You are on page 1of 21

SISTEM INDRA PENGLIHATAN

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Syarat Tugas


Pelatihan Kamar Bedah Dasar DI RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

DISUSUN OLEH

Yuni Triwardani

PELATIHAN PERAWAT KAMAR BEDAH ANGKATAN KE – XX


HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah anatomi dan fisiologi sistem pengindraan
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pelatihan
Keperawatan Kamar Bedah di Instalasi Kamar Operasi Rumah sakit Angkatan Darat Gatot
Soebroto.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata teriring dengan Do’a semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, khususnya maupun para pembaca
umumnya.

Jakarta, 27 November 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4

A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 4
D. Manfaat ............................................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................................................ 6

A. Anatomi dan Fisiologi....................................................................................................................... 6


1. Struktur Mata dan Aksesorisnya ................................................................................................... 6
2. Bagian dari mata beserta fungsinya .............................................................................................. 9
3. Krakteristik optic mata ................................................................................................................ 12
4. Fisiologi Penglihatan .................................................................................................................. 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indra Penglihatan manusia adalah mata. Kita dapat melihat dan mengenal suatu
benda yang kita lihat karna adanya kerjasama antara mata dan otak. Rangsangan yang
terjadi dibagian mata akan diteruskan ke otak. Disini otak mengelola dan
menterjemahkan informasi yang diterima sehingga menghasilkan satu perwujudan
penglihatan.
Mata terdiri atas bola mata yang terletak didalam lekuk mata. Selain bola mata di
dalam lekuk mata terdapat juga syaraf-syaraf penglihatan dan alat tambahan. Umumnya
bola mata dilukiskan sebagai bola,aslinya berbentuk aga lonjong. Mata memiliki reseptor
khusus yang mengenali perubahan sinar dan warna. Selain itu juga terdapat otot – otot
yang berfungsi sebagai penggerak bola mata, kontak mata (rongga tempat mata berada)
kelopak mata dan bulu mata .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang penulis tegakan
yaitu :
1. Apa saja anatomi dari system indra penglihatan?
2. Apa saja karakteristik optic mata?
3. Bagaimana proses penglihatan?
4. Bagaimana proses adaptasi terang dan gelap?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui anatomis dan fisiologis dari sistem indra penglihatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomis indra penglihatan
b. Mengetahui karakteristik optic mata
c. Mengetahui proses penglihatan
d. Mengetahui adptasi terang dan gelap pada mata.
D. Manfaat
1. Bagi Peserta Pelatihan
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peserta
pelatihan kamar bedah terutama pada system indra penglihatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Struktur Mata dan Aksesorisnya


Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata dilindungi oleh
area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti tulang frontal,
sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of sphenoid, lacrimal dan ethmoid.
Sebagai struktur tambahan mata, dikenal berbagai struktur aksesori yang terdiri
dari alis mata, kelopak mata , bulu mata, konjungtiva, apparatus lakrimal, dan otot-
otot mata ekstrinsik. Alis mata dapat mengurangi masuknya cahaya dan mencegah
masuknya keringat, yang dapat menimbulkan iritasi kedalam mata. Kelopak mata dan
bulu mata mencegah masuknya benda asing kedalam mata. Konjungtiva merupakan
suatu membrane mukosa yang tipis dan transparan. Konjungtiva palpebra melapisi
bagian dalam kelopak dalam kelopak mata dan konjungtiva bulbar melapisi bagian
anterior permukaan mata yang berwarna putih. Titik pertemuan antara konjungtiva
palpebra dan bulbar disebut sebagai conjunctival fornices.
Apparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengliran air mata. Apparatus
lakrimal terdiri dari kelenjar lakrimal yang terletak di sudut anterolateral orbit dan
sebuah duktus nasolakrimal yang terletak di sudut inferomedial orbit. Kelenjar
lakrimal diinervasi oleh serat-serat parasimpatis dari nervus fasialis. Kelenjar ini
menghasilkan air mata yang keluar dari kelenjar air mata melalui berbagai duktus
nasolakrimalis dan menyusuri permukaan anterior bola mata. Tindakan berkedip
dapat membantu menyebarkan air mata yang dihasilkan kelenjar lakrimal.
Air mata tidak hanya dapat melubrikasi mata melainkan juga mampu melawan
infeksi bacterial melalui enzim lisozim, garam serta gamma globulin. Kebanyakan air
mata yang diproduksi akan menguap dari permukaan mata dan kelebihan air mata
akan dikumpulkan di bagian medial mata di kanalikuli lakrimalis. Dari bagian
tersebut, air mata akan mengalir ke saccus lakrimalis yang kemudian menuju duktus
nasolakrimalis. Duktus nasolakrimalis berakhir pada meatus inferior cavum nasalis
dibawah konka nasalis inferior.

Accessory Structures of the Orbit. (a) Sagittal section of the eye and orbit. (b) The lacrimal
apparatus. The arrows indicate the flow of tears from the lacrimal gland, across the front of the
eye, into the lacrimal sac, and down the nasolacrimal duct.
Untuk menggerakan bola mata, mata dilengkapi dengan enam otot ekstrinsik.
Otot-otot tersebut yaitu superior rectus, medial rectus, lateral rectus, superior
oblique dan inferior oblique. Pergerakan bola mata dapat digambarkan secara grafik
menyerupai huruf H sehingga uji klinis yang digunakan untuk menguji gerakan bola
mata disebut sebagai H test. Superior oblique diinervasi oleh nervus troklearis.
Lateral rectus diinervasi oleh nervus abdusen. Keempat otot lainnya diinervasi oleh
nervus okulomotorius.
Extrinsic Muscles of the Eye. (a) Lateral view of the right eye. The lateral rectus muscle is cut to
show a portion of the optic nerve. (b) Superior view of the right eye. (c) Innervation of the
extrinsic muscles; arrows indicate the eye movement produced by each muscle.
Pergerakan mata, enam otot berdempet ke sklera mengendalikan pergerakan mata
dalam orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV (trochlear) dan
VI (abducens).

Otot Menghasilkan gerakan Saraf kranial

1. Rektus superior Ke atas Okulomotor (III)

2. Rektus inferior Ke bawah Okulomotor (III)

3. Rektus medialis Ke dalam arah hidung Okulomotor (III)

4. Rektus lateralis Jauh dari hidung Abducens (VI)

5. Oblique superior Ke bawah dan masuk Trochlear (IV)

6. Oblique inferior Ke atas dan keluar Okulomotor (III)

Mata mempunyai diameter sekitar 24 mm dan tersusun atas tiga lapisan utama,
yaitu outer fibrous layer, middle vascular layer dan inner layer. Outer fibrous layer
(tunica fibrosa) dibagi menjadi dua bagian yaitu sclera dan cornea. Sclera ( bagian putih
dari mata) menutupi sebagian besar permukaan mata dan terdiri dari jaringan ikat kolagen
padat yang ditembus oleh pembuluh darah dan saraf . kornea merupakan bagian
transparan dari sclera yang telah dimodifikasi sehingga dapat ditembus cahaya.
Middle vascular layer(tunica vasculosa) disebut juga uvea. Lapisan ini terdiri dari
tiga bagian yaitu choroid, ciliary body, dan iris. Choroid merupakan lapisan yang sangat
kaya akan pembuluh darah dan sangat terpigmentasi, lapisan ini terletak di belakang
retina. Ciliary body merupakan ekstensi choroid yang menebal serta membentuk suatu
cincin muscular disekitar lensa dan berfungsi menyokong iris dan lensa serta mensekresi
cairan yang disebut sebagai aqueous humor.
Iris merupakan suatu diafragma yang dapat diatur ukurannya dan lubang yang
dibentuk oleh iris ini disebut sebagai pupil. Iris memiliki dua lapisan berpigmen yaitu
posterior pigmen epithelium yang berfungsi menahan cahaya yang tidak teratur mencapai
retina dan anterior border layer yang mengandung sel-sel berpigmen yang disebut sebagai
chromatophores. Konsentrasi melanin yang tinggi pada chromatophores inilah yang
member warna gelap pada mata seseorang seperti hitam dan coklat. Konsentrasi melanin
yang rendah memberi warna biru,hijau, atau abu-abu. Inner layer (tunica interna) terdiri
dari retina dan nervus optikus.

2. Bagian dari mata beserta fungsinya


a. Lapisan terluar
Yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa
adalah Sklera opque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih
1) Sklera Sklera adalah lapisan terluar dari bola mata. Sklera adalah bagian putih
(dan buram) dari bola mata. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan
memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik
2) Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sclera di bagian
depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya
b. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vascular (uvea) dan tersusun dari
koroid, badan siliaris, dan iris.
1) Koroid adalah lapisan tengah bola mata yang terletak antara sklera dan retina.
Ini memberikan nutrisi dan oksigen ke permukaan luar retina.
2) Badan siliaris penebalan di bagian anterior lapisan koroid. Mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligament suspensorik,
tempat pelekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan atau
untuk mengubah focus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di
depan mata.
3) Iris perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang bewarna
bening dan mengidentifikasi warna mata seseorang. Bagian ini terdiri dari
jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk
mengendalikan diameter pupil. Ketika kontraksi otot melingkar mereka
membuat pupil lebih kecil, ketika kontraksi otot radial, mereka yang membuat
pupil lebih luas.
4) Pupil ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk
dapat masuk ke interior mata . berfungsi untuk melindungi retina, serta
mengendalikan cahaya yang memasuki mata
c. Lensa organ fokus utama, berbentuk bikonveks yang membiaskan berkas-berkas
cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas
pada retina.
d. Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga: rongga anterior
dan rongga posterior
Ruang anterior terbagi menjadi 2 ruang:
1) Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris. berisi aqueous
humor, suatu cairan bening yang diproduksi badan siliaris untuk
menyediakan oksigen, mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah
vena
2) Ruang Posterior areanya lebih besar dari anterior, terletak di depan lensa dan
dibelakang iris. Berisi dengan cairan yang disebut vitreous humor semacam
gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata
dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea. Ruang posterior juga
disebut sebagai badan Vitreous.
3) Tekanan intraocular pada aqueous humor penting untuk mempertahaknkan
bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat, tekanan akan
meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi yang
disebut glaucoma.
e. Retina, lapisan terdalam, adalah lapisan tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri
dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam.
1) Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan
ini adalah lapisan tunggal sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen
melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebihan dan mencegah
refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga
menyimpan vitamin A.
2) Lapisan jaringan saraf dalam (optikal) yang terletak bersebelahan dengan
lapisan terpigmentasi, adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai
jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya 10 lapisan terpisah
a) Sel batang tidak sensitive terhadap warna dan bertanggung jawab untuk
penglihatan di malam hari.
b) Sel kerucut berfungsi pada tigkat intensitas cahaya yang tinggi, berperan
dalam penglihatan di siang hari serta berperan dalam persepsi warna.
c) Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel
batang dan sel kerucut ke sel-sel ganglion
d) Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam
retina untuk membentuk saraf optic
e) Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan
dalam retina, sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps-sinaps lateral.
f) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar dan badan sel
batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrite dan memicu
implus saraf. Kemudian implus saraf menjalar dengan arah terbaik
melalui kedua lapisan sel saraf.
3) Bintik buta (disk optik) disebut titik buta karena tidak mengandung
fotoreseptor, maka setiap cahaya yang jatuh di atasnya tidak akan terdeteksi.
4) Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap
pusat.
5) Fovea adalah pelekukan sentral macula lutea yang hanya mempunyai sel
kerucut. Ini adalah pusat visual mata; bayangan yang terfokus disini akan
diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak.
6) Jalur visual ke otak
a) Saraf optic terbentuk dari akson sel-sel ganglion yang keluar dari mata dan
bergabung tepat disisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma
optic
b) Pada kiasma optic, serabut neuron yang berasal dari separu bagian
temporal (lateral) setiap retina tetap berada disisi yang sama sementara
serabut neuron yang berasal dari separuh bagian nasal (medial) setiap
retina menyilang ke sisi yang berlawanan.
c) Setelah kiasma optic serabut akson membentuk traktus optic yang
memanjang untuk bersinaps dengan neuron dalam nukleat genikulasi
lateral thalamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital
d) Sebagai akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik dan
nuclei pratektum untuk berpartisipasi dalam reflex pupilaris dan siliaris.

3. Krakteristik optic mata


a. Refraksi adalah defleksi atau pembengkokan berkas sinar saat melewati salah
satu medium menuju medium lain yang memiliki densitas optic berbeda. Semakin
konveks suatu permukaan, maka akan semakin refraktif dayanya.
1) Kornea sekitar 70% daya refraktif dan merupakan alat “penyesuaian kasar”
pada mata.
2) Lensa adalah piringan transparan cembung ganda yang terbuat dari protein
yang disebut crystalline. Hal ini terletak tepat di belakang iris dan
memfokuskan cahaya ke retina. Pada manusia, lensa berubah bentuk untuk
penglihatan dekat dan jauh. Merupakan alat “penyesuaian halus” pada mata
3) Cairan aquosus dan vitreus untuk refraksi minimal
b. Akomodasi adalah proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan
objek secara jelas pada jarak yang beragam.
c. Defek visual
1) Myopia (rabun dekat)

Myopia adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang. Dengan demikian,objek yang dekat akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh pada retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat kabur
karena bayangan didepan retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan
mata jenis cekung
2) Hipermetropi (rabun jauh)

Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa terlalu pipih atau bola mata
terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena bayangan jatuh
didepan retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat jelas karena bayangan
jatuh di retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan lensa cembung.
3) Astigmatisme. Mata astigmatisma adalah mata dengan lengkungan
permukaan kornea atau lensa yang tidak rata.Misalnya lengkung kornea yang
vertikal kurang melengkung dibandingkan yang horizontal.Bila seseorang
melihat suatu kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis horizontal terlihat
jelas.Mata orang tersebut menderita kelainan astigmatis reguler. Astigmatis
reguler dapat dikoreksi dengan mata silindris.Bila lengkung kornea tidak
teratur disebut astigmatis irregular dan dapat dikoreksi dengan lensa kotak

4. Fisiologi Penglihatan
a. Rodopsin (visual ungu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang
memiliki 2 sub unit
1) Retinal disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. Zat
ini ada dalam dua bentuk isomer ; sebuah 11 cis- retinal bengkok dan sebuah
all trans retinal lurus
2) Opsin atau skotopsin adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11
cis-retinal
b. Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap , yaitu saat semua all trans retinal diubah
kembali menjadi 11 cis retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini
membutuhkan energy dan enzim.
c. Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi pemutihan
hanya membutuhkan sedikit cahaya
d. Adaptasi Terang dan Gelap
Baik sel batang maupun kerucut mengandung bahan kimia yang akan
terurai apabila terpajan cahaya dan dalam prosesnya akan merangsang serabut-
serabut saraf yang berasal dari mata. Bahan kimia peka cahaya di dalam sel
batang disebut rodopsin, sedangkan pada sel kerucut disebut pigmen kerucut atau
pigmen warna yang memiliki komposisi sedikit berbeda dari rodopsin (Guyton,
2007).
Sensitivits mata terhadap cahaya bergantung pada jumlah fotopigmen peka
cahaya yang ada pada sel batang dan sel kerucut. Ketika berpindah dari tempat
yang terang ke tempat yang gelap, pada awalnya otak tidak akan melihat apapun,
namun perlahan-lahan benda-benda akan mulai terlihat. Hal ini disebut dengan
adaptasi gelap. Dalam keadaan gelap, fotopigmen akan dibentuk kembali secara
bertahap. Sehingga sensitivitas mata perlahan akan meningkat (Sherwood, 2011).
Tahap pertama pembentukan kembali rodopsin adalah mengubah kembali all-
trans retinal menjadi 11-cis retinal. Proses ini memerlukan energi metabolik dan
dikatalisis oleh enzim retinal isomerasi. Ketika 11-cis retinal terbentuk, maka
secara otomatis akan bergabung dengan skotopsin untuk membentuk kembali
rodopsin (Guyton, 2007).
Sebaliknya, ketika berpindah dari tempat gelap ke tempat terang, awalnya
mata akan sangat peka sehingga keseluruhan bayangan akan tampak keputihan.
Pajanan sinar matahari menyababkan terjadinya penguraian fotopigmen sehingga
sensitivitas menurun. Hal ini disebut sebagai adaptasi terang (Sherwood, 2011).
Setelah mengabsorpsi energi cahaya, rodopsin segera terurai dalam waktu
sepersekian detik. Penyebabnya adalah fotoaktivasi elektron pada bagian retinal
dari rodopsin yang menyebabkan perubahan segera pada bentuk cis dari retinal
menjadi bentuk all-trans yang tetap memiliki struktur kimiawi yang sama dengan
cis namun struktur fisiknya berbeda. Oleh karena orientasi tiga dimensi dari
tempat reaksi, retinal all-trans tidak lagi sesuai dengan tempat reaksi protein
skotopsin sehingga akan terlepas. Produk yang segera terbentuk adalah
batorodopsin yang merupakan kombinasi terpisah dari sebagian all-trans dengan
skotopsin. Batorodopsin sendiri merupakan senyawa yang tidak stabil yang dalam
waktu sekian nanodetik akan rusak menjadi lumirodopsin. Dalam waktu sekian
mikrodetik senyawa ini akan rusak lagi dan menjadi metarodopsin I yang
selanjutnya akan menjadi metarodopsin II dalam satu milidetik, dan akhirnya
dalam waktu yang jauh lebih lambat barubah menjadi produk pecahan akhir yaitu
skotopsin dan all-trans retinal (Guyton, 2007).
Selain proses adaptasi yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi
rodopsin atau fotokimiawi warna, mata memiliki dua mekanisme lain untuk
adaptasi gelap dan terang. Yang pertama adalah perubahan pada ukuran pupil. Ini
dapat menyebabkan timbulnya tingkat adaptasi sekitar 30 kali lipat dalam waktu
sepersekian detik karena adanya perubahan pada jumlah cahaya yang masuk
melalui pupil tersebut. Maknisme yang lain adalah adaptasi saraf yang melibatkan
sel saraf yang bekerja pada rangkaian tahap penglihatan di dalam retina sendiri
dan otak. Jadi apabila mula-mula intensitas cahaya meningkat, sinyal yang
dijalarkan oleh sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion sangat
besar. Namun sebagian sinyal ini akan berkurang sangat cepat pada berbagai
tingkat penjalaran dalam lingkaran saraf. Walaupun besarnya adaptasi ini hanya
beberapa kali lipat dibanding adaptasi fotokimiawi yang sebesar ribuan kali lipat,
namun hanya membutuhkan waktu sepersekian detik sedangkan adaptasi
fotokimiawi yang membutuhkan waktu bermenit-menit hingga berjam-jam
(Guyton, 2007).
e. Fisioloogi penglihatan
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.
Secara truktur anatomi mata dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Dari paling luar ke paling dalam, lappisan-lapisan itu adalah;


1. Sclera/kornea
2. Koroid/badan siliaris/iris; dan
3. Retina

Sebagian besar bola mata dilapisi oleh sebuah lapisan jaringan ikat protektif
yang kuat disebelah luar; sclera, yang membentuk bagian putih mata. Konea
trnasparan tempat lewatnya berkas-berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah
di bawah lapisan sclera adalah koroid yang ssangat berpigmen dan mengadung
pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan koroid di
sebelah anterior mengalami spesialisasi untuk menmbentuk badan (korpus) siliaris
dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina yang terdiri dari
sebuah lapisan berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan jaringan saraf
disebelah dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor
yang mengubah energy cahaya menjadi implus saraf. Seperti dinding hitam di
studio foto, pigmen koroid dan retina menyerap cahaya setelah cahaya mengenai
retina untuk mencegah pemantulan atau peghamburan cahaya dalam mata.
Bagian dalam mata terdiri dari dua rongga yang berisi cairan yang dipisahkan
oleh sebuah lensa yang semuanya jernih untuk memungkinkan cahaya lewat
menembus mata dari kornea ke retina. Rongga anterior antara kornea dan lensa
mengandung cairan encer jernih, aqueous humor, dan rongga di posterior yang
lebih besar antara lensa dan retina mengandung zat semi cair seperti gel yang
disebut vitreous humor.
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yag sferis.
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka-
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos berpigmen yang membentuk struktur
seperti cincin di dalam aqueous humor. Pigmen di iris menentukan warna mata.
Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masukya cahaya kebagian dalam
mata adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, sirkuler
dan radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil
apabila otot sirkuler (kontstriktor) berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih
kecil. Refleks konstriksi pupil ini terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis (dilator) memendek,
ukuran pupil meningkat. Dilatasi pupil itu terjadi pada cahaya temaram untuk
meningkatkan jumlah cahaya yang masuk. Otot-otot iris dikontrol oleh saraf
otonom. Sirkuler = parasimpatis, radial = simpatis.
Mata Membiaskan Cahaya Masuk Untuk Memfokuskan Bayangan Di Retina
Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-
paket individual energy seperti partikel ang disebut foton yang berjalan menurut
cara-cara gelombang. Gelombang cahaya mengalami divergensi ke semua arah
yang dari setiap titik sumber cahaya dan ketika mencapai mata harus dibelokkan
kea rah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina
agar dihasilkan suatu bayangan akurat mengenai sumber cahaya.
Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah
dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan
kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada
melalui media transparan lain, misalnya air dan kaca. Ketika berkas suatu cahaya
masuk ke medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat
(sebaliknya juga berlaku).
Dua factor berperan dalam derajat refraksi; densitas komparatif antara dua
media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan
sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin
besar pembiasan).
Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar
kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Dua
struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan
lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk
mata, yang melengkg berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total
mata karena perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya.
Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap koinstan karena kelengkugan kornea
tidak pernah berubah. Sebaliknya, kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan
degan mengubah kelengkugannya sesuai keperluan untuk melihat dekat atau jauh
yang biasa dikenal dengan istilah akomodasi. Akomodasi meningkatkan kekuatan
lensa untuk penglihatan dekat.
Cahaya harus melewati beberapa lapisan retina sebelum mencapai
fotoreseptor. 10 lapisan retina dapat dilihat dalam gambar di bawah ini;

Fototransduksi oleh selretina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal


saraf. Fototransduksi yaitu mekanisme eksitasi, pada dasarnya sama untuk semua
fotoreseptor. Ketika menyerap cahaya, molekul fotopigmen berdisosiasi menjadi
komponen retinen dan opsin, dan bagia retinennya mengalami perubahan bentuk
yang mencetuskna aktivitas enzimatik opsin. Melalui serangkaian reaksi,
perubahan biokimiawi pada fotopigmen yag diinduksi oleh cahaya ini
menimbulkan hiperpolarisasi potensial reseptor yang mempengaruhi pengeluaran
zat perantara dari terminal sinaps fotoreseptor.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan
yaitu ; Sclera/kornea, Koroid/badan siliaris/iris; dan Retina. Mata merupakan organ
indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut fotoreseptor. Setiap mata
mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa, dan sistem saraf, indra penglihatan yang
terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari organ okuli assoria(alat bantu mata)
dan okulus(bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus(urat saraf kranial
kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam rebina, bergabung untuk membentuk saraf
optikus.
Mekanisme penglihatan pada mata yaitu sumber cahaya masuk ke mata melalui
kornea melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris dibiaskan oleh lensa, sehingga
terbentuknya bayangan di retina yang bersifat nyata, terbalik , diperkecil. Sel-sel
batang dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optic. Otak
embalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina sehingga objek terlihat sesuai
dengan aslinya.
DAFTAR PUSTAKA

• Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12th .
Singapore: Saunders Elsevier.

• Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

• Sloane, Ethel. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

• Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010

• Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S. Visual
Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton
Publishers, London, 2000. p:30-38.

You might also like