You are on page 1of 6

APLIKASI KATALIS DALAM MENGKONVERSI LIMBAH PLASTIK

MENJADI ENERGI

(THE APPLICATION OF CATALYST FOR CONVERTING PLASTIC WASTE


AS AN ENERGY SOURCE)

Bumiarto Nugroho Jati dan Rahyani Ermawati

Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK), Kementerian Perindustrian RI


Jl. Balai Kimia No 1, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta

E-mail: ermakyoto@yahoo.com

ABSTRAK

Sampai dengan saat ini sampah masih menjadi masalah utama di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Dari semua jenis sampah yang ada saat ini, sampah yang berasal dari plastik ternyata jumlahnya cukup besar.
Karena dianggap lebih praktis dan ekonomis, hampir semua aktifitas baik rumah tangga, industri maupun
perdagangan selalu menggunakan plastik. Padahal dibalik besarnya fungsi dan manfaatnya juga terdapat bahaya
yang sangat besar pula. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut. Salah satunya
adalah mengkonversi limbah plastik menjadi sumber energi. Para peneliti di seluruh dunia telah membuktikan
keberhasilan usaha tersebut. Pada kajian ini, dipaparkan beberapa metode yang telah diteliti oleh para peneliti
dalam mengkonversi limbah plastik, diantaranya adalah pirolisis (thermal cracking), hydrocracking dan
hidroisomerisasi. Selain metode proses, jenis katalis yang digunakan dalam proses mempengaruhi tinggi
rendahnya komposisi produk yang dihasilkan. Dengan dikembangkannya metode tersebut, limbah plastik yang
selama ini masih menjadi permasalahan serius di masyarakat dapat menjadi sesuatu yang bermafaat bagi
kepentingan manusia dan lingkungan.

Kata kunci : Limbah plastik, Konversi, Katalis, Pirolisis

ABSTRACT

Up to now, garbage has become the main environment problem in many countries in the world, including
Indonesia. There are many kinds of garbage, and in fact plastic waste has big enough contribution. Considering
that plastic is more practical in using and economical in price, it is used widely in almost all activities such as in
households, industry, and commercial. Even though plastic has so many functions and advantages, in fact it can
also potential to be harmful to our lives. Many efforts have been done by researchers to reduce or eliminate
plastic waste. One of those efforts is converting plastic waste to energy source. Researchers in many countries
have proven the theory. In this review, some of the methods to convert plastic waste to energy that have been
done by the researchers will be reviewed. Some of those are pyrolysis (thermal cracking), hydro-cracking, and
hydro-isomerization. Besides the process methods, the type of catalyst used in the process will influence product
composition. The improvement of the methods, however, has promising result. Plastic waste which is still
consider as a serious problem in many countries, can be converted to products that useful to human life and
environment friendly.

Key words : Plastic waste, Converting, Catalyst, Pyrolysis

PENDAHULUAN

Seiring bertambahnya jumlah penduduk di Jepang, jumlah limbah plastik mencapai lebih
dunia, konsumsi akan barang-barang berbahan dari 10 juta ton per tahun (Nishino, et.al., 2003).
plastik semakin meningkat. Menurut data Meningkatnya jumlah permintaan plastik di-
statistik, kebutuhan plastik di Eropa Barat 100 kg sebabkan karena plastik memiliki banyak
per orang per tahun (APME, 2004), sedangkan kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Barang

Aplikasi Katalis dalam Bumiarto Nugroho Jati dkk 67


berbahan baku plastik umumnya lebih ringan, TEORI
bersifat isolator, dan proses pembuatannya lebih
murah. Plastik yang beredar di sekitar kita, Proses Konversi Limbah Plastik
secara komersial dikelompokkan berdasarkan
bahan penyusunnya. Jenis-jenis plastik tersebut Seperti yang kita ketahui, limbah plastik
adalah polietilen (PE), poly vinyl chloride (PVC), menjadi ancaman serius bagi lingkungan tempat
polipropilena (PP), poly methyl methacrylate kita tinggal. Salah satu upaya baru yang telah
(PMMA), acrylo nitrile butadiene styrene (ABS), dilakukan oleh banyak peneliti di dunia peneliti
poliamida (PA), poliester, dan poly ethylene dalam meminimalisasi jumlah sampah plastik
terephthalate (PET) (APME, 2004) adalah dengan mengubah limbah tersebut
Distribusi plastik yang terdapat di menjadi sumber energi baru. Pada penelitian
masyarakat banyak berasal dari bahan tersebut, plastik dipanaskan dengan
polyethylene. Polyethylene sendiri dibagi men- menggunakan metode pirolisis.
jadi dua, yaitu High Density Poly Ethylene Metode pembakaran sampah sekaligus
(HDPE) dan Low Density Poly Ethylene (LDPE). penyulingan bahan tanpa oksigen dengan suhu
HDPE banyak digunakan sebagai botol tinggi tersebut menghasilkan senyawa hidro-
minuman, sedangkan LDPE digunakan sebagai karbon cair mulai dari C1 hingga C4, dan
kantong plastik. senyawa rantai panjang seperti parafin dan olefin
Namun dibalik semua kelebihannya, serta gas yang aman bagi lingkungan. Adapun
bahan plastik memiliki masalah setelah barang keuntungan dari metode pirolisis untuk
tersebut tidak digunakan lagi (Gambar 1). pembakaran limbah plastik yaitu beroperasi
Barang berbahan plastik tidak dapat membusuk, tanpa membutuhkan udara atau campuran
tidak dapat menyerap air, juga tidak dapat hidrogen dan tidak memerlukan tekanan tinggi,
berkarat, dan pada akhirnya tidak dapat HCl yang terbentuk sebagai sebuah produk
didegradasi dalam tanah sehingga dapat diperoleh kembali sebagai bahan baku,
menimbulkan masalah bagi lingkungan. polutan-polutan dan pengotor menjadi ter-
Limbah plastik yang ada pada saat ini umumnya konsentrasi sebagai residu padatan, dan
hanya dibuang (disposal), landfill, dibakar selanjutnya karena pirolisis dilakukan pada
atau didaur ulang (recycle). Proses tersebut sistem tertutup maka tidak ada polutan yang
belum menyelesaikan semua permasalahan keluar. Banyaknya plastik yang terurai sekitar
limbah plastik. 60%, suatu jumlah yang cukup banyak (Miller, et.
Maka dari itu, pada review ini akan al., 2005). Struktur kimia yang dimiliki senyawa
dibahas cara lain untuk mengatasi permasalahan hidrokarbon cair tersebut memungkinkannya
yang ada tersebut. Apabila kita lihat dari untuk diolah menjadi minyak pelumas berkualitas
bahan dasarnya, limbah plastik berpotensi tinggi. Hal ini disebabkan karena sifat kimia
mempunyai nilai ekonomis sebagai sumber senyawa hidrokarbon cair dari hasil pemanasan
bahan baku energi jika diolah dengan cara yang limbah plastik mirip dengan senyawa
tepat, karena plastik dapat menghasilkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak
hidrokarbon yang merupakan bahan dasar mentah sehingga dapat diolah menjadi minyak
energi. pelumas (Miller, et.al., 2005).
Pengubahan hidrokarbon cair hasil
pirolisis limbah plastik menjadi minyak pelumas
dapat dilakukan dengan menggunakan metode
hidroisomerisasi dan hydrocracking. Hidro-
isomerisasi merupakan proses yang meng-
gunakan katalis khusus yang berfungsi
menjadikan molekul-molekul isomer mempunyai
viskositas yang tinggi, tingkat titik beku yang
rendah dan menjadikan pelumas dasar yang iso-
paraffinik. Sedangkan pada hydrocracking, hasil
dari proses pirolisis dimasukkan ke dalam tungku
penyulingan pada tekanan atmosfir dan
kemudian divakum untuk memisahkan unsur-
unsur yang dihasilkan dari proses awal. Proses
ini berguna dalam mengurangi atau meng-
hilangkan aromatik dan komponen polar yang
Gambar 1. Tumpukan plastik
dihasilkan dari proses pirolisis.

Jurnal Kimia dan Kemasan, Vol. 32 No.2 Oktober 2010 : 67-72 68


Proses pengolahan limbah plastik kemudian divakum untuk memisahkan unsur-
menjadi sumber energi dapat berjalan dengan unsur yang dihasilkan dari proses awal. Proses
baik apabila dalam prosesnya menggunakan ini berguna dalam mengurangi atau
katalis. Katalis didefinisikan sebagai suatu menghilangkan aromatik dan komponen polar
senyawa kimia yang dapat mengarahkan yang dihasilkan dari proses pirolisis. Pada
sekaligus meningkatkan kinetika suatu reaksi, penelitian Miller (2005), pengubahan hidrokarbon
akan tetapi senyawa tersebut (katalis) tidak cair menjadi minyak pelumas dilakukan dengan
mengalami perubahan kimiawi diakhir reaksi, menggunakan metode hidroisomerisasi.
dan tidak mengubah kedudukan kesetimbangan Usaha pembuatan minyak sintetis dari
kimia dari reaksi tersebut. senyawa hidrokarbon cair bukanlah suatu hal
yang baru. Pada 1990-an, perusahaan Chevron
HASIL DAN PEMBAHASAN telah mencoba mengubah senyawa hidrokarbon
cair menjadi bahan bakar sintetis untuk tujuan
Pengolahan Limbah Plastik Tanpa komersial. Bahan baku yg digunakan untuk
Menggunakan Katalis menghasilkan senyawa hidrokarbon cair berasal
dari gas alam (umumnya gas metana) melalui
Pengolahan Limbah Plastik Polietilen (PE) proses katalitik yang dikenal ddengan proses
Fischer-Tropsch. Pada proses ini, gas metana
Penelitian dalam mengubah limbah
diubah menjadi gas sintetis (syngas), yaitu
plastik menjadi minyak pelumas telah dibuktikan
campuran antara gas hidrogen dan
oleh Stephen J. Miller dkk. (2005) dalam
karbonmonoksida, dengan bantuan besi atau
publikasi penelitiannya pada Jurnal American
kobalt sebagai katalis. Selanjutnya, syngas ini
Chemical Society. Miller memanaskan plastik
diubah menjadi senyawa hidrokarbon cair, untuk
polietilen menggunakan metode pirolisis. Metode
kemudian diolah menggunakan proses
pem-bakaran sampah sekaligus penyulingan
o hydrocracking menjadi bahan bakar dan produk
bahan tanpa oksigen dengan suhu tinggi (800 C
o minyak bumi lainnya, termasuk minyak pelumas.
hingga 1000 C) ini ramah lingkungan karena
Senyawa hidrokarbon cair hasil pengubahan dari
menghasilkan gas CO2 dan H2O. Selain gas,
syngas mempunyai sifat kimia yang sama
ketika dipanaskan, polietilen juga membentuk
dengan polyethylene.
suatu senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1
hingga C4, dan senyawa rantai panjang seperti Pengolahan Limbah Plastik Polyethylene dan
parafin dan olefin yang memiliki bentuk mirip wax Polystrirene
(lilin). Banyaknya plastik yang terurai adalah
sekitar 60 %. Laju degradasi konversi polietilen Walendziewski, et.al. (2001) meneliti
menjadi hidro-karbon cair telah diteliti oleh Lee penguraian limbah polyethylene dan polystyrene
et.al. (2003). Struktur kimia yang dimiliki dengan suhu tinggi atau dengan bantuan katalis
senyawa hidrokarbon cair tersebut dan penambahan hidrogen pada autoclave
memungkinkannya untuk diolah menjadi minyak tertutup. Penelitian ini membandingkan fraksi
pelumas berkualitas tinggi. Hal ini disebabkan cairan yang didapat dengan menggunakan
karena sifat kimia senyawa hidrokarbon cair dari katalis hydrocracking, diidentifikasikan memiliki
hasil pemanasan limbah plastik mirip dengan range titik didih rendah dan kandungan senyawa
senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam hidrokarbon tidak jenuh jika dibandingkan
minyak mentah sehingga dapat diolah menjadi dengan fraksi cairan yang didapat dengan
minyak pelumas (Miller, et.al., 2005). menggunakan katalis peruraian atau thermal
Pengubahan hidrokarbon cair hasil cracking. Hasil analisa menunjukkan suhu
pirolisis limbah plastik menjadi minyak pelumas optimum penguraian polyolefin secara termal
dapat dilakukan dengan menggunakan metode o
adalah 410 C hingga 430 C.
o

hidroisomerisasi dan hydrocracking. Hidro-


isomerisasi merupakan proses yang meng- Pengolahan Limbah Plastik Polypropylene
gunakan katalis khusus yang berfungsi
menjadikan molekul-molekul isomer mempunyai Proses pengubahan hidrokarbon cair
viskositas yang tinggi, tingkat titik beku yang hasil pirolisis menjadi minyak pelumas dengan
rendah dan menjadikan pelumas dasar yang iso- metode hydrocracking juga telah berhasil
paraffinik. Sedangkan pada hydrocracking, hasil dilakukan oleh Suat Ucar, et. al.. (2001). Mereka
dari proses pirolisis dimasukkan ke dalam tungku m e n e l i t i p r o se s p e r u b a h a n L D P E , P P ,
penyulingan pada tekanan atmosfir dan PVC/LDPE dan PVC/PP dengan menggunakan

Aplikasi Katalis dalam Bumiarto Nugroho Jati dkk 69


Tabel 1. Perbandingan Distribusi Hasil Produk polysilicate component, pseudoboehmite com-
Pembakaran Limbah Plastik pada Suhu ponent dan clay component (Aguado et.al.,
Pembakaran dan Penggunaan Katalis 2009).
(Keane,et.al. 2007). Dari Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan
o o
katalis akan menurunkan konsentrasi Cl pada
T = 350 C T = 440 C fraksi cair dan menaikan phase konsentrasi gas
Non-katalis hidrokarbon C1 hingga C4 .
Distribusi produk (% berat) Penelitian mengenai pengaruh katalis
Solid 34,6 24,4 teradap proses konversi limbah plastik menjadi
Liquid 3,2 4,2 sumber energi dilakukan oleh beberapa peneliti,
Gas 62,2 71,4 diantaranya adalah Sakata, et.al. (1996) yang
Cl distribusi (ppm) mempelajari degradasi katalitik dari PP dan PE
Solid 427 1242 oleh katalis silika-alumina pada reaktor semi
Liquid 213000 67800 batch. Berdasarkan penelitian tersebut, ternyata
C1-C4 (mole %) 2,7 5,1 silika-alumina efektif dalam meningkatkan laju
C2H6/C2H4 0,6 1,3 degradasi dan produksi minyak pelumas. Mereka
Katalis (+Pd/Al2 O3) juga mempelajari pengaruh jenis katalis lainnya
Distribusi produk (%berat) terhadap degradasi polimer, seperti zeolit yang
Solid 34,7 22,9 di g un ak a n se b ag ai k at al i s pa d a p ro se s
Liquid 4,2 9,4 degradasi PP & PE yang ternyata menghasilkan
Gas 61,1 97,7 produk cair lebih rendah dibandingkan dengan
Cl distribusi (ppm) gas (Uddin et.al.,1997). Sedangkan Aguado,
Solid 1485 2994 et.al. (2000) meneliti pengaruh zeolit beta pada
Liquid 378 182 degradasi PP, LDPE dan HDPE pada suhu
C1-C4 (mole %) 3,9 7,9 o
400 C didalam reaktor batch. Hasilnya
C2H6/C2H4 2,4 21,2 menunjukkan bahwa degradasi HDPE
menghasilkan selektifitas tinggi untuk produk C5
hingga C12 (70 %berat), sedangkan untuk
sistem hydrocracking pada refinery. Pada penguraian LDPE dan PP, selektifitas menjadi
percobaan ini, LDPE atau PP ditambahkan pada gasoline berkurang (sekitar 64 %berat) tetapi
vacuum gas oil (VGO). Campuran tersebut proporsi untuk produk C1 hingga C4 lebih tinggi.
mengalami cracking dengan menggunakan Aktifitas zeolite dalam degradasi polimer
katalis HZSM – 5, Cobalt dengan karbon aktif bervariasi tergantung perbedaan struktur kimia
(Co-Ac) dan DHC-8 (katalis komersil silica- dan komposisinya (Mordi, et. al., 1994) .
alumina) pada batch autoclave dengan suhu Nishino, et.al. (2003) meneliti degradasi
o o
425 C hingga 450 C. Pada campuran katalitik dengan menggunakan H-gallosilicates
PVC/PP/VGO atau PVC/PE/VGO, campuran yang dilakukan di reaktor skala bench dengan
terlebih dahulu dideklorinasi pada suhu 350oC bahan baku diumpankan secara semi kontinyu.
sebelum di-hidrocracking. Penambahan polimer Bahan baku yang digunakan adalah poli-olefin
pada VGO mempengaruhi penguraian VGO dan bahan plastik lainnya yang berbentuk pelet
yang berakibat pada penurunan hasil gas dan yaitu LDPE, linear LDPE, HDPE dan PP. Hasil
kenaikan pada hasil cairan. menunjukkan bahwa komposisi propilen, dan iso
butan meningkat. Lee, et. al. (2003) meneliti
tentang degradasi polietilen (HDPE) dan
Pengolahan Limbah Plastik dengan polistiren (PS) dengan bantuan katalis fluid
Menggunakan Katalis catalytic cracking (FCC) beroperasi pada suhu
o
400 C. Dari percobaan diperoleh bahwa
Pada proses konversi limbah plastik gasoline yang terbentuk dari HDPE 86% dan
menjadi sumber energi, katalis memegang 98% berasal dari PS.
peranan penting dalam kualitas hidrokarbon Dilihat dari tingginya harga minyak
yang dihasilkan. Katalis digunakan untuk dunia dalam beberapa waktu terakhir yang
menurunkan energi yang terjadi pada proses meroket hampir mencapai 100 dolar per barrel,
pembakaran, katalis juga berperan untuk sehingga akan berdampak terhadap kenaikan
menurunkan konsentrasi khlor yang ada pada besarnya subsidi yang dilakukan pemerintah
cairan yang terbentuk sebagai hasil produk terhadap BBM. Salah satu program pemerintah
pembakaran (Sakata, et.al., 1999). Katalis yang
untuk mengurangi ketergantungan terhadap
digunakan pada umumnya adalah zeolite,

Jurnal Kimia dan Kemasan, Vol. 32 No.2 Oktober 2010 : 67-72 70


BBM adalah diversifikasi energi. Berdasarkan Cracking of Pure and Waste
pemanfaatannya, salah satu bahan bakar yang Polyolefins, J. Anal. Appl. Pyrolysis 78
dapat menggantikan BBM sekarang ini secara (2007); 153 – 161
langsung adalah biofuel (bahan bakar nabati). [3] Anonim. 2004. Summary Report : An
Dalam hal ini, biofuel dibatasi pada bio diesel, Analysis of Plastic Consumption and
bioerosene dan bioetanol. Walaupun Landasan Recovery in Europe 2002 & 2003,
Hukum pengembangan biofuel di Indonesia Association of Plastic Manufacturers
ditandai dengan Instruksi Presiden No.1 Tahun in Europe (APME), Brussel, Belgium
2006 Mengenai Bahan Bakar Nabati dan [4] Keane, M.A., 2007, Catalytic Conversion of
Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 mengenai Waste Plastics : Focus on Waste
Kebijakan Pemakaian Bahan Bakar Nabati PVC”, J. Chem. Technol. Biotechnol.,
sebesar 5% pada tahun 2025, namun 82, 787-795
kenyataannya, proses pemakaian biofuel secara
[5] Lee K.H, Shin D.H and Seo Y.H. 2003.
nyata masih memerlukan jangka waktu yang
Liquid-Phase Catalytic Degradation of
lama untuk sampai dihasilkannya produk siap
Mixture of Waste High Density
pakai.
Polyethylene and Polystyrene Over
Spent FCC Catalyst, Effect of Mixing
KESIMPULAN
Proportions of Reactants, Polym.
Degrad. Stab., 84, 123-127
Ternyata dengan memanfaatkan limbah
[6] Miller S. J, Shah N and Huffman G.P.
plastik yang ada, seperti yang tersebut di atas,
2005. Conversion of Waste Plastic to
banyaknya plastik yang akan terurai sekitar 60%
Lubrican Base Oil. American
menjadi hidrokarbon cair (Miller et.al., 2005).
Chemical Society, 19 (4), 1580-1586
Tingginya kualitas minyak pelumas yang
[7] Mordi R.C, Fields R Dwyer J. 1994.
dihasilkan dari limbah plastik pada penelitian ini
Thermolysis of Low Density
menandakan bahwa penelitian ini cukup berhasil
Polyethylene Catalysed by Zeolites, J.
dan sangat berguna bagi kelangsungan energi
Anal. Appl. Pyrol. (29) 45
dan bahan bakar dunia di masa yang akan
[8] Nishino J, Itoh M, Ishinomori T, Kubota N
datang. Untuk itu Indonesia sewajarnya
and Uemichi Y. 2003. Development of
mempelajari atau menggiatkan penelitian yang
a Catalytic Cracking Process for
memanfaatkan limbah plastik yang ada, sebelum
Converting Waste Plastics to
limbah plastik menjadi masalah yang serius di
Petrochemicals, J. Mater. Cycle.
masa sekarang dan masa yang akan datang.
Waste. Manag., 5, 89 – 93
Untuk itu, tahap pertama pemerintah
[9] Sakata Y, Uddin M.A, Koizumi K and
wajib menggalakkan disiplin masyarakat dalam
Murata K. 1996. Catalytic Degradation
pemisahan sampah saat pembuangan sampah,
of Polypropylene into Liquid
misalnya sampah organik, sampah kaleng bekas
Hydrocarbons Using Silica-Alumina
dan sampah plastik. Hal ini dilakukan untuk lebih
Catalyst, Chem. Lett, 245-246.
mempermudah dalam pengolahan selanjutnya.
[10] Sakata Y, Uddin M. A and Muto A. 1999.
Sedangkan, pada bidang penelitian, para peneliti
Degradation of Polyethylene and
diharapkan menemukan inovasi dan terobosan
Polypropylene Into Fuel Oil by Using
baru dalam peningkatan hasil konversi limbah
Solid Acid and Non-Acid Catalysts, J.
plastik ini sehingga hasil yang diinginkan lebih
Anal. Appl. Pyrol, Vol. 51, No. 1–2, p.
maksimal.
135–155
[11] Satrio A. M. 2008. Modul – 1.05 :
DAFTAR PUSTAKA
Fluidisasi. Laboratorium Operasi
Teknik Kimia. Jurusan Teknik Kimia.
[1] Aguado J, Serrano D.P, Escola J.M,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Garagorri E, and Fernandez J. A.
Cilegon
2000. Catalytic Conversion Poly-
[12] Ucar S, Karagoz S, Karayildirim T and
olefins Into Fuels Over Zeolite Beta,
Yanik J. 2001. Conversion of
Polym. Degrad. Stab., 70 (1) 97.
Polymers to Fuel in A refinery Stream.
[2] Aguado J, Serrano D.P, San Miguel G,
Polym. Degrad. Stab., 75 (2002), 161
Escola J. M and Rodriguez J. M.
– 171
2006. Catalytic Activity of Zeolitic and
Mesostructured Catalysts in The

Aplikasi Katalis dalam Bumiarto Nugroho Jati dkk 71


[13] Uddin A, Koizumi K and Sakata Y. 1997.
Thermal and Catalytic Degradation of
Structurally Different Types of
Polyethylene Into Fuel Oil, Polym.
Degrad. Stab., 56, 37.
[14] Walendziewski J and Steininger M. 2001.
Thermal and Catalytic Conversion of
Waste Polyolefins, Catalysis Today,
65 (2001), 323 – 330

Jurnal Kimia dan Kemasan, Vol. 32 No.2 Oktober 2010 : 67-72 72

You might also like