mengenai beberapa standar utama internasional,
sebagai rujukan tambahan kriteria sosial

Prinsip Standard Internasional Ringkasan perlindungan


Pengambil- Konvensi ILO 169 Menghormati dan melindungi hak atas tanah
alihan (1989) dan sumber daya alam yang dimanfaatkan
lahan yang mengenai Masyarakat dan digunakan secara tradisional;
adil Pribumi dan Adat penghargaan terhadap peninggalan adat;
larangan pemindahan paksa; kompensasi atas
kehilangan dan kerugian.
Konvensi PBB mengenai Melindungi dan mendorong penggunaan
Keragaman Hayati sumbersumber daya hayati sesuai dengan
(1992) praktek-praktek tradisional.
Perwakilan Konvensi ILO 169 Mewakili diri sendiri melalui lembaga-
dan (1989) lembaga perwakilan mereka; konsultasi
Peran serta mengenai Masyarakat untuk mencapai kesepakatan atau
masyarakat Pribumi dan Adat persetujuan; hak untuk memutuskan
pribumi dan prioritas sendiri, mempertahankan adat
adat sendiri dan menyelesai-kan pelanggaran-
secara adil pelanggaran sesuai dengan hukum
adat (sejalan dengan hak asasi manusia
internasional).
Konvensi mengenai Persetujuan sukarela yang diberitahukan
Penghapusan Segala sebelumnya mengenai keputusan-keputusan
Bentuk Diskriminasi yang mungkin mempengaruhi masyarakat
Rasial, pribumi. (Standar ini telah diterima secara
Perjanjian Internasional umum sebagai standar ‘praktik terbaik’
mengenai Hak-hak oleh badan-badan dunia seperti Komisi
Ekonomi, Sosial dan Dunia untuk Bendungan, Review Industri
Budaya, Sistem Hak Ekstraktif, Dewan Pekerja Hutan, UNDP,
Asasi Manusia antar CBD, IUCN dan WWF).
Negara
Benua Amerika
Larangan Konvensi ILO 29 (1930) Tidak ada konsesi (hak istimewa) untuk
kerja paksa Kerja Paksa perusahaan terlibat dalam segala bentuk
kerja paksa
Konvensi ILO 105 Larangan menggunakan segala bentuk kerja
(1957) paksa
Penghapusan Kerja Paksa
Perlindungan Konvensi ILO 138 Penghapusan pekerja anak-anak dan
anak (1973) definisi usia kerja minimum nasional tidak
Usia Minimum kurang dari 15-18 tahun (bergantung pada
pekerjaan).

89
Prinsip Standard Internasional Ringkasan perlindungan
Konvensi ILO 182 Penghapusan perbudakan anak, perbudakan
(1999) karena hutang, penjualan dan perburuan
Bentuk Terburuk untuk prostitusi; metoda yang sesuai
Mempekerjakan Anak untuk memantau dan menegakkan
pemberlakuannya.
Kebebasan Konvensi ILO 87 (1984) Kebebasan untuk bergabung dengan
Berserikat Kebebasan Berserikat organisasi, federasi dan konfederasi yang
dan dan dipilih; dengan anggaran dasar dan aturan-
Posisi Tawar Perlindungan terhadap aturan yang dipilih secara bebas; langkah-
Kolektif Hak untuk Berorganisasi langkah untuk melindungi hak untuk
berorganisasi
Konvensi ILO 98 (1949) Perlindungan terhadap tindakan anti-
Hak untuk Berorganisasi serikat pekerja dan langkah-langkah untuk
dan Posisi Tawar Kolektif menguasai serikat pekerja; cara untuk
negosiasi sukarela mengenai ketentuan
dan syarat pekerjaan melalui kesepakatan
bersama
Konvensi ILO 141 Hak-hak penyewa, buruh tani dan petani
(1975) untuk berorganisasi; bebas dari campur
Organisasi Pekerja tangan dan paksaan.
Pedesaan
Tidak Ada Konvensi ILO 100 Persamaan upah antara bagi laki-laki dan
Diskriminasi (1951) perempuan atas pekerjaan yang sama.
dan Persamaan Upah
Persamaan
Upah
Konvensi ILO 111 Persamaan kesempatan dan perlakuan dalam
(1958) hubungannya dengan pekerjaan dan jabatan;
Diskriminasi (Pekerjaan tidak ada diskriminasi atas dasar ras, warna
dan Jabatan) kulit, jenis kelamin, agama, faham politik,
asal negara atau status sosial.
Penggunaan Konvensi ILO 97 (1949) Pemberian informasi; tidak ada hambatan
Buruh Migrasi untuk mencari untuk bepergian; pemberian fasilitas
Migran kerja kesehatan; non diskriminasi dalam pekerjaan,
secara Adil akomodasi, jaminan sosial dan pengupahan;
tidak ada pemulangan paksa pekerja migran
yang sah; pengiriman uang tabungan ke
negara asal pekerja.
Konvensi ILO 143 Menghargai hak asasi manusia; perlindungan
(1975) terhadap pekerja migran liar dari tindakan
Pekerja Migran yang kejam; larangan penjualan pekerja
(Ketentuan-ketentuan migran liar; perlakuan yang adil pada pekerja
tambahan) migran.

90
Prinsip Standard Internasional Ringkasan perlindungan
Perlindungan Konvensi ILO 110 Perlindungan terhadap anggota keluarga
terhadap (1958) orang yang dipekerjakan, perlindungan
Buruh Perkebunan terhadap hak-hak pekerja pada saat
Perkebunan penerimaan kerja dan pemberangkatan;
kontrak kerja yang adil; penghapusan sanksi
hukuman; upah dan kondisi kerja yang adil;
tidak ada paksaan atau kewajiban untuk
menggunakan toko perusahaan; akomodasi
dan kondisi yang memadai; perlindungan
persalinan; kompensasi atas cidera dan
kecelakaan; kebebasan berserikat; hak untuk
berorganisasi dan posisi tawar kolektif;
inspeksi pekerja yang benar; perumahan dan
fasilitas kesehatan yang layak.
Perlindungan Rekomendasi ILO 132 Harga sewa yang wajar; pembayaran hasil
terhadap (1968) Penyewa dan pertanian yang layak; catu kesejahteraan;
Penyewa Petani Penggarap organisasi sukarela; kontrak yang adil;
dan Petani tatacara penyelesaian perselisihan.
Penggarap
Perlindungan Konvensi ILO 117 Pengasingan karena hak adat; bantuan untuk
terhadap (1962) membentuk koperasi; pengaturan sewa
Petani Kebijakan Sosial (Tujuan untuk memperoleh standar hidup setinggi
dan Standar Dasar) mungkin.
Keselamatan Konvensi ILO 184 Menganalisis risiko dan mengambil langkah-
dan (2001) langkah pencegahan dan perlindungan untuk
Kesehatan Keselamatan di bidang memastikan keselamatan dan kesehatan
Pertanian tempat kerja, mesin, peralatan, bahan
kimia, alat dan proses-proses; memastikan
penyebarluasan informasi, pelatihan yang
tepat, supervisi dan kepatuhan; perlindungan
khusus untuk pekerja remaja dan wanita;
perlindungan terhadap cidera dan penyakit
karena pekerjaan.
Mengendalikan Konvensi Stockholm Melarang dan/atau menghapus produksi dan
atau menghapus mengenai Polutan penggunaan bahan kimia yang terdata dalam
Penggunaan
Bahan Organik yang Berbahaya Lampiran A (misalnya Aldrin, Chlordance,
Kimia dan (2001) PCB); Membatasi produksi dan penggunaan
Pestisida bahan kimia dalam Lampiran B (misalnya
Berbahaya DDT); mengurangi atau menghapus
peredaran bahan kimia yang terdaftar dalam
Lampiran C (misalnya
Hexachlorobenzene).

91
Prinsip Standard Internasional Ringkasan perlindungan
Petunjuk Pelaksanaan Membatasi penggunaan pestisida berbahaya
Distribusi dan jika sulit untuk dikendalikan; memastikan
Penggunaan Pestisida penggunaan teknik-teknik dan peralatan
Internasional FAO (1985, pelindung; memberi pekerja pedoman
Direvisi tahun 2002) mengenai langkah-langkah keselamatan;
memberikan fasilitas yang luas untuk
petani; melindungi pekerja dan pengawas;
memberikan informasi yang lengkap
mengenai risiko dan perlindungan;
melindungi keanekaragaman hayati dan
menekan dampak-dampak terhadap
lingkungan hidup; memastikan pembuangan
limbah dan peralatan yang aman; membuat
ketentuan-ketentuan penanganan darurat
keracunan.
Konvensi Rotterdam Menghambat perdagangan bahan kimia
mengenai Tatacara dan pestisida berbahaya; menyusun tatacara
Persetujuan yang nasional untuk mengawasi penggunaan dan
Diberitahukan perdagangannya; membuat daftar bahan
Sebelumnya untuk kimia dan pestisida yang dilarang dan
Bahan-Bahan Kimia berbahaya.
dan Pestisida Tertentu
yang Berbahaya dalam
Perdagangan
Internasional (1998)

92
Lampiran 3:
Daftar Peraturan & Perundang-undangan Terkait Penerapan
RSPO2

Prinsip 1
Kriteria 1
1. UU No. 5 tahun 1960 tentang Pokok Agraria.
2. UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman.
3. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.
4. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. UU No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan.
6. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
7. UU Ketenagakerjaan (tentang UMP, Umur, K3).
8. Peraturan mengenai penguasaan lahan.
9. Peraturan AMDAL (PP27/99, Kepmen LH No. 08/2006,
Kepmen LH No.11/2006).

Kriteria 2
1. UU No.7/1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan.
2. UU No. 5 tahun 1960 Undang-Undang Pokok Agraria.
3. UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman.
4. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.
5. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
6. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (K3).
7. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
8. PP No. 27 tahun 1999 tentang Pelaksanaan AMDAL.

Prinsip 2
Kriteria 1
1. UU No. 5 tahun 1960 Undang-Undang Pokok Agraria.
2. UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman.
3. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Pasal 5
ayat 2 dan Pasal 6 ayat 2).
2 Mei 2008. Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk In-
donesia

93
4. UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. UU No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan.
6. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
7. UU No. 1/1970 tentang Keselamatan kerja.
8. UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial.
9. UU No. 13 / 2003 tentang Ketenagakerjaan.
10. UU No. 21 /2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
11. UU 2/2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
12. UU No. 20/1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138
mengenai Usia Minimum utk Dibolehkan Bekerja.\
13. UU No.1/2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 182
mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan
Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak
14. UU No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
15. PP No.8/1981 Perlindungan Upah.
16. Permen No. PER-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum.
17. Permenaker No. Per-03/Men/1984 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu.
18. 8 Konvensi Dasar ILO (Konvensi No. 98, 87, 29, 105, 100,
111, 138, 182.
19. Konvensi ILO No. 81 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan (Labour
Inspection in Industry and Commerce).

Beberapa konvensi/hukum internasional yang telah diratifikasi


di Indonesia;
1. UU No. 7 Tahun 1984 Ratifikasi Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women
(CEDAW).
2. UU No. 5 Tahun 1994 Ratifikasi Convention on Biological
Diversity (CBD).
3. UU No. 29 Tahun 1999 Ratifikasi Convention on the
Elimination of All Forms of Racial Discrimination (CERD).
4. UU No. 11 Tahun 2005 Ratifikasi International Covenant
on Civil and Political Rights (ICCPR).
94
5. UU No. 12 Tahun 2005 Ratifikasi International Covenant
on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR).
6. Nederland Staatblad No. 26 Tahun 1933 jo Nederland Stbl
No. 236 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 29 Tahun
1930 tentang Kerja Paksa atau Kerja Wajib.
7. Kepres No. 83 tahun 1998; Ratifikasi Konvensi ILO No. 87
Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan
Hak untuk Berorganisasi.
8. UU No. 18 Tahun 1956 Ratifikasi Konvensi ILO No. 98
Tahun 19489 tentang Penerapan Asas-Asas Hak untuk
Berorganisasi dan Berunding Bersama.
9. UU No. 80 Tahun 1957 Rstifikasi Konvensi ILO No. 100
Tahun 1951 tentang Pengupahan yang Sama Bagi Pekerja
Laki-Laki dan Wanita untuk Perkerjaan Yang Sama Nilainya.
10. UU No. 19 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO No. 105
Tahun 1957 Tentang Penghapusan Kerja Paksa.
11. UU No. 21 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO No. 111
Tahun 1968 Diskriminasi Pekerjaan dan Jabatan.
12. UU No. 20 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO No. 138
Tahun 1973 tentang Usia Minimum untuk Dibolehkan
Berkerja.
13. UU No. 1 Tahun 2000 Ratifikasi Konvensi ILO No. 182
tentang Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan
Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.

Kriteria 2
1. UU No. 5 tahun 1960 Undang-undang Pokok Agraria.
2. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
4. PP No. 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB dan HP.
5. PP No 24 tahun 1997 tentang pendaftaran.
6. Permen Agraria/Kepala BPN (No. 2 tahun 1999).
7. Peraturan Menteri Pertanian No. 26/Permentan/ar.140/2/2007.

95
Kriteria 3
1. UU No. 5 tahun 1960 Undang-undang Pokok Agraria.
2. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
4. PP No. 40 tahun 1996.
5. Permen Agraria/Kepala BPN No. 2 tahun 1999.
6. Peraturan Menteri/Kepala BPN No. 5 tahun 1999 tentang
Pedoman Penyelesaian masalah hak ulayat.
7. Peraturan Menteri Pertanian No. 26/Permentan/ar.140/2/2007.

Prinsip 3

Prinsip 4
kriteria 1
1. Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal
Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, 1997 dan 2006
tentang Petunjuk teknis budi daya kelapa sawit tahun 1997.
2. Standar Pengolahan Kelapa Sawit 1993 dari Ditjen
Pengolahan.
3. Standar pengolahan limbah 2006.
4. SNI 19-14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan
(voluntary).

Kriteria 2
1. UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
3. PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk budidaya tanaman.
4. PP No. 150, 2000 mengenai Pengendalian kerusakan tanah
untuk produksi biomasa.
5. SNI tentang Pupuk.
6. Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal
Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, 1997.
7. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit
Direktorat Jenderal Perkebunan. (Akan dirilis tahun 2007).

96
Kriteria 3
1. PP No.150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa.
2. Good Agriculture Practices untuk Perkebunan kelapa sawit.

Kriteria 4
1. UU 12 tahun 1992
2. UU 18 tahun 2004 tentang Perkebunan Kelapa Sawit.
3. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
4. PP 7/73, PP 6/ 95
5. Kepmen 28&29 Tahun 2003 tentang Pengkajian
Pemanfaatan Air Limbah.
6. Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair.

Kriteria 5
1. UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
3. PP No. 6, 1995 mengenai Perlindungan tanaman.
4. Daftar penggunaan bahan kimia pertanian (agro kimia) yang
diterbitkan oleh Komisi pestisida.
5. Pengendalian hama terpadu (Ditjenbun).

Kriteria 6
1. PP No. 18, 1999 junto PP No 85 mengenai Pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun.
2. PP No. 74, 2001 mengenai Pengelolaan bahan berbahaya
dan beracun.
3. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. PP No. 7, 1973 mengenai Pengawasan atas peredaran,
penyimpanan, dan pengunaan pestisida.
5. SK bersama Menteri kesehatan dan Menteri Pertanian No:
881/Menkes/SKB/VIII/96; 711/Kpts/TP.270/8/1996 tentang
batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian.
97
6. SK Menteri Pertanian No. 517/Kpts/TP.270/9/2002
mengenai Pengawasan pestisida.
7. 07/permentan/sr.140/2/2007.
8. Daftar penggunaan bahan kimia pertanian (agro kimia) yang
diterbitkan oleh Komisi pestisida.
9. GIFAP. 1991. Disposal of unwanted pesticide stocks:
guidance on the selection of practical options. Brussels,
Groupement International des Associations Nationales de
Fabricants de Produits Agrochimiques.

Kriteria 7
1. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.04/MEN/1993
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja.
4. PP No. 28/2002 Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.

Kriteria 8
1. UU 21/1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 111 thn
1968 mengenai diskriminasi Pekerjaan dan Jabatan.
2. Keputusan Menakertrans RI No KEP.261/MEN/X/2004 tahun 2004
Tentang Perusahaan Yang Wajib Melaksanakan Pelatihan Kerja.

Prinsip 5
Kriteria 1
1. PP No. 27 th 1999 mengenai AMDAL.
2. PermenLH No.11 Tahun 2006, tentang jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
3. Permen LH No 8 tahun 2006 tentang Penyusunan AMDAL.
4. SNI 19-14001 (Sistem Manajemen Lingkungan).

Kriteria 2
1. UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
98
2. PP No.7 Tahun 1999, Daftar Tanaman dan Hewan yang
Dilindungi.
3. Keputusan Presiden No. 32 th 1990, tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.
4. Kep Menhutbun No. 104/kpts-II/ 2000 tentang tata cara
pengambilan tumbuhan liar dan satwa liar.
5. IUCN Redlist.
6. CITES.

Kriteria 3
1. UU No. 23, 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. PP 74 th 2001
3. PP No. 18, 1999 junto PP No 85, 1999 mengenai
Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
4. PP No. 41/1999 mengenai Pengendalian pencemaran udara.
5. Kep Men LH 28 & 29 th 2003.
6. Kep Men LH No 13/3/95
7. Kep Men LH/51/10/95
8. Kep men LH Nomor KEP-13/MENLH/3/1995 mengenai
baku mutu emisi sumber tidak bergerak.
9. Panduan Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pengelolaan Limbah Industri KelapaSawit. Direktorat
Pengolahan hasil Pertanian, Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Deptan, 2006.

Kriteria 4
1. Perpres No 5, 2006 tentang kebijakan energi nasional.
2. Inpres No.1, 2006 tentang Biofuel.

Kriteria 5
1. UU No 18 tahun 2004 tentang perkebunan.
2. PP No 04 tahun 2001 tentang pengendalian kerusakan dan
atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan atau lahan.
3. PP No 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara.
99
Kriteria 6
1. PP No 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran
udara.
2. KepMen KLH no 13, 1995.
3. Kepmen LH No 141 2003 tentang baku mutu kendaraan
bermotor.
4. Kep BAPEDAL No KEP-205/BAPEDAL/07 Tahun 1996
tentang pedoman teknis pengendalian pencemaran udara.

Prinsip 7
Kriteria 1
1. UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Pasal 25).
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.
3. UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. PP 27 tahun 1999 (Pasal 33-34).
5. Kepmen naker 203 th 1999 tentang AKAD (angkatan kerja
antar daerah).
6. Kepmenakertrans No. 203/Men/1999 tentang Penempatan
Tenaga kerja di Dalam Negeri.

Kriteria 2
1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
2. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.

Kriteria 3
1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
2. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. UU 2/2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial.
4. Kepmenakertrans No. Kep. 255/Men/2003 tentang Tata
Cara Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Lembaga
Kerjasama Bipartit.

100
Kriteria 4
1. UU No. 5 tahun 1960 Undang-undang Pkok Agraria.
2. UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman
3. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
4. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. UU No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan.
6. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
7. UU No.15/ 1987 tentang Ketransmigrasian.

Kriteria 5
1. Peraturan Pemerintah NO 8 tahun 1981 Tentang
Perlindungan Upah.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER-01/MEN/1999
tentang Upah Minimum.
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.102/MEN/VI/2004
tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.
4. Keputusan Menakertrans RI No KEP220/MEN/X/2004
tahun 2004 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian
Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
5. Keputusan Menakertrans RI No KEP-48/MEN/IV/2004
tahun 2004 Tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pengesahan
Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan Dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama.
6. Kepmen No. KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
7. Kepmen No. KEP.101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara
Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh.

Kriteria 6
1. Undang-Undang No.21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja
/ Serikat Buruh.
2. Keputusan Menakertrans RI No: KEP. 255/MEN/2003
Tentang Tata Cara Pembentukan Dan Susunan Keanggotaan
Lembaga Kerjasama Bipartit.
3. Kepmen No. Keo-16/MEN/2001 tentang Tata Cara
101
Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
4. Kepmen No. Kep.201/MEN/2001 tentang Keterwakilan
dalam Kelembagaan Hubungan Industrial.

Kriteria 7
1. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Peraturan/Ketentuan mengenai wajib belajar.
3. Keputusan Menakertrans RI No 235/MEN 2003 Tentang
Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan Kesehatan
Keselamatan atau Moral Anak.
4. Keputusan Menakertrans RI No 115/MEN/VII/2004
Tentang Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan
Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat & Minat.

Kriteria 8
UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kriteria 9
Keputusan Menakertrans RI No 224/MEN/2003 Tentang
Kewajiban Pengusaha Yang Mempekerjakan Pekerja
Perempuan Antara Pukul 23:00 s/d Pukul 07:00.

Kriteria 10
Kep MenTan No 395 th 2005.

Kriteria 11
UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.

Prinsip 8
Kriteria 1
1. UU No. 18, 2004 tentang Perkebunan
2. PP No 27 tahun 1999 tentang. AMDAL
3. SK Men LH No 86 thn 2002 tentang. Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup
102

You might also like