You are on page 1of 41

Anatomi, fisiologi dan patofisiologi sistem pernapasan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau
organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat
tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni sistem
pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural
dan terkoordinir.
Dalam ilmu histologi, sistem pernapasan akan dibahas secara detail bahkan sampai
anatominya, sehingga kita bisa mengetahui organ dan saluran apa saja yang ikut berperanan
dalam menyalurkan oksigen (O2) yang kita hirup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian pernapasan dan bagaimana mekanisme pernapasan itu?
2. Apakah sajakah saluran pada sistem pernapasan itu?
3. Apa sajakah gangguan pada sistem pernapasan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui saluran-saluran pada sistem pernapasan.


2. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan.
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berhubungan dengans sistem pernapasan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pernapasan


Definisi Pernapasan :
 Pernapasan adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam & keluar paru
 Pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas dalam jaringan atau
“pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru yaitu “pernapasan luar”
Manusia membutuhkan suply oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel,
dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses
tersebut. Pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses
respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal
dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas
yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di
luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk
tempat pertukaran gas.
Proses pembakaran zat makanan secara singkat ditunjukan pada baga berikut:
Zat Makanan(gula) + Oksigen à kabon doiksida + uap air + energ

2.2 Fungsi dan Struktur Sistem


Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
1. Berdasarkan anatomi:
Saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring dan laring
Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai alveoli
2. Berdasar fungsionalnya:
Area konduksi: sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat
lewatnya udara pernapasan, membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dg suhu
tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis.
Area fungsional atau respirasi: mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses
pertukaran udara dengan darah.

2.2.1 Struktur

Sistem respirasi terdiri dari:


1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan.
2. Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli
3. Alveoli
Terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
4. Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
5. Paru
terdiri dari :
1) Saluran nafas bagian bawah
2) Alveoli
3) Sirkulasi paru
6. Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang
disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
7. Rongga dan Dinding Dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi

2.3 Alat – Alat Pernapasan


2.3.1 Hidung

1. Nares Anterior

Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini
dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam
rongga hidung.

2. Rongga Hidung

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang
yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan
penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis
terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk
oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media,
dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os
frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang
kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi
mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana
mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum
nasi :
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara
concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi
membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.

2.3.2 Saluran Pernapasan

1. Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung
(nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal)

2. Laring

Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke
dalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya
terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher.
Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti
cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang rawan satu-
satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan
aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan
kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan
dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang
sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah
depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid
yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan.
Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu
bernapas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai
otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring
sewaktu menelan.

3. Trakea

Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju
keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi
mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak
bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari
tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu
belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi
mediastenum (lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus
aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea.

4. Kedua bronkus
yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah
cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.(lihat gambar 3)
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah
arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan
bawah.

2.3.3 Rongga Toraks


Batas-Batas yang membentuk rongga di dalam toraks :
1. Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan,
2. Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus intervertebralis) yang
terbuat dari tulang rawan di belakang.
3. Iga-Iga beserta otot interkostal disamping
4. Diafragma di bawah
5. Dasar leher di atas,
Isi
Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus
pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan memebentuk batas lateral pada
mediastinum
Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada diantara kedua paru-paru. Isinya jantung
dan pembuluh-pembuluh dara besar, usofagus, duktus torasika, aorta descendens, vena kava
superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe.

2.3.4 Paru – Paru


Paru-Paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh
darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah
organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi
daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga
toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,
permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang
belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

1. Lobus paru-paru (belahan paru-paru ).

Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah
pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi
tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di
dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.

2. Bronkus Pulmonaris

Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk
paru-paru (lihat gambar 3). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus
pulmonaris bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur
serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan
tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang
rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium
yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan
pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.

3. Pembuluh Darah dalam Paru-Paru

Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel
kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial,
bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan
membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah
merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya
dua vena pulminaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium
kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi oksigen
langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen
ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler
yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi
beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian
dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh
vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian
paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.

4. Hiilus (Tampuk)Paru-Paru dibentuk struktur berikut

1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi
oksigen
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
3) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara
utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior.
6) Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru – paru, sangat banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati.
8) Kelenjar limfe . semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat
menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di tampak paru – paru.
9) Pleura. Setiap paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis
erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus
satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru – paru dan
membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi
iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan
bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang
kuat bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri
subklavia.
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu
bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam
keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya
menjadi jelas.

2.4 Fisiologi Pernapasan


Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan
melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada
waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran,
yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini
dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada
tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus
membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan
trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :

1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2. Arus darah melalui paru – paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat
mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah
berdifusi drpd oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di
paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak
dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang
pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan.
Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya
mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai
gantinya, yaitu karbon dioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
Karbon dioksida ........................................................ 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer


Udara yang diembuskan:
nitrogen....................................................................... 79 %
Oksigen....................................................................... 16 %
Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %
Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru – paru ialah 4.500 ml
sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 literudara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira
1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan
diembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada
penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat
spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter.
Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan
kongesti paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.

2.5 Fisiologi Pernapasan

Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama,(a) pengendalian oleh
saraf, dan (b). Kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak
di dalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang
disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot diafragama dan otot interkostalis.
1. Pengendalaian oleh saraf
Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang
mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf servikalis
impuls ini di antarrkan ke diafragma oleh saraf frenikus: Dibagian yang lebih rendah pada
sumsum belakang ,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk
merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma
dan interkostal yang berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit.
Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke
pusat pernapasan di dalam medula.
2. Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi,
kecepatan,& kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka
pada reaksi: kadar alkali daah harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi asam
dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk
mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting. Tanpa
salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot pernapasan ( interkostal
dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang lainnya
untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat
dikeluarmasukkan paru-paru.
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi
yang diperlukan dalam pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida
di dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.
Emosi, rasa sakit,dan takut,misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat
pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat-hal yang kita ketahui semua.
Impuls aferen dari kulit mengasilkan efek serupa—bila badan di celup dalam air dingin
atau menerima guyuran air dingin, penarikan pernapasan kuat menyusul.
Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan
lama karena gerakannya otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas dalam waktu lama akan
gagal karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan
menimbulkan rasa tak enak.
2.6 Kecepatan Pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalau bernapas secara normal, ekspirasi akan
menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada
bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya menjadi : inspirasi-istirahat-
ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit:
Bayi baru ............................................................ 30-40
Dua belas bulan .................................................. 30
Dari dua sampai lima tahun .............................. 24
Orang dewasa..................................................... 10-20

2.7 Gerakan Pernapasan


Ada dua saat terjadi pernapasan:
1. Inspirasi atau menarik napas
Adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan
rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang
ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang
ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar
itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran
sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
2. Ekspirasi
Udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru kempis kembali yang
disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu
menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa
bergerak, dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.

2.8 Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen


Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut, oksigen dapat diatur menurut
keperluan . Orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya; kalau tidak mendapatkannya
selama lebih dari empat menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya sorang anak
menudungi kepala dan mukannya dengan kantung pelastik dan menjadi mati lemas. Tetapi
penyediaan oksigen hanya berkurang, pasien menjadi kacau pikiran—ia menderita anoksia
serebralis. Hal ini terjadi pada orang bekerja dalam ruang sempit, tertutup, seperti dalam
ruang kapal, di dalam tank, dan ruang ketel uap; oksigenyang ada mereka habiskan dan kalau
mereka tidak diberi oksigen untuk pernapasan atau tidak dipindahkan ke udara yang normal,
mereka akan meninggal karena anoksemia atau disingkat anoksia.
Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi, warna merahnya hilang dan menjadi
kebiru-biruan dan ia disebut menderita sianosis.
Orang yang berusaha bunuh diri dengan memasukkan kepalanya ke dalam oven gas,
bukan saja terkena anoksia, tetapi jaga menghirup karbon monoksida yang bersifat racun dan
yang segera bergabung dengan hemoglobin sel darah, menyingkirkan isi normal oksigen.
Dalam hal ini bibir tidak kebiru-biruan , melainkan merah ceri yang khas. Pengobatan yang
diperlukan ialah pengisapan dan pemberian oksigen dalam konsentrasi sampai lima kali
jumlah oksigen udara atmosfir atau lima atmosfir.

2.9 Patofisiologi Sistem Pernapasan


Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia antara lain sebagai
berikut:
1. Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang menyebabkan kesukaran
bernapas. Asma biasanya disebabkan oleh hipersensitivas bronkiolus (disebut asma
bronkiale) terhadap benda-benda asing di udara. penyebab penyakit ini juga dapat terjadi
dikarenakan faktor psikis dan penyakit menurun.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi yang paling sering
adalah paru-paru dan tulang. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu
karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
1) Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran udara paru-paru
2) Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
3) Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan meningkatkan ketebalan
membran pernapasan sehingga menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru
3. Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul rasa nyeri pada waktu
menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering. Gangguan ini disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus dan dapat juga disebabkan terlalu banyak merokok. Bakteri yang
biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis.
4. Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara
menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri atau virus. Penyebab
lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan udara.
5. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana alveolus biasanya terinfeksi oleh cairan
dan eritrosit berlebihan. Infeksi disebarkan oleh bakteri dari satu alveolus ke alveolus lain
hingga dapat meluas ke seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan oleh
bakteri streptokokus (Streptococcus), Diplococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
6. Emfisema paru – paru
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah
gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume
paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang
seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan
enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
7. Dipteri
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan pada rongga faring (faringitis) maupun
laring (laringitis) oleh lendir yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
8. Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang disebabkan
terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Misalnya alveolus
yang terisi air karena seseorang tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon
monoksida yang disebabkan karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida sehingga
pengangkutan oksigen dalam darah berkurang.
9. Kanker paru – paru
Penyakit ini merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di dalam jaringan
paru-paru. Kanker ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru dan menjalar ke seluruh
bagian tubuh. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru
pada pria dan sekitar 70% kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin
besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Tetapi tidak menutup kemungkinan perokok
pasif pun mengalami penyakit ini. Penyebab lain yang memicu penyakit ini adalah penderita
menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pernapasan pada manusia diantaranya hidung, saluran pernapasan (farink, larink,
trakea, bronkus) dan paru-paru.
Gerakan pernapasan ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Saat Inspirasi atau menarik napas
adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga
dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang
ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang
ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar
itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran
sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Sedangkan saat Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-
paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses
pasif.
Gangguan pada sistem pernapasan diantaranya : Asma, Tubeculosa, Bronkitis, Dieptri,
Asfiksia, Enfisema paru, Pneumonia dan kanker paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistem-respirasi.html
(Diakses tanggal : 31 Maret 2012)

http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-pernapasan.html
(diakses tanggal : 1 April 2012)
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Oleh:
Rr. Dewi Sitoresmi A

Tujuan dari respirasi adalah menyediakan oksigen bagi


jaringan dan mengeluarkan karbondioksida. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, respirasi dapat
dibagi menjadi 4 kejadian fungsional mayor, yaitu:
1. ventilasi pulmonal, yang artinya masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru.
2. difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Transport oksigen dan karbondioksida di darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel tubuh.
4. Regulasi ventilasi dan pengaturan respirasi lain.

MEKANISME VENTILASI PULMONAL


Paru dapat berekspansi dan berkontraksi dalam 2 cara, yaitu:1
1. dengan pergerakan ke atas dan ke bawah dari diafragma untuk memperpanjang atau
memperpendek rongga dada
2. dengan elevasi dan depresi tulang rusuk untuk meningkatkan dan menurunkan diameter
anteroposterior dari rongga dada
Pernapasan normal terjadi hampir seluruhnya karena mekanisme yang pertama, yaitu
dengan pergerakan diafragma. Selama inspirasi, kontraksi diafragma menarik permukaan
bawah paru ke arah bawah. Kemudian, selama ekspirasi, diafragma berelaksasi dan elastic
recoil paru. Dinding dada, dan struktur abdomen menekan paru. 1
Metode kedua untuk membuat paru berekspansi adalah untuk menaikkan sangkar rusuk.
Ekspansi paru ini karena, pada posisi istirahat natural, rusuk condong ke bawah. Oleh karena
itu membuat sternum jatuh ke belakang menuju kolumna vertebral. Akan tetapi saat sangkar
rusuk naik, rusuk diproyeksikan ke depan sehingga sternum juga bergerak ke depan,
menjauhi tulang belakang, membuat ketebalan anteroposterior dada lebih besar 20% selama
inspirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi. Oleh karena itu, semua otot yang
mengelevasi sangkar dada diklasifikasikan sebagai otot inspirasi dan otot yang menekan
sangkar dada diklasifikasikan sebagai otot ekspirasi. 1
Pergerakan udara masuk dan keluar paru dan tekanan yang menyebabkan pergerakan
Paru adalah struktur elastis yang kolaps seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya
melalui trakea kapanpun tidak ada tekanan untuk menjaganya tetap mengembang. 1
Tekanan pleural adalah tekanan dari cairan di ruang sempit antara pleura paru dan
pleura dinding dada. Tekanan pleura normal pada awal inspirasi adalah sekitar -5 cmH20.
Kemudian selama inspirasi normal, ekspansi rongga dada menarik keluar paru dengan
kekuatan lebih besar dan membuat tekanan negatif sekitar -7,5 cmH20. Terdapat peningkatan
negativitas tekanan pleura dari -5 sampai -7,5 selama inspirasi sementara volume paru
meningkat 0,5 liter. Kemudian selama ekspirasi, kejadian yang berlangsung adalah
kebalikannya.1
Tekanan alveolar (intraalveolus) adalah tekanan dari udara di dalam alveoli paru. Saat
glotis terbuka dan tidak ada udara mengalir masuk atau keluar paru, tekanan di semua pohon
respiratorik, semua jalan menuju alveoli , adalah setara dengan tekanan atmosfer, yang
dianggap ‘zero reference pressure’ saluran napas, yaitu 0 cmH2O. Untuk menyebabkan aliran
udara masuk ke alveoli selama inspirasi, tekanan di dalam alveoli mencapai nilai di bawah
tekanan atmosfer (di bawah 0). Selama inspirasi normal, tekanan alveolar turun sekitar -1
cmH2O. Tekanan negatif yang kecil ini cukup untuk menarik 0,5 liter udara ke dalam paru
dalam 2 detik yang dibutuhkan untuk inspirasi normal. Selama ekspirasi, perubahan yang
berkebalikan terjadi. Tekanan alveolar naik sekitar +1 cmH2O dan hal ini mendorong 0,5
liter udara yang diinsiprasi untuk keluar dari patu selama 2-3 detik ekspirasi.1
Terdapat perbedaan antara tekanan alveolar dan tekanan pulmonal. Hal ini disebut
sebagai transpulmonary pressure. Ini adalah perbedaan tekanan antara yang ada di dalam
alveoli dan di permukaan luar paru, dan ini mengukur elastic force paru yang menyebabkan
kolapsnya paru selama respirasi, disebut tekanan recoil. Setiap transpulmonary pressure
meningkat 1 cmH2O, volume paru bertambah 200 milimeter.1
Perubahan yang terjadi selama satu siklus pernapasan, yaitu satu tarikan napas
(inspirasi) dan satu pengeluaran napas (ekspirasi) adalah sebagai berikut.
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalur
dan tekanan intraalveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan inspirasi, otot-otot
inspirasi, diafragma dan otot antariga eksternal, terangsang untuk berkontraksi, sehingga
terjadi pembesaran rongga toraks. Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot
rangka yang membentuk dasar rongga toraks dan dipersarafi oleh saraf frenikus. Otot
antariga diaftifkan oleh saraf interkostalis. Diafragma yang melemas berbentuk kubah yang
menonjol ke atas ke dalam rongga toraks. Sewaktu berkontraksi karena stimulasi saraf
frenikus, diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks dengan
menambah panjang vertikalnya. 2
Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi
rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intraalveolus menurun
karena molekul dalam jumlah yang sama kini menepati volume ruang yang lebih besar. Pada
inspirasi biasa, tekanan intraalveolus menjadi 759 cmHg. Karena tekanan intraalveolus
sekarang lebih rendah dari tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru mengikuti
penurunan gradient tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara terus mengalir ke dalam
paru sampai tidak lagi terdapat gradient. Dengan demikian, pengembangan paru bukan
disebabkan oleh perpindahan udara ke dalam paru, melainkan udara mengalir ke dalam paru
karena turunnya tekanan intraalveolus akibat paru yang mengembang. Selama inspirasi,
tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat pengembangan toraks. 2
Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas, diafragma kembali ke
bentukny seperti kubah. Sewaktu otot antariga eksternal melemas, sangkar rusukyang
terangkat turun karena adanya gravitasi, dan dinding dada dan paru yang teregang kembali
menciut ke ukuran prainspirasi karena adanya sifat elastik, seperti membuka balon yang
sebelumnya sudah ditiup. Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan
intraalveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang terkandung di
dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume
yang lebih kecil. Pada ekspirasi istirahat, tekanan intraalveolus meningkat menjadi 761
mmHg. Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan
intraalveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar udara berhenti
jika tekanan intraalveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat
gradien tekanan.2
Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif karena terjadi akibat penciutan
elastik paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau
pengeluaran energi. Sebaliknya inspirasi selalu aktif karena hanya ditimbulkan oleh kontraksi
otot inspirasi dan menggunakan energi.2

VENTILASI ALVEOLAR
Hal yang sangat penting dari sistem ventilasi pulmonal adalah untuk memperbarui udara
di arkade pertukaran di paru secara kontinu. Area ini termasuk alveoli, alveolar sacs, duktus
alveolar, dan bronkiolus respiratorik. Ukuran dimana udara baru mencapai area ini
dinamakan ventilasi alveolar. Anehnya, selama respirasi normal, volume udara di udara tidal
hanya cukup untuk mengisi jalur turun respiratorik sampai bronkiolus terminal, dengan hanya
porsi kecil dari udara inspirasi yang benar-benar mengalir ke alveoli. Meskipun demikian,
bagaimana udara bergerak melewati jarak kecil dari bronkiolus terminal ke dalam alveoli?
Jawabannya adalah dengan difusi. Difusi disebabkan oleh pergerakan kinetik molekul, setiap
molekul gas bergerak pada kecepatan tinggi diantara molekul lain. Kecepatan pergerakan
molekul pada udara respiratorik sangat hebat dan jaraknya sanagt pendek dari bronkiolus
terminal ke alveoli dimana gas bergerak melewati jarak ini hanya dalam hitungan fraksi
detik.1

KONTROL PERNAPASAN
Pusat pernapasan di batang otak menentukan pola bernapas ritmis
Bernapas harus berlangsung dalam pola siklik dan kontinu. Pola ritmis bernapas
diciptakan oleh aktivitas saraf siklis ke otot-otot pernapasan. Dengan kata lain, aktivitas
pemacu yang menciptakan ritmisitas bernapas terletak di pusat kontrol pernapasan di otak.
Persarafan ke sistem pernapasan merupakan kebutuhan mutlak untuk mempertahankan
pernapasan dan untuk secara refleks menyesuaikan tingkat ventilasi untuk memenuhi
kebutuhan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 yang terus berubah-ubah. Aktivitas
pernapasan juga dapat dimodifikasi secara sengaja untuk berbicara, bernyanyi, bersiul,
memainkan instrumen tiup, atau menahan napas ketika berenang.2
Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen terpisah, yaitu:2
1. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi
bergantian
2. Faktor-faktor yang mengatur kekuatan ventilasi (kecepatan dan kedalaman bernapas) agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh
3. Faktor-faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk memenuhi tujuan lain.
Modifikasi ini dapat bersifat volunter, misalnya kontrol pernapasan saat berbicara, atau
involunter, misalnya manuver pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.
Pusat kontrol pernapasan yang terletak di batang otak bertanggung jawab untuk
menghasilkan pola bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat
pernapasan medulla (medullary respiratory center), terdiri dari beberapa agregat badan sel
saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran ke otot pernapasan. Selain itu, terdapat
dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi di batang otak, di pons, yaitu pusat apnustik dan
pusat pneumotaksik. Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan
medula. Bagaimana pastinya berbagai daerah ini berinteraksi untuk menciptakan ritmisitas
bernapas masih belum jelas, tetapi faktor-faktor berikut diduga berperan.2

1. Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat medulla


Kita bernapas secara berirama karena kontraksi dan relaksasi berganti-ganti otot-otot
pernapasan, yaitu diafragma dan otot antariga eksternal, yang masing-masing dipersarafi oleh
saraf frenikus dan saraf interkostalis. Badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf-
saraf tersebut terletak di korda spinalis. Impuls yang berasal dari pusat medulla berakhir di
badan sel neuron motorik ini. Pada saat diaktifkan, neuron-neuron motorik ini kemudian
merangsang otot-otot pernapasan, sehingga terjadi inspirasi; sewaktu neuron-neuron ini tidak
aktif, otot-otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Pusat pernapasan medulla terdiri dari
dua kelompok neuron yang dikenal sebagai kelompok pernapasan dorsal dan kelompok
pernapasan ventral.2
Kelompok respirasi dorsal (dorsal respiratory group, DRG) terutama terdiri dari neuron
inspirasi yang serat-serat desendensnya berakhir di neuron motorik yang mempersarafi otot-
otot inspirasi. Saat neuron-neuron inspirasi DRG membentuk potensial aksi, terjadi inspirasi;
ketika mereka berhenti melepaskan muatan, terjadi ekspirasi. Ekspirasi berakhir saat neuron-
neuron inspirasi kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan. Dengan demikian, DRG
pada umumnya dianggap sebagai penentu irama dasar ventilasi.2
DRG memiliki interkoneksi penting dengan kelompok respirasi ventral (ventral
respiratory group, VRG). VRG terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi, yang
keduanya tetap inaktif selama bernapas tenang. Daerah ini diaktifkan oleh DRG sebagai
mekanisme overdrive (penambah kecepatan) selama periode pada saat kebutuhan akan
ventilasi meningkat. Selama bernapas tenang, tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur-jalur
desendens dari neuron ekspirasi. Hanya selama ekspirasi aktif, neuron-neuron ekspirasi
merangsang neuron motorik yang mempersarafi otot ekspirasi. Selain itu, neuron inspirasi
VRG, apabila dirangsang oleh DRG, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan akan
ventilasi meningkat.2
Pengaruh pusat pneumatik dan apnustik
Pusat pneumotaksik mengirim impuls ke DRG yang membantu ‘mematikan’/swith off
neuron inspirasi, sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apnustik mencegah
neuron inspirasi dari proses switch off, sehingga menambah dorongan inspirasi. Pusat
pneumotaksik lebih dominan daripada pusat apnustik.2
Refleks Hering-Breuer
Apabila tidal volume besar (lebih dari 1 liter), misalnya ketika berolahraga, refleks
Hering-Breuer dipicu untuk mencegah pengembangan paru berlebihan. Reseptor regang paru
(pulmonary stretch reflex) yang terletak di dalam lapisan otot polos saluran pernapasan
diaktifkan oleh peregangan paru jika tidal volume besar.2

2. Pengatur besarnya ventilasi


Seberapapun banyaknya O2 yang diesktraksi dari darah atau CO2 yang ditambahkan ke
dalamnya di tingkat jaringan, PO2 dan PCO2 darah arteri sistemik yang meninggalkan paru
tetap konstan, yang menunjukkan bahwa kandungan gas darah arteri diatur secara ketat. Gas-
gas darah arteri dipertahankan dalam rentang normal secara eksklusif dengan mengubah-ubah
kekuatan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran
CO2.2
Pusat pernapasan medula menerima masukan yang memberi informasi mengenai
kebutuhan tubuh akan pertukaran gas. Kemudian pusat ini berespons dengan mengirim
sinyal-sinyal yang sesuai ke neuron motorik yang mempersarafi otot-otot pernapasan untuk
menyesuaikan kecepatan dan kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Dua sinyal yang paling jelas untuk meningkatkan ventilasi adalah penurunan PO2
arteri dan pengikatan PCO2 arteri. Kedua faktor ini memang mempengaruhi tingkat ventilasi,
tetapi tidak dengan derajat yang sama dan melalui jalur yang sama. Juga terdapat faktor
ketiga, H+, yang berpengaruh besar pada tingkat aktivitas pernapasan.2

3. Ventilasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan


kebutuhan pasokan O2 atau pengeluaran CO2
Kecepatan dan kedalaman bernapas dapat dimodifikasi oleh sebab-sebab di luar
kebutuhan akan pasokan O2 atau pengeluaran CO2. Refleks-refleks protektif, misalnya bersin
dan batuk, secara temporer mengatur aktivitas pernapasan sebagai usaha untuk mengeluarkan
bahan-bahan iritan dari saluran pernapasan. Inhalasi bahan iritan tertentu sering memicu
penghentian ventilasi. Nyeri yang berasal dari bagian lain tubuh secara refleks merangsang
pusat pernapasan (sebagai contoh, seseorang ‘megap-megap’ jika merasa nyeri). Modifikasi
bernapas secara involunter juga terjadi selama ekspresi berbagai keadaan emosional,
misalnya tertawa, menangis, bernapas panjang, dan mengerang. 2
Modifikasi yang dicetuskan oleh emosi ini diperantarai oleh hubungan-hubungan antara
sistem limbik otak (yang bertanggung jawab untuk emosi) dan pusat pernapasan. Selain itu,
pusat pernapasan secara refleks dihambat selama proses menelan, pada saat saluran
pernapasan ditutup untuk mencegah makanan masuk ke paru. 2
Manusia juga memiliki kontrol volunter yang cukup besar terhadap ventilasi. Kontrol
bernapas secara volunter dilakukan oleh korteks serebrum, yang tidak bekerja pada pusat
pernapasan di otak, tetapi melalui impuls yang dikirim secara langsung ke neuron-neuron
motorik di korda spinalis yang mempersarafi otot pernapasan. Kita dapat secara sengaja
melakukan hiperventilasi atau pada keadaan ekstrim yang lain, menahan napas kita, tetapi
hanya untuk jangka waktu yang singkat. Perubahan-perubahan kimiawi yang kemudian
terjadi di darah arteri secara langsung dan secara refleks mempengaruhi pusat pernapasan
yang kemudian mengalahkan masukan volunter ke neuron motorik otot pernapasan. Selain
bentuk-bentuk ekstrim pengontrolan pernapasan tadi, kita juga mengontrol pernapasan untuk
melakukan berbagai tindakan volunter, misalnya berbicara, bernyanyi, dan bersiul.2

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C, John E. Hall. Textbook of Medical Physiology. Ed. Ke-10. USA: WB.
Saunders Company, 2001: 432-9.
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Ed. Ke-2. Jakarta: EGC,
2001:418-20, 447-56.
Sistem Respirasi
Posted on rdUTCp31UTC05bUTCFri, 23 May 2008 00:48:19 +0000 21, 2007 | 12 Komentar

Ini terjemahan dari Martini “Anatomy&Physiology” Sistem Respirasi, ga semuanya sie…

Yup semoga bermanfaat buat yang nyari bahan…

Fungsi Sistem Respirasi :

1. menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah.

2. sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.

3. melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai


keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan
jaringan lain dari patogen.

4. sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi
lainnya.

5. memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di superior


portion pada rongga hidung.

Sistem respirasi juga dibagi menurut divisinya, yakni :

1. Divisi konduksi

Divisi ini dimulai dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, himgga terminal
bronkiolus

2. Divisi respirasi

Divisi ini dimulai dari bronkiolus hingga alveoli, udara memenuhi kantung paru-paru
dan terjadilah pertukaran gas antara udara dan darah.

Mekanisme Respirasi
Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi
internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara
cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk
memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan
pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi
selular, terjadinya di mitokondria.

Berikut adalah tahapan-ahapan dalam respirasi eksternal:

1. Ventilasi pulmoner atau bernapas, melibatkan perpindahan udara secara fisik keluar
masuk paru-paru.

2. Difusi gas, melewati membran respiratori antara ruangan alveolar dan kapiler
alveolar serta melewati kapiler alveolar dan kapiler jaringan.

3. Transportasi oksigen dan karbon dioksida; antara kapiler alveolar dan kapiler
jaringan.

Ventilasi Pulmoner

Adalah perpindahan udara secara fisik keluar masuk paru-paru. Fungsi utamanya
adalah untuk menjaga keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer memiliki peranan
penting dalam ventilasi pulmoner.

Menurut hukum Boyle, tekanan berbanding terbalik dengan volume. Udara akan
mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Kedua hukum ini merupakan
dasar dari ventilasi pulmoner. Satu siklus respirasi tunggal terdiri dari inhalasi/inspirsi dan
ekshalasi/ekspirasi. Keduanya melibatkan perubahan volume paru-paru. Perubahan ini
menciptakan gradien tekanan yang memindahkan udara keluar atau masuk paru-paru.

Kedua paru-paru memiliki rongga pleural. Parietal dan viseral pleura dipisahkan
hanya oleh selaput tipis cairan pleural. Perbandingan ikatan cairan terjadi antara parietal
pleural dan viseral pleura Hasilnya, permukaan masing-masing menempel pada bagian
dalam dada dan permukaan superior diafragma. Pergerakan dada dan diafragma ini akan
menyebabkan perubahan volume paru-paru. Volume rongga toraks berubah ketika
diafragma berubah posisinya atau tulang rusuk bergerak.

Saat diafragma berkontraksi, volume rongga toraks akan bertambah, ketika


diafragma berelasasi, volume rongga toraks akan berkurang. Sementara pergerakan
superior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks bertambah.
Pergerakan inferior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks
berkurang.

Saat bernapas dimulai, tekanan di dalam dan luar paru-paru sama, tidak ada
pererakan keluar masuk paru-paru. Saat rongga toraks membesar, rongga pleural dan paru-
paru akan berekspansi untuk memenuhi rongga dada yang membesar. Ekspansi ini
mengurangi tekanan paru-paru, maka udara dapat memasuki saluran pernapasan karena
tekanan dalam paru-paru lebih rendah dari tekanan luar. Udara terus masuk sampai volume
paru-paru berhenti bartambah dan tekanan di dalam sama dengan tekanan udara luar. Saat
volume rongga toraks berkurang, tekanan alam paru-paru naik sehingga udara dari paru-
paru dikeluarkan dari saluran pernapasan.
Compliance:

Compliance paru-paru merupakan indikasi kemampuan perluasan paru-paru, bagaimana


paru-paru dengan mudahnya mengembang dan mengempis. Semakin rendah compliance,
semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mengisi dan mnegosongkan paru-paru.
Semakin besar compliance, semakin mudah bagi paru-paru, semakin mudah paru-paru
untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru. Factor yang mempengaruhi compliance
adalah:

· Struktur jaringan penghubung dari paru-paru. Kehilangan jaringan penghubung


menghasilkan kerusakan alveolar, seperti pada emfisema, yang meningkatkan compliance

· Produksi surfaktan, pada saat ekshalasi, alveoli yang kolaps karena produksi
surfaktan yang tidak mencukupi, seperti pada respiratory distress syndrome, mengurangi
compliance paru-paru

· Mobilitas rongga toraks, arthritis atau kelainan skelet lainnyamempengaruhi artikulasi


rusuk atau kolom spinal juga mengurangi compliance

Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi

1. Tekanan intrapulmoner

Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan tekanan
intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran pernafasan, di
alveoli.

Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan
atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru
mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan
intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada
umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan
tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.

Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet yang
berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai -30
mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis yang
ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada saat
ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal
meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.

2. Tekanan intrapleural

Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan visceral
pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat mencapai – 18
mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan atmosferyang
diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya, kita mencatat
bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya, paru-paru dapat
kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan sempurna. Elastic
fiber tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak cukup kuat untuk
mengatasi ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic fiber selanjutnya
melawan ikatan cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding dada dan diafragma,
menurunkan tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa membesar bahkan
setelah ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan atmosfer melaui
siklus inhalasi dan ekshalasi normal.

Siklus Respirasi

Satu siklus respirasi terdiri dari satu kali inhalasi dan satu kali ekshalasi. Jumlah udara yang
keluar atau masuk paru-paru dalam satu siklus respirasi disebut volume tidal. Saat siklus
dimulai, tekanan atmosfer dan intrapulmonar sama besar, tidak ada pertukaran udara.
Inhalasi dimulai dengan penurunan tekanan intrapleural yang diakibatkan ekspansi rongga
dada sehingga udara masuk. Saat ekshalasi dimulai, tekanan intrapleural dan intrapulmonar
naik denga cepat, mendorong udara keluar dari paru-paru.

Otot yang Digunakan Saat Inhalasi

 Kontraksi diafragma membuat ‘lantai’ rongga dada menjadi rata, menaikkan


volumenya dan membuat udara masuk ke paru-paru. Kontraksi diafragma berperan
dalam hampir 75% pergerakan udara pada pernapasan normal.
 Kontraksi otot eksternal interkostal membuat tulang rusuk bergerak naik saat
inhalasi. Kontraksi ini bertanggung jawab atas 25% volume udara di paru-paru.
 Kontraksi otot aksesori, seperti sternocleidomastoid, serratus anterior, pectoralis
minor, dan otot scalens. Otot-otot ini juga berperan dalam pengangkatan tulang
rusuk oleh otot eksternal interkostal. Otot-otot ini meningkatkan jumlah dan
kecepatan pergerakan tulang rusuk.

Otot yang Digunakan Saat Ekshalasi

 Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis menekan tulang rusuk dan
menurunkan lebar dan kedalaman rongga dada.
 Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus abdominis dan
otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal interkostal saat ekshalasi
dengan memampatkan abdomen dan mendorong diafragma untuk bergerak ke atas.

Pernapasan Biasa

Disebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal
interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma atau
pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting volume rongga
dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan diekshalasi secara pasif
saat diafragma berelaksasi.
Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah karena
tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal interkostal
menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi terjadi secara
pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi.

Pernapasan Kuat

Disebut juga hiperpnea, melibatkan pergerakan aktif inspiratori dan ekspiratori. Inhalasi
pada pernapasan kuat dibantu oleh otot aksesori, ekshalasi melibatkan kontraksi otot
internal interkostal. Pada tingkat pernapasan kuat mutlak, otot abdominal juga dilibatkan
dalam ekshalasi. Kontraksinya dapat memampatkan isi abdomen, mendorongnya ke atas
melawan diafragma sehingga menurunkan volume rongga dada.

Volume tidal (VT) adalah volume udara ketika ekspirasi atau inspirasi dalam 1
siklus respirasi dengan kondisi rileks. Jumlah pada pria dan wanita sama yaitu
sekitar 500 ml.

Volume inspirasi cadangan (VIC) adalah volume udara yang masih dapat di
inspirasi setelah melakukan inspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 3100 ml dan pada wanita sekitar 1900 ml.

Volume ekspirasi cadangan (VEC) adalah volume udara yang masih dapat di
ekspirasikan setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 700 ml.

Volume residu adalah volume udara yang masih terdapat dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda tapi
tidak terlalu signifikan, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 1100 ml.

Terdapat empat jenis kapasitas respirasi antara lain kapasitas vital, residual fungsional,
inspirasi, dan kapasitas paru-paru total. Dengan masing-masing pengertian, sbb :

Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah maksimal udara yang terdapat dalam
paru-paru setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 6000 ml dan pada wanita sekitar 4200 ml. KTP
= VT+ VIC+ VEC+ VR.

Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di ekspirasikan
setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 4800 ml dan pada wanita sekitar 3100 ml. KV = VT+
VIC+ VEC (sekitar 80 % dari volume KTP).

Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di inspirasi
setelah melakukan ekspirasi normal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 3600 ml dan pada wanita sekitar 2400 ml. KI = VT+ VIC.
Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang masih terdapat
dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 2400 ml dan pada wanita sekitar 1800 ml. KRF=
VEC+ VR.

Jenis-Jenis Pernapasan

Quiet Breathing

Pada quiet breathing atau eupneu, inhalasi melibatkan kontraksi otot, tapi ekshalasi
merupakan proses yang pasif. Inhalasi melibatkan kontraksi otot diafragma dan interkostal
eksternal.

Forced Breathing

Disebut juga hiperpnea; melibatkan inhalasi dan ekshalasi aktif. Pada pernapasan jenis ini,
otot aksesori ikut berperan dalam inhalasi, sementara pada ekshalasinya yang juga turut
berperan adalah otot interkostal internal. Pada level paling maksimum forced breathing,
kontraksi otot abdominal digunakan dalam ekshalasi.

Ventilasi Alveolar

Ventilasi alveolar adalah jumlah udara yang mencapai alveoli tiap menitnya. Hanya
sebagian dari udara inhalasi yang mencapai permukaan alveoli. Umumnya inhalasi menarik
500 ml udara ke dalam saluran pernapasan. Sebanyak 350 ml masuk ke ruang-ruang
alveolar, sisanya hanya mencapai divisi konduksi dan tidak ikut berpartisipasi dalam
pertukaran gas dengan darah.

Udara di alveoli ini mengandung oksigen yang lebih sedikit dan karbon dioksida yang
lebih banyak daripada komposisi di udara.

Kecepatan Respirasi

Kecepatan respirasi adalah jumlah pernapasan dalam satu menit. Kecepatan yang normal
adalah 12 sampai 18 pernapasan per menit. Pernapasan pada anak-anak lebih cepat, yaitu
18-20 kali per menit.

PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA

Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida antara udara alveolar dan darah pulmoner
terjadi melalui difusi pasif. peristiwa ini mengikuti dua hukum gas, yaitu Hukum Dalton dan
Hukum Henry. Hukum Dalton penting untuk memahami peristiwa penurunan tekanan gas
melalui proses difusi, sedangkan hukum Henry menjelaskan bahwa kelarutan gas
mempengaruhi kecepatan difusinya.
Hukum Gas: Hukum Dalton dan Hukum Henry

Menurut hukum Dalton, setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya sendiri yang
disebut tekanan parsial. Tekanan parsial dilambangkan dengan Px, dengan x adalah rumus
molekul gas bersangkutan. Tekanan total campuran gas merupakan penjumlahan tekanan
parsial komponen-komponen gasnya. Udara atmosfer mengandung nitrogen, oksigen, uap
air, karbon dioksida, dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian,
tekanan atmosfer adalah:

Tekanan parsial gas-gas tersebut menentukan pergerakan oksigen dan karbon dioksida
antara atmosfer dan paru-paru, antara paru-paru dan darah, dan antara darah dengan sel-
sel tubuh. Setiap gas berdifusi melalui membran permeabel dari daerah dengan tekanan
parsial lebih tinggi ke daerah dengan tekanan parsial lebih rendah. semakin besar
perbedaan tekanan parsial, maka laju difusi gas akan semakin cepat.

Dibandingkan dengan udara yang masuk ke paru-paru, udara alveolar memiliki lebih sedikit
O2 dan lebih banyak CO2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertukaran gas di
alveoli meningkatkan komposisi CO2 dan menurunkan konsentrasi O2 udara alveolar.
Kedua, ketika udara masuk melalui saluran pernafasan, udara tersebut dilembabkan.
peningkatan konsentrasi uap air menyebabkan penurunan konsentrasi O2. sebaliknya, udara
yang dikeluarkan dari paru-paru mengandung lebih banyak O2 dan lebih sedikit CO2
daripada udara alveolar karena udara yang dikeluarkan sebagian bercampur dengan udara
pada dead space yang tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran gas.

Hukum Henry menyatakan bahwa kuantitas gas yang terlarut pada cairan adalah
proporsional terhadap tekanan parsial dan kelarutan gas tersebut. Pada cairan tubuh,
kemampuan gas untuk tetap berada di dalam larutan lebih besar ketika tekanan parsial dan
kelarutannya di dalam cairan tubuh besar. CO2 terlarut lebih banyak di dalam plasma darah
karena kelarutan CO2 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2, dan walaupun kuantitas N2
paling banyak pada udara atmosfer, gas ini tidak memberikan pengaruh yang begitu
signifikan terhadap tubuh karena kelarutannya di dalam plasma darah sangat rendah.

Laju pertukaran gas sistemik dan pulmoner dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

 Perbedaan tekanan parsial gas-gas; semakin besar perbedaan tekanan parsial gas-
gas, maka lajudifusi semakin cepat.
 Luas permukaan pertukaran gas; jika luas permukaan pertukaran gas semakin
besar, maka laju difusi akan bertambah dan sebaliknya.
 Jarak difusi; laju difusi akan semakin besar jika jarak difusinya semakin kecil.
 Berat molekul dan kelarutan gas; kelarutan gas yang besar akan mempercepat laju
difusi, sedangkan besar molekul yang besar memperlambat laju difusi.

KONTROL RESPIRASI

Dalam kondisi laju respirasi yang tidak seimbang, tubuh akan berusaha
mengembalikan kondisi tersebut dengan mekanisme homeostasis tubuh yang khas.
Mekanisme homeostasis yang terjadi meliputi :

1. perubahan aliran darah dan transport oksigen pada level lokal

2. perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak

Perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level lokal

Mekanisme ini merupakan mekanisme pengaturan aliran darah dan aliran udara,
sebagai respon atas tekanan parsial gas CO2 dan O2. Pengaturan aliran darah erat
kaitannya dengan tekanan parsial O2. Bila PO2 rendah, maka pembuluh kapiler alveolar
akan mengalami vasokonstriksi. Sedangkan bila PO2 tinggi, pembuluh kapiler alveolar akan
berdilatasi, sehingga banyak O2 yang diabsorpsi oleh darah.

Mekanisme pengaturan aliran udara diatur oleh aktivitas otot polos bronkiolus. Otot
polos yang terdapat pada dinding bronkiolus sangat sensitif terhadap tekanan parsial CO2 di
udara. Kadar CO2 yang tidak sesuai akan “dikenali” oleh otot polos ini, lalu memberikan
respon berupa bronkokonstriksi atau bronkodilatasi. Bila PCO2 rendah, maka bronkiolus
akan berkonstriksi. Sedangkan bila PCO2 tinggi, akan terjadi bronkodilatasi.

Kedua mekanisme yang terjadi merupakan suatu reaksi otomatis yang dilakukan
tubuh, tanpa pengaruh dari sistem saraf pusat maupun perifer.

Perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak

Kontrol respirasi diatur oleh komponen involunter dan volunter. Pusat involunter di
otak mengatur kerja otot respirasi dan ventilasi pulmoner. Sedangkan pusat volunter
mengatur output respirasi melalui kontrol pusat pernapasan di medula oblongata atau pons,
dan neuron motorik pada sumsum tulang belakang yang mengatur otot respirasi. Motor
neuron pada sumsum tulang belakang ini berperan dalam proses refleks respirasi, namun
dapat juga diatur secara volunter melalui jalur kortikospinal.

Kontrol Pusat Respirasi

Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak
bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Pusat respirasi dibagi
menjadi DRG (Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory Group).

DRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal
dan otot diafragma. DRG ini berfungsi pada seluruh proses respirasi normal.

VRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot respirasi aksesori, yang
berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat inhalasi maksimal dan ekshalasi aktif.

Selama respirasi normal :


a. meningkatnya aktivitas DRG selama periode 2 detik, sehingga menstimulasi otot-otot
inspirasi, lalu terjadilah proses inhalasi

b. setelah 2 detik, DRG berubah menjadi inaktif, lalu dibutuhkan waktu 3 sekon untuk
“quite” dan memungkinkan otot-otot inspirasi berelaksasi. Maka terjadilah ekshalasi normal
(pasif)

Selama bernapas dengan kuat :

a. meningkatnya aktivitas DRG, yang menstimulasi aktivasi VRG pada otot-otot inspirasi

b. di akhir inhalasi, otot-otot ekspiratori menstimulasi otot aksesori sehingga mampu


melakukan ekshalasi aktif

Apneustik dan Pneumotaxic Centers

Apneustik dan pneumotaxic center merupakan sepasang nuceli yang mempengaruhi output
respirasi. Pusat pneumotaxic berfungsi membatasi lama inspirasi dan meningkatkan laju
respirasi, dengan menginhibisi apneustik neuron dan membantu proses ekshalasi normal
atau kuat.

Selama pernapasan normal, stimulasi dari pusat apneustik membantu peningkatan


intensitas inhalasi sampai 2 sekon. Sedangkan pada pernapasan kuat, pusat apneustik
dapat merespon input sensori dari nervus vagus sehingga meningkatkan laju respirasi.

Refleks Respirasi

Refleks respirasi terdiri dari :

1. Kemoreseptor refleks

2. Baroreseptor refleks

3. Hering-Breuer refleks

4. Protektif refleks

1. Kemoreseptor Refleks

Kemoreseptor refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya signal dari
bahan-bahan kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja.

Input kemoreseptor yang mempengaruhi pusat pernapasan :

a. Saraf glossofaringeal (saraf IX) yang menerima signal informasi dari carotid bodies
adjacent ke carotid sinus. Carotid bodies menstimulasi penurunan pH darah atau PO2 dalan
darah. Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah
b. Saraf vagus (saraf X) yang memonitor kemoreseptor di aortic bodies. Reseptor ini
sensitif terhadap signal yang sama dengan saraf glossofaringeal

c. Saraf yang hanya merespon PCO2 dan pH dari cairan serebrospinal

Saraf glossofaringeal dan saraf vagus seringkali disebut periferal kemoreseptor, sedangkan
saraf yang merespon cairan cerebrospinal disebut pusat kemoreseptor.

2. Baroreseptor Refleks

Refleks ini distimulasi oleh tekanan darah sistemik. Aktivitas baroresestor ini mempengaruhi
pusat respirasi. Ketika tekanan darah turun, laju respirasi meningkat. Ketika tekanan darah
naik, laju respirasi turun.

3. Hering-Breuer Refleks

Refleks ini dibagi menjadi :

1. Refleks inflasi : untuk menghambat overekspansi paru-paru saat pernapasan kuat

Reseptor refleks ini terletak pada jaringan otot polos di sekeliling bronkiolus dan distimulasi
oleh ekspansi paru-paru.

2. Refleks deflasi : untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat inspirasi
saat pau-paru mengalami deflasi.

Reseptor refleks ini terletak di dinding alveolar. Refleks ini berfungsi secara normal hanya
ketika ekshalasi maksimal, ketika pusat inspirasi dan ekspirasi aktif.

4. Protektif Refleks

Refleks ini terjadi jika organ pernapasan kita terekspose oleh zat toksik, iritan
kimiawi, atau stimulasi mekanik pada saluran pernapasan. Respon yang timbul adalah
respon bersin, batuk, dan spasma laringeal.

Refleks Bersin

Bersin dipicu oleh iritasi pada dinding nasal cavity akibat partikel yang dianggap toksik, iritan
kimia, atau stimulasi mekanik. Glotis tertutup ketika paru-paru penuh oleh udara. Otot perut
dan otot internal interkostal berkontraksi mendadak, menciptakan tekanan yang mendorong
udara keluar dari saluran pernapasan ketika glotis terbuka. Udara yang keluar dari laring
berkecepatan 160 km/jam membawa mukus, partikel asing, dan gas iritan keluar dari
saluran pernapasan memalui hidung.
Refleks Batuk

Refleks ini merupakan usaha untuk mempertahankan udara yang masuk ke paru-paru tetap
dalam keadaan bersih dari benda-benda asing. Saat udara masuk, udara mengisi paru-paru
dan epiglotis menutup untuk menjebak udara dalam paru-paru. Adanya zat asing di saluran
pernapasan menyebabkan kontraksi otot perut, diafragma, dan otot ekspirasi lain.
Akibatnya, tekanan udara di dalam paru-paru meningkat. Lalu, pita suara dan epiglotis tiba-
tiba terbuka lebar sehingga udara di dalam paru-paru seperti “meledak” membawa benda
asing yang berada di sepanjang saluran pernapasan terbawa keluar melalui mulut.

Pengaruh Temperatur Terhadap Sistem Respirasi

Perubahan temperature mempengaruhi tingkat saturasi (pengikatan O2 oleh Hb)


hemoglobin. Jika temperature naik maka saturasi Hb turun sehingga oksigen banyak
dilapas. Sebaliknya, jika temperature turun, Hb akan mengikat oksigen lebih kuat sehingga
oksigen akan sulit dilepas ke jaringan. Temperatur ini mempengaruhi sistem pernapasan
secara signifikan pada jaringan aktif yang panasnya terus ditingkatkan. Contoh, otot skelet
aktif meningkatkan panas, dan panas ini menghangatkan darah yang mengalir melalui
organ. Karena darah menjadi hangat, molekul Hb melepaskan lebih banyak oksigen.

Hemoglobin dan BPG

Sel darah merah, yang memiliki sedikit mitokondria, memproduksi adenosit trifosfat (ATP)
hanya melalui glikolisis hingga terbentuk asam laktat. Proses glikolisis dalam sel darah
merah juga membentuk 2,3-biphosphoglycerate atau BPG. Sel darah merah normal
mengandung BPG, yang memiliki efek langsung terhadap pengikatan dan pelepasan
oksigen. Pada beberapa tekanan parsial oksigen, BPG dalam konsentrasi tinggi
menyebabkan oksigen dilepas oleh Hb.

Konsentrasi BPG dapat ditingkatkan oleh hormon tiroid, GH (growth hormone), epinefrin,
androgen, dan PH darah yang tinggi. Hormon-hormon ini memperbaiki penyaluran oksigen
ke jaringan, karena saat BPg naik, hemoglobin melepas oksigen lebih banyak sekitar 10 % .
Level BPG juga naik saat PH naik. Produksi BPG menurun ketika sel darah merah sudah
tua. Saat level BPG terlalu rendah, Hb semakin kuat mengikat oksigen sehingga oksigen
sulit dilepas.
About these ads

Related

Jalan-jalan Ke Cina Selatan, Guangzhou-Shenzen-Hongkong-Makau (Part Guangzhou)


With 3 comments

Review Vendor Pernikahan di Balikpapan Part. 2


With 6 comments

Review Vendor Pernikahan @ Balikpapan


With 13 comments

Tulisan ini dipublikasikan di Info Kesehatan. Tandai permalink.


SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH


1. Darah

Darah merupakan sistem organ yang berfungsi mengedarkan darah dari jantung ke selruh bagian
tubuh.
Fungsi peredaran darah adalah:

1. Mengangkut zat-zat makanan dan oksigen ke jaringan-jaringan.


2. Mengangkut sampah-sampah, nitrogen kedalam ginja dan karbondioksida (CO2) ke paru-
paru
3. Menjaga ke stabilan tempratur.
4. Mengangkut hormon untuk mengkoordinir keteraturan kerja alat-alat tubuh.
5. Mencegah terjadinya penggumpalan darah.
6. Sebagai pelindung tubuh karena mengandung antibodi.

Darah adalah suatu cairan yang terdiri dari kira-kira 50% plasma dann 50% sel-sel darah. Plasma itu
terdiri dari kurang lebih 90& air dan 10% bagian lagi berupa padatan yang terdiri dari protein, asam
amino, garam, karbohidrat, lemak vitamin, hormon dan antibodi.
Sel-sel darah terdiri dri 3 jenis yaitu sel-sel darah merah (Eritrosit), sel-sel darah putih (Leukosit) dan
keping-keping darah (Trombosit).
a) Sel darah merah ( Eritrosit)

Eritrosit mamalia tidak berinti sehingga tidak memiliki DNA. Eritrosit mamalia berbentuk bkonkaf,
yaitu bentuk cakram dengan bagian tengah agak gepeng. Bentuk ini berfungsi untuk
mengoptimalkan pertukarn oksigen. Warna eritrosit tergantung pada hemoglobin. Fungsi
hemoglobin adalah membantu eritrosit mengikat oksigen (O2). Jika hemoglobin mengikat O2 maka
eritrosit akan berwarna merah. Dalam 1 mm3 ada kurang lebih 5 juta butir sel darah merah.

Sel darah merah di bentuk di sumsum tulang, misalnya di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki
atas dan tulang pinggul. Sel darh merah tidak dapat hidup lama, hanya bisa kurang lebih 120 hari.

b) Sel darah putih (Leukosit)

Leukosit memiliki inti dan kurang lebih dalam tubuh ada 8000 leukosit per mm3.

Terdapat lima jenis leukosit dalam darah yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.
Neutrofil, eosinofil dan basofil memiliki granula-granula sehingga sering disebut granulosit,
sesdangkan limfosit dan mososit disebut agranulosit (tidak bergranula). Secara umum fungsi
leukosit adalah memakan kuman-kuman penyakit atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan
mengangkut lemak.
c) Keping-keping darah (trombosit)

Trombosit tidak memilii inti dan kurang lebih ada 200-400 ribu per mm3 di dalam tubuh.

Fungsi utamanya adalah sebagai sistem pertahanan,yaitu untuk mengaktifkan mekanisme


penggumpalan darah. Pnggumpalan darah adalah proses dimana dinding pembuluh darah yang
rusak ditutupi oleh gumpalan fibrin agar darah berhenti. Penggumpalan darah juga membantu
mempeerbaiki dinding pembuluh darah yang rusak. Secara garis besar proses pembekuan darah.

d) Penggolongan Darah

Walaupun darah manusia kelihatan sama , akan tetapi bila darah sitransfusikan

pada orang lain maka penggumpalan pada prosses transfusi darah tersebut mungkin saja terjadi.
Hal ini disebabkan adanya reaksi antigen-antibosi didalam darah tersebut.

Di dalam darah merah terdapat 2 antigen (aglutinogen) yaitu A dan B, dan didalam plasmanya
terdapat 2 macam antibodi (aglutinin) yaitu a dan b. Oleh karena itu terdapat 4 macam golongan
darah yang dimiliki manusia tergantung pada antigen yang dikandungnya, apakah satu jenis antigen,
kesua-duanya atau tidak memiliki antigen sama sekali.

Golongan Darah Antigen (Aglutinogen dalam sel Antibodi (Aglutinin dalam


darah merah) plasma)

A A b = (anti B)

B B a = (anti A)

AB A dan B -

O - Anti A dan anti B

Golongan darah AB disebut sebagai penerima darah umum (recipient universal), artinya golongan
darah ini dapat menerima sesluruh golongan darah lainnya, Goongan darah O disebut sebagai
pemberi darah umum (donor universal), artinya golongan darah ini dapat memberi pada seluruh
golongan drah lainnya.

e) Rhesus Faktor

Rhesus faktor atau Rh adalah suatu antigen peting lainnya yang terdapat di dalam darah.

Manusia ada yang mengandung Rh (Rh positif, di tulis Rh+) dan ada yang tidak mengandung Rh(Rh
negatif, ditulis Rh-). Bila darah dengan Rh+ ditransfusikan pada orang yang tidak memiliki Rh (Rh-),
maka orang tersebut akan dibentuk antibodi (anti Rh+). Pada transfusi pertama mungkin tidak akan
terjadi apa-apa atau kecil sekali pengaruhnya. Akan tetapi bila transfusi yang kedua dan seterusnya
dilakukan dengan darah yang sama atau darah yang mengandung Rh, maka antibodki yang dibentuk
akan semakin kuat. Hal tersebut dapat nmengakibatkan kerusakan sel-sel darah pada orang si
penerima transfusi darah, karena adanya reaksi antara antigen (faktor Rh) dengan antibodi (anti Rh).
Keruusakn tersebut berupa pecahnya sel-sel darah (hemolisis) yang dapat menggakibatkan kematian
bagi orang tersebut.

Bila seorang ibu dengan Rh – mengandung bayi yng memiliki Rh (Rh+), maka si ibu akan membentuk
antibodi yang dapat merusak eritrosit bayi yang dikandungnya. Kematian bayi yang dikandungnya
biasanya akan terjadi pada kehamilan kedua dan seterusnys.

2. Pembuluh darah

Bagaiman adarah dapat beredar keseluruh tubuh manusia mulai dari jantung hingga mencapai sel-
sel yang terkecil, pada abad ke-17, penyelidikan tentang peredaran darah telah dilakukan oleh para
ahli. Penelitian tersebut menemukan bahwa darah didalam tubuh mengalir melalui pembuluh-
pembuluh darah. Pembuluh balik (vena) ditemukan oleh seorang ahli fisiologi dari Inggris yakni
William Harvey (1578-1657) beliau mengadakan percobaan dengan mengikat lengan atasnya tepat
di atas siku. Ternyata saat meraba lengan bawah, dia merasakan ada suatu pembesaran pembuluh
yang kemudian dengan berbagai percobaan ahli lain disimpulkan bahwa pembuluh balik( vena) yang
membawa darah menuju jantung. Tiga puluh tanhun kemudian, seorang ahli anatomi Italia Marcello
Malpighi, berhasil menemulkan adanya pembuluh kapiler.

a) Pembuluh Nadi (Arteri)

Pada saat jantung berkontraksi (sistol), darah akan keluar dari bilik menuju pembuluh nadi

(arteri). Pembuluh nadi adalah pembuluh yang membawa darh dari jantung dan umumnya
mengandung banyak oksigen. Pembuluh ini tebal, elstis, dan memiliki sebuah katup (Valvula
semilunaris) yang berada tepat diluar jantung. Letak pembuluh nadi biasanya didalam tubuh, hanya
beberapa yang terletak di dekat permukaan sehingga dapat dirasakan denyutnya.

Secara anatomi, pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis jaringan.Lapisan luar berupa jaringan
ikat yang kuat dan elastis. Lapisan tengah berupa otot polos yang berkontraksi secara tak sadar. Otot
polos akan meregang pada saat darah melewatinya sehingga lapisan ini tidak melipat. Lapisan dalam
berupa jaringan endotelium yang melindungi jaringan didalamnya. Pembuluh nadi yang
dilewatidarah adalah sebagai berikut.

 Pembuluh Nadi Besar (Aorta)

Aorta adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik kiri jantung menuju keseluruh tubuh.
Aorta bercabang-cabangh, makin lama makin kecil,, dan disebut pembuluh nadi (Arteri). Arteri
bercabang lagi makin kecil, disebut Arteriola. Arteriola bercabang halus diseluruh tubuh dan disebut
kapiler.

Kapiler sangat halus dan tersusun oleh satu lapis jaringan endotelium. Kapiler dapat masuk
sampai ke sel-sel tubuh. Disinilah terjadi pertukaran gas, air, dan garam minereal ataupun larutan
bahan organik dari kapiler darah dengan sel-sel tubuh. Kapiler-kapiler akan saling bertautan dan
berhubungan dengan kapiler vena yang dinamakan venula. Darah yang telah beredar dari seluruh
tubuh melewati venula dan menuju vena yang lebih besar, kemudian akhirnya menuju vena kava
(pembuluh balik tubuh) dan kembali ke jantung.
 Pembuluh Nadi Paru-paru (Arteri Pulmonalis)

Pembuluh nadi paru-paru adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik kanan menuju
paru-paru (pulmo). Pembuluh ini banyak mengandung karbon dioksida yang akan dilepaskan ke
paru-paru. Didalam paru-paru, yaitu di alveolus, darah melepas karbon dioksida dan mengikat
oksigen. Dari kapiler di paru-paru, darah akan menuju ke venula, kemudian ke vena pulmonalis dan
kembali ke jantung.

b. Pembuluh Balik (Vena)

Pembuluh balikk adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung, yang

umumnya mengandung karbon dioksida. Pembuluh balik (vena0 lebih mudah dikenali daripada nadi
karena letaaknya di daerah permukaan. Seperti halnya nadi, pembuluh balik juga disusun oleh tiga
lapisan, tetapi dinding pembuluh ini lebih tipis dan tidak elastis. Tekanan pembuluh balik lebih lemah
dibandingkan dengan tekanan pembuluh nadi dan disepanjang pembuluh balik terdapat katup yang
menjaga agar darah tak kembali.

Saat jantung berelaksasi (Diastol), darah dari tubuh dan paru-paru akan masukk ke jantung melalui
vena. Pembuluh balik ini merupakan tempat masuknya darah ke jantung. Vena diselubungi oleh otot
rangka dan memili sebuah katup, yaitu Valvula seminularis.

Pembuluh balik yang masuk ke jantung adalah sebagai berikut:

 Vena Kava

Vena kava bercabang-cabang menjadi pembuluh yang lebih kecil, yaitu vena. Vena bercabang-
cabang lagi menjadi kapiler vena yang disebut venula. Venula berada didalam sel-sel tubuh dan
berhubungan dengan kapiler ateri. Ada 2 macam vena kava, yaitu vena kava superior dan vena kava
inferior.
a. Vena Kava Superior

Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh (kepala, leher, dan anggota
badan atas) ke seranbi kanan jantung.

b. Vena Kava Interior

Vena ini membawa darah yang mengendung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan
bawah tubuh ke serambi bawah kanan jantung

3. Jantung

Jantung manusia terletak di rongga dada sebelah kiri, di atas diafragma. Jantung manusia
mempunyai 4 ruang yang terbagi sempurna dan terletak di dalam rongga dada serta terbungkus oleh
perikardia. Perikardia terdiri dari 2 lapis, yakni lamina pariestalis (sebelah luar) dan lamina viseralis
(menempel di dinding jantung). Diantara ke dua lapis ini terdapat lapis kavum perikardia yang berisi
cairan perikardia.
Jantung terdiri dari empat ruang, yakni dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel). Pada dsarnya,
fungsi serambi adalah sebagai tempat lewatnya darah dari luar jantung ke bilik. Akan tetapi, serambi
juga dapat berfungsi sebagai pompa yang lemah sehingga membantu aliran darah dari serambi ke
bilik. Bilik memberi tenaga yang memberi tenaga yang mendorong darah ke paru-paru dan sistem
sirkulasi tunbuh. Jantung dibentuk terutama oleh tiga jenis otot jantung (miokardia), yaitu otot
seranbi, otot bilik, serta serabut otot perangsang dan penghantar khusus.

Pada sekat antara ke dua serambi terdapat simpul saraf yang merupakan simpul saraf tak sadar.
Simpul saraf ini bercabang-cabang ke otot serambi jantung kemudian ke luar sebagai suatu berkas
yang disebut berkas His. Berkas ini menuju sekat diantara kedua bilik dan akhirnya bercabang-
cabang ke seluruh bilik. Selainitu , jantung dipenmgaruhi juga oleh saraf simpatetik dan saraf
parasimpatetik (nervus vagu). Rangsangan saraf parasimpatetik menurunkan frekuensi denyut
jantung, sedangkan rangsangan simpatetik meningkatkan frekuensi denyut jantung. Otot bilik
jantung lebih tebal daripada otot bagian seranbi dan bagian sebelah kiri lebih tebal dari pada bagian
kanan.

Diantara serambi dan bilik jantung terdapat katup atriolventrikuler (valvula bikuspidalis) yang
berfungsi mencegah aliran daran dari bilik ke serambi selama sisitol. Katup semilunaris (katup aorta
dan pulmonalis) mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis ke bilik selama diastol.

Cara keja jantung

Otot-otot jantung bekerja dengan sendirinya (berkontraksi) tanpa menurut kehendak kita.
Pada manusia normal biasanya jantung berkontraksi 72 kali setiap menit dan memompa darah 60
cm3. Priode dari suatu air kontraksi hingga akhir kontraksi berikutnya disebut siklus jantung. Siklus
jantung terdiri dari priode relaksasi yang dinamakan diastos, yaitu jika serambi jantung menguncup
dan bilik jantung mengembang. Pada saat itu, otot bilik mengendur maksimum dan ruang bilik
mengembang maksimum. Priode kontraksi dinamakan sistol, yaitu jika otot bilik jantung menguncup
dan darah didalam bilik di pompa ke pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis) ataupun ke aorta
secara bersamaan.

Darah yang dipompa keluar jantung memiliki kekuatan dankecepatan mengalir tertentu.
Kekuatan ini dilanjutkan oleh pembuluh nadi. Oleh karena otot pembuluh nadi elastis, maka nadi
ikut berdenyut.

Tekanan darah dapat diukur dengan tensi meter. Yang diukur adalah tekanan sistol (waktu
darah keluar jantung) dan tekanan diastol (waktu darah masuk ke jantung). Pada orang dewasa yang
sehat, umumnya sistol sebesar 120 mmHg dan diastol sebesar 80 mmHg atau dapat juga di tulis
sebagai tekanan arteri = 120/80 (sistol dan diastol). Pada saat itu tekanan kapiler 30/10 dan tekanan
vena 10/0.

Seperti halnya organ-organ lain diseluruh tubuh, jantung yang terus menerus bekerja juga
memerlukan makanan. Makanan itu diperoleh dari pembuluh nadi tajuk (arteri koronaria).

PEREDARAN DARAH MANUSIA

Ada dua macam peredaran darah dalam tubuh manusia. Peredaran darah dari bilik kanan jantung
menuju paru-paru melewati arteri pulmonalis dan kembali keserambi kiri jantung melewati vena
pulmonalis disebut peredaran darah kecil. Sedangakan peredaran darah dari bilik kiri jantung
keseluruh tubuh melalui aorta dan akhirnya kembali keserambi kanan jantung melalui vena kava
disebut peredaran darah besar. Oleh karena pada manusia terdapat kedua macam peredaran darah
tersebut, maka manusia dikatakan memiliki peredaran darah ganda.

Pada tubuh manusia, sari-sari makanan diedarkan olehh pembuluh darah dan pembuluh limfa.
Kekuatan untuk mengedarkannya ditimbulkan oleh denyut jantung.

Pada saat bayi dalam kandungan (fetus), jantungnya belum sempurna dan sekat diantara serambi
jantung belum menutup. Pada sekat serambi tersebut terdapat lubang yang disebut Foraman Ovale
sehingga arteri yang menuju paru-paru dan aortabelum sempurna. Dengan demilian, oksigen dan
sari-sari makanan seluruhnya diperoleh dari ibu melalui plasenta.

Ketika bayi lahir, foramen Ovale telah menutup dan pembuluh-pembuluh darah telah berfungsi.
Akan tetapi, kadang-kadangf saat bayi itu lahir arteri belum berfungsi dan lubang pada sekat
diantara serambi belum menutup. Keadaan ini dinamakan Penyakit jantung bawaan. Bayi yang
menderita penyakit jantung bawaan biasaanya berwarna kebiruan sehingga dikenal sebagai “Blue
baby”. Bayi berwarna biru karena kekurangan oksigen dalam darah. Penyakit jantung bawaan dapat
diatasi dengan pembedahan.

KELAINAN DANGANGGUAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH

Kelainan dan gangguan pada sistem peredaran darah dapat ditimbulkan karena pewarisan sifat(
keturunan), rusaknya alat peredaran darah akibat kecelakaan, atau akibat makanan yang dikonsumsi
banyak mengandung lemak dan zat kapur. Zat makanan tersebut dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah atau berkurangnya elastisitas otot jantung dalam mekanisme pompa dan isap.

Kelainan atau gangguana pada sistem peredaran darah antara lain :

 Anemia (kurang darah), dikarenakan kurangnya kadar Hb atau kurannya jumlah eritrosit
dalam darah.
 Farises adalah pelebaran pembuluh darah di betis.
 Hemoroid (Ambeyen), adalah pelebaran pembuluh darah disekitar dubur (anus).
 Arteriosklerosis, adalah pengerasan pembuluh nadi karena timbunan atau endapat kapur.
 Atherosklerosis adalah pengerasan pembuluh nadi karena endapan lemak.
 Embolus, adalah tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang bergerak.
 Trombus adalah tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.
 Hemofilia adalah kelainan darah sukar membeku karen afaktor hereditas (keturunan).
 Leukimia (kanker darah) adalah bertambahnya leukosit secara tak terkendali.
 Penyakit kuning pada bayi (Eritroblastosis fetalis) adalah rusaknya eritrosit bayi atau janin
akibat aglutinasi dari antibodi ibu, apabila ibu bergolongan darah Rh- dan embrio Rh+.
Penyakit ini terjadi pada kandungan kedua, jika kandungan pertama embrio juga
bergolongandarah Rh+.
 Penyakit jantung koroner (PJK), yaitu penyempitan arterikoronaria yang mengangkut O2 ke
jantung.
 Talasemia merupakan anemia akibat rusaknya gen pembentuk hemoglobin yang bersifat
menurun.

http://fkipbiologi2011.blogspot.com/2012/02/sistem-peredaran-darah.html
Proses Pertukaran Gas O2 dan CO2

Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2)

Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2)

Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni
pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung
dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke
dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.

Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita
melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada
pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami

proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.

Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni
mekanisme pernapasan eksternal dan internal.

a. Pernafasan Eksternal

Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru.
Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang
sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.

Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen
(H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan
dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).

Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda.

Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada
alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada
konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah
pada alveolus paru-paru.

Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil
di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah
berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.

b. Pernafasan Internal

Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal
berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida
tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.

Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya
menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi
ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan
cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen
yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh
karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.

Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya,
karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang
diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi
hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.

Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan
bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan
segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- Persamaan
reaksinya sebagai berikut.

CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan
tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah.
Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga.\ Lebih tepatnya,
ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
Mekanisme Pertukaran gas Oksigen dan Karbondioksida

Fisiologi
Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen dan Karbondioksida

Udara ligkungan dapat dihirup masuk kedalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara
yakni, pernapasan secara langsung dan pernapasan tidak langsung.
Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh oleh permukaan tubuh lewat proses
difusi.
Sementara udara yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan
pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru, walaupun begitu proses
difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian yang mengalami difusi
dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas O2 dan CO2 yang dimaksud yakni mekanisme
eksternal dan internal.
a. Pernapasan eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-
paru, yudara yang masuk mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada
saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepas. Proses pertukaran O2
dan CO2 antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Pada pernapasan eksternal, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang mengangkut
sebagian besar karbondioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3) dengan persamaan reaksi
sebagai berikut: H + HCO3= H2CO3
Sisa karbondioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi sebagai berikut:
H2CO3= H2O + CO2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalamsel-sel darah merah dapat mempercepat reaksi.
Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion-ion hidrogen yang telah diangkut:
HHb menjadi Hb. Selanjutnya hemoglobin mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin
(Hb02) : Hb + O2 = HbO2
Selama pernapasan eksternal, didalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah melalui difusi. Proses difusi dapat terjadi
pada paru-paru (alveolus) karena ada perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam
alveolus. Tekana parsial membuat konsentrasi O2 dan Co2 pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial O2 yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan pada alveolus. Dengan
kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi dibandingkan konsentrasi oksigen pada
darah. Oleh karena itu, O2 dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial
pada udara. Sehingga konsentrasi Co2 dalam darah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi
CO2 dalam udara. Akibatnya, CO2 pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa
keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernapasa Internal
Pada pernapasan internal darah masuk kedalam jaringan tubuh, 02 meninggalkan hemoglobin
dan berdifusi masuk kedalam cairan jaringan tubuh. Hb02= Hb + O2
Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat terjadi karena
tekanan O2 didalam jaringan lebih rendah dibandingkan tekanan oksigen dalam darah. Hal
ini disebabkan karena sel-sel secara terus menerus menggunakan O2 dalam respirasi selular.
Oleh karena itu, O2 dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah dibandingkan tekanan
karbondioksida dalam jaringan. Akibatnya CO2 diangkut darah, sebagian kecilnya berikatan
dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin (HbCO2): CO2 + Hb = HbCO2
Namun sebagian besar karbondioksida tersebut masuk kedalam plasma darah dan bergabung
dengan air menjadi asam bikarbonat ( H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan
segera terurai menjadi dua ion yakni, hidrogen dan ion bikarbonat.
H2CO3= H + HCO3
CO2 yang diangkat darah ini tidak semuanya dibebaskan keluar tubuh oleh paru-paru, akan
tetapi hanya 10% nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam
darah. Ion-ion bikarbonat didalam berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga. Lebih
tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas Ph ( derajat keasaman )
darah.

Ventilasi

 Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli.


 Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi
(keluarnya udara dari paru-paru).
 Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi
tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari
atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru.
 Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari
atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.
 Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume
thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma.
 Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis
eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan
menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada),
 Secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra
pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik
nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu
muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax
akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah
ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-
dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan
muskulus abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena

1. Adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak.


2. Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi.
3. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron
ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa
inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi.
4. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla
rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan
2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).

Ventilasi dipengaruhi oleh :

1. Kadar oksigen pada atmosfer


2. Kebersihan jalan nafas
3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru
4. Pusat pernafasan

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh
surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli
pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang
disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara
membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh.
Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.
http://www.slideshare.net/sri_ruci/fisiologi-respirasi-15685332

You might also like