You are on page 1of 14

Anatomi dan Histologi Pulmo

PERCABANGAN BRONKUS & PARU


Trakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru di hilus beserta arteri, vena,
dan pembuluh limfe. Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur ke bawah dan keluar
dan membentuk tiga bronkus sekunder (lobaris) dalam paru kanan dan dua buah di paru kiri
dan masing-masing memasok sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan
membentuk bronkus tersier (segmental). Setiap bronkus tersier, beserta cabang kecil yang
dipasoknya, membentuk segmen bronkopulmonal sekitar 10-12% setiap paru dengan simpai
jaringan ikat dan darahnya sendiri.

Keberadaan segmen paru semacam itu mempermudah reseksi jaringan paru yang sakit
melalui pembedahan tanpa memengaruhi jaringan sehat di sekitarnya. Bronkus tersier
membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang terminal yang disebut bronkiolus.
Setiap bronkiolus memasuki sebuah lobulus paru, di mana cabang untuk membentuk lima
sampai tujuh bronkiolus terminalis. Lobulus paru berbentuk piramida dengan apeks yang
berhadapan langsung dengan hilus paru, dan masing-masing
dilapisi oleh lapisan tipis yang paling jelas terlihat pada fetus. Melalui bronkus dan
bronkiolus yang semakin kecil menujukomponen respiratorik, susunan histologis epitel dan
lamina propria di bawahnya menjadi semakin sederhana.

Bronkiolus

Bronkiolus, biasanya tipikal dibentuk sebagai saluran udara intralobular berdiameter 1 mm


atau kurang, terbentuk setelah generasi kesepuluh; percabangan dan tidak memiliki kartilago
maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya masih epitel
bertingkat siliandris bersilia, tetapi semakin memendek dan sederhana sampai menjadi epitel
selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Lapisan
epitel bersilia dari bronkiolus dimulai apparatus mukosiliar atau eskalator, penting dalam
membersihkan debri-debri dan lendir dengan bergerak ke atas sepanjang
cabang bronkial dan trakea.
Sel goblet menghilang selama peralihan ini, tetapi epitel bronkiolus terminalis juga
mengandung sejumlah besar sel kolumnar lain: sel bronkiolar eksokrin, yang lazim disebut
sel Clara (Gambar 17–10). Sel Clara memiliki berbagai fungsi, termasuk berikut:
■ Sekresi dari surfaktan lipoprotein dan musin di lapisan cairan pada permukaan epitel
■ Detoksifikasi senyawa xenobiotik dihirup oleh enzim dari SER
■ Sekresi peptida antimikroba dan sitokin untuk pertahanan imun lokal
■ Dalam subpopulasi sel induk, cedera yang diinduksi mitosis untuk penggantian jenis sel
bronkial lainnya. Juga hadir dalam epitelium bronkiol terminal adalah sel mukosa kecil
berlendir dan sel bersilia, sama seperti sel sikat kemosensori dan DNES sel granula kecil
seperti pada mereka yang dari epitelium pernapasan lebih tinggi dalam sistem. Lamina
propria bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat elastin, memproduksi
lipatan mukosa. Kontraksi otot di kedua bronkus dan bronkiolus yang dikendalikan terutama
oleh saraf dari sistem saraf otonom.
Bronkiolus Respiratorius
Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronkiolus respiratorius yang
berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respiratorik sistem
pernapasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktual identik dengan mukosa
bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus tempat
terjadinya pertukaran gas. Bagian mukosa dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara,
dengan sel skuamosa sederhana di lubang alveolar dan memperluas ke dalam alveolus.
Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini, jumlah alveolusnya semakin banyak, dan jarak
di antaranya semakin pendek. Otot polos dan jaringan ikat elastis membuat lamina propria.

Duktus Alveolaris
Bronkiolus respiratorius bercabang menjadi saluran yang disebut duktus alveolaris yang
sepenuhnya dilapisi oleh muara alveoli. Kedua duktus alveolaris dan alveolus dilapisi dengan
sel skuamosa sangat atenuansi (lemah).
Di lamina propria tipis, untai sel otot polos mengelilingi setiap pembukaan alveolar dari
matriks serat elastis dan serat kolagen yang mendukung saluran dan alveoli. Kelompok yang
lebih besar dari alveoli disebut kantung alveolar membentuk ujung saluran alveolar secara
distal dan kadang-kadang terjadi di sepanjang saluran alveolar. Lamina propria sekarang
sangat tipis, pada dasarnya terdiri secara esensial jaringan serat elastin dan jaringan serat
retikular yang mengelilingi muara atrium, saccus alveolaris, dan alveoli. Kedua serabut
tersebut menunjang jaringan ikat yang menampung jaringan ikat yang menampung jalinan
kapiler di sekitar setiap alveolus
.
Bronkiolus dan sel clara
Alveolus
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantung (berdiameter sekitar 200 μm) di bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan saccus alveolaris. Alveoli bertanggu jawab atas
terbentuknya struktur berongga dalam paru. Setiap paru dewasa memiliki sekitar 200 juta
alveoli dengan total luas permukaan internal 75 m2. Secara struktual, alveolus menyerupai
kantong bulat kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam
struktur mirip mangkuk ini, berlangsungan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah.
Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara
lingkungan eksternal dan internal. Antara alveoli bersebelahan terdapat septum interalveolar
yang tipis terdiri dari fibroblas yang tersebar dan matriks ekstraselular jarang (ECM),
terutama serat elastis dan retikular, jaringan ikat. Susunan serat elastis memungkinkan alveoli
diperluas dengan inspirasi dan kontraksi pasif melalui expirasi; serat retikular mencegah
kedua kolaps dan distensi berlebihan dari alveoli. Septum interalveolar di vaskularisasi
dengan jaringan kapiler yang banyak di tubuh. Kapiler-kapiler paru anastomosin yang padat
di antar septa interalveolar didukung oleh jaringan dari serat retikular dan serat elastis, yang
juga memberikan dukungan struktural utama dari alveoli. Udara dalam alveolus dipisahkan
dari darah kapiler oleh tiga komponen yang secara kolektif disebut sebagai membran
respiratorik atau sawar darah-udara:
 Dua sampai tiga dan sangat atenuansi (lemah), sel tipis yang melapisi alveolus
 Lamina basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel kapiler, dan
 Sel endotel kapiler tipis
Tebal keseluruhan ketiga lapisan ini bervariasi dari 0.1 sampai 1.5 μm. Makrofag dan
leukosit lain dapat juga ditemukan di dalam interstisium septum. Pori alveolar (of Kohn) ,
berdiameter 10-15 μm, dijumpai pada septum interalveolus (Gambar 17–13) dan
menghubungkan alveolus yang berdekatan dan bermuara ke berbagai bronkiolus. Pori-pori
tersebut menyetarakan tekanan udara di alveolus dan meningkatkan sirkulasi kolateral udara
ketika sebuah bronkiolus tersumbat. O2 dari udara alveolar berdifusi melalui sawar
darahudara ke dalam darah kapiler dan mengikat hemoglobin dalam eritrosit; CO2 berdifusi
ke udara alveolar dari darah paru. Sebagian besar CO2 tiba di paru-paru sebagai bagian
dari H2CO3 dalam eritrosit dan dibebaskan melalui aksi karbonit anhidrase.
Sel endotel kapiler sangat tipis dan sering disalahtafsirkan sebagai sel epitel alveolus
tipe I
Berkumpulnya inti dan organel lain menyebabkan sisa daerah sel menjadi sangat tipis
sehingga efisiensi pertukaran gas meningkat. Secara ultrastruktural, fitur yang paling
prominen di bagian meratakan sel banyak vesikel pinositotik.
Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skumosa)
merupakan sel yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati
95% dari permukaan alveolus; sel alveolar tipe II (dijelaskan di bawah) menutupi sisanya.
Sel-sel ini sangat tipis bahwa TEM itu diperlukan untuk membuktikan di mana semua alveoli
memiliki lapisan epitel. Organel-organel berkumpul di sekitar inti, sehingga mengurangi
ketebalan sawar darah-udara untuk sampai sekecil 25 nm. Sitoplasma di bagian tipis
mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat berperan pada pergantian surfaktan dan
pembuang partikel kontaminan kecil dari permukaan luar. Selain desmosom, semua sel epitel
tipe I memiliki taut kedap yang berfungsi mencegah perembesan cairan jaringan ke dalam
ruang udara alveolus
Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II atau sel septal) tersebar di antara sel-sel
alveolus tipe I dengan taut kedap dan desmosom yang menghubungkan dengan sel tersebut.
Sel tipe II berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau tiga di
sepanjang permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini berada di
lamina basal dan merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal yang sama dengan sel tipe I
yang melapisi dinding alveolus. Sel-sel ini membelah dengan cara mitosis untuk mengganti
populasinya sendiri dan juga mengganti populasi sel tipe I. Sel tipe II inti yang bulat dan
mungkin memiliki nukleolus, dan sitoplasma secara tipikal di warnai ringan dengan banyak
vesikel. Vesikel ini disebabkan adanya badan lamela, yang TEM menunjukkan untuk menjadi
granula membran-terikat sekitar 1 sampai 2 μm dalam diameter yang berisi lamella terikat
erat membran paralel (Gambar 17–16 dan 17–17). Badan lamelar dapat dipertimbangkan
penanda untuk sel tipe II.
Dinding alveolus

Alveoli mengandung lipid berbagai, fosfolipid, dan protein, dan dilepaskan pada permukaan
apikal sel. Materi yang disekresikan menyebar di seluruh permukaan alveolar internal sebagai
selaput lipoprotein kompleks dan air yang bertindak sebagai surfaktan paru. Surfaktan paru
memiliki beberapa fungsi penting dalam efisiensi paru, tetapi terutama bekerja mengurangi
tegangan permukaan di alveolus. Lapisan surfaktan terdiri atas suatu hipofase aquosa
berprotein yang ditutupi oleh selapis tipis fosfolipid monomolekular, yang terutama terdiri
atas fosfatidilkolin dipalmitoil dan fosfatidilgliseron. Protein surfaktan A (SP-A),
glikoprotein hidrofilik yang sangat banyak, dan SP-D adalah penting untuk proteksi imun non
spesifik dalam paru-paru. SP-B dan SP-C diperlukan untuk pematangan DPPC dan orientasi
yang tepat dalam film surfaktan dalam alveolus. Lapisan surfaktan tidak bersifat statis tetapi
diganti secara terus menerus. Lipoprotein secara berangsur dihilangkan dari permukaan
melalui pinositosis di kedua tipe sel alveolus dan oleh makrofag. Dalam perkembangan janin,
surfaktan muncul di minggu-minggu terakhir kehamilan
sebagai sel tipe II diferen dan membentuk badan lamelar.
Makrofag alveolus, yang disebut sel debu, ditemukandalam alveolus dan septum
interalveolus dan Puluhan juta monosit bermigrasi setiap hari dari mikrovaskular ke dalam
jaringan paru, tempat sel ini memfagositosis eritrosit yang hilang akibat kerusakan kapiler
dan partikel udara yang telah memasuki alveolus. Makrofag aktif dalam alveoli sering dapat
dibedakan dari tipe II

Regenerasi di Lapisan Alveolus


Inhalasi gas toksik atau materi serupa dapat membunuh sel tipe I dan tipe II yang melapisi
alveolus paru. Kematian sel pertama meningkatkan aktivitas mitosis sel-sel tipe II yang
tersisa, yang progenitornya menjadi kedua tipe sel. Kecepatan penggantian normal sel tipe II
diperkirakan
sebesar 1% perhari dan menimbulkan pembaruan secara kontinu pada kedua tipe sel alveolus.
Melalui peningkatan toksik, sel Clara juga dapat membelah dan menghasilkan sel alveolus.

❯ PEMBULUH DARAH & SARAF PARU


Sirkulasi darah di paru-paru meliputi sirkulasi paru, yang membawa darah rendah O2 untuk
pertukaran gas, dan sirkulasi bronkial, membawa darah sistemik, yang kaya nutrisi. Arteri-
arteri dan vena-vena paru menggambarkan sirkulasi fungsional dan arteri tersebut memiliki
dinding yang tipis akibat tekanan yang rendah (25 mm Hg sistolik, 5 mm Hg diastolik) di
dalam sirkulasi paru. Di dalam paru, a. pulmonalis bercabang mengikuti percabangan
bronkus, dengan cabang-cabang yang
dikelilingi adventisia bronkus dan bronkiolius. Di tingkat duktus alveolaris, cabang-cabang
arteri ini membentuk jalinan kapiler di dalam septum interalveolus dan berkontak erat dengan
alveolus.
Venula yang berasal dari jalinan kapiler ditemukan satu-satu di dalam parenkim, dan
agak menjauh dari jalan napas, yang ditopang oleh selapis tipis jaringan ikat. Setelah
meninggalkan lobulus, vena mengikuti percabangan bronkus ke arah hilus. Cabang arteri
bronkial bersamaan sepanjang dan mengikuti cabang bronkial, mendistribusikan darah ke
sebagian paru-paru ke tingkat bronkiolus, pada saat mana cabang ini beranastomosis dengan
cabang kecil arteri paruparu
dan campuran darah dengan memasuki kapiler jaringan dikosongkan oleh venula paru. Vena
bronkial hanya terjadi di dalam dan sekitar hilus. Pembuluh limfe muncul di jaringan ikat
bronkiolus.
Pembuluh ini mengikuti bronkiolus, bronkus dan pembuluh-pembuluh pulmonal serta
semuanya
mencurahkan isinya ke dalam kelenjar getah bening di daerah hilus. Jalinan limfatik ini
disebut jalinan dalam untuk membedakannya dari jalinan superfisial pembuluh limfe di
pleura viseral. Pembuluh limfe tidak ditemukan di bagian terminal percabangan bronkus atau
di luar duktus alveolaris. Kedua serat otonom parasimpatis dan simpatis menginervasi paru-
paru dan refleks kontrol mengatur kelancaran kontraksi otot yang menentukan diameter dari
saluran udara. Serat aferen visceral umum, membawa sensasi nyeri terlokalisasi secara buruk,
juga hadir. Saraf yang ditemukan terutama pada jaringan ikat yang mengelilingi elemen yang
lebih besar dari cabang bronkial dan keluar dari paru-paru pada hilus.

❯ MEMBRAN PLEURA
Permukaan luar paru dan dinding internal rongga toraks dilapisi oleh suatu membran serosa
yang disebut pleura. Membran yang melekat pada jaringan paru disebut pleura viseralis dan
membran yang melapisi dinding toraks adalah pleura parietalis. Kedua membran tersebut
menyatu di hilum dan keduanya terdiri atas sel-sel mesotel skuamosa selapis yang berada
pada lapisan jaringan ikat tipis
yang mengandung serat kolagen dan elastis. Serat-serat elastin pleura viseral menyatu dengan
serat elastin parenkim paru.
Rongga pleura yang sempit diantara lapisan parietal dan viseral seluruhnya dilapisi
sel-sel mesotel yang normalnya membentuk suatu lapisan cairan serosa tipis yang bekerja
sebagai pelumas, yang mempermudahkan pergeseran antar permukaan pleura selama gerakan
pernapasan.
Pada keadaan patologis tertentu, rongga pleura dapat mengandung cairan atau udara.
Seperti dinding rongga peritoneal dan perikardial, serosa rongga pleura cukup permeabel
untuk air dan cairan yang keluar melalui eksudasi dari plasma darah sering menumpuk
(berupa efusi pleura)
dalam rongga ini dalam keadaan abnormal.
❯ GERAKAN PERNAPASAN
Selama inspirasi, kontraksi otot interkostal menaikan iga, dan kontraksi diafragma
menurunkan dasar rongga toraks, yang menambah diameter rongga tersebut dan
menimbulkan pengembangan paru. Diameter dan panjang bronkus dan bronkiolus bertambah
selama inspirasi. Bagian respiratorik juga membesar, terutama akibat pengembangan duktus
alveolaris. Alveoli hanya sedikit membesar. Serat elastin parenkim paru diregangkan oleh
pengembangan ini. Selama pernafasan hembus, paru-paru retraksi secara pasif mungkin
karena relaksasi otot dan serat elastis kembali ke kondisi teregang.

Batuk Berdahak
Batuk adalah tindakan refleks yang dihasilkan paling seringoleh infeksi virus atau iritasi
lainnya dari trakea atau wilayah lain dari saluran pernapasan. Batuk kering persisten, dimana
tidak ada lendir (dahak) yang dihasilkan, dapat diobati dengan penekan batuk yang bekerja
pada batang otak dan saraf vagus, sedangkan batuk produktif sering diperlakukan dengan
ekspektoran yang membantu melonggarkan lender yang menutupi mukosa pernafasan.
e. Mekanisme Batuk Berdahak
Sebenarnya, dalam keadaan normal, manusia mensekresi mukus di dalam
saluranpernafasan yang berfungsi sebagai pembersih berbagai macam kotoran seperti debu
yangtidak tersaring melalui silia hidung. Aapabila terdapat debu yang berlebihan, maka
mukusyang disekresikan akan semakin bertambah.. Infeksi ataupun iritasi pada saluran nafas
jugaakan menyebabkan hipersekresi mukus pada saluran napas, kemudian apabila
terjadihipersekresi mukus, terjadi hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan
bronki danakhirnya mukus tertimbun di dalam saluran nafas. Ditandai juga dengan
peningkatan sekresisel goblet di saluran napas kecil, bronki dan bronkiole. Kondisi ini
kemudian merangsangmembran mukosa untuk selanjutnya mengaktifkan rangsang batuk
dengan tujuan untukmengeluarkan benda asing yang telah mengiritasi saluran nafas sehingga
mukus yang keluardikenal sebagai sputum.
Sumber : Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price,
Sylvia A.Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta:EGC.

Mikroskopis dari sputum


1. Sediaan Natif
Pemeriksaan sputum pada sediaan mikroskopis, akan terdapat adanya :
Leukosit,eritrosit, Heart failure cells, serat elastik, uliran Curschmann, kristal –
kristal, fungi, dan selepitel. Sediaan abnormal akan ditemukan adanya :
a. Butir keju: Potongan – potongan kecil berwarna kuning.
b. Aliran Cruschmann: Benang kuning berulir yang sering terlihat benang pusat.
Didapa tpada asma bronchiale.
c. Tuangan BronkhiBahan dari tuangan ini adalah fibrin, dan besarnya tergantung
dari besarnya bronchus tempat membentuknya.
d. Sumbat Dittrich: Benda kuning putih yang dibentuk dalan bronchi atau
bronchiolus. Tidak tersusun dari fibrin tetapi dari sel yang rusak, lemak dan
bakteri. Ditemukan pada asma bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi

Mekanisme Batuk Berdahak


Mekanisme Batuk Terdiri dari 3 fase:
 Fase inspirasi
 Fase kompresi
 Fase ekspirasi
Mekanisme Batuk
• Fase Inspirasi: Dimulai dengan inspirasi sejumlah besar udara secara singkat dan
cepat.
• Fase Kompresi: Glotis akan tertutup selama 0,2 detik, dimana tekanan di paru dan
abdomen akan meningkat sampai 50 – 100 mmHg.
• Fase Ekspirasi: Secara aktif glotis akan terbuka, udara akan keluar dan
menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan
suara batuk yang kita kenal Sputum
Mekanisme Batuk Berdahak

1. Fase iritasi

Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat
aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul
bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang.
2. Fase inspirasi

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago
aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak
memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat
serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meningkat
hingga 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga
terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme
batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara (Putri, 2012).
Dalam terjadinya mekanisme batuk, reseptor rangsangan batuk sangat berperan dalam
menginisiasi timbulnya refleks batuk. Rangsangan atau stimulus yang dapat menimbulkan
batuk secara garis besar terbagi menjadi 3, yaitu: Serabut Aδ atau rapidly adapting receptors
(RARs), serabut C, dan slowly adapting stretch receptor (SARs). Mereka dibedakan
berdasarkan neurochemistry, letaknya, kecepatan konduksi, sensitivitas fisika-kimia, dan
kemampuan adaptasi terhadap lung inflation.

Mekanisme Dahak
Produksi dahak terjadi karena adanya rangsangan pada membran mukosa
secara fisik, kimiawi, maupun karena infeksi. Dalam mendeskripsikan dahak:
perkiraan jumlah produksinya dlm 24 jam, tekstur dan warnanya. Dahak berwarna
kuning kemungkinan terinfeksi bakteri. Pada infeksi dahak bercampur dgn pus
serta produk inflamasi lain. Ciri Khas Sputum yg Terlihat pada Berbagai Gangguan
Paru Tampilan Kental, Translusen, putih keabu-abuan Seperti jelly buah kismis
(merah bata) Warna karat (warna ari buah plum) Kemungkinan Penyebab Pneumonia
atipikal, asma Klebsiella pneumoniae Pneumonia Pneumokokal Merah muda, berbusa
Warna ikan salmon atau kuning pucat Kuning, kehijauan, atau abu-abu kotor Purulen
dan berbau busuk Edema paru Pneumonia stafilokokus Pneumonia bakteri, bronkitis
akut/kronis Abses paru, bronkiektasis

ANMAL

a. Bagaimana mekanisme terjadinya batuk berdahak?


Sebenarnya, dalam keadaan normal, manusia mensekresi mukus di
dalam saluran pernafasan yang berfungsi sebagai pembersih berbagai
macam kotoran seperti debu yang tidak tersaring melalui silia hidung.
Aapabila terdapat debu yang berlebihan, maka mucus yang
disekresikan akan semakin bertambah.. Infeksi ataupun iritasi pada
saluran nafas juga akan menyebabkan hipersekresi mukus pada
saluran napas, kemudian apabila terjadi hipersekresi mukus,
terjadi hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan bronki
dan akhirnya mukus tertimbun di dalam saluran nafas. Ditandai juga
dengan peningkatan sekresi sel goblet di saluran napas kecil, bronki
dan bronkiole. Kondisi ini kemudian merangsang membran mukosa
untuk selanjutnya mengaktifkan rangsang batuk dengan tujuan untuk
mengeluarkan benda asing yang telah mengiritasi saluran nafas
sehingga mukus yang keluar dikenal sebagai sputum.
Sumber : Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis
Paru dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC

a. Bagaimana perubahan histologi (mikroskopis) batuk pada perokok berat?


Pemeriksaan sputum pada sediaan mikroskopis, akan terdapat adanya :
Leukosit,eritrosit, Heart failure cells, serat elastik, uliran Curschmann, kristal –
kristal, fungi, dan sel epitel. Sediaan abnormal akan ditemukan adanya :
a. Butir keju: Potongan – potongan kecil berwarna kuning.
b. Aliran Cruschmann: Benang kuning berulir yang sering terlihat benang
pusat. Didapatpada asma bronchiale.
c. Tuangan BronkhiBahan dari tuangan ini adalah fibrin, dan besarnya
tergantung dari besarnya bronchus tempat membentuknya.
d. Sumbat Dittrich: Benda kuning putih yang dibentuk dalan bronchi atau
bronchiolus. Tidak tersusun dari fibrin tetapi dari sel yang rusak, lemak dan
bakteri. Ditemukan pada asma bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi.

You might also like