Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.1 Struktur
1. Nares Anterior
Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini
dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam
rongga hidung.
2. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang
yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan
penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis
terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk
oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media,
dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os
frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang
kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi
mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana
mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum
nasi :
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara
concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi
membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
1. Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung
(nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal)
2. Laring
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke
dalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya
terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher.
Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti
cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang rawan satu-
satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan
aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan
kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan
dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang
sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah
depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid
yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan.
Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu
bernapas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai
otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring
sewaktu menelan.
3. Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju
keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi
mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak
bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari
tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu
belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi
mediastenum (lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus
aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea.
4. Kedua bronkus
yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah
cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.(lihat gambar 3)
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah
arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan
bawah.
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah
pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi
tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di
dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.
2. Bronkus Pulmonaris
Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk
paru-paru (lihat gambar 3). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus
pulmonaris bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur
serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan
tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang
rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium
yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan
pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel
kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial,
bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan
membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah
merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya
dua vena pulminaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium
kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi oksigen
langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen
ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler
yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi
beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian
dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh
vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian
paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi
oksigen
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
3) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara
utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior.
6) Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru – paru, sangat banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati.
8) Kelenjar limfe . semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat
menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di tampak paru – paru.
9) Pleura. Setiap paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis
erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus
satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru – paru dan
membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi
iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan
bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang
kuat bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri
subklavia.
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu
bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam
keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya
menjadi jelas.
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2. Arus darah melalui paru – paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat
mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah
berdifusi drpd oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di
paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak
dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang
pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan.
Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya
mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai
gantinya, yaitu karbon dioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
Karbon dioksida ........................................................ 0-0,4 %
Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama,(a) pengendalian oleh
saraf, dan (b). Kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak
di dalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang
disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot diafragama dan otot interkostalis.
1. Pengendalaian oleh saraf
Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang
mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf servikalis
impuls ini di antarrkan ke diafragma oleh saraf frenikus: Dibagian yang lebih rendah pada
sumsum belakang ,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk
merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma
dan interkostal yang berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit.
Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke
pusat pernapasan di dalam medula.
2. Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi,
kecepatan,& kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka
pada reaksi: kadar alkali daah harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi asam
dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk
mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting. Tanpa
salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot pernapasan ( interkostal
dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang lainnya
untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat
dikeluarmasukkan paru-paru.
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi
yang diperlukan dalam pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida
di dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.
Emosi, rasa sakit,dan takut,misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat
pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat-hal yang kita ketahui semua.
Impuls aferen dari kulit mengasilkan efek serupa—bila badan di celup dalam air dingin
atau menerima guyuran air dingin, penarikan pernapasan kuat menyusul.
Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan
lama karena gerakannya otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas dalam waktu lama akan
gagal karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan
menimbulkan rasa tak enak.
2.6 Kecepatan Pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalau bernapas secara normal, ekspirasi akan
menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada
bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya menjadi : inspirasi-istirahat-
ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit:
Bayi baru ............................................................ 30-40
Dua belas bulan .................................................. 30
Dari dua sampai lima tahun .............................. 24
Orang dewasa..................................................... 10-20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pernapasan pada manusia diantaranya hidung, saluran pernapasan (farink, larink,
trakea, bronkus) dan paru-paru.
Gerakan pernapasan ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Saat Inspirasi atau menarik napas
adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga
dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang
ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang
ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar
itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran
sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Sedangkan saat Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-
paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses
pasif.
Gangguan pada sistem pernapasan diantaranya : Asma, Tubeculosa, Bronkitis, Dieptri,
Asfiksia, Enfisema paru, Pneumonia dan kanker paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistem-respirasi.html
(Diakses tanggal : 31 Maret 2012)
http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-pernapasan.html
(diakses tanggal : 1 April 2012)
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Oleh:
Rr. Dewi Sitoresmi A
VENTILASI ALVEOLAR
Hal yang sangat penting dari sistem ventilasi pulmonal adalah untuk memperbarui udara
di arkade pertukaran di paru secara kontinu. Area ini termasuk alveoli, alveolar sacs, duktus
alveolar, dan bronkiolus respiratorik. Ukuran dimana udara baru mencapai area ini
dinamakan ventilasi alveolar. Anehnya, selama respirasi normal, volume udara di udara tidal
hanya cukup untuk mengisi jalur turun respiratorik sampai bronkiolus terminal, dengan hanya
porsi kecil dari udara inspirasi yang benar-benar mengalir ke alveoli. Meskipun demikian,
bagaimana udara bergerak melewati jarak kecil dari bronkiolus terminal ke dalam alveoli?
Jawabannya adalah dengan difusi. Difusi disebabkan oleh pergerakan kinetik molekul, setiap
molekul gas bergerak pada kecepatan tinggi diantara molekul lain. Kecepatan pergerakan
molekul pada udara respiratorik sangat hebat dan jaraknya sanagt pendek dari bronkiolus
terminal ke alveoli dimana gas bergerak melewati jarak ini hanya dalam hitungan fraksi
detik.1
KONTROL PERNAPASAN
Pusat pernapasan di batang otak menentukan pola bernapas ritmis
Bernapas harus berlangsung dalam pola siklik dan kontinu. Pola ritmis bernapas
diciptakan oleh aktivitas saraf siklis ke otot-otot pernapasan. Dengan kata lain, aktivitas
pemacu yang menciptakan ritmisitas bernapas terletak di pusat kontrol pernapasan di otak.
Persarafan ke sistem pernapasan merupakan kebutuhan mutlak untuk mempertahankan
pernapasan dan untuk secara refleks menyesuaikan tingkat ventilasi untuk memenuhi
kebutuhan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 yang terus berubah-ubah. Aktivitas
pernapasan juga dapat dimodifikasi secara sengaja untuk berbicara, bernyanyi, bersiul,
memainkan instrumen tiup, atau menahan napas ketika berenang.2
Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen terpisah, yaitu:2
1. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi
bergantian
2. Faktor-faktor yang mengatur kekuatan ventilasi (kecepatan dan kedalaman bernapas) agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh
3. Faktor-faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk memenuhi tujuan lain.
Modifikasi ini dapat bersifat volunter, misalnya kontrol pernapasan saat berbicara, atau
involunter, misalnya manuver pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.
Pusat kontrol pernapasan yang terletak di batang otak bertanggung jawab untuk
menghasilkan pola bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat
pernapasan medulla (medullary respiratory center), terdiri dari beberapa agregat badan sel
saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran ke otot pernapasan. Selain itu, terdapat
dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi di batang otak, di pons, yaitu pusat apnustik dan
pusat pneumotaksik. Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan
medula. Bagaimana pastinya berbagai daerah ini berinteraksi untuk menciptakan ritmisitas
bernapas masih belum jelas, tetapi faktor-faktor berikut diduga berperan.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C, John E. Hall. Textbook of Medical Physiology. Ed. Ke-10. USA: WB.
Saunders Company, 2001: 432-9.
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Ed. Ke-2. Jakarta: EGC,
2001:418-20, 447-56.
Sistem Respirasi
Posted on rdUTCp31UTC05bUTCFri, 23 May 2008 00:48:19 +0000 21, 2007 | 12 Komentar
1. menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah.
4. sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi
lainnya.
1. Divisi konduksi
Divisi ini dimulai dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, himgga terminal
bronkiolus
2. Divisi respirasi
Divisi ini dimulai dari bronkiolus hingga alveoli, udara memenuhi kantung paru-paru
dan terjadilah pertukaran gas antara udara dan darah.
Mekanisme Respirasi
Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi
internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara
cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk
memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan
pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi
selular, terjadinya di mitokondria.
1. Ventilasi pulmoner atau bernapas, melibatkan perpindahan udara secara fisik keluar
masuk paru-paru.
2. Difusi gas, melewati membran respiratori antara ruangan alveolar dan kapiler
alveolar serta melewati kapiler alveolar dan kapiler jaringan.
3. Transportasi oksigen dan karbon dioksida; antara kapiler alveolar dan kapiler
jaringan.
Ventilasi Pulmoner
Adalah perpindahan udara secara fisik keluar masuk paru-paru. Fungsi utamanya
adalah untuk menjaga keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer memiliki peranan
penting dalam ventilasi pulmoner.
Menurut hukum Boyle, tekanan berbanding terbalik dengan volume. Udara akan
mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Kedua hukum ini merupakan
dasar dari ventilasi pulmoner. Satu siklus respirasi tunggal terdiri dari inhalasi/inspirsi dan
ekshalasi/ekspirasi. Keduanya melibatkan perubahan volume paru-paru. Perubahan ini
menciptakan gradien tekanan yang memindahkan udara keluar atau masuk paru-paru.
Kedua paru-paru memiliki rongga pleural. Parietal dan viseral pleura dipisahkan
hanya oleh selaput tipis cairan pleural. Perbandingan ikatan cairan terjadi antara parietal
pleural dan viseral pleura Hasilnya, permukaan masing-masing menempel pada bagian
dalam dada dan permukaan superior diafragma. Pergerakan dada dan diafragma ini akan
menyebabkan perubahan volume paru-paru. Volume rongga toraks berubah ketika
diafragma berubah posisinya atau tulang rusuk bergerak.
Saat bernapas dimulai, tekanan di dalam dan luar paru-paru sama, tidak ada
pererakan keluar masuk paru-paru. Saat rongga toraks membesar, rongga pleural dan paru-
paru akan berekspansi untuk memenuhi rongga dada yang membesar. Ekspansi ini
mengurangi tekanan paru-paru, maka udara dapat memasuki saluran pernapasan karena
tekanan dalam paru-paru lebih rendah dari tekanan luar. Udara terus masuk sampai volume
paru-paru berhenti bartambah dan tekanan di dalam sama dengan tekanan udara luar. Saat
volume rongga toraks berkurang, tekanan alam paru-paru naik sehingga udara dari paru-
paru dikeluarkan dari saluran pernapasan.
Compliance:
· Produksi surfaktan, pada saat ekshalasi, alveoli yang kolaps karena produksi
surfaktan yang tidak mencukupi, seperti pada respiratory distress syndrome, mengurangi
compliance paru-paru
1. Tekanan intrapulmoner
Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan tekanan
intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran pernafasan, di
alveoli.
Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan
atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru
mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan
intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada
umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan
tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.
Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet yang
berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai -30
mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis yang
ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada saat
ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal
meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.
2. Tekanan intrapleural
Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan visceral
pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat mencapai – 18
mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan atmosferyang
diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya, kita mencatat
bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya, paru-paru dapat
kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan sempurna. Elastic
fiber tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak cukup kuat untuk
mengatasi ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic fiber selanjutnya
melawan ikatan cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding dada dan diafragma,
menurunkan tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa membesar bahkan
setelah ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan atmosfer melaui
siklus inhalasi dan ekshalasi normal.
Siklus Respirasi
Satu siklus respirasi terdiri dari satu kali inhalasi dan satu kali ekshalasi. Jumlah udara yang
keluar atau masuk paru-paru dalam satu siklus respirasi disebut volume tidal. Saat siklus
dimulai, tekanan atmosfer dan intrapulmonar sama besar, tidak ada pertukaran udara.
Inhalasi dimulai dengan penurunan tekanan intrapleural yang diakibatkan ekspansi rongga
dada sehingga udara masuk. Saat ekshalasi dimulai, tekanan intrapleural dan intrapulmonar
naik denga cepat, mendorong udara keluar dari paru-paru.
Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis menekan tulang rusuk dan
menurunkan lebar dan kedalaman rongga dada.
Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus abdominis dan
otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal interkostal saat ekshalasi
dengan memampatkan abdomen dan mendorong diafragma untuk bergerak ke atas.
Pernapasan Biasa
Disebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal
interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma atau
pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting volume rongga
dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan diekshalasi secara pasif
saat diafragma berelaksasi.
Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah karena
tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal interkostal
menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi terjadi secara
pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi.
Pernapasan Kuat
Disebut juga hiperpnea, melibatkan pergerakan aktif inspiratori dan ekspiratori. Inhalasi
pada pernapasan kuat dibantu oleh otot aksesori, ekshalasi melibatkan kontraksi otot
internal interkostal. Pada tingkat pernapasan kuat mutlak, otot abdominal juga dilibatkan
dalam ekshalasi. Kontraksinya dapat memampatkan isi abdomen, mendorongnya ke atas
melawan diafragma sehingga menurunkan volume rongga dada.
Volume tidal (VT) adalah volume udara ketika ekspirasi atau inspirasi dalam 1
siklus respirasi dengan kondisi rileks. Jumlah pada pria dan wanita sama yaitu
sekitar 500 ml.
Volume inspirasi cadangan (VIC) adalah volume udara yang masih dapat di
inspirasi setelah melakukan inspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 3100 ml dan pada wanita sekitar 1900 ml.
Volume ekspirasi cadangan (VEC) adalah volume udara yang masih dapat di
ekspirasikan setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 700 ml.
Volume residu adalah volume udara yang masih terdapat dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda tapi
tidak terlalu signifikan, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 1100 ml.
Terdapat empat jenis kapasitas respirasi antara lain kapasitas vital, residual fungsional,
inspirasi, dan kapasitas paru-paru total. Dengan masing-masing pengertian, sbb :
Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah maksimal udara yang terdapat dalam
paru-paru setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 6000 ml dan pada wanita sekitar 4200 ml. KTP
= VT+ VIC+ VEC+ VR.
Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di ekspirasikan
setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 4800 ml dan pada wanita sekitar 3100 ml. KV = VT+
VIC+ VEC (sekitar 80 % dari volume KTP).
Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di inspirasi
setelah melakukan ekspirasi normal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 3600 ml dan pada wanita sekitar 2400 ml. KI = VT+ VIC.
Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang masih terdapat
dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 2400 ml dan pada wanita sekitar 1800 ml. KRF=
VEC+ VR.
Jenis-Jenis Pernapasan
Quiet Breathing
Pada quiet breathing atau eupneu, inhalasi melibatkan kontraksi otot, tapi ekshalasi
merupakan proses yang pasif. Inhalasi melibatkan kontraksi otot diafragma dan interkostal
eksternal.
Forced Breathing
Disebut juga hiperpnea; melibatkan inhalasi dan ekshalasi aktif. Pada pernapasan jenis ini,
otot aksesori ikut berperan dalam inhalasi, sementara pada ekshalasinya yang juga turut
berperan adalah otot interkostal internal. Pada level paling maksimum forced breathing,
kontraksi otot abdominal digunakan dalam ekshalasi.
Ventilasi Alveolar
Ventilasi alveolar adalah jumlah udara yang mencapai alveoli tiap menitnya. Hanya
sebagian dari udara inhalasi yang mencapai permukaan alveoli. Umumnya inhalasi menarik
500 ml udara ke dalam saluran pernapasan. Sebanyak 350 ml masuk ke ruang-ruang
alveolar, sisanya hanya mencapai divisi konduksi dan tidak ikut berpartisipasi dalam
pertukaran gas dengan darah.
Udara di alveoli ini mengandung oksigen yang lebih sedikit dan karbon dioksida yang
lebih banyak daripada komposisi di udara.
Kecepatan Respirasi
Kecepatan respirasi adalah jumlah pernapasan dalam satu menit. Kecepatan yang normal
adalah 12 sampai 18 pernapasan per menit. Pernapasan pada anak-anak lebih cepat, yaitu
18-20 kali per menit.
Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida antara udara alveolar dan darah pulmoner
terjadi melalui difusi pasif. peristiwa ini mengikuti dua hukum gas, yaitu Hukum Dalton dan
Hukum Henry. Hukum Dalton penting untuk memahami peristiwa penurunan tekanan gas
melalui proses difusi, sedangkan hukum Henry menjelaskan bahwa kelarutan gas
mempengaruhi kecepatan difusinya.
Hukum Gas: Hukum Dalton dan Hukum Henry
Menurut hukum Dalton, setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya sendiri yang
disebut tekanan parsial. Tekanan parsial dilambangkan dengan Px, dengan x adalah rumus
molekul gas bersangkutan. Tekanan total campuran gas merupakan penjumlahan tekanan
parsial komponen-komponen gasnya. Udara atmosfer mengandung nitrogen, oksigen, uap
air, karbon dioksida, dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian,
tekanan atmosfer adalah:
Tekanan parsial gas-gas tersebut menentukan pergerakan oksigen dan karbon dioksida
antara atmosfer dan paru-paru, antara paru-paru dan darah, dan antara darah dengan sel-
sel tubuh. Setiap gas berdifusi melalui membran permeabel dari daerah dengan tekanan
parsial lebih tinggi ke daerah dengan tekanan parsial lebih rendah. semakin besar
perbedaan tekanan parsial, maka laju difusi gas akan semakin cepat.
Dibandingkan dengan udara yang masuk ke paru-paru, udara alveolar memiliki lebih sedikit
O2 dan lebih banyak CO2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertukaran gas di
alveoli meningkatkan komposisi CO2 dan menurunkan konsentrasi O2 udara alveolar.
Kedua, ketika udara masuk melalui saluran pernafasan, udara tersebut dilembabkan.
peningkatan konsentrasi uap air menyebabkan penurunan konsentrasi O2. sebaliknya, udara
yang dikeluarkan dari paru-paru mengandung lebih banyak O2 dan lebih sedikit CO2
daripada udara alveolar karena udara yang dikeluarkan sebagian bercampur dengan udara
pada dead space yang tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran gas.
Hukum Henry menyatakan bahwa kuantitas gas yang terlarut pada cairan adalah
proporsional terhadap tekanan parsial dan kelarutan gas tersebut. Pada cairan tubuh,
kemampuan gas untuk tetap berada di dalam larutan lebih besar ketika tekanan parsial dan
kelarutannya di dalam cairan tubuh besar. CO2 terlarut lebih banyak di dalam plasma darah
karena kelarutan CO2 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2, dan walaupun kuantitas N2
paling banyak pada udara atmosfer, gas ini tidak memberikan pengaruh yang begitu
signifikan terhadap tubuh karena kelarutannya di dalam plasma darah sangat rendah.
Laju pertukaran gas sistemik dan pulmoner dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Perbedaan tekanan parsial gas-gas; semakin besar perbedaan tekanan parsial gas-
gas, maka lajudifusi semakin cepat.
Luas permukaan pertukaran gas; jika luas permukaan pertukaran gas semakin
besar, maka laju difusi akan bertambah dan sebaliknya.
Jarak difusi; laju difusi akan semakin besar jika jarak difusinya semakin kecil.
Berat molekul dan kelarutan gas; kelarutan gas yang besar akan mempercepat laju
difusi, sedangkan besar molekul yang besar memperlambat laju difusi.
KONTROL RESPIRASI
Dalam kondisi laju respirasi yang tidak seimbang, tubuh akan berusaha
mengembalikan kondisi tersebut dengan mekanisme homeostasis tubuh yang khas.
Mekanisme homeostasis yang terjadi meliputi :
Mekanisme ini merupakan mekanisme pengaturan aliran darah dan aliran udara,
sebagai respon atas tekanan parsial gas CO2 dan O2. Pengaturan aliran darah erat
kaitannya dengan tekanan parsial O2. Bila PO2 rendah, maka pembuluh kapiler alveolar
akan mengalami vasokonstriksi. Sedangkan bila PO2 tinggi, pembuluh kapiler alveolar akan
berdilatasi, sehingga banyak O2 yang diabsorpsi oleh darah.
Mekanisme pengaturan aliran udara diatur oleh aktivitas otot polos bronkiolus. Otot
polos yang terdapat pada dinding bronkiolus sangat sensitif terhadap tekanan parsial CO2 di
udara. Kadar CO2 yang tidak sesuai akan “dikenali” oleh otot polos ini, lalu memberikan
respon berupa bronkokonstriksi atau bronkodilatasi. Bila PCO2 rendah, maka bronkiolus
akan berkonstriksi. Sedangkan bila PCO2 tinggi, akan terjadi bronkodilatasi.
Kedua mekanisme yang terjadi merupakan suatu reaksi otomatis yang dilakukan
tubuh, tanpa pengaruh dari sistem saraf pusat maupun perifer.
Kontrol respirasi diatur oleh komponen involunter dan volunter. Pusat involunter di
otak mengatur kerja otot respirasi dan ventilasi pulmoner. Sedangkan pusat volunter
mengatur output respirasi melalui kontrol pusat pernapasan di medula oblongata atau pons,
dan neuron motorik pada sumsum tulang belakang yang mengatur otot respirasi. Motor
neuron pada sumsum tulang belakang ini berperan dalam proses refleks respirasi, namun
dapat juga diatur secara volunter melalui jalur kortikospinal.
Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak
bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Pusat respirasi dibagi
menjadi DRG (Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory Group).
DRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal
dan otot diafragma. DRG ini berfungsi pada seluruh proses respirasi normal.
VRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot respirasi aksesori, yang
berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat inhalasi maksimal dan ekshalasi aktif.
b. setelah 2 detik, DRG berubah menjadi inaktif, lalu dibutuhkan waktu 3 sekon untuk
“quite” dan memungkinkan otot-otot inspirasi berelaksasi. Maka terjadilah ekshalasi normal
(pasif)
a. meningkatnya aktivitas DRG, yang menstimulasi aktivasi VRG pada otot-otot inspirasi
Apneustik dan pneumotaxic center merupakan sepasang nuceli yang mempengaruhi output
respirasi. Pusat pneumotaxic berfungsi membatasi lama inspirasi dan meningkatkan laju
respirasi, dengan menginhibisi apneustik neuron dan membantu proses ekshalasi normal
atau kuat.
Refleks Respirasi
1. Kemoreseptor refleks
2. Baroreseptor refleks
3. Hering-Breuer refleks
4. Protektif refleks
1. Kemoreseptor Refleks
Kemoreseptor refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya signal dari
bahan-bahan kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja.
a. Saraf glossofaringeal (saraf IX) yang menerima signal informasi dari carotid bodies
adjacent ke carotid sinus. Carotid bodies menstimulasi penurunan pH darah atau PO2 dalan
darah. Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah
b. Saraf vagus (saraf X) yang memonitor kemoreseptor di aortic bodies. Reseptor ini
sensitif terhadap signal yang sama dengan saraf glossofaringeal
Saraf glossofaringeal dan saraf vagus seringkali disebut periferal kemoreseptor, sedangkan
saraf yang merespon cairan cerebrospinal disebut pusat kemoreseptor.
2. Baroreseptor Refleks
Refleks ini distimulasi oleh tekanan darah sistemik. Aktivitas baroresestor ini mempengaruhi
pusat respirasi. Ketika tekanan darah turun, laju respirasi meningkat. Ketika tekanan darah
naik, laju respirasi turun.
3. Hering-Breuer Refleks
Reseptor refleks ini terletak pada jaringan otot polos di sekeliling bronkiolus dan distimulasi
oleh ekspansi paru-paru.
2. Refleks deflasi : untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat inspirasi
saat pau-paru mengalami deflasi.
Reseptor refleks ini terletak di dinding alveolar. Refleks ini berfungsi secara normal hanya
ketika ekshalasi maksimal, ketika pusat inspirasi dan ekspirasi aktif.
4. Protektif Refleks
Refleks ini terjadi jika organ pernapasan kita terekspose oleh zat toksik, iritan
kimiawi, atau stimulasi mekanik pada saluran pernapasan. Respon yang timbul adalah
respon bersin, batuk, dan spasma laringeal.
Refleks Bersin
Bersin dipicu oleh iritasi pada dinding nasal cavity akibat partikel yang dianggap toksik, iritan
kimia, atau stimulasi mekanik. Glotis tertutup ketika paru-paru penuh oleh udara. Otot perut
dan otot internal interkostal berkontraksi mendadak, menciptakan tekanan yang mendorong
udara keluar dari saluran pernapasan ketika glotis terbuka. Udara yang keluar dari laring
berkecepatan 160 km/jam membawa mukus, partikel asing, dan gas iritan keluar dari
saluran pernapasan memalui hidung.
Refleks Batuk
Refleks ini merupakan usaha untuk mempertahankan udara yang masuk ke paru-paru tetap
dalam keadaan bersih dari benda-benda asing. Saat udara masuk, udara mengisi paru-paru
dan epiglotis menutup untuk menjebak udara dalam paru-paru. Adanya zat asing di saluran
pernapasan menyebabkan kontraksi otot perut, diafragma, dan otot ekspirasi lain.
Akibatnya, tekanan udara di dalam paru-paru meningkat. Lalu, pita suara dan epiglotis tiba-
tiba terbuka lebar sehingga udara di dalam paru-paru seperti “meledak” membawa benda
asing yang berada di sepanjang saluran pernapasan terbawa keluar melalui mulut.
Sel darah merah, yang memiliki sedikit mitokondria, memproduksi adenosit trifosfat (ATP)
hanya melalui glikolisis hingga terbentuk asam laktat. Proses glikolisis dalam sel darah
merah juga membentuk 2,3-biphosphoglycerate atau BPG. Sel darah merah normal
mengandung BPG, yang memiliki efek langsung terhadap pengikatan dan pelepasan
oksigen. Pada beberapa tekanan parsial oksigen, BPG dalam konsentrasi tinggi
menyebabkan oksigen dilepas oleh Hb.
Konsentrasi BPG dapat ditingkatkan oleh hormon tiroid, GH (growth hormone), epinefrin,
androgen, dan PH darah yang tinggi. Hormon-hormon ini memperbaiki penyaluran oksigen
ke jaringan, karena saat BPg naik, hemoglobin melepas oksigen lebih banyak sekitar 10 % .
Level BPG juga naik saat PH naik. Produksi BPG menurun ketika sel darah merah sudah
tua. Saat level BPG terlalu rendah, Hb semakin kuat mengikat oksigen sehingga oksigen
sulit dilepas.
About these ads
Related
Darah merupakan sistem organ yang berfungsi mengedarkan darah dari jantung ke selruh bagian
tubuh.
Fungsi peredaran darah adalah:
Darah adalah suatu cairan yang terdiri dari kira-kira 50% plasma dann 50% sel-sel darah. Plasma itu
terdiri dari kurang lebih 90& air dan 10% bagian lagi berupa padatan yang terdiri dari protein, asam
amino, garam, karbohidrat, lemak vitamin, hormon dan antibodi.
Sel-sel darah terdiri dri 3 jenis yaitu sel-sel darah merah (Eritrosit), sel-sel darah putih (Leukosit) dan
keping-keping darah (Trombosit).
a) Sel darah merah ( Eritrosit)
Eritrosit mamalia tidak berinti sehingga tidak memiliki DNA. Eritrosit mamalia berbentuk bkonkaf,
yaitu bentuk cakram dengan bagian tengah agak gepeng. Bentuk ini berfungsi untuk
mengoptimalkan pertukarn oksigen. Warna eritrosit tergantung pada hemoglobin. Fungsi
hemoglobin adalah membantu eritrosit mengikat oksigen (O2). Jika hemoglobin mengikat O2 maka
eritrosit akan berwarna merah. Dalam 1 mm3 ada kurang lebih 5 juta butir sel darah merah.
Sel darah merah di bentuk di sumsum tulang, misalnya di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki
atas dan tulang pinggul. Sel darh merah tidak dapat hidup lama, hanya bisa kurang lebih 120 hari.
Leukosit memiliki inti dan kurang lebih dalam tubuh ada 8000 leukosit per mm3.
Terdapat lima jenis leukosit dalam darah yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.
Neutrofil, eosinofil dan basofil memiliki granula-granula sehingga sering disebut granulosit,
sesdangkan limfosit dan mososit disebut agranulosit (tidak bergranula). Secara umum fungsi
leukosit adalah memakan kuman-kuman penyakit atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan
mengangkut lemak.
c) Keping-keping darah (trombosit)
Trombosit tidak memilii inti dan kurang lebih ada 200-400 ribu per mm3 di dalam tubuh.
d) Penggolongan Darah
Walaupun darah manusia kelihatan sama , akan tetapi bila darah sitransfusikan
pada orang lain maka penggumpalan pada prosses transfusi darah tersebut mungkin saja terjadi.
Hal ini disebabkan adanya reaksi antigen-antibosi didalam darah tersebut.
Di dalam darah merah terdapat 2 antigen (aglutinogen) yaitu A dan B, dan didalam plasmanya
terdapat 2 macam antibodi (aglutinin) yaitu a dan b. Oleh karena itu terdapat 4 macam golongan
darah yang dimiliki manusia tergantung pada antigen yang dikandungnya, apakah satu jenis antigen,
kesua-duanya atau tidak memiliki antigen sama sekali.
A A b = (anti B)
B B a = (anti A)
AB A dan B -
Golongan darah AB disebut sebagai penerima darah umum (recipient universal), artinya golongan
darah ini dapat menerima sesluruh golongan darah lainnya, Goongan darah O disebut sebagai
pemberi darah umum (donor universal), artinya golongan darah ini dapat memberi pada seluruh
golongan drah lainnya.
e) Rhesus Faktor
Rhesus faktor atau Rh adalah suatu antigen peting lainnya yang terdapat di dalam darah.
Manusia ada yang mengandung Rh (Rh positif, di tulis Rh+) dan ada yang tidak mengandung Rh(Rh
negatif, ditulis Rh-). Bila darah dengan Rh+ ditransfusikan pada orang yang tidak memiliki Rh (Rh-),
maka orang tersebut akan dibentuk antibodi (anti Rh+). Pada transfusi pertama mungkin tidak akan
terjadi apa-apa atau kecil sekali pengaruhnya. Akan tetapi bila transfusi yang kedua dan seterusnya
dilakukan dengan darah yang sama atau darah yang mengandung Rh, maka antibodki yang dibentuk
akan semakin kuat. Hal tersebut dapat nmengakibatkan kerusakan sel-sel darah pada orang si
penerima transfusi darah, karena adanya reaksi antara antigen (faktor Rh) dengan antibodi (anti Rh).
Keruusakn tersebut berupa pecahnya sel-sel darah (hemolisis) yang dapat menggakibatkan kematian
bagi orang tersebut.
Bila seorang ibu dengan Rh – mengandung bayi yng memiliki Rh (Rh+), maka si ibu akan membentuk
antibodi yang dapat merusak eritrosit bayi yang dikandungnya. Kematian bayi yang dikandungnya
biasanya akan terjadi pada kehamilan kedua dan seterusnys.
2. Pembuluh darah
Bagaiman adarah dapat beredar keseluruh tubuh manusia mulai dari jantung hingga mencapai sel-
sel yang terkecil, pada abad ke-17, penyelidikan tentang peredaran darah telah dilakukan oleh para
ahli. Penelitian tersebut menemukan bahwa darah didalam tubuh mengalir melalui pembuluh-
pembuluh darah. Pembuluh balik (vena) ditemukan oleh seorang ahli fisiologi dari Inggris yakni
William Harvey (1578-1657) beliau mengadakan percobaan dengan mengikat lengan atasnya tepat
di atas siku. Ternyata saat meraba lengan bawah, dia merasakan ada suatu pembesaran pembuluh
yang kemudian dengan berbagai percobaan ahli lain disimpulkan bahwa pembuluh balik( vena) yang
membawa darah menuju jantung. Tiga puluh tanhun kemudian, seorang ahli anatomi Italia Marcello
Malpighi, berhasil menemulkan adanya pembuluh kapiler.
Pada saat jantung berkontraksi (sistol), darah akan keluar dari bilik menuju pembuluh nadi
(arteri). Pembuluh nadi adalah pembuluh yang membawa darh dari jantung dan umumnya
mengandung banyak oksigen. Pembuluh ini tebal, elstis, dan memiliki sebuah katup (Valvula
semilunaris) yang berada tepat diluar jantung. Letak pembuluh nadi biasanya didalam tubuh, hanya
beberapa yang terletak di dekat permukaan sehingga dapat dirasakan denyutnya.
Secara anatomi, pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis jaringan.Lapisan luar berupa jaringan
ikat yang kuat dan elastis. Lapisan tengah berupa otot polos yang berkontraksi secara tak sadar. Otot
polos akan meregang pada saat darah melewatinya sehingga lapisan ini tidak melipat. Lapisan dalam
berupa jaringan endotelium yang melindungi jaringan didalamnya. Pembuluh nadi yang
dilewatidarah adalah sebagai berikut.
Aorta adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik kiri jantung menuju keseluruh tubuh.
Aorta bercabang-cabangh, makin lama makin kecil,, dan disebut pembuluh nadi (Arteri). Arteri
bercabang lagi makin kecil, disebut Arteriola. Arteriola bercabang halus diseluruh tubuh dan disebut
kapiler.
Kapiler sangat halus dan tersusun oleh satu lapis jaringan endotelium. Kapiler dapat masuk
sampai ke sel-sel tubuh. Disinilah terjadi pertukaran gas, air, dan garam minereal ataupun larutan
bahan organik dari kapiler darah dengan sel-sel tubuh. Kapiler-kapiler akan saling bertautan dan
berhubungan dengan kapiler vena yang dinamakan venula. Darah yang telah beredar dari seluruh
tubuh melewati venula dan menuju vena yang lebih besar, kemudian akhirnya menuju vena kava
(pembuluh balik tubuh) dan kembali ke jantung.
Pembuluh Nadi Paru-paru (Arteri Pulmonalis)
Pembuluh nadi paru-paru adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik kanan menuju
paru-paru (pulmo). Pembuluh ini banyak mengandung karbon dioksida yang akan dilepaskan ke
paru-paru. Didalam paru-paru, yaitu di alveolus, darah melepas karbon dioksida dan mengikat
oksigen. Dari kapiler di paru-paru, darah akan menuju ke venula, kemudian ke vena pulmonalis dan
kembali ke jantung.
Pembuluh balikk adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung, yang
umumnya mengandung karbon dioksida. Pembuluh balik (vena0 lebih mudah dikenali daripada nadi
karena letaaknya di daerah permukaan. Seperti halnya nadi, pembuluh balik juga disusun oleh tiga
lapisan, tetapi dinding pembuluh ini lebih tipis dan tidak elastis. Tekanan pembuluh balik lebih lemah
dibandingkan dengan tekanan pembuluh nadi dan disepanjang pembuluh balik terdapat katup yang
menjaga agar darah tak kembali.
Saat jantung berelaksasi (Diastol), darah dari tubuh dan paru-paru akan masukk ke jantung melalui
vena. Pembuluh balik ini merupakan tempat masuknya darah ke jantung. Vena diselubungi oleh otot
rangka dan memili sebuah katup, yaitu Valvula seminularis.
Vena Kava
Vena kava bercabang-cabang menjadi pembuluh yang lebih kecil, yaitu vena. Vena bercabang-
cabang lagi menjadi kapiler vena yang disebut venula. Venula berada didalam sel-sel tubuh dan
berhubungan dengan kapiler ateri. Ada 2 macam vena kava, yaitu vena kava superior dan vena kava
inferior.
a. Vena Kava Superior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh (kepala, leher, dan anggota
badan atas) ke seranbi kanan jantung.
Vena ini membawa darah yang mengendung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan
bawah tubuh ke serambi bawah kanan jantung
3. Jantung
Jantung manusia terletak di rongga dada sebelah kiri, di atas diafragma. Jantung manusia
mempunyai 4 ruang yang terbagi sempurna dan terletak di dalam rongga dada serta terbungkus oleh
perikardia. Perikardia terdiri dari 2 lapis, yakni lamina pariestalis (sebelah luar) dan lamina viseralis
(menempel di dinding jantung). Diantara ke dua lapis ini terdapat lapis kavum perikardia yang berisi
cairan perikardia.
Jantung terdiri dari empat ruang, yakni dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel). Pada dsarnya,
fungsi serambi adalah sebagai tempat lewatnya darah dari luar jantung ke bilik. Akan tetapi, serambi
juga dapat berfungsi sebagai pompa yang lemah sehingga membantu aliran darah dari serambi ke
bilik. Bilik memberi tenaga yang memberi tenaga yang mendorong darah ke paru-paru dan sistem
sirkulasi tunbuh. Jantung dibentuk terutama oleh tiga jenis otot jantung (miokardia), yaitu otot
seranbi, otot bilik, serta serabut otot perangsang dan penghantar khusus.
Pada sekat antara ke dua serambi terdapat simpul saraf yang merupakan simpul saraf tak sadar.
Simpul saraf ini bercabang-cabang ke otot serambi jantung kemudian ke luar sebagai suatu berkas
yang disebut berkas His. Berkas ini menuju sekat diantara kedua bilik dan akhirnya bercabang-
cabang ke seluruh bilik. Selainitu , jantung dipenmgaruhi juga oleh saraf simpatetik dan saraf
parasimpatetik (nervus vagu). Rangsangan saraf parasimpatetik menurunkan frekuensi denyut
jantung, sedangkan rangsangan simpatetik meningkatkan frekuensi denyut jantung. Otot bilik
jantung lebih tebal daripada otot bagian seranbi dan bagian sebelah kiri lebih tebal dari pada bagian
kanan.
Diantara serambi dan bilik jantung terdapat katup atriolventrikuler (valvula bikuspidalis) yang
berfungsi mencegah aliran daran dari bilik ke serambi selama sisitol. Katup semilunaris (katup aorta
dan pulmonalis) mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis ke bilik selama diastol.
Otot-otot jantung bekerja dengan sendirinya (berkontraksi) tanpa menurut kehendak kita.
Pada manusia normal biasanya jantung berkontraksi 72 kali setiap menit dan memompa darah 60
cm3. Priode dari suatu air kontraksi hingga akhir kontraksi berikutnya disebut siklus jantung. Siklus
jantung terdiri dari priode relaksasi yang dinamakan diastos, yaitu jika serambi jantung menguncup
dan bilik jantung mengembang. Pada saat itu, otot bilik mengendur maksimum dan ruang bilik
mengembang maksimum. Priode kontraksi dinamakan sistol, yaitu jika otot bilik jantung menguncup
dan darah didalam bilik di pompa ke pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis) ataupun ke aorta
secara bersamaan.
Darah yang dipompa keluar jantung memiliki kekuatan dankecepatan mengalir tertentu.
Kekuatan ini dilanjutkan oleh pembuluh nadi. Oleh karena otot pembuluh nadi elastis, maka nadi
ikut berdenyut.
Tekanan darah dapat diukur dengan tensi meter. Yang diukur adalah tekanan sistol (waktu
darah keluar jantung) dan tekanan diastol (waktu darah masuk ke jantung). Pada orang dewasa yang
sehat, umumnya sistol sebesar 120 mmHg dan diastol sebesar 80 mmHg atau dapat juga di tulis
sebagai tekanan arteri = 120/80 (sistol dan diastol). Pada saat itu tekanan kapiler 30/10 dan tekanan
vena 10/0.
Seperti halnya organ-organ lain diseluruh tubuh, jantung yang terus menerus bekerja juga
memerlukan makanan. Makanan itu diperoleh dari pembuluh nadi tajuk (arteri koronaria).
Ada dua macam peredaran darah dalam tubuh manusia. Peredaran darah dari bilik kanan jantung
menuju paru-paru melewati arteri pulmonalis dan kembali keserambi kiri jantung melewati vena
pulmonalis disebut peredaran darah kecil. Sedangakan peredaran darah dari bilik kiri jantung
keseluruh tubuh melalui aorta dan akhirnya kembali keserambi kanan jantung melalui vena kava
disebut peredaran darah besar. Oleh karena pada manusia terdapat kedua macam peredaran darah
tersebut, maka manusia dikatakan memiliki peredaran darah ganda.
Pada tubuh manusia, sari-sari makanan diedarkan olehh pembuluh darah dan pembuluh limfa.
Kekuatan untuk mengedarkannya ditimbulkan oleh denyut jantung.
Pada saat bayi dalam kandungan (fetus), jantungnya belum sempurna dan sekat diantara serambi
jantung belum menutup. Pada sekat serambi tersebut terdapat lubang yang disebut Foraman Ovale
sehingga arteri yang menuju paru-paru dan aortabelum sempurna. Dengan demilian, oksigen dan
sari-sari makanan seluruhnya diperoleh dari ibu melalui plasenta.
Ketika bayi lahir, foramen Ovale telah menutup dan pembuluh-pembuluh darah telah berfungsi.
Akan tetapi, kadang-kadangf saat bayi itu lahir arteri belum berfungsi dan lubang pada sekat
diantara serambi belum menutup. Keadaan ini dinamakan Penyakit jantung bawaan. Bayi yang
menderita penyakit jantung bawaan biasaanya berwarna kebiruan sehingga dikenal sebagai “Blue
baby”. Bayi berwarna biru karena kekurangan oksigen dalam darah. Penyakit jantung bawaan dapat
diatasi dengan pembedahan.
Kelainan dan gangguan pada sistem peredaran darah dapat ditimbulkan karena pewarisan sifat(
keturunan), rusaknya alat peredaran darah akibat kecelakaan, atau akibat makanan yang dikonsumsi
banyak mengandung lemak dan zat kapur. Zat makanan tersebut dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah atau berkurangnya elastisitas otot jantung dalam mekanisme pompa dan isap.
Anemia (kurang darah), dikarenakan kurangnya kadar Hb atau kurannya jumlah eritrosit
dalam darah.
Farises adalah pelebaran pembuluh darah di betis.
Hemoroid (Ambeyen), adalah pelebaran pembuluh darah disekitar dubur (anus).
Arteriosklerosis, adalah pengerasan pembuluh nadi karena timbunan atau endapat kapur.
Atherosklerosis adalah pengerasan pembuluh nadi karena endapan lemak.
Embolus, adalah tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang bergerak.
Trombus adalah tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.
Hemofilia adalah kelainan darah sukar membeku karen afaktor hereditas (keturunan).
Leukimia (kanker darah) adalah bertambahnya leukosit secara tak terkendali.
Penyakit kuning pada bayi (Eritroblastosis fetalis) adalah rusaknya eritrosit bayi atau janin
akibat aglutinasi dari antibodi ibu, apabila ibu bergolongan darah Rh- dan embrio Rh+.
Penyakit ini terjadi pada kandungan kedua, jika kandungan pertama embrio juga
bergolongandarah Rh+.
Penyakit jantung koroner (PJK), yaitu penyempitan arterikoronaria yang mengangkut O2 ke
jantung.
Talasemia merupakan anemia akibat rusaknya gen pembentuk hemoglobin yang bersifat
menurun.
http://fkipbiologi2011.blogspot.com/2012/02/sistem-peredaran-darah.html
Proses Pertukaran Gas O2 dan CO2
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni
pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung
dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke
dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita
melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada
pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami
proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni
mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru.
Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang
sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen
(H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan
dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada
alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada
konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah
pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil
di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah
berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal
berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida
tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya
menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi
ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan
cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen
yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh
karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya,
karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang
diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi
hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.
Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan
bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan
segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- Persamaan
reaksinya sebagai berikut.
CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan
tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah.
Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga.\ Lebih tepatnya,
ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
Mekanisme Pertukaran gas Oksigen dan Karbondioksida
Fisiologi
Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen dan Karbondioksida
Udara ligkungan dapat dihirup masuk kedalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara
yakni, pernapasan secara langsung dan pernapasan tidak langsung.
Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh oleh permukaan tubuh lewat proses
difusi.
Sementara udara yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan
pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru, walaupun begitu proses
difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian yang mengalami difusi
dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas O2 dan CO2 yang dimaksud yakni mekanisme
eksternal dan internal.
a. Pernapasan eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-
paru, yudara yang masuk mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada
saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepas. Proses pertukaran O2
dan CO2 antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Pada pernapasan eksternal, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang mengangkut
sebagian besar karbondioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3) dengan persamaan reaksi
sebagai berikut: H + HCO3= H2CO3
Sisa karbondioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi sebagai berikut:
H2CO3= H2O + CO2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalamsel-sel darah merah dapat mempercepat reaksi.
Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion-ion hidrogen yang telah diangkut:
HHb menjadi Hb. Selanjutnya hemoglobin mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin
(Hb02) : Hb + O2 = HbO2
Selama pernapasan eksternal, didalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah melalui difusi. Proses difusi dapat terjadi
pada paru-paru (alveolus) karena ada perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam
alveolus. Tekana parsial membuat konsentrasi O2 dan Co2 pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial O2 yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan pada alveolus. Dengan
kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi dibandingkan konsentrasi oksigen pada
darah. Oleh karena itu, O2 dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial
pada udara. Sehingga konsentrasi Co2 dalam darah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi
CO2 dalam udara. Akibatnya, CO2 pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa
keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernapasa Internal
Pada pernapasan internal darah masuk kedalam jaringan tubuh, 02 meninggalkan hemoglobin
dan berdifusi masuk kedalam cairan jaringan tubuh. Hb02= Hb + O2
Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat terjadi karena
tekanan O2 didalam jaringan lebih rendah dibandingkan tekanan oksigen dalam darah. Hal
ini disebabkan karena sel-sel secara terus menerus menggunakan O2 dalam respirasi selular.
Oleh karena itu, O2 dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah dibandingkan tekanan
karbondioksida dalam jaringan. Akibatnya CO2 diangkut darah, sebagian kecilnya berikatan
dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin (HbCO2): CO2 + Hb = HbCO2
Namun sebagian besar karbondioksida tersebut masuk kedalam plasma darah dan bergabung
dengan air menjadi asam bikarbonat ( H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan
segera terurai menjadi dua ion yakni, hidrogen dan ion bikarbonat.
H2CO3= H + HCO3
CO2 yang diangkat darah ini tidak semuanya dibebaskan keluar tubuh oleh paru-paru, akan
tetapi hanya 10% nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam
darah. Ion-ion bikarbonat didalam berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga. Lebih
tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas Ph ( derajat keasaman )
darah.
Ventilasi
Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik
nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu
muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.
Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax
akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah
ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-
dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan
muskulus abdominis.
Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh
surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli
pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang
disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara
membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.
Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh.
Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.
http://www.slideshare.net/sri_ruci/fisiologi-respirasi-15685332