You are on page 1of 15

Management Analysis Journal 5 (4) (2016)

http://maj.unnes.ac.id

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP


KETERIKATAN KERJA MELALUI KEADILAN ORGANISASIONAL SEBAGAI
VARIABEL MEDIASI

Dina Christina Raharjo,  Rini Setyo Witiastuti

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, keadilan
Diterima:Oktober 2016 distributif, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional terhadap keterikatan kerja perawat
Disetujui: November 2016 pelaksana secara langsung dan tidak langsung yang dimediasi oleh dimensi keadilan distributif,
Dipublikasikan: Desember keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat
2016 pelaksana rawat inap kelas III di RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 117 orang. Sampel yang
________________ digunakan 91 perawat pelaksana dengan menggunakan teknik pengambilan sampel propotionate
Keywords: random sampling yaitu mengambil sampel secara proposional dengan memilih responden sesuai
Interactional Justice; dengan jumlah yang dibutuhan melalui undian pada setiap unit kerja. Metode pengumpulan data
Organizational Justice; menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert. Analisis data menggunakan analisis SPSS
Procedural Justice; for Windows versi 21. Hasil dari penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional berpengaruh
Transformational Leadership; positif pada keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Keadilan distributif
Work Engagement. dan keadilan interaksional berpengaruh positif pada keterikatan kerja. Kepemimpinan
____________________ transformasional dan keadilan prosedural tidak berpengaruh pada keterikatan kerja. Keadilan
distributif, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional mampu memediasi hubungan
kepemimpinan transformasional terhadap keterikatan kerja perawat pelaksana rawat inap Kelas III
di RSUD Tugurejo Semarang.

Abstract
___________________________________________________________________
This study is aimed to know the direct and indirect effect of the transformational leadership, distibutive justice,
procedural justice, interactional justice towards nurses’ work engagement which is mediated by distributive
justice, procedural justice, and interactional justice. The 117 nurses who worked in the hospitalization section
Grade III in RSUD Tugurejo Semarang were the population of the study.The sample of this study was taken by
using propotioned random sampling methodology. 91 nurses were taken as the sample of the study. The method
of data collection is by questionares which was measured by likert scale. Data analysis using SPSS for Windows
version 21. The result of theis study showed transformational leadership have positive effect on distributive justice,
procedural justice, and interactional justice. Distributive justice and interactional justice have positive effect on
work engagement. Transformational leadership and procedural justice have no effect on work engagement.
Distributive justice, procedural justice, and interactional justice was able to mediate the relationship of the
transformational leadership towards nurses’ work engagement in hospitalization section Grade III in RSUD
Tugurejo Semarang.


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6552
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dinachrstn@gmail.com; witiastuti@gmail.com

347
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

PENDAHULUAN optimis dalam menghadapi kesulitan atau


tantangan dari pekerjaan yang dilakukan.
Di era globalisasi pada saat ini, setiap Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
organisasi dituntut untuk lebih kompetitif, agar keterikatan kerja karyawan adalah gaya
dapat menghadapi berbagai macam tantangan kepemimpinan transformasional dan keadilan
dalam menjalankan kegiatannya. Tantangan organisasional (Saks, 2006; Tims dkk., 2011).
yang berasal dari luar organisasi misalnya Keberhasilan organisasi dalam mencapai kinerja
persaingan dengan organisasi lain, sedangkan yang lebih tinggi tergantung pada efektivitas
tantangan yang berasal dari dalam organisasi pemimpin dalam mengelola sumberdaya yang
muncul dari sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh organisasi tersebut (Martono, 2013).
dimiliki organisasi tersebut. Manusia selalu Seorang pemimpin transformasional akan
berperan aktif dan dominan dalam setiap meningkatkan tingkat kedewasaan para
kegiatan organisasi (Sartika, 2014). Oleh karena karyawan yang berhubungan dengan prestasi,
itu, penting bagi organisasi untuk mengelola aktualisasi diri, dan kesejahteraan dari organisasi
SDM yang dimilikinya dengan baik. dan lingkungan (Bass, 1999). Kepemimpinan
Setiap organisasi harus memiliki strategi transformasional merupakan sebuah syarat
agar mampu mempertahankan karyawan yang penting agar karyawan menjadi lebih terikat
berkualitas. Karyawan yang berkualitas akan (Tims dkk., 2011).
mampu memberikan kontribusi yang besar bagi Keterikatan kerja juga dipengaruhi oleh
kemajuan organisasi tersebut yang kemudian faktor keadilan organisasional (Saks, 2006).
akan diikat dan diberdayakan oleh organisasi. Keadilan organisasional merupakan aspek yang
Karyawan yang terikat akan tinggal di dalam penting bagi karyawan. Keadilan organisasional
organisasi dalam jangka waktu yang lama. bekaitan dengan perlakuan yang adil terhadap
Akhir-akhir ini, keterikatan karyawan karyawan (Usmani & Jamal, 2013).Terdapat tiga
mendapatkan perhatian yang lebih dari para komponen dari keadilan organisasional, yaitu
peneliti karena dapat meningkatkan kinerja keadilan distributif, keadilan prosedural, dan
karyawan (Gruman & Saks, 2011). Para praktisi keadilan interaksional.
dan konsultan bisnis mengakui bahwa karyawan Karyawan yang merasa bahwa
yang terikat akan memberikan keuntungan bagi organisasinya telah memberikan keadilan, maka
organisasi (Rich dkk., 2010). Strom dkk. (2014) karyawan tersebut akan melakukan pekerjaan
menyatakan bahwa karyawan yang seluruhnya mereka dengan rasa senang dan positif (Rejeki &
terikat dengan pekerjaan, akan menciptakan Wulansari, 2015). Bahkan, karyawan akan
organisasi menjadi produktif dan fungsional. merasa diharuskan untuk berlaku adil dalam
Keterikatan kerja seorang karyawan melakukan tugasnya dengan memberikan usaha
ditandai dengan rasa semangat, rasa pengabdian, yang lebih besar melebihi tingkat engagement
dan rasa penghayatan dalam melakukan (Margaretha & Santosa, 2012). Menumbuhkan
pekerjaan (Schaufeli dkk., 2002). Karyawan yang persepsi bahwa organisasi adil bagi karyawan
terikat tidak hanya sekedar bekerja dan sangat penting, hal ini dikarenakan jika karyawan
melakukan rutinitas sehari-hari melainkan tidak merasa diperlakukan secara adil akan
merasa bangga dan senang dalam bekerja serta menumbuhkan perilaku negatif (Ardi &
lingkungan tempat bekerja (Prihutami dkk., Sudarma, 2015)
2015). Hal yang mengindikasikan bahwa Keadilan organisasi juga mempunyai
karyawan merasa terikat adalah adanya peran penting di dalam paradigma
keinginan untuk terlibat secara sepenuhnya kepemimpinan, seperti kepemimpinan
dalam melakukan pekerjaan (Puspita, 2012). transformasional (Pillai dkk., 2013). Pemimpin
Şahin dkk., (2014) juga menyatakan bahwa selalu mengambil keputusan atas keputusan
seseorang yang mempunyai keterikatan dengan bersama, dan selalu bertindak adil dan arif dalam
pekerjaannya akan merasa percaya diri dan mengambil kebijakan (Ghoniyah & Masurip,

348
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

2011). Kepemimpinan transformasional positif terhadap karyawan dalam pencapaiannya


memberikan kesempatan bagi karyawan untuk secara individu di dalam organisasi.
mengekspresikan opini mereka yang Umpan balik positif yang diberikan
menunjukkan keadilan dari sudut pandang misalnya dengan memberikan penghargaan
karyawan (Rokhman, 2011). maupun insentif kepada karyawan. Pemimpin
Penelitian ini dilakukan karena masih yang secara tepat menerapkan kepemimpinan
terdapat beberapa research gap pada hasil transformasional akan meningkatkan persepsi
penelitian terdahulu. Hasil penelitian yang karyawan terhadap keadilan distribusi yang
dilakukan oleh Ghadi dkk. (2013) menemukan diterimanya. Penelitian yang dilakukan oleh
bahwa terdapat hubungan langsung yang Rokhman (2011) menyatakan bahwa
signifikan antara kepemipinan transformasional kepemimpinan transformasional berpengaruh
terhadap keterikatan kerja karyawan. Sedangkan positif terhadap keadilan distributif pada
Gozukara & Simsek (2015) menyatakan bahwa karyawan dari 60 lembaga keuangan mikro Islam
kepemimpinan transformasional tidak memiliki di Jawa Tengah. Hasil ini sejalan dengan
pengaruh yang signifikan terhadap keterikatan penelitian Azarsetan dkk. (2015) yang
kerja. menyatakan kepemimpinan transformasional
Selain itu, research gap juga masih berpengaruh positif dengan keadilan distributif.
terdapat pada penelitian mengenai keadilan H1: Kepemimpinan transformasional
organisasi terhadap keterikatan kerja. Penelitian berpengaruh positif pada keadilan
yang dilakukan oleh Margaretha & Santosa distributif.
(2012) menemukan bahwa keadilan distributif
berpengaruh positif terhadap keterikatan kerja. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Terhadap Keadilan Prosedural
yang dilakukan oleh Saks (2006) yang Kepemimpinan transformasional
menyatakan bahwa keadilan distributif tidak memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
memiliki pengaruh terhadap keterikatan kerja menyampaikan opininya dimana hal ini
seorang karyawan. ditunjukkan sebagai bentuk keadilan dari sudut
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh pandang karyawan. Meningkatnya kesempatan
Inoue dkk., (2010) dan Gupta & Kumar (2015) karyawan dalam menyampaikan opininya akan
menemukan bahwa keadilan prosedural memperkuat persepsi karyawan mengenai
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan keadilan di dalam organisasinya. Karyawan yang
dengan keterikatan kerja. Namun, hasil ini dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan mengenai keputusan pekerjaanya, akan merasa
oleh Ghosh dkk., (2014) dan Alvi & Abbasi bahwa keadilan prosedural yang mereka terima
(2012) yang menyatakan bahwa keadilan sudah adil.
prosedural tidak mempunyai pengaruh yang Penelitian yang dilakukan oleh Rokhman
positif dan tidak signifikan terhadap keterikatan dan Hasssan (2012) menyatakan bahwa
kerja. kepemimpinan transformasional berpengaruh
positif terhadap keadilan prosedural pada
Pengembangan Hipotesis karyawan di 60 lembaga keuangan mikro Islam
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional di Jawa Tengah. Jadi, semakin tepat penerapan
Terhadap Keadilan Distributif. kepemimpinan transformasional, maka semakin
Kepemimpinan transformasional tinggi persepsi karyawan terhadap keadilan
merupakan kepemimpinan yang memberikan prosedural yang diterima.
perhatian terhadap kebutuhan dan kesejahteraan H2: Kepemimpinan transformasional
karyawannya. Selain itu, kepemimpinan berpengaruh positif pada keadilan
transformasional juga memberikan umpan balik prosedural.

349
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional H4: Kepemimpinan transformasional


Terhadap Keadilan Interaksional. berpengaruh positif terhadap keterikatan
Kepemimpinan transformasional kerja.
menciptakan komunikasi yang baik antara
pemimpin dengan para karyawan sehingga Pengaruh Keadilan Distributif Terhadap
tercipta hubungan kerjasama yang terbuka di Keterikatan Kerja
dalam organisasi. Hal ini akan menciptakan Karyawan yang merasakan keadilan
iklim rasa hormat antara pemimpin dan distributif, akan lebih memainkan perannya lebih
karyawan. Karyawan yang merasa diperlakukan tinggi dari pada sekedar keterikatan terhadap
secara hormat di dalam organisasi, akan merasa pekerjaan. Dengan adanya keterikatan kerja,
bahwa keadilan interaksional yang mereka karyawan akan lebih bersemangat dan fokus
dapatkan sudah baik. Penelitian yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan. Penelitian yang
oleh Gillet dkk. (2013) menyatakan bahwa dilakukan oleh Margaretha & Santosa (2012)
kepemimpinan transformasional berpengaruh menyatakan bahwa keadilan distributif
positif terhadap keadilan interaksional pada berpengaruh positif terhadap keadilan distributif
perawat di Perancis. pada staf pengajar di Jurusan Manajemen
Jadi, semakin tepat penerapan Universitas Kristen Maranatha Bandung. Hasil
kepemimpinan transformasional yang penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
diterapkan, maka semakin tinggi keadilan dilakukan oleh (Ghosh dkk. (2014) menyatakan
interaksional yang dirasakan karyawan. bahwa keadilan distributif pengaruh positif
H3: Kepemimpinan transformasional terhadap keterikatan kerja karyawan bank umum
berpengaruh positif pada keadilan di India. Jadi, karyawan akan lebih
interaksional. meningkatkan keterikatannya jika karyawan
merasa bahwa gaji, penghargaan, maupun
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional insentif yang diterima sudah sesuai dengan usaha
Terhadap Keterikatan Kerja mereka lakukan.
Gaya kepemimpinan transformasional H5: Keadilan distributif berpengaruh positif
memiliki peran penting di dalam organisasi pada keterikatan kerja.
karena mampu menginspirasi para karyawan
terhadap pencapaian tujuan organisasi yang lebih Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap
tinggi dan juga akan memperhatikan kebutuhan Keterikatan Kerja
dan kesejahteraan karyawan. Sehingga, Dari perlakuan adil secara prosedural oleh
karyawan akan merasa diperhatikan oleh atasan, karyawan sudah menganggap bahwa
pemimpinnya lalu akan meningkatkan organisasinya sudah seperti keluarganya sendiri
keterikatan kerjanya. Hasil penelitian yang (Masrukhin, 2014). Dengan adanya keadilan
dilakukan oleh Tims dkk. (2011) menyatakan secara prosedural, karyawan akan merasa bahwa
bahwa kepemimpinan transformasional karyawan telah diperlakukan secara adil oleh
berpengaruh positif terhadap keterikatan kerja organisasi dan karyawan akan meningkatkan
sehari-hari karyawan The Netherlands. keterikatan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Margaretha & Santosa (2012) menemukan
yang dilakukan oleh Wulandari dkk. (2013) yang bahwa keadilan prosedural berpengaruh positif
menyatakan bahwa kepemimpinan terhadap keterikatan kerja staf pengajar di
transformasional berpengaruh positif terhadap Jurusan Manajemen Universitas Kristen
keterikatan kerja karyawan PT Dua Kelinci Pati. Maranatha Bandung.
Jadi, semakin tinggi kepemimpinan Hasil penelitian ini didukung oleh
transformasional yang diterapkan, maka semakin penelitian yang dilakukan oleh (Gupta & Kumar,
tinggi keterikatan karyawan terhadap 2015) yang menyatakan bahwa keadilan
pekerjaannya. prosedural berpengaruh positif terhadap

350
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

keterikatan kerja karyawan yang bekerja di H8: Kepemimpinan transformasional


Indian B-School. Jadi, karyawan akan berpengaruh positif pada keterikatan kerja
meningkatkan keterikatan kerjanya jika prosedur melalui keadilan distributif
atau metode yang diterapkan dalam menentukan
keputusan pekerjaan dianggap sudah adil. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
H6: Keadilan prosedural berpengaruh positif pada Keterikatan Kerja Melalui Keadilan
pada keterikatan kerja Prosedural
Seorang pemimpin transformasional akan
Pengaruh Keadilan Interaksional Terhadap membantu karyawan agar dapat berkembang dan
Keterikatan Kerja berpartisipasi di dalam kehidupan organisasi
Dengan adanya keadilan interaksional, yang akan berpengaruh dengan meningkatnya
karyawan merasa diperlakukan secara terhormat keterikatan kerja karyawan. Hal ini
dan bermartabat oleh pimpinan, dan hal itu akan menunjukkan bahwa semakin baik
meningkatkan keterikatan kerja karyawan. kepemimpinan transformasional maka akan
Penelitian yang dilakukan oleh Inoue dkk. (2010) meningkatkan keterikatan kerja karyawan jika
menemukan bahwa keadilan interaksional keadilan prosedural yang dirasakan karyawan
berpengaruh positif terhadap keterikatan kerja adalah adil. Penelitian yang dilakukan oleh
karyawan di Jepang. Hasil ini didukung oleh Rokhman & Hassan (2012) menyatakan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Ghosh dkk. kepemimpinan transformasional berpengaruh
(2014) yang menemukan bahwa keadilan positif terhadap keadilan prosedural pada
interaksional memiliki pengaruh yang positif karyawan di 60 lembaga keuangan mikro Islam
terhadap keterikatan kerja karyawan bank umum di Jawa Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh
di India. Jadi, karyawan akan meningkatkan Gupta & Kumar (2015) yang menyatakan bahwa
keterikatan kerjanya jika, hubungan antara keadilan prosedural berpengaruh positif terhadap
pimpinan dan karyawan berjalan dengan baik. keterikatan kerja karyawan yang bekerja di
H7: Keadilan interaksional berpengaruh positif Indian B-School.
pada keterikatan kerja H9: Kepemimpinan transformasional
berpengaruh positif pada keterikatan kerja
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional melalui keadilan prosedural
Pada Keterikatan Kerja Melalui Keadilan
Distributif Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
Seorang pemimpin transformasional akan pada Keterikatan Kerja Melalui Keadilan
mendorong karyawan untuk menunjukkan Interaksional
perilaku keterikatan kerja yang baik dengan Kepemimpinan transformasional akan
melalui pengaplikasian keadilan distributif. Hal menciptakan iklim rasa hormat sehingga
ini menunjukkan bahwa semakin baik penerapan komunikasi antara pemimpin dengan karyawan
kepemimpinan transformasional maka dapat terbuka dan kooperatif. Selain itu,
keterikatan kerja karyawan akan meningkat jika pemimpin yang transformasional juga akan
keadilan distributif yang dirasakan oleh memberikan penjelasan dengan logis mengenai
karyawan adalah adil. penelitian yang dilakukan keputusan yang ada di dalam organisasi. Hal ini
oleh Rokhman (2011) menyatakan bahwa akan meningkatkan persepsi keadilan
kepemimpinan transformasional berpengaruh interaksional karyawan dan mendorong
positif terhadap keadilan distributif pada terciptanya perilaku keterikatan kerja. Gillet dkk.
karyawan dari 60 lembaga keuangan mikro Islam (2013) juga menyatakan bahwa kepemimpinan
di Jawa Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh transformasional berpengaruh positif dan
Ghosh dkk. (2014) menyatakan bahwa keadilan signifikan pada keterikatan kerja perawat di
distributif pengaruh positif terhadap keterikatan Perancis. Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh
kerja karyawan bank umum di India. dkk. (2014) yang menemukan bahwa keadilan

351
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

interaksional memiliki pengaruh yang positif analisis regresi dan analisis jalur menggunakan
terhadap keterikatan kerja karyawan bank umum SPSS for Windows versi 21.
di India. Variabel penelitian ini adalah
H10: Kepemimpinan transformasional kepemimpinan transformasional (X) yang
berpengaruh positif pada keterikatan kerja meliputi 4 indikator yaitu pengaruh ideal,
melalui keadilan interaksional pertimbangan individual, motivasi inspirasional,
dan stimulasi intelektual. Keadilan distributif
Berdasarkan pada uraian diatas maka, (Y1) yang meliputi 5 indikator yaitu jadwal kerja,
penelitian ini menyusun sebuah model penelitian tingkat gaji, beban kerja, penghargaan yang
untuk mempermudah dalam memahami didapatkan, dan tanggung jawab pekerjaan.
hubungan antar kepemimpinan Variabel Keadilan Prosedural (Y2) yang meliputi
transformasional, keadilan organisasi, dan 6 indikator yaitu mempertimbangkan keputusan
keterikatan kerja. Model penelitian yang pekerjaan, kekhawatiran karyawan di dengar
digunakan dalam penelitian ini ditunjukan pada oleh pemimpin, mekanisme pengumpulan
gambar 1 sebagai berikut. informasi yang akurat dan obyektif,
mengklarifikasi keputusan dan memberikan
tambahan informasi, penetapan keputusan yang
konsisten, karyawan diperbolehkan mengajukan
proses banding.
Variabel Keadilan Interaksional (Y3) yang
meliputi 9 indikator yaitu memperlakukan
karyawan dengan baik dan perhatian,
memperlakukan karyawan dengan terhormat dan
bermartabat, peka terhadap kebutuhan
karyawan, memperlakukan karyawan dengan
cara yang tepat, peduli terhadap hak-hak
karyawan, mendiskusikan implikasi dan
keputusan pekerjaan, memberikan pembenaran
yang cukup atas keputusan pekerjaan,
memberikan penjelasan yang logis atas
keputusan pekerjaan. Variabel Keterikatan Kerja
(Y4) yang meliputi 3 indikator yaitu semangat,
Gambar 1. Model Penelitian (Rokhman, 2011) pengabdian, dan penghayatan.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi dalam penelitian ini adalah Hasil penelitian dapat disajikan dengan
perawat pelaksana rawat inap Kelas III RSUD dukungan tabel, grafik atau gambar sesuai
Tugurejo Semarang 117 responden. Sampel yang kebutuhan, untuk memperjelas penyajian hasil
digunakan 91 responden dengan menggunakan secara verbal. Karakteristik responden dalam
teknik pengambilan sampel propotionate random penelitian ini adalah sebagai berikut: a) jenis
sampling adalah teknik pengambilan sampel kelamin, yaitu wanita (70,3%) dan pria (29,7%);
secara proposional, dengan memilih satuan b) umur, mayoritas 25-28 tahun (41,8%); c) masa
sampel sesuai dengan jumlah yang dibutuhan kerja, mayoritas sudah bekerja 1-2 tahun (38,5%);
melalui undian pada setiap unit kerja. Metode d) unit kerja, mayoritas bekerja di ruang Anggrek
analisis yaitu uji instrumen (uji validitas dan uji (17,6%). Hasil analisis deskriptif dapat dilihat
reliabilitas), analisis deskriptif, uji asumsi klasik, pada Tabel 1.

352
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Tabel 1. Hasil analisis deskriptif Uji Reliabilitas


Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa
No Variabel Rata- Kategori variabel kepemimpinan transformasional
Rata memiliki nilai Cronbcah’s Alpha 0,949 > 0,70.
1 Kepemimpinan 82,57 Tinggi Maka, variabel kepemimpinan transformasional
Transformasional dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas
2 Keadilan Distributif 81,19 Tinggi menunjukkan bahwa variabel keadilan distributif
3 Keadilan Prosedural 84,03 Tinggi memiliki nilai Cronbcah’s Alpha 0,936 > 0,70.
4 Keadilan Interaksional 84,29 Tinggi Maka, variabel keadilan distributif dinyatakan
5 Keterikatan Kerja 87,28 Tinggi reliabel. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa
variabel keadilan prosedural memiliki nilai
Sebelum melakukan uji statistik, Cronbach’s Alpha 0,853 > 0,70. Maka, variabel
diperlukan pengujian alat ukur penelitian. Oleh keadilan prosedural dinyatakan reliabel. Hasil uji
karena itu, perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel
reliabilitas. keadilan interaksional memiliki nilai Cronbach’s
Aplha 0,783 > 0,70. Maka, variabel keadilan
Uji Validitas interaksional dinyatakan reliabel. Hasil uji
Hasil uji validitas variabel kepemimpinan reliabilitas menunjukkan bahwa variabel
transformasional menunjukkan bahwa 16 item keterikatan kerja memiliki nilai Cronbach’s Alpha
pernyataan variabel kepemimpinan 0,864 > 0,70. Maka, variabel keterikatan kerja
transformasional memiliki nilai r-hitung > r- dinyatakan reliabel.
tabel, maka item tersebut dinyatakan valid.
Sedangkan, 2 item pernyataan variabel Uji Asumsi Klasik
kepemimpinan transformasional memiliki nilai r- Dalam asumsi klasik terdiri dari 3
hitung < r-tabel maka item ini dinyatakan tidak pengujian yaitu uji normalitas, uji
valid. Maka dari itu, pernyataan yang tidak valid multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas.
tersebut dihilangkan.
Hasil uji validitas variabel keadilan Uji Normalitas
distributif menunjukkan bahwa seluruh item Uji normalitas dalam penelitian ini
pernyataan memiliki nilai r-hitung > r-tabel, dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
maka seluruh item pernyataan dinyatakan valid. yaitu dengan membandingkan nilai Asymp. Sig.
Hasil uji validitas variabel keadilan prosedural dengan nilai signifikansi yang diisyaratkan (
menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan Asymp. Sig. > 0.05).Berdasarkan hasil output dari
memiliki nilai r-hitung > r-tabel, maka seluruh pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
item pernyataan dinyatakan valid. Test dapat dilihat bahwa model regresi 1 memiliki
Hasil uji validitas keadilan interaksional nilai Asymp. Sig. sebesar 0,491 > 0,05. Maka, data
menunjukkan bahwa item pernyataan variabel pada model regresi 1 berdistribusi normal. Nilai
keadilan interaksional memiliki nilai r-hitung > r- Asymp. Sig. pada model regresi 2 sebesar 0,481 >
tabel, maka dari hasil tersebut item pernyataan 0,05. Maka, data pada model regresi 2
ini dinyatakan valid. Sedangkan, 3 item berdistribusi normal. Nilai Asymp. Sig. pada
pernyataan variabel keadilan interaksional model regresi 3 sebesar 0,134 > 0,05. Maka, data
memiliki nilai r-hitung < r-tabel maka item ini pada model regresi 3 berdistribusi normal. Nilai
dinyatakan tidak valid. Maka dari itu, pernyataan Asymp. Sig. pada model regresi 4 sebesar 0,403 >
yang tidak valid tersebut dihilangkan.Hasil uji 0,05. Maka, data pada model regresi 4
validitas variabel keterikatan kerja menunjukkan berdistribusi normal. Kesimpulannya, uji
bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai r- normalitas pada penelitian ini menyatakan
hitung > r-tabel, maka seluruh item pernyataan bahwa semua data pada model penelitian ini
dinyatakan valid. berdistributsi normal.

353
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Uji Multikolinearitas Scatterplot tidak membentuk suatu pola dan titik-


Uji multikolinearitas pada penelitian ini titik menyebar secara acak serta tersebar baik di
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan atas maupun di bawah angka 0 dan sumbu Y.
VIF. Jika nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi heterokedastisitas pada seluruh model regresi.
dalam penelitian ini tidak terjadi Berdasarkan hasil uji Glejser, apabila nilai
multikolinearitas. sig. hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat
Berdasarkan hasil output SPSS for Windows disimpulkan bahwa tidak terjadi
version 21, pada model regresi 1 memiliki nilai heterokedastisitas antar variabel. Pada model
Tolerance sebesar 1,000 > 0,10 dan nilai VIF regresi 1, nilai sig. hitung sebesar 0,490 > 0,05.
sebesar 1,000 < 10. Hal ini menunjukkan bahwa Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel heterokedastisitas antar variabel kepemimpinan
kepemimpinan transformasional pada keadilan transformasional pada keadilan distributif. Pada
distributif. Pada model regresi 2, memiliki nilai model regresi 2, nilai sig. hitung sebesar 0,215 >
Tolerance sebesar 1,000 > 0,10 dan nilai VIF Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
sebesar 1,000 < 10. Hal ini menunjukkan bahwa heterokedastisitas antar variabel kepemimpinan
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel transformasional pada keadilan prosedural. Pada
kepemimpinan transformasional pada keadilan model regresi 3, nilai sig. hitung sebesar 0,319 >
prosedural. 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
Pada model regresi 3, memiliki nilai heterokedastisitas antar variabel kepemimpinan
Tolerance sebesar 1,000 > 0,10 dan nilai VIF transformasional pada keadilan interaksional.
sebesar 1,000 < 10. Hal ini menunjukkan bahwa Pada model regresi 4, nilai sig. hitung sebesar
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel 0,933, 0,307, 0,567, 0,525 > 0,05. Hal ini
kepemimpinan transformasional pada keadilan menunjukkan bahwa tidak terjadi
interaksional. Pada model regesi 4, memiliki nilai keterokedastisitas antar variabel kepemimpinan
Tolerance sebesar 0,463, 0,665, 0,282, 0,271 > transformasional, keadilan distributif, keadilan
0,10 dan nilai VIF sebesar 2,160, 1,502, 3,541, prosedural, dan keadilan interaksional pada
3,691 < 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak keterikatan kerja. Kesimpulannya, tidak terjadi
terjadi multikolinearitas antar variabel heterokedastisitas antar variabel pada penelitian.
kepemimpinan transformasional, keadilan
distributif, keadilan prosedural, dan keadilan HASIL DAN PEMBAHASAN
interaksional pada keterikatan kerja.
Kesimpulannya, tidak terdapat multikolinearitas Pengujian Hipotesis
antar variabel pada penelitian ini. Berdasarkan program SPSS 21, diperoleh
hasil 4 model regresi seperti pada tabel berikut:
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas pada penelitian ini Regresi 1 Y1 = 1X + e1
dilakukan dengan metode grafik scatterplot dan
uji Glejser. Berdasarkan hasil metode grafik Regresi 2 Y2 = 2X + e2
scatterplot dengan menggunakan SPSS for
Windows version 21, dapat dilihat bahwa model Regresi 3 Y3 = 3X + e3
regresi 1, model regresi 2, model regresi 3, dan
model regresi 4 menunjukkan bahwa grafik Regresi 4 Y4 = 4X1 + 5X2 + 6X3 + 7X4 + e4

354
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Tabel 2. Tabel Regresi 1 Kepemimpinan Transformasional pada Keadilan Distributif

Coefficients
Model Unstandardized Standarized
Coefficients Coefficients T Sig.
B. Std. Error Beta
(Constant) 9.708 2.485 3.906 .000
KepemimpinanTransformasional .142 .033 .413 4.280 .000

Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai yang telah dilakukan oleh Rokhman (2011) dan
koefisien regresi kepemimpinan transformasional Azarsetan dkk. (2013) yang mengemukakan
sebesar 0,413 bertanda positif dengan t hitung bahwa kepemimpinan transformasional
sebesar 4,280 dan signifikansinya 0,000. Artinya, berpengaruh positif terhadap keadilan distributif
dengan signifikansi berada di bawah 0,05 (0,000 yang dirasakan. Kepala Ruangan memberikan
< 0,05) dan koefisiennya bertanda positif berarti motivasi terhadap perawat pelaksana yang akan
bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh pada kesejahteraan perawat
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pelaksana tersebut seperti pembagian jadwal
keadilan distributif. Maka, berdasarkan hasil kerja yang adil, pemberian gaji yang sesuai
tersebut H1 didukung. dengan beban dan tanggung jawab perawat, serta
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik memberikan penghargaan terhadap perawat
penerapan kepemimpinan transformasional oleh pelaksana yang mempunyai kinerja yang tinggi.
Kepala Ruang, akan meningkatkan persepsi Sehingga, hal tersebut cenderung akan
keadilan distributif yang dirasakan oleh perawat meningkatkan keadilan distributif yang dirasakan
pelaksana. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh perawat pelaksana.

Tabel 3. Tabel Regrei 2 Kepemimpinan Transformasional pada Keadilan Prosedural

Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
B. Std. Error Beta
(Constant) 6.266 2.203 2.844 .006
Kepemimpinan Transformasional .255 .029 .675 8.635 .000
a. Dependent Variable: KeadilanProsedural

Berdasarkan tabel 3, diperoleh nilai keadilan prosedural yang dirasakan oleh perawat.
koefisien regresi kepemimpinan transformasional Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah
sebesar 0,675 bertanda positif dengan t hitung dilakukan oleh Rokhman & Hassan (2012) yang
sebesar 8.635 dan signifikansinya 0,000. Artinya, mengemukakan bahwa kepemimpinan
dengan signifikansi berada di bawah 0,05 (0,000 transformasional berpengaruh positif terhadap
< 0,05) dan koefisiennya bertanda positif berarti keadilan prosedural. Kepala Ruangan telah
bahwa kepemimpinan transformasional memberikan kesempatan bagi para perawat
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pelaksana untuk menyampaikan opininya,
keadilan prosedural. Maka, berdasarkan hasil dimana hal ini dirasakan sebagai suatu bentuk
tersebut H2 didukung. keadilan prosedural yang dirasakan oleh perawat
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksana. Sehingga, hal tersebut cenderung akan
penerapan kepemimpinan transformasional oleh meningkatkan persepsi keadilan prosedural yang
Kepala Ruang, akan meningkatkan persepsi diterima perawat pelaksana.

355
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Tabel 4. Tabel Regresi 3 Kepemimpinan Transformasional pada Keadilan Interaksional

Coefficients
Model Unstandardized Standardized
t Sig.
Coefficients Coeffiencents
B. Std. Error Beta
(Constant) 5.929 2.000 2.964 .004
KepemimpinanTransformasional .260 .027 .718 9.721 .000
a. Dependent Variable: KeadilanInteraksional

Berdasarkan tabel 4, diperoleh nilai keadilan interaksional yang dirasakan oleh


koefisien regresi kepemimpinan transformasional perawat pelaksana. Hasil penelitian ini sejalan
sebesar 0,718 bertanda positif dengan t hitung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
sebesar 9.721 dan signifikansinya 0,000. Artinya, Gillet dkk. (2013) yang mengemukakan bahwa
dengan signifikansi berada di bawah 0,05 (0,000 kepemimpinan transformasional berpengaruh
< 0,05) dan koefisiennya bertanda positif berarti positif terhadap keadilan interaksional. Kepala
bahwa kepemimpinan transformasional Ruangan telah menciptakan hubungan yang baik
mempunyai pengaruh yang positif terhadap dengan perawat pelaksana serta akan menjalin
keadilan inateraksional. Maka, H3 didukung. komunikasi yang terbuka dan kooperatif. Hal ini
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik cenderung akan meningkatkan persepsi keadilan
penerapan kepemimpinan transformasional oleh interaksional yang diterima oleh perawat
Kepala Ruang, akan meningkatkan persepsi pelaksana.

Tabel 5. Tabel Regresi 4 Kepemimpinan Transformasional, Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural


dan Keadilan Interaksional pada Keterikatan Kerja

Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
B. Std. Error Beta
(Constant) 4.639 3.856 1.203 .232
KepemimpinanTransformasional .063 .069 .102 .919 .361
KeadilanDistributif .336 .167 .185 2.007 .048
KeadilanProsedural .411 .235 .248 1.750 .084
KeadilanInteraksional .504 .249 .292 2.022 .046
a. Dependent Variable: KeterikatanKerja

Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai mengembangkan potensi perawat pelaksana yang


koefisien regresi kepemimpinan transformasional menyebabkan perawat pelaksana merasa tidak
sebesar 0,102 bertanda positif dengan t hitung diperhatikan. Pendampingan terhadap perawat
sebesar 0,919 dan signifikansinya 0,361. Artinya, pelaksana biasanya dilakukan oleh Kepala Tim.
dengan signifikansi berada di atas 0,05 (0,361 > Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
0,05) dan koefisiennya bertanda positif berarti dilakukan oleh Gozukara & Simsek (2015) yang
bahwa kepemimpinan transformasional tidak menyatakan bahwa kepemimpinan
mempunyai pengaruh terhadap keterikatan kerja. transformasional tidak berpengaruh pada
Maka, H4 tidak didukung. keterikatan kerja. Namun, hasil ini tidak sejalan
Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dengan penelitian yang dilakukan oleh Tims dkk.
secara individu terhadap perawat pelaksana (2011) dan Wulandari dkk. (2013) yang
seperti pelatihan dan pendampingan dalam menyatakan bahwa kepemimpinan

356
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

transformasional berpengaruh positif pada (2014) yang menyatakan bahwa keadilan


keterikatan kerja. distributif dan keadilan interaksional
Hasil analisis juga menunjukkan nilai berpengaruh postif terhadap keterikatan kerja.
koefisien regresi keadilan distributif sebesar 0,185 Perawat pelaksana yang merasakan keadilan
dengan t hitung sebesar 2,007 dan signifikansi dalam hal pendistribusian alokasi sumber daya
berada dibawah 0,05 (0,048 < 0,05) dan seperti pemberian gaji, pemberian penghargaan,
koefisiennya bertanda positif berarti bahwa pembagian jadwal kerja, dan dalam hal
keadilan distributif memiliki pengaruh yang komunikasi dengan rekan kerja maupun Kepala
positif terhadap keterikatan kerja karyawan. Ruangan akan cenderung semakin meningkatkan
Maka, H5 didukung. keterikatan kerjanya.
Hasil analisis juga menunjukkan nilai Namun, hasil ini menunjukkan bahwa
koefisien regresi keadilan prosedural sebesar keadilan prosedural tidak berpengaruh pada
0,248 dengan t hitung sebesar 1,750 dan keterikatan kerja perawat pelaksana. Hal ini
signifikansi berada di atas 0,05 (0,084 > 0,05) dan disebabkan karena perawat pelaksana belum
koefisiennya bertanda positif berarti bahwa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan
keadilan prosedural tidak memiliki pengaruh di tingkat organisasi dan belum boleh
terhadap keterikatan kerja karyawan. Maka, H6 mengajukan banding atas keputusan yang dibuat.
tidak didukung. Sehingga, perawat pelaksana hanya dapat
Hasil analisis juga menunjukkan nilai menerima semua keputusan yang telah dibuat.
koefisien regresi keadilan interaksional sebesar Oleh karena itu, hal ini menyebabkan tidak
0,292 dengan t hitung sebesar 2,022 dan adanya keterikatan kerja perawat pelaksana kelas
signifikansi berada di bawah 0,05 (0,46 < 0,05) III RSUD Tugurejo Semarang.
dan koefisiennya bertanda positif berarti bahwa
keadilan interaksional memiliki pengaruh positif Analisis Jalur (Path Analysis)
terhadap keterikatan kerja. Maka, berdasarkan Analisis jalur digunakan untuk menguji
hasil tersebut H7 didukung. pengaruh tidak langsung antara variabel
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kepemimpinan transformasional terhadap
keadilan distributif dan keadilan interaksional variabel keterikatan kerja melalui variabel
yang dirasakan oleh perawat pelaksana, akan keadilan distributif, keadilan prosedural, dan
meningkatkan keterikatan kerja perawat keadilan interaksional sebagai variabel mediasi.
pelaksana. Hasil penelitian ini sejalan dengan Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
penelitian yang dilakukan oleh Ghosh dkk. hasil koefisien jalur sebagai berikut:

Tabel 6. Nilai Koefisien Jalur Pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Keterikatan Kerja
melalui Keadilan Distributif

No. Variabel Pengaruh Keadilan Keterikatan Total


Distributif Kerja
1. Kepemimpinan Langsung 0,102 0,102
Transformasiona
l Tidak 0,413 0,185 0,413x0,185 = 0,076
Langsung
Total 0,102+0,076= 0,178

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui ini terbukti dari total pengaruh tidak langsung
bahwa variabel keadilan distributif merupakan sebesar 0,178 sedangkan pengaruh langsung
variabel pemediasi dari pengaruh kepemimpinan sebesar 0,102. Dapat dilihat, bahwa total
transformasional terhadap keterikatan kerja. Hal pengaruh tidak langsung lebih besar dari

357
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

pengaruh langsung (0,178 > 0,102). Hal tersebut perawat pelaksana akan semakin merasa adil atas
menunjukkan adanya pengaruh mediasi. Maka, pendistribusian sumber daya yang diterimanya,
berdasarkan hasil tersebut menjelaskan bahwa dimana hal tersebut akan mendorong perawat
H8 didukung. pelaksana untuk membalasnya dengan
Semakin baik penerapan kepemimpinan meningkatkan keterikatan mereka terhadap
transformasional Kepala Ruangan maka, pekerjaannya.

Tabel 7. Nilai Koefisien Jalur Pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Keterikatan Kerja
melalui Keadilan Prosedural

No. Variabel Pengaruh Keadilan Keterikatan Total


Prosedural Kerja
1. Kepemimpinan Langsung 0,558 0,102
Transformasional
Tidak 0,675 0,248 0,675x0,248 = 0,167
Langsung
0,102+0,167= 0,269

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui menunjukkan adanya pengaruh mediasi. Maka,
bahwa variabel keadilan prosedural merupakan H9 didukung.
variabel pemediasi dari pengaruh kepemimpinan Semakin baik penerapan kepemimpinan
transformasional terhadap keterikatan kerja. Hal transformasional yang diterapkan oleh Kepala
ini terbukti dari total pengaruh tidak langsung Ruangan maka, perawat pelaksana akan semakin
sebesar 0,269 sedangkan pengaruh langsung merasa adil atas proses dalam pembuatan
sebesar 0,102. Dapat dilihat, bahwa total keputusan-keputusan, dimana hal tersebut akan
pengaruh tidak langsung lebih besar dari mendorong perawat pelaksana untuk lebih
pengaruh langsung (0,269 > 0,102). Hal tersebut meningkatkan keterikatan kerjanya.

Tabel 8. Nilai Koefisien Jalur Pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Keterikatan Kerja
Melalui Keadilan Interaksional
No. Variabel Pengaruh Keadilan Keterikatan Total
Interaksional Kerja
1. Kepemimpinan Langsung 0,102 0,102
Transformasional
Tidak 0,718 0,292 0,718x0,292 = 0,210
Langsung
0,102+0,292 = 0,394

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui menunjukkan adanya pengaruh mediasi. Maka,
bahwa variabel keadilan interaksional adalah H10 didukung. Semakin baik penerapan
variabel pemediasi dari pengaruh kepemimpinan kepemimpinan transformasional yang diterapkan
transformasional terhadap keterikatan kerja. Hal oleh Kepala Ruangan maka, perawat pelaksana
ini terbukti dari total pengaruh tidak langsung rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang
sebesar 0,394 sedangkan pengaruh langsung akan merasa semakin adil atas perlakuan dari
sebesar 0,102. Dapat dilihat, bahwa total Kepala Ruangan, dimana hal tersebut cenderung
pengaruh tidak langsung lebih besar dari mendorong perawat pelaksana untuk membalas
pengaruh langsung (0,394 > 0,102). Hal tersebut dengan meningkatkan keterikatan kerjanya.

358
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

SIMPULAN pendampingan serta pelatihan bagi perawat


pelaksana khususnya perawat pelaksana yang
Penelitian ini menguji hubungan antara bekerja pada shift siang dan malam. Manajemen
kepemimpinan transformasional, keadilan RSUD Tugurejo Semarang diharapkan dapat
distributif, keadilan prosedural, keadilan membuat sebuah struktur yang transparan
interaksional, dan keterikatan kerja pada perawat dengan melibatkan partisipasi dari karyawan
pelaksana rawat inap Kelas III RSUD Tugurejo dalam prosedur pembuatan keputusan serta
Semarang. Khususnya, menguji pengaruh memberikan kesempatan bagi perawat pelaksana
mediasi dari keadilan distributif, keadilan rawat inap kelas III untuk ikut berkontribusi aktif
prosedural, dan keadilan interaksional pada dalam proses pengambilan keputusan di dalam
hubungan antara kepemimpinan rumah sakit.
transformasional dan keterikatan kerja. Hal ini diperlukan agar karyawan merasa
Hasil dari penelitian ini menunjukkan diberikan kesempatan agar pendapatnya di
bahwa kepemimpinan transformasional dengar oleh manajemen organisasi. Kepala
berpengaruh positif pada keadilan distributif, Ruangan perlu untuk meningkatkan rasa
keadilan prosedural, dan keadilan interaksional. pengabdian perawat pelaksana terhadap
Hal ini berarti semakin baik penerapan pekerjaannya dengan cara memberikan motivasi
kepemimpinan transformasional oleh Kepala dan menciptakan lingkungan kerja yang adil
Ruangan akan meningkatkan persepsi keadilan sehingga perawat pelaksana akan merasa bangga
distributif, keadilan prosedural, dan keadilan atas apa yang telah mereka kerjakan dan
interaksional yang dirasakan oleh perawat memberikan dedikasi yang tinggi terhadap
pelaksana Hasil penelitian ini juga menemukan pekerjaannya.
bahwa keadilan distributif dan keadilan Saran bagi perawat pelaksana diharapkan
interaksional berpengaruh positif pada dapat menjalin hubungan komunikasi yang baik
keterikatan kerja. dengan Kepala Ruangan. Hal ini diperlukan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin adil karena Kepala Ruangan yang transformasional
keadilan distributif dan keadilan interaksional akan sangat membantu perawat pelaksana dalam
yang dirasakan oleh perawat pelaksana akan menjalankan pekerjaannya. Perawat pelaksana
meningkatkan keterikatan kerja perawat rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang
pelaksana dalam memberikan pelayanan bagi diharapkan dapat berpartisipasi dan
pasien. Hasil penelitian ini mengemukakan berkontribusi secara aktif di dalam rumah sakit.
bahwa kepemimpinan transformasional dan Hal ini diperlukan agar perawat pelaksana dapat
keadilan prosedural tidak berpengaruh terhadap diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam
keterikatan kerja. Penerapan kepemimpinan pengambilan keputusan pekerjaan yang berkaitan
transformasional oleh Kepala Ruangan dan dengan penentuan tingkat gaji, pembuatan
keadilan prosedural tidak berpengaruh pada jadwal kerja, prosedur promosi dan pemutusan
keterikatan kerja perawat pelaksana. hubungan kerja.
Saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat melakukan penelitian dalam lingkup yang DAFTAR PUSTAKA
lebih luas, sehingga dapat memberikan gambaran
yang lebih spesifik mengenai pengaruh Alvi, A. K., & Abbasi, A. S. (2012). Impact of
kepemimpinan transformasional dan keadilan Organizational Justice on Employee
organisasional pada keterikatan kerja. Peneliti Engagement in Banking Sector of Pakistan.
selanjutnya juga diharapkan meneliti dengan Middle-East Journal of Scientific Research, 12(5),
643–649. http://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.
variabel lainnya seperti persepsi dukungan
2012.12.5.1725
organisasi.
Ardi, R. T. B., & Sudarma, K. (2015). Pengaruh
Saran bagi manajemen organisasi adalah Perssepsi Dukungan Dan Keadilan Organisasi
Kepala Ruangan perlu untuk lebih memberikan Terhadap Organizational Citizenship Behavior

359
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Organizational Justice, Psychological Distress,


Variabel Intervening. Management Analysis and Work Engagement in Japanese workers.
Journal, 4(2), 142–152. International Archive Occupational Environment
Azarsetan, F., Fini, A. A. S., & Zainalipour, H. (2013). Health, 83, 29–38. http://doi.org/10.1007/
Examination of the Relationship between s00420-009-0485-7
Transformational Leadership Style and Margaretha, M., & Santosa, T. E. C. (2012). Keadilan
Organizational Justice in Elementary School prosedural dan keadilan distributif sebagai
Principals in Bandar Abbas. Journal of prediktor. Jurnal Manajemen, 12(1), 103–114.
Educational and Management Studies, 3(3), 251– Martono, S. (2013). Strategi Peningkatan Kinerja
256. Program Studi Melalui Optimalisasi Peran
Bass, B. M. (1999). Two Decades of Research and Pimpinan. Jurnal Dinamika Manajemen, 4(1),
Development in Transformational Leadership. 30–45.
European Journal of Work and Organizational Masrukhin, M. A. (2014). Praktik Sistem Kerja
Psychology, 8(1), 9–32. Ghadi, M. Y., Fernando, Berkinerja Tinggi Terhadap Komitmen Afektif
M., & Caputi, P. (2013). Transformational Dengan Mediasi Keadilan Prosedural. Jurnal
leadership and work engagement: The Dinamika Manajemen, 5(1), 80–89.
mediating effect of meaning in work. Leadership Pillai, R., Scandura, T. A., & William, E. A. (2013).
& Organization Development Journal, 34(6), 532– Leadership and Organizational Justice : and
550. http://doi.org/ 10.1108/LODJ-10-2011- across Similarities Differences across Cultures.
0110 Journal of International Business Studies, 30(4),
Ghoniyah, N., & Masurip. (2011). Peningkatan 763–779.
Kinerja Karyawan Melalui Kepemimpinan, Prihutami, N. D., Hubeis, M., & Puspitawati, H.
Lingkungan Kerja dan Komitmen. Jurnal (2015). Strategi Human Capital Group
Dinamika Manajemen, 2(2), 118–129. Departmentdalam Mengembangkan
Ghosh, P., Rai, A., & Sinha, A. (2014). Organizational Keterikatan Karyawan ( Employee
justice and employee engagement: Exploring Engagement ) ( Studi Kasus : Unit Operasional
the linkage in public sector banks in India. PT Bumitama Gunajaya Agro ). Jurnal Aplikasi
Personnel Review, 43(4), 628–652. http://doi. Manajemen, 13 (4), 634 – 642.
org/10.1108/PR-08-2013-0148 Puspita, M. D. (2012). Hubungan Antara Dukungan
Gillet, N., Fouquereau, E., Bonnaud-Antignac, A., Sosial dan Makna Keja sebagai Panggilan
Mokounkolo, R., & Colombat, P. (2013). The (Calling) dengan Keterikatan Kerja. Calyptra:
Mediating Role of Organizational Justice in Journal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
The Relationship Between Transformational 1(1), 1–17.
Leadership and Nurses ’ Quality of Work Life : Rejeki, A. T., & Wulansari, N. A. (2015). Pengaruh
A cross-sectional questionnaire survey. Keadilan Organisasional pada Komitmen
International Journal of Nursing Studies, 15 (10), Organisasional dengan Kepuasan Kerja
1359–1367. sebagai Variabel Intervening. Management
Gozukara, I., & Simsek, O. F. (2015). Linking Analysis Journal, 4 (4), 319–326.
Transformational Leadership to Work Rich, B. L., Lepine, J. A., & Crawford, E. R. (2010).
Engagement and the Mediator Effect of Job Job Engagement: Antecedents and Effects On
Autonomy : A Study in a Turkish Private. Job Performance. Academy of Management
Social and Behavioral Science, 195, 963–971. Journal, 53(3), 617–635.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.274 Rokhman, W. (2011). Organizational Justice As A
Gruman, J. A., & Saks, A. M. (2011). Performance Mediator For Transformational Leadership
Management and Employee Engagement. And Work Outcomes. Jurnal Siasat Bisnis,
Human Resource Management Review, 21(2), 123– 15(2), 197–211.
136. Rokhman, W., & Hassan, A. (2012). Transformational
Gupta, M., & Kumar, Y. (2015). Justice and Employee Leadership and Work Outcomes :
Engagement: Examining the Mediating Role of Organizational Justice as Mediator. World
Trust in Indian B-Schools. Asia-Pacific Journal of Review of Business Research, 2(4), 164–171.
Business Administration, 7 (1), 89–103. Şahin, D. R., Çubuk, D., & Uslu, T. (2014). The Effect
http://doi.org/10.1108/APJBA-04-2014-0048 of Organizational Support , Transformational
Inoue, A., Kawakami, N., Ishizaki, M., Shimazu, A., Leadership , Personnel Empowerment , Work
Tsuchiya, M., & Tabata, M. (2010).

360
Dina Christina Raharjo & Rini Setyo Witiastuti / Management Analysis Journal 5 (4) 2016

Engagement, Performance and Demographical Organizational Justice and Leadership Style in


Variables on the Factors of Psychological Predicting Engagement Among Employees.
Capital The Effect of Organizational Support , Journal of Leadership and Organizational Studies,
Transformational Leadersh. Emerging Markets 21(1),
Journal, 3(3), 0–17. Tims, M., Bakker, A. B., & Xanthopoulou, D. (2011).
Saks, A. M. (2006). Antecedents and Consequences of Do transformational leaders enhance their
Employee Engagement. Journal of Management followers’ daily work engagement? Leadership
Psychology, 21(7), 600 – 619. Quarterly, 22(1), 121–131.
http://doi.org/10.1108/02683940610690169 http://doi.org/10.1016/j.leaqua.2010.12.011
Sartika, D. (2014). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Usmani, S., & Jamal, S. (2013). Impact of Distributive
Gaya Kepemimpinan Transformasional Justice , Procedural Justice , Interactional
Terhadap Keinginan Keluar Karyawan Justice , Temporal Justice , Spatial Justice on
Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Job Satisfaction of Banking Employees. Review
Variabel Mediasi(Studi Kasus Di Cv. Putra of Integrative Bussiness & Economics Reseacrh, 2(1),
Tama Jaya). Management Analysis Journal, 3(2), 351–383.
1–11. Wulandari, S., Nurtjahjanti, H., & Putra, N. A. (2013).
Schaufeli, W. B., Salanova, M., Bakker, A. B., & Alez- Hubungan antara Persepsi Terhadap Gaya
rom, V. G. (2002). The Measurement of Kepemimpinan Transformasional dengan
Engagement and Burnout : A Two Sample Work Engagement pada Karyawan PT. Dua
Confirmatory Factor Analytic Approach. Kelinci Pati. Empati Jurnal Karya Ilmiah, 2(3),
Journal of Happiness Studies, 3, 71–92. 1–10.
Strom, D. L., Sears, K. L., & Kelly, K. M. (2014). http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.
Work Engagement : The Roles of 004

361

You might also like