Professional Documents
Culture Documents
2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4434
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2018
NIM : 140200465
1. Skripsi yang saya tulis adalah benar, tidak merupakan ciplakan dari sripsi atau
karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan dari skripsi atau
karya ilmiah orang lain maka segala akibat hukum yang timbul menjadi
tanggungjawab saya.
3. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan
atau tekanan dari pihak manapun.
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT.atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam juga
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa pada umumnya
dan khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk
melengkapi tugas akhir dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana. Skripsi
sebagai pihak penyedia jasa angkutan umum pada pengangkutan darat, tanggungjawab
PT. Barumun kepada pengguna jasa dalam hal kehilangan, kerusakan, cacat pada barang
serta kecelakaan pada penumpang, bentuk penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh
jika terjadi perselisihan antara PT. Barumun dengan pengguna jasa angkutan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis juga mendapat banyak dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil kepada penulis. Oleh
karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
ii
Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Perdata sekaligus selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih banyak atas saran,
arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktu yang
7. Bapak Mulhadi S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II. Terimakasih atas
waktu, bimbingan, saran, nasihat, ide dan ilmu yang cemerlang yang Bapak berikan
selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;
8. Ibu Mariati Zendrato, S.H., M.Hum, selaku dosen pendamping akademik yang telah
9. Seluruh Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar
dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani
10. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
11. Secara khusus penulis juga ingin mengungkapkan penghargaan dan penghormatan
iii
dan raga demi anak-anaknya melebihi cintanya kepada diri sendiri. Akhirnya
aku dapat meneruskan cita-cita mu, walaupun harus lama menunggu dengan
berbagai halangan yang terus datang menghadang, onak dan duri selalu saja
menghampiri. Dan biarpun Ayah tak dapat mendampingi, tetapi, Yah.. anak mu
b. Mama ku tersayang, Miskah Nasution atas segala kasih sayang, cinta, nasehat,
do’a dan ridho yang tak hentinya hingga kini. Apa jadinya aku tanpa kesabaran,
hidup ini;
c. Adik kandung ku semata wayang, Emir Hamzah yang paling manja, terimakasih
d. Om Hilman Lubis dan tante Erpi Desrina Hasibuan, yang sudah menyayangi,
Tante, tanpa dukungan kalian, penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan studi
di kampus ini.
iv
tahun ini selalu siap siaga ketika dihubungi jam berapa saja saat penulis
penulis ketika kebodohan dan kegabutan sedang kumat, sebentar lagi long distance
13. Kepada Nida’ul Haq Lubis dan Ashri Azhari Baeha, sebagai rekan seperjuangan
dari awal mula semester ini, terimakasih sudah mengisi hari-hari penulis dengan
14. Kepada Syadzwina Rizq Alkhansa dan Natasha Karina, sebagai rekan-rekan penulis
penulisan skripsi ini, penulis lupa bagaimana bisa kami akrab dan seolah
membentuk sebuah grup yang akhirnya dua anggota grup lainnya memutuskan
15. Kesayangan kucing-kucing peliharaan penulis, yang selalu manja, minta makan dan
perhatian penulis;
16. Kepada PT. Barumun beserta seluruh anggota yang ada didalamnya, yang telah
sebuah terminal bus serta menjadikan pengalaman itu menjadi sebuah bahan skripsi
Perdata Program Khekhususan BW dan seluruh pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
berusaha memberi kontribusi pemikiran sederhana sebagai upaya latihan dan belajar
guna menjadi ilmuwan yang lebih baik nantinya. Penulis berharap pada semua pihak
agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya, semoga
vi
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i
B. Permasalahan ................................................................................. 8
G. Keaslian Penulisan.......................................................................... 16
vii
Pengangkutan .................................................................................. 54
BARUMUN (MEDAN)....................................................................... 59
A. Kesimpulan ..................................................................................... 87
B. Saran ............................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang mempunyai tujuan bahwa wilayah nusantara serta udara diatasnya dan laut yang
terpadu serta menyeluruh. Negeri ini memiliki hasil bumi, hasil laut, dan hasil tambang
yang sangat potensial. Kekayaan daratan dan perairan yang dapat digali atau dihasilkan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kawasan darat, laut dan udara,
pengangkutan laut atau perairan dan pengangkutan udara untuk mengangkut hasil-hasil
efektif, efisien dalam arti aman, murah, lancar, cepat, mudah, teratur dan nyaman.
aktivitas kehidupan sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling
sederhana (tradisional) sampai kepad taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa
didukung oleh kegiatan pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan
1
Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi
Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 2-3
pengangkutan.2
masyarakat. Dikatakan sangat vital karena didasari oleh berbagai faktor baik geografis
maupun kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan
kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari suatu tempat pemuatan (embarkasi)
barang muatan.
Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan proses
yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat dirumuskan
dalam arti sempit. Dikatakan dalam arti sempit karena hanya meliputi kegiatan
pengangkutan itu dalam arti luas atau arti sempit bergantung pada perjanjian
2
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut Prespektif Teori dan Praktek, Pustaka Bangsa
Press, Medan, 2005, hlm. 3
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Cetakan kelima,
Bandung, 2013, hlm. 30
Pada pengankutan kereta api, tempat pemuatan dan penurunan penumpang atau
disebut terminal, pada pengangkutan dengan kapal disebut pelabuhan, dan pada
pengangkutan pada pesawat udara sipil disbut bandara (bandar udara), dengan
pengangkutan.4
disusun sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien, untuk menunjang dan
barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan
pertahanan dan keamanan negara yang selanjutnya dapat mempererat hubungan antar
bangsa.
4
Ibid., hlm. 43
mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara serta semakin meningkatnya
kebutuhan jasa transportasi bagi mobilitas orang dan barang dalam negeri serta ke dan
dari luar negeri. Disamping itu, transportasi juga berperan sebagai penunjang,
pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang memiliki sumber daya alam
yang besar tapi belum berkembang dalam upaya peningkatan dan pemerataan
Pengguna jasa adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa
angkutan baik untuk angkutan orang maupun barang. Karena pengangkutan disini
Pengertian lainnya adalah menurut pasal 1 ayat 22 UULLAJ, yang disebut dengan
pengguna jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa
perusahaan angkutan umum. Sedangkan yang disebut pengangkut dalam UULLAJ ini
Pasal 1 ayat 21 yang berbunyi “Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang
menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum”.
5
Tjahjono, Eka Budi, Martono, Transportasi di Perairan berdasarkan UU No. 17 tahun 2008,
Rajawali Pers, Jakarta, 2011
6
Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa Angkutan Jalan dalam
https://www.kompasiana.com/agungsury/perlindungan-hukum-bagi-pengguna-jasa-angkutan-
jalan_5500b435a333115b73511a4d diakses pada 27 Maret 2018 pukul 21:49 WIB
sarana untuk memindahkan barang dari produsen ke agen/grosir dan selanjutnya sampai
(orang) dari satu tempat ke tempat yang lain yang menjdi tujuannya. Kegiatan jasa
pengangkutan tersebutlah barang dan atau penumpang dapat berpindah dari tempat asal
pengangkutan juga akan membawa fungsi bagi penumpang sebagai pengguna jasa
angkutan. Artinya dengan dukungan jasa angkutan tersebut penumpang dapat sampai ke
maksudkan.7
(UULLAJ), yang disebut dengan pengguna jasa adalah perseorangan atau badan hukum
pengangkut dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) ini
pasal 1 ayat 21 yang menyebutkan “Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum
yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor
umum”.
PT. Barumun merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan jasa angkutan
bus antar kota dalam provinsi dengan trayek Padang Lawas Utara dan sekitarnya dengan
jam oprasional pada jam 08.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB. Pemberangkatan bus
7
Hasim Purba, Op. Cit., hlm. 5
pertama pada pukul 14.00 WIB dan pemberangkatan terakhir pada pukul 20.00 WIB.
PT. Barumun merupakan bus patas yang menyediakan fasilitas bus AC toilet dan bus
Ekonomi toilet dan non toilet. Terkhusus untuk bus AC toilet pemberangkatan pada
pukul 19.00 WIB. Loket/terminal bus PT. Barumun yang terletak di Jalan
kota Medan, sedangkan kantor pusat PT. Barumun berada di Padang Lawas-Sibuhuan.
Jarak tempuh yang di lalui untuk sampai di daerah Padang Lawas kurang lebih 12 (dua
belas) jam perjalanan dengan satu kali pemberhentian untuk sekedar mengisi perut atau
Hubungan hukum antara PT. Barumun dengan penumpangnya tercipta dari suatu
perjanjian pengangkutan yang ditandai dengan pembelian tiket bus oleh penumpang.
Hubungan hukum yang ada antara PT. Barumun dengan penumpang mengakibatkan
PT. Barumun sebagai pelaku usaha harus bertanggungjawab atas kerugian yang diderita
Angkutan Jalan diharapkan dapat membantu mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-
pihak yang terkait dengan penyelnggaraan jasa angkutan, baik pengusaha angkutan,
8
Hasil wawancara dengan PT. Barumun
dasarnya berisi kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang atau pengirim.
pemberangkatan sampai ditempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat. Sebagai
imbalan, pengangkut berhak memperoleh sejumlah uang jasa atau uang sewa yang
membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan memperoleh hak atas
darat saja, khususnya pada hal-hal yang menjadi aspek-aspek pelaksanaan perjanjian
aspek dalam rangka pelindungan hukum bagi pemakai jasa pengangkutan darat adalah
darat. Masalah tanggung jawab tersebut akan senantiasa ada seiring dengan eksistensi
Adapun penyusunan skripsi ini lebih pada pengangkutan barang dan penumpang
melalui darat yang dilaksanakan oleh PT. Barumun yang banyak digunakan oleh
pengangkutannya jauh lebih efisien dan barang dapat dikirim atau dapat menggunakan
jasa pengangkutan tersebut setiap hari tanpa perlu repot membawa atau mengangkut
9
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 2
barang dagangan dengan mobil pribadi yang memakan waktu dan tenaga. Sehingga
adapun pertimbangan dan alasan penulis memilih judul ini adalah ingin menguraikan
darat. Oleh sebab itu, maka penulis memilih judul mengenai “PELAKSANAAN
B. Permasalahan
adalah:
Barumun?
2. Apa saja hak dan kewajiban pengangkut dan pengguna jasa angkutan dalam
pengangkutan?
penumpang?
C. Tujuan Penulisan
angkutan.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
pengangkutan melalui darat dan untuk mengetahui apa saja yang menjadi
2. Manfaat Praktis
mahasiswa di perguruan tinggi dan bagi masyarakat, baik sebagai penyedia jasa
pengangkutan darat.
E. Metode Penelitian
buku ini adalah penelitian terhadap pengetahuan dasar (ilmiah) karena hasil dari
penelitian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu. Penelitian (research)
merupakan upaya pencarian yang amat benilai edukatif. Setiap penelitian (research) (a)
berangkat dari ketidaktahuan dan berakhir dengan keraguan, dan tahap selanjutnya (b)
berangkat dari keraguan berkhir pada suatu hipotesa (jawaban sementara yang dapat
sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk memelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka diadakan juga
10
Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2004, hlm. 19
Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
skripsi ini, dan metode penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang
analisis, yaitu penelaahan yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa dan
menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari
2. Sumber Data
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah
observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian
diolah oleh peneliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
11
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 38
berlaku yang dibuat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang, antara lain:
Angkutan Jalan
Yaitu bahan hukum yang berupa informasi yang diperoleh dari buku-
permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Adapun tujuan dari
bahan hukum sekunder ini ialah untuk memberikan penjelasan dari bahan
hukum primer.
BARUMUN.
hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus,
4. Lokasi Penelitian
Sumatera Utara.
12
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 107
5. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya diolah melalui
apabila:
pengukuran
Dalam penulisan ini, analisis data yang digunakan adalah dengan cara
kualitatif, yaitu dengan data-data yag diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, maupun hasil wawancara dengan narasumber akan
dipilih, diatur dan disusun secara sistematis sehingga diperoleh gambaran mengenai
akan ditarik kesimpupan dengan menggunakan metode dedukatif yaitu penulis akan
menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar pembaca dapat
memahami dan memperoleh manfaat dari tulisan ini. Keseluruhan sistematika penulisan
skripsi ini merupakan satu kesatuan yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
(lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang dimaksudkan untuk
Didalam BAB I pendahuluan, merupakan bab pengantar yang terdiri dari latar
dalam KUH Perdata yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum perjanjian, subjek dan
objek perjanjian, syarat syahnya perjanjian serta akibat hukumnya, jenis-jenis perjanjian
pengangkutan.
pengangkutan pada PT. Barumun, hak dan kewajiban pengangkut dan pengguna jasa
angkutan dalam perjanjian pengangkutan antara PT. Barumun sebagai pihak penyedia
jasa pengangkutan, tanggungjawab PT. Barumun terhadap penumpang dalam hal terjadi
kehilangan, kerusakan atau cacat pada barang serta kecelakaan penumpang, serta bentuk
penyelesaian sengketa antara PT. Barumun sebagai penyedia jasa pengangkutan dengan
BAB V berisi kesimpulan dan saran, merupakan bab akhir yang merumuskan
suatu kesimpulan dari permasalahan bab-bab sebelumnya dan merupakan jawaban dari
permasalahan dalam skripsi ini. Pada bagian saran, penulis akan memberikan beberapa
G. Keaslian Penulisan
Judul ini diangkat berdasarkan ide, gagasan, pemikirn penulis serta fakta yang
terjadi didalam masyarakat. Judul skripsi ini belum pernah ada di tulis di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini benar dibuat oleh penulis dan keaslian
penulis sebagai judul skripsi dan telah diperiksa serta di teliti melalui penelusuran
kepustakaan tidak menemukan adanya judul yang sama dengan Arsip Perpustakaan
Berdasarkan KUH Perdata Pasal 1313 disebutkan bahwa perjanjian adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih. Seorang atau lebih berjanji kepada seorang lain ataulebih atau saling berjanji
untuk melakukan sesuatu hal. Ini merupakan suatu peristiwa yang menimbulkan satu
kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada
satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk
menunaikan prestasi.14
Pengaturan tentang perjanjian, terdapat pada buku III KUH Perdata, yang terdiri
atas suatu bagian umum dan suatu bagian khusus. Bagian umum terdiri dari empat (IV)
bab, dan bagian khusus terdiri dari lima belas (XV) bab.
khusus diatur dalam bab V s/d XVIII ditambah bab VII A. Suatu perjanjian juga
dinamakan persetujuan, karena dua pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat
dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.
Dari pengertian singkat tersebut, kita jumpai didalamnya beberapa unsur yang
17
yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (person) atau lebih, yang memberi
hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Dengan
yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu
perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara perorangan atau person adalah
Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang
adalah bahwa perjanjian itu menimbulkan perikatan. Jadi, perjanjian adalah sumber
perikatan. Perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk
melakukan sesuatu. Dapat dikatakan dua perikatan (perjanjian dan persetujuan) itu
dalah sama artinya dengan perkataan kontrak, yang sifatnya khusus untuk suatu
hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menunut
15
Ibid.
16
Wirjono Prodjodikoro., Azas-Azas Hukum Perjanjian, Cetakan IX, Penerbit Sumur, Bandung,
1981, hlm. 9
Dalam hal suatu perhubungan hukum mengenai suatu benda hukum perdata
memperbedakan hak terhadap benda dari pada hak terhadap orang sedemikian rupa
bahwa meskipun suatu perjanjian adalah mengenai suatu benda, perjanjian itu tetap
merupakan perhubungan hukum antara orang dan dua orang, lebih tegas lagi antara
seorang tertentu dan orang lain tertentu. Arti hukum perdata tetap mengandung suatu
sesuatu janji wajib untuk melakukan sesuatu hal dan orang lain tertentu berhak
kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum
bahwa suatu perjanjian terjadi apabila adanya kata sepakat. Apakah perjanjian tersebut
dibuat baik secara langsung misalnya saling berhadapan antara dua orang yang saling
memiliki kepentingan, maupun dalam bentuk tidak langsung misalya dengan memakai
perantara seperti surat menyurat. Apabila diantara kedua belah pihak yang memiliki
kepentingan yang berbeda tersebut menyatakan kesepakatannya maka dalam hal ini
telah dpat disebut suatu perjanjian, karena apabila tidak ada kata sepakt antara kedua
Berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat 1
KUH Perdata, suatu perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat sebagai Undang-
Undang bagi para pihak yang membuatnya. Akan tetapi, Pasal 1338 ayat 3 KUH
17
K.R.M.T Tidiningrat, Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Cetakan ke IX, ditambah
dan diperbaharui, PT. Pembangunan, Jakarta, 1986, hlm. 83
Perdata menyebutkan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
debitur dalam situasi tertentu. Jika debitur menuntut haknya pada saat yang paling sulit
1. Perjanjian dalam arti sempit, yaitu perjanjian itu berarti segala perjanjian yang
diatur dalam buku III KUH Perdata dan KUHD yang juga dikuasai oleh prinsip
2. Perjanjian dalam arti luas yaitu segala macam hubungan hukum, dimana janji itu
merupakan inti pokok dari hubungan hukum itu. Jadi pengertiannya tidak hanya
mencakup perjanjian yang diatur dalam buku III KUH Perdata, tetapi juga
mencakup seluruh hubungan hukum, dimana janji itu merupakan inti pokok.
Misalnya:
dijelaskan juga bahwa, tidak semua perjanjian itu mempunyai akibat hukum. Apabila
tidak memenuhi syarat-syarat syah nya suatu perjanjian seperti yang terdapat dalam
18
Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2008, hlm. 4
19
Mariam Darus Badrulzaman, Asas-Asas Hukum Perikatan I, Fakultas Hukum USU, Medan,
1970, hlm. 4
hukum. Tetapi sebaliknya bila perjanjian itu tidak melanggar pasal 1320 KUH Perdata,
maka sekalipun tidak dinyatakan secara tegas bahwa perjanjian itu akan menimbulkan
akibat hukum bagi para pihak, dengan sendirinya perjanjian itu akan menimbulkan
akibat hukum.
Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis), tetapi selalu
bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakan oleh pihak-pihak.
dapat juga dibuat tertulis yang disebut perjanjian carter (charter party). Seperti charter
pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji ataupun charter kapal untuk mengangkut
barang dagangan. Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara lisan,
didukung oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian itu sudah
yang disebut charter party. Alasan para pihak menginginkan agar perjanjian
pengangkutan disebut secara tertulis adalah mungkin salah satu atau lebih dari alasan-
alasan berikut: 20
20
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 3
pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu, dan pengirim barang
bersama.21
1. Subjek perjanjian
hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih. Pendukung hukum perjanjian
sekurang-kurangnya harus ada dua orang tertentu. Salah satu orang menjadi pihak
kreditur, dan yang seorang lagi sebagai pihak debitur. Kreditur dan debitur itulah yang
menjadi subjek perjanjian. Kreditur mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib
tidak mengurangi sah nya perjanjian, atau jika pada mulanya kreditur sendiri dari
21
Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta,
Jakarta, 1995, hlm. 67
beberapa orang kemudian yang tinggal hanya seorang kreditur saja berhadapan dengan
Sebagi tambahan, mengenai subjek perjanjian yang sebagaimana diatur pada Pasal
1329 KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat
Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan, tidak cakap membuat persetujuan adalah:
Kriteria orang yang belum dewasa menurut Pasal 1330 KUH Perdata adalah:
Ayat (1) : Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapaiumur genap
Ayat (2) : Apabila dalam perkawinan itu dibubarkan sebelum mereka umur
Ayat (3) : Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan
bab ini.
Sebagaimana yang terdapat dalam pasal yang disebut diatas dapat diketahui
tahun, diluar ketentuan ini seseorang tersebut masih dinyatakan belum dewasa, dengan
demikian maka ia tersebut tidak dapat atau tidak cakap untuk melakukan perbuatan
Pengecualian dari ketentuan diatas dapat dilihat ayat (2) nya yang antara lain
menyatakan, apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun,
Dan apabila mereka bercerai sedangkan usia mereka masih dibawah 21 tahun, maka
dewasa yang diperbolehkan karena perkawinan itu tetap melekat padanya walaupun
sudah berakhir.
Lain hal nya dengan orang yang ditaruh dibawah pengampuan, dimana orang
perbuatan hukum. Misalnya karena dungu, gila atau karena pemboros. Maka untuk
Menurut pasal 1446 KUH Perdata, orang-orang yang belum dewasa atau orang-
(vernietigbaar), oleh anak yang belum cakap umur itu (dalam hal ini dilakukan oleh
orang tua nya atau wali nya) dapat diminta pada hakim agar perjanjian tersebut
dibatalkan, jadi pihak lawan tidak dapat minta pembatalan tersebut, dia telah membuat
perjanjian, maka perjanjian itu dapat saja dimintakan pembatalannya kepada hakim oleh
juga termasuk kedalamnya orang-orang yang sakit jiwa, pemabuk dan sebagainya.
Sehingga mereka tidak cakap untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum. Dengan
demikian, otomatis orang- orang ini tidak cakap untuk membuat perjanjian.
2. Objek Perjanjian
tidak berbuat sesuatu. Pada perjanjian untuk memberikan sesuatu, prestasinya berupa
menyerahkan sesuatu barang atau memberikan kenikmatan atas sesuatu barang. Berbuat
sesuatu adalah setiap prestasi untuk melakukan sesuatu yang bukan berupa memberikan
sesuatu, misalnya bekerja. Tidak berbuat sesuatu, adalah jika debitur berjanji untuk
tidak melakukan perbuatan tertentu, seperti misalnya tidak boleh merokok di tempat
kerja.22
kesusilaan;
22
Mohd Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-perjanjian Dalam Hubungan Industrial, Sarana Bhakti
Persada, Jakarta, 2005, hlm. 6
23
Ibid.
perjanjian.
misalnya prestasinya berupa membangun sebuah rumah dalam sehati. Sedangkan secara
subjektif ketidakmungkinn itu hanya diketahui oleh debitur yang bersangkutan saja.
Hanya debitur yang bersangkutan saja yang tidak dapat melaksanakan prestasinya,
misalnya orang yang tidak pandai pembukuan diminta membuat neraca perusahaan.
Memperhatikan pasal 1239, 1240, 1241 dan 1243, prestasi dalam pasal-pasal
nampaknya seolah-olah prestasi prestasi yang menjadi voorwerp atau objeknya tidak
tidak berwujud berarti prestasi yang jadi objek perjanjian bisa saja merupakan sesatu
yang tidak bernilai uang. Pendapat ini, bertitik tolak dari pengertian ganti rugi yang tak
berwujud, yang berupa peralihan kerugian dibidang moral dan kesopanan. Akan tetapi
ada yang berpendapat, prestasi sesuatu perjanjian harus bisa dinilai dengan uang
(geldswaarde). Pendapat ini didasarkan pada pendirian, bahwa setiap prestasi harus
mempunyai “nilai ekonomi”. Jika setiap prestasi harus mempunyai nilai ekonomi,
dengan sendirinya prestasi itu harus mempunyai nilai uang. Inilah prinsip umum yang
melandasi suatu perjanjian. Tentang ketentan yang mengatur ganti rugi berupa sesuatu
kerugian tak berwujud, yaitu kerugian dibidang moral yang tak dapat dinilai dengan
uang adalah ketentuan pasal-pasal yang tidak masuk dalam prinsip umum verbintenis
Sebuah perjanjian yang telah memenuhi syarat dan sah, mengikat sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu, agar keberadaan suatu
perjanjian diakui oleh undang-undang harus dibuat sesuai dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh undang-undang. Syarat syah nya suatu perjanjian menurut
ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata adalah sepakat mereka yang mengikatkan diri,
cakap membuat perjanjian, suuatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.24
Kesepakatan adalah salah satu syarat sah nya perjanjian. Oleh karena itu, saat
lahirnya perjanjan atau untuk menentukan ada atau tidaknya perjanjian adalah
24
Ibid., hlm. 7
mengikatkan diri. Hal yang terpenting pada suatu perjanjian adalah bahwa
pihak lainnya.
dapat melakukan suatu hubungan hukum adalah pendukung hak dan kewajiban,
baik orang atau badan hukum yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika
yang membuat perjanjian adalah suatu badan hukum, badan hukum tersebut
harus memenuhi syarat sebagai badan hukum yang sah. Dengan terpenuhinya
syarat tersebut, barulah badan hukum iu dapat disebut sebagai pendukung hak
dan kewajiban tau sebagai subjek hukum yang dapat melakukan hubungan
hukum.
Jika para pihak yang membuat perjanjian adalah orang-orang yang dianggap
sebagai subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum dengan pihak
lain, adalah orang-orang yang tidak termasuk didalam ketentuan Pasal 1330
Kriteria mengenai orang yang elum dewasa menurut KUH Perdata adalah
kecakapan yang menjadi salah satu syarat syah nya perjanjian, usia dewasa
dewasa yang selalu berada dalam keadaan kurang akal, sakit ingatan atau
seorang anak yang belum dewasa. Jika seorang anak belum dewasa harus
diwakili oleh orang tua atau walinya, seorang dewasa yang telah ditaruh
di Negeri Belanda sendiri sudah dicabut, karena dianggap sudah tidak sesuai
dihapuskan. Mahkamah Agung menganggap Pasal 108 s/d 110 KUH Perdata
seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga
Dalam kasus yang dilarang oleh Undang-undang dapat diambil contoh dari
ketentuan Pasal 1601i KUH Perdata. Dalam ketentuan itu diatur bahwa
perjanjian kerja antara suami isteri adalah batal. Dengan demikian Undang-
Suaru hal tertentu sebagai salah satu syarat syahnya perjanjian adalah
ditentukan atau dinikmati. Jika berupa barang dapat dinikmati atau dapat
Sebab yang halal adalah jika tidak dilarang oleh Undang-Undan, tidak
dibuat dengan sebab yang tidak halal, tidak sah menurut hukum.
Yang dimaksud dengan sebab yang halal adalah mengenai isi perjanjian,
jiwa untuk membuat perjanjian pada asasnya tidak diperlukan oleh Undang-
2. Akibat Hukumnya
Akibat hukum dari suatu perjanjian secara jelas disebutkan dalam Pasal 1338
KUH Perdata:
“Semua persetujuan dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka
yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain
sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang
dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan harus dilaksanaan dengan
itikad baik.”
Dari ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata tersebut dapat dilihat bahwa semua
persetujuan, baik persetujuan yang bernama maupun yang tidak bernama yang dibut
sesuai dengan ketentuan hukum, mengikat para pihak yang membuat atau dibuat secara
sah yang berarti dalam pembuatan perjanjian itu sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata
sehingga dengan demikian perjanjian yang dibuat itu mengikat dan mempunyai
Jika dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata disimpulkan adanya azas kebebasan
berkontrak yang disesuaikan dengan pasal 1320 KUH Perdata, maka perjanjian yang
dibuat para pihak tidaklah dapat ditarik seketika tanpa upaya adanya kata sepakat kedua
Selanjutnya menurut Pasal 1339 KUH Perdata, persetujuan itu tidak hanya
megikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga segala
sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, Undang-
Undang.
1. Jenis-Jenis Perjanjian
pihak saja, dan hak pada pihak lain, misalnya; perjanjian hibah, hadiah dan
25
Mariam Darus, Hukum Perikatan, Alumni Bandung, 1987, hlm. 15
perjanjian atas beban adalah perjanjian atas prestasi pihak yang satu terdapat
hukum satu dengan yang lainnya, misal; jual beli, sewa menyewa.
pinjam mengganti.
haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain. Sedangkan perjanjian obligator
hak milik atas benda yang diperjual belikan, masih diperlukan satu lembaga
Undang-Undang setelah diatur secara khusus diatur dalam KUH Perdaa bab
pengangkutan.
Baik untuk perjanjian bernama atau perjanjian tidak bernama pada azasnya
sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara
2. Berakhirnya Perjanjian
dapat hapus, sedangkan perikatannya yang merupakan sumbernya masih tetap ada.
Hanya jika semua perikatan dari perjanjian telah hapus seluruhnya, perjanjian akan
perikatan, yaitu apabila suatu perjanjian hapus dengan berlaku surut, misalnya sebagai
akibat dari pembatalan berdasarkan wanprestasi, semua perjanjian yang telh terjadi
menjadi hapus, perjanjian tersebut tidak perlu lagi dipenuhi dan apa yang teah dipenuhi,
harus pula ditiadakan. Akan tetapi dapat juga terjadi, bahwa perjanjian berakhir/hapus
untuk waktu kedepannya saja, jadi kewajiban telah ada tetap ada.
e. Putusan hakim.
26
Mohd Syaufii Syamsuddin, Op Cit, hlm 41
1. Pengertian Pengangkutan
Kata “pengangkutan” berasal dari kata dasar “angkut” yang berarti mengangkut
dan membawa. Dalam kamus hukum tercantum bahwa, pengangkutan adalah perjanjian
timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengiktkan diri
tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengiim mengikatkan diri untuk
diantaranya:
kegiatan:28
27
Setiawan Widagdo, Kamus Hukum, PT. Prestasi Pustaka, Jakarta, 2012, hlm. 413
28
Lestari Ningsrum, Usaha Perjalanan Wisata Prespektif Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hlm. 134
36
membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan
ditentukan.29
adalah pengangkutan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain, alat-alat
fisik yang digunakan untuk pengangkutan semacam itu termasuk kendaraan dan
lain-lain.30
menggunakan sarana angkut dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan imbalan jasa
2. Tujuan Pengangkutan
ditempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi penumpang ataupun
barang yang diangkut. Tiba ditempat tujuan artinya proses pemindahan dari satu tempat
29
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 19
30
Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi-Keuangan-Perdagangan, Inggris-Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1982, hlm. 1113
ke tempat tujuan berlangsung tanpa hambatan dan kemacetan, sesuai dengan waktu
yang direncanakan. Dengan selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak
mengalami bahaya yang mengakibatkan luka, sakit, atau meinggal dunia. Jika yang
diangkut itu barang, selamat artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan,
sumber daya manusia dan barang di tempat tujuan menjadi lebih tinggi bagi
meninggal dunia.
2. Tidak sampai ditempat akhir pengangkutan, tetapi selamat karena muatan tetap
atau mogok.
3. Tiba di tempat akhir pengangkutan dengan selamat, tetapi penerima tidak mau
tidak membayar biaya pengangkutan lebih dahulu karena segala sesuatu sudah
31
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti,
Cetakan Pertama, Bandung, 1991, hlm. 71
pengangkut.
Dalam kemajuan teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk dunia, hal ini
disertai dengan peningkatan permintaan jasa angkutan oleh masyarakat harus diimbangi
32
Ibid., hlm. 72
nasional, kebutuhan jasa angkutan tidak terbatas pada kebutuhan untuk memindahkan
orang, barang dari suatu tempat ke tempat lain, melainkan kebutuhan angkutan barang
1. Pengangkutan Darat
bagian 2 dan 3, mulai Pasal 90 sampai demgan Pasal 98. Dalam bagia tersebut
diatur sekaligus pengagkutan darat dan perairan darat, namun hanya khusus
2. Pengangkutan Laut
tentang Pelayaran).
3. Pengangkutan Udara
Dalam setiap Undang-Undang yang dibuat, biasanya dikenal sejumlah asas atau
hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau
merupakan latar belakang peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang
setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perUndang-Undangan dan putusan
hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat
33
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, hlm.
34
berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak yang dalam
a. Asas Manfaat
Makna dari asas ini yaitu setiap pengangkutan harus dapat memberikn nilai
guna yang sebesarbesarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan
rakyat, dan pengembangan peri kehidupan yang berkesinambungan bagi warga
negara.
b. Asas Usaha Bersama dan Kekeluargaan
Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan usaha pengangkutan
dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa yang dalam
kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai
semangat kekeluargaan.
c. Asas Adil dan Merata
Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus
dapat memberikn pelayanan yang adil dan merata bagi segenap lapisan
masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
d. Asas Keseimbangan
Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan harus dengan
keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan
pengguna dan penyedia jasa, antara individu dan masyarakat, serta antara
kepentingan nasional dan internasional.
e. Asas Kepentingan Umum
Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus
lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas.
34
Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hlm. 12
f. Asas Keterpaduan
Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan
saling mengisi, baik intra maupun antarpengangkutan.
g. Asas Tegaknya Hukum
Makna dari asas ini yaitu bahwa pemerintah wajib meningkatkan dan
menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara
Indonesia agar selalu sadar dan taa pada hukum dalam penyelenggaraan
pengangkutan.
h. Asas Percaya Diri
Makna dari asas ini yaitu ahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus
berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan serta
bersendikan kepribadian bangsa.
i. Asas Keselamatan Penumpang
Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan
penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan dan/atau asuransi
kerugian lainnya. Asuransi kecelakaan termasuk dalam lingkup asuransi sosial
yang bersifat wajib. Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan pada
perlindungan asuransi, tetapi juga penyelenggara perusahaan pengangkutan
harus berupaya menyediakan dan memelihara alat pengangkut yang memenuhi
standar keselamatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan konvensi
nasional.
hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan niaga, yaitu
pengangkut dan penumpang atau pengirim barang. Asas bersifat perdata terdiri
atas:35
a. Asas Perjanjian
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan diadakan dengan
perjanjian antara pihak perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemilik
barang. Tiket/karcis penumpang dan dokumen pengangkutan merupakan tanda
bukti telah terjadi perjanjian antara pihak-pihak. Perjanjian pengangkutan tidak
diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-
pihak. Akan tetapi untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan
mengikat harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen pengangkutan.
35
Ibid., hlm. 14
b. Asas Koordinatif
Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan
mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau
membawahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan jasa dan
melaksanakan perintah penumpang atau pemilik barang, pengangkut bukan
bawahan penumpang atau pemilik barang. Asas ini menunjukkan bahwa
pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa.
c. Asas Campuran
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan campuran dari
tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan
melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut.
Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini beraku pada pengangkutan, kecuali jika
ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.
d. Asas Retensi
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak menggunakan hak
retensi (hak menahan barang). Penggunaan hak retensi bertentangan dengan
tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban
menyimpan barang atas biaya pemiliknya.
e. Asas Pembuktian dengan Dokumen
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan selalu di buktikan
dengan dokumen pengangkutan. Tidak ada dokumen pengangkutan berarti
tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika ada kebiasaan yang sudah
berlaku umum, misalnya, pengangkutan dengan pengangkut perkotaan
(angkot) tanpa tiket/karcis penumpang.
badan hukum, dan perseorangan. Subjek hukum pengangkutan adalah pendukung hak
36
Lestari Ningrum, Op. Cit., hlm. 140
a. Pengangkut
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), ataupun perorangan yang
lain:
Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian pengangkuan untuk
dapat membayar biaya angkutan atas barang yang diangkut. Pengirim yang tidak
ganti rugi sejumlah biaya angkut yang telah dibayar oleh pengirim. Ciri dan
c. Penumpang (Pessanger)
Penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan
atas dirinya yang diangkut atau semua orang/badan hukum pengguna jasa
angkutan, baik darat, laut, maupun udara. Ciri dan karakteristik penumpang,
antara lain:
d. Ekspeditur
barang, seperti ekspedisi muatan kereta api, ekspedisi muatan kapal laut, dan
Agen perjalanan ini bertindak atas nama pengangkut dan menyediakan fasilitas
dan penumpang membayar biaya angkutan yang kemudian oleh agen perjalanan
disetorkan kepada pengangkut dan pihak agen perjalanan mendapat provisi dari
Perusahaan muat bongkar adalah perusahaan yang menjalankan bisnis bidang jasa
(unloading). Perusahaan ini merupakan perusahaan yang berdiri sendiri atau dapat
hukum yang dilakukan oleh pengusaha muat bongkar dan pekerjanya merupakan
tanggungjawab pengangkut.
perbuatannya dapat sebagai pelaksanaan pemberian kuasa dari pengirim dalam hal
sudah bebas dari segala kewajiban dan pemeriksaan Bea dan Cukai.
importirnya.
baru saja diturunkan dari kapal atau segera akan dimuat ke kepal.
h. Penerima (Consignee)
Dapat berupa pembeli/importir atau pihak yang memperoleh kuasa atau pengirim.
barang.
Objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum
pengangkutan, yaitu terpenuhinya hak dan kewajiban pihak-pihak secara benar, adil,
1) Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi
yaitu: barang padat, barang cair, barang gas, barang rongga (mobil,
a) General cargo, yaitu berbagai jenis barang yang dimuat dengan cara
37
Ibid., hlm. 144
b) Bulk Cargo, yaitu satu macam barang dalam jumlah besar yang
obat-obatan.
b. Alat Pengangkut
1. Kereta Api
Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, bak berjalan sendiri
38
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 116
penumpang.
2. Kendaraan Umum
Kendaraan umum adalah alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari
peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu dan dipungut bayaran
jalan.
pembangunan nasional.
3. Kapal Niaga
Kapal niaga adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apa pun, yang
b) Kapal yang berdaya dukung dinamis adalah jenis kapal yang dapat
Kapal ini terdiri dari beberapa geladak untuk barang dan kamar untuk
penumpang.
sama dengan itu serta dimiliki oleh warga negara Indonesia dan
4. Pesawat Udara
Pesawat udara niaga adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer
karena daya angkat dari reaksi udara, digunakan untuk umum dan
sebagai berikut:
Indonesia
darat, perairan, maupun udara selalu meliputi lima tahap kegiatan, antara lain:39
a. Tahap Persiapan
39
Ibid., hlm. 174
dapat diwakilkan oleh pihak lain, seperti agen perjalanan ataupun perusahaan
ekspedisi muatan.
b. Tahap Pemuatan
Pada tahap ini penumpang yang sudah memiliki karcis/tiket penumpang dapat
naik dan masuk alat pengangkut yang telah disediakan oleh pengangkut di
tata tertib yang berlaku. Pada pengangkutan barang, pengirim atau ekspeditur
c. Tahap Pengangkutan
diangkut guna menetapkan apakah penumpang atau barang yang diangkut itu
sah menurut Undang-Undang atau tidak sah untuk dapat dilakukan tindakan
pengamanan.
d. Tahap Penurunan/Pembongkaran
Pada tahap ini, penumpang diturunkan dari alat pengangkut karena angkutan
kegiatannya adalah pembongkaran barang dari alat pengangkut. Pada tahap ini,
dokumen.
e. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini, pihak-pihak yang menyelesaikan persoalan yang terjadi selama
luka, atau meninggal dunia diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
angkutan dan biaya-biaya lainnya dari penerima jika belum dibayar oleh
2. Dokumen Angkutan
pengangkutan dapat dibuat dalam bentuk tertulis atau lisan, asal diantara para pihak
pengangkutan selalu dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu dokumen angkutan, 40 atau juga
pengangkutan laut yang tercantum, seperti pada Pasal 454 KUHD tentang perjanjian
charter kapal, Pasal 506 KUHD tentang konsumen, serta Pasal 90 KUHD tentang
perjanjian antara pengirim atau ekspeditur dan pengangkut atau nahkoda. Sebetulnya
belah pihak perjanjian telah ada, sehingga dokumen/surat angkutan hanya merupakan
dokumen, yaitu bahwa dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak, yang dapat
dipakai sebagai bukti atau keterangan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat
40
H.M. Hudi Asrori S, Mengenal Hukum Pengangkutan Udara, Kreasi Wacana, Yogyakarta,
2010, hlm. 41
41
Sution Usman Adji, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1991,
hlm. 16
disimpulkan bahwa dokumen angkutan adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat dipakai sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan antara pihak pemakai jasa
angkutan dengan pengangkut. Dalam hal ini meliputi pengangkutan orang dan
pengangkutan barang.
Dalam praktek, dokumen angkutan yang biasa ada secara umum baik dalam
pengangkutan laut, darat, maupun udara ada tiga macam antara lain: 42
42
H.M. Hudi Asrori S, Op. Cit., hlm. 43
perjanjian. Karena tanggungjawab itu timbul sebagai akibat dari adanya perjanjian
diantara pihak. Didalam penutupan setiap perjanjian akan menimbulkan kewajiban dan
hak diantara para pihak, terutama dalam perjanjian timbal balik. Pelanggaran terhadap
membayar ganti rugi dari pihak yang dibebani tanggungjawab dan sebaliknya kepada
dengan suatu perjanjian. Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik
43
Yenny Barmawi, “Laporan Penelitian Tanggungjawab Terbatas Sebagai Sarana Perlindungan
Bagi Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa Dalam Pengangkutan Laut di Indonesia”, BPHN, Dep. Kehakiman
dan HAM, Jakarta, 2002, hlm. 44
59
negosiasi tersebut tidak ada pengaturan rinci dalam Undang-Undang, yang ada hanya
pasal-pasal hukum perjanjian B.W, akan tetapi oleh Undang-Undang telah ditetapkan
tujuan dengan selamat. Jika tidak selamat maka inilah yang akan menjadi
PERUM A.K. JASA RAHARJA, dan jika barang yang diangkut dalam keadaan rusak
atau hilang, maka disini pihak pengangkutan wajib untuk membayar ganti kerugian
sebesar yang telah ditentukan oleh pihak pengangkut yakni maksimum 10x dari biaya
Pengangkutan Jalan, setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan dijalan harus sesuai
44
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 139
45
Hasil wawancara dengan PT. Barumun
dengan peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis, dan layak jalan, serta sesuai
dengan kelas jalan yang dilalui. Agar kendaraan bermotor itu memenuhi persyaratan
teknis dan layak jalan, wajib diuji tipe dan uji berkala yang dibuktikan dengan tanda
bukti lulus uji. Dalam surat tanda bukti uji dicantumkan daya angkut maksimum
kendaraan bermotor. Setiap kendaraan bermoto yang disediakan oleh pengangkut selalu
dalam keadaan memenuhi syarat keselamatan agar dapat sampai di tempat tujuan
dengan selamat.
bermotor di terminal pemberangkatan atau ditempat yang telah disepakati sesuai jadwal
yang telah ditetapkan. Penumpang yang sudah memiliki karcis dapat naik ke kendaraan
bermotor (bus) atau barang yang akan diangkut dimuat kedalam kendaraan bermotor.
masih menganut sistem kekeluargaan, dimana jika ada penumpang yang hendak
membatalkan tiket pada saat jam keberangkatan sudah tiba, uang yang ia bayarkan pada
saat membeli tiket dikembalikan penuh. Hal ini berbanding terbalik dengan ketentuan
yang termuat dibelakang tiket “Dan bila keberangkatan dibatalkan diatas 12 jam
keberangkatan maka uang anda dianggap hangus”. Seolah-olah ketentuan yang dibuat
oleh PT. Barumun hanya untuk formalitas, karna tidak sesuai dalam kesehariannya.
dan Pengangkutan Jalan, untuk kelancaran dan keselamatan pengangkutan jalan, setiap
pengemudi kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat izin mengemudi sesuai
dengan jenis kendaraan bermotor ysng dikemudikan. Surat izin mengemudi terdiri atas
surat izin mengemudi kendaraan bermotor perseorangan dan surat izin mengemudi
kendaraan bermotor umum. Surat izin mengemudi merupakan merupakan tanda bukti
jalan.
pengangkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu
istirahat bagi pengemudi. Pengaturan ini perlu, mengingat faktor kelelahan dan
kendaraan bermotor secara wajar. Oleh karena itu, pergantian pengemudi setelah
menempuh jarak dan waktu tertentu mutlak diperlukan untuk melindungi keselamatan
pemberhentian terdekat jika ternyata penumpang atau barang yang diangkut itu dapat
dan kepatutan.
yang berbahaya yang mudah meledak, beracun, dapat menimbulkan percikan api, dan
dapat merusak barang lainnya (air accu atau barang kimia) dan barang-barang yang
penumpang dimulai sejak penumpang diangkut sampai tiba di tempat tujuan yang telah
tersebut diterima dari pengirim sampai barang diserahkan kepada penerima ditempat
tujuan yang telah disepakati. Namun, PT. Barumun tidak bertanggungjawab atas
1. Barang bawaan yang tidak berongkos dan tidak terdaftar dalam tiket diurus
sendiri oleh penumpang yang bersangkutan dan jika hilang tidak menjadi
tanggungjawab pengangkut.
46
Ibid.
47
Ibid.
Kebocoran, kerusakan, busuk tau mati untuk sejenis barang yang berupa:
barang cair, barang pecah belah, makanan, buah-buahan, binatang hidup, dan
tumbuh-tumbuhan.
menyebabkan barang yang dikirim tidak berfungsi atau berubah fungsi baik
lewat dari batas tersebut, maka barang dianggap sudah sampai ditujuan.
Setelah kendaraan bermotor tiba di terminal tujuan atau tempat yang disepakati
seperti tertera pada dokumen pengangkutan, penumpang turun dari kendaraan bermotor
dan barang di bongkar dari kendaraan bermotor lalu disimpan ditempat penyimpanan
Angkutan
a. Hak-hak Pengangkut
yang dimiliki oleh pengangkut adalah hak atas biaya angkutan yang yang
b. Kewajiban Pengangkut
48
H.M. Hudi Asrori S., Op. Cit., hlm. 30
Kewajiban pengangkut yang lain juga ditentukan dalam Pasal 96 ayat (1)
menuntut ganti rugi. Terhadap hak-hak ini sebetulnya juga dimiliki oleh
b. Kewajiban Pengirim
Pasal 491 KUHD, kewajiban membayar uang angkutan ada pada penerima
a. Hak Penumpang
keselamatan dalam menggunakan jasa bus antar kota; hak untuk memilih
jasa angkutan bus antar kota serta mendapatkan jasa angkutan bus antar kota
tersebut sesuai dengan nilai tukar an kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
angkutan bus antar kota; hak untuk didengar keluhannya atas jasa angkutan
angkutan antar kota secara patut; hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan
49
Ibid., hlm. 32
Undangan.
b. Kewajiban Penumpang
pada waktunya berada dalam pengangkutan dan karena itu tidak dapat ikut
Penumpang
Istilah tanggungjawab dalam arti liability dapat diartikan sebagai tanggung gugat
dan merupakan bentuk spesifik dari tanggungjawab hukum menurut hukum perdata.
Tanggung gugat merujuk pada posisi seseorang atau badan hukum yang dipandang
harus membayar suatu kompensasi atau ganti rugi setelah adanya peristiwa hukum.
membuktikan kesalahan pengangkut. Prinsip ini diatur dalam Pasal 1365 KUH
Perdata tentang Perbuatan Melawan Hukum (illegal act) sebagai aturan umum.
Bila dilihat dari sudut pandang penumpang, dalam hal ini adalah pihak yang
berada dalam alat angkut (bus umum), tidaklah mudah mengetahui dan
50
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 43
mengetahui duty of care yang seharusnya lebih diketahui dengan baik oleh
diakibatkan oleh suatu peristiwa yang tidak dapat dicegah atau dihindari, maka
tersebut. Oleh sebab itu, asas ini telah banyak ditiggalkan atau tidak lagi dipakai
kerugian.
Asas ini lebih dirasakan adil dalam hal pembebanan pembuktian suatu kesalahan
pihak ketiga, yaitu orang dan/atau barang yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan
usaha pengngkutan tersebut. Misalkan sebuah bus menabrak rumah penduduk di pinggir
Dalam hal ini pihak pengangkut wajib memberikan penggantian sebesar kerugian yang
diderita pihak ketiga tersebut tanpa mempersoalkan apa penyebabnya bus menabrak
rumah tersebut.
Tanggungjawab pengangkut tersebut dibatasi oleh Pasal 1247 dan Pasal 1248
KUHPerdata. Dalam Pasal 1247 KUH Perdata menyebutkan bahwa “Si berutang hanya
diwajibkan mengganti biaya, ganti rugi dan bunga yang nyata telah atau sedianya harus
dapat diduga sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinta perikatan
itu disebabkan mengenai tipu daya yang dilakukan olehnya”. Dalam pasal ini yang
dimaksud dengan kerugian adalah kerugian yang dapat diperkirakan secara layak pada
Dalam pasal 1248 KUH Perdata menyebutkan bahwa “Bahkan jika hal tidak
dipenuhinya perikatan disebabkan tipu daya si berutang, penggantian biaya, rugi, dan
bunga sekedar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan
yang hilang baginya hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak
dipenuhinya perikatan”. Dalam pasal ini menjelaskan bahwa kerugian itu harus
merupakan akibat yang langsung dari tidak terlaksananya perikatan dari perjanjian
pengangkutan.
yang disebutkan dalam pasal 186, yang berbunyi “Perusahaan angkutan umum wajib
Selanjutnya pada Pasal 188 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa “Perusahaan angkutan umum wajib
mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karen lalai
mulai tempat pemuatan barang sampai di tempat tujuan dengan selamat. Apabila dalam
hal tersebut diatas terdapat kekurangan jumlah barang, terlambatnya datang barang,
tidak ada penyerahan barang (musnah), terdapat kerusakan pada barang yang terjadi
pengangkut.
yang ditimbulkannya dan harus mengganti kerugan yang terjadi atas kerusakan pada
barang tersebut.
bahwa kerugian itu timbul sebagai akibat dari cacat pada barang itu sendiri atau
Pasal 91 KUHD.
Dalam praktek dapat dilihat bahwa kerugian akibat dari kemusnahan atau
keruskan barang yang terjadi karena keadaan memaksa ada diluar tanggungjawab pihak
kerugian itu terjadi karena keadaan memaksa. Misalnya terjadi kebakaran pada
kendaraan tersebut. Maka dalam hal ini pihak yang memikul resiko terhadap rusaknya
barang tersebut adalah pihak pengirim dan penerima barang kecuali pihak pengangkut
dalam hal ini seharusnya ia menolak atau mengingatkan kepada si pengirim bahwa
pembungkusan barang kurang sempurna. Jika hal ini tidak dilakukan, maka barang
pengangkut.
Dalam hal ini berarti, jika kelalaian terjadi diluar kesalahan maka pengangkut
Kerugian akibat kemusnahan atau kerusakan yang terjadi karena cacat pada barang itu
sendiri, maka yang harus mengganti rugi adalah pihak pengirim, sebab ia sendiri yang
kerugian.
Cacat pada barang itu sendiri dimaksud karena sifat dari barang itu sendiri. Atas
dengan kata lain kerusakan tersebut mengakibatkan tidak tahan lama barang tersebut
dalam masa pengangkutan seperti buah-buahan, maka kerusakan itu terjadi karena
Kesalahan pegirim juga dapat terjadi karena salah menghitung jumlah barang
yang dimasukkan kedalam bungkusan yang akan dikirim. Jadi kekurangan jumlah
barang yang tidak sesuai dengan faktur barang adalah diluar tanggungjawab pihak
pengangkut. Karena hal ini dapat dilihat pada ketentuan tang dikeluarkan perusahaan
didalam surat muatan, menyatakan: “Bahwa kiriman yang tidak sesuai dengan faktur
barang adalah tanggungjawab pengirim. Selain itu juga ada ketentuan lain menyatakan;
Maksud kedua ketentuan tersebut pada dasarnya adalah sama, dimana isinya
adalah bahwa setiap kerusakan dan kemusnahan yang terdapat dalam bungkusan adalah
kerugian itu terjadi diluar kesalahannya, maka resiko dan tanggungjawab dipikul
pengirim maupun oleh pihak penerima sendiri. Karena adanya tanggungjawab yang
Undang tidak dilarang, karena ketentuan seperti ini tidak bersifat memaksa asal tidak
tanggungjawab itu dimuat pada surat muatan yang menyertai barang tersebut.
sama sekali tidak bertanggungjawab tetapi hal seperti itu jarang terjadi, sebab para
pengirim akan memilih pengangkut yang mau bertanggungjawab atas barang yang
perusahaan sendiri.
Apabila kemusnahan atau kerusakan itu adalah akibat dari kesalahan penempatan
atau kurang tepatnya cara penempatan barang didalam angkutan, jika hal ini dapat
dibuktikan oleh pihak pengirim atau pemilik barang, maka yang wajib mengganti
kerugian itu adakag pihak pengangkut. Pengangkut dalam hal ini bukanlah supir atau
kru ataupu kru yang menjalankan kendaraan tersebut, tetapi yang dimaksud adalah
majikan. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 1367 KUH Perdata, yaitu “Seseorang tidak
dibawah penguasaannya”.
Jadi timbulnya suatu kerugian yang diderita oleh si pengirim atau si pemilik
barang karena suatu kejadian atau keadaan yang mengakibatkan musnah atau hilangnya
barang tersebut, maka bentuk tanggungjawab yang diberikan oleh pihak pengangkutan
yaitu berupa ganti rugi dalam bentuk uang sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam
surat muatan, dimana ganti rugi yang diberikan atas kerusakan atau kehilangan barang
barang secara tidak baik (tidak sempurna) didalam prakteknya adalah saat penerima
dimuat dalam surat muatan, karena surat muatan itu diserahkan bersama-sama dengan
Bila ternyata barang-barang muatan itu ada yang rusak atau tidak lengkap
jumlahnya, maka mulai saat ini penerima barang dapat melakukan tuntutan ganti rugi
kepada pihak pengangkut. Akan tetapi si penerima barang hanya dapat menuntut
penggantian kerugian yaang betul-betul atau nyata-nyata ada pada saat itu. Hal ini
berarti bahwa penerima tidak dibenarkan untuk menuntut pergantian kerugian secara
keseluruhan kerugian jika barang yang musnah atau rusak itu sebagian saja.
Walaupun pihak PT. Barumun dalam hal ini tidak mengetahui apa saja isi dari
barang yang diangkut, oleh karena PT. Barumun memliki motto bahwa pihak
pengangkut tidak akan memeriksa isi dari barang yang akan diangkut, maka hal inilah
beberapa orang untuk mrmbawa barang-barang yang terlarang, sehingga pada saat
Sebagai akibat dari permasalahan tersebut, maka sudah pasti barang-barang yang
diangkut tidak akan sampai ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang ditentukan,
sehingga keadaan ini bisa membuat barang yang diangkut menjadi rusak, busuk atau
hilang.
Dalam hal jumlah ganti rugi yang telah ditentukan pada perjanjian pengangkutan
barang, maka besarnya ganti rugi yang dapat dipenuhi oleh pengangkut hanyalah
sebesar yang dimuat dalam surat muat yang dikeluarkan oleh pihak pengangkut.
Adapun ketentuan dalam penetapan jumlah (besarnya) ganti rugi tang dikeluarkan oleh
ongkos kirim, sedangkan surat hanya diganti ongkos kirim isi dari paket, tas-tas, koper-
51
Hasil wawancara dengan PT. Barumun
52
Ibid.
debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang
tidak terduga pada saat dibuatnya perjanjian/kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut
PT. Jasa Raharja merupakan Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan
asuransi sosial yang pelaksana asuransi sosial kecelakaan penumpang dan asuransi
kecelakaan lalu lintas. Jal ini didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. 53 PT. Jasa
baik terhadap penumpang maupun terhadap korban kecelakaan lalu lintas dengan begitu
kewajiban PT. Jasa Raharja sebagai penyalur santunan dapat terlaksana dengan cepat,
Semua penumpang yang menjadi korban atau ahli waris korban yang dijamin atau
53
Sejarah PT. Jasa Raharja dalam www.jasaraharja.co.id diakses pada 28 Maret 2018 pukul
22:39 WIB
Cabang/Perwakilan PT. Jasa Raharja, baik kantor yang berada di daerah tempat
atau ahli waris korban, terdapat prosedur untuk melakukan pengajuan klaim Asuransi
Kecelakaan tersebut. Adapun hal-hal atau persyaratan yang dilakukan oleh PT. Jasa
3) Menyiapkan KTP asli korban/ahli waris, kartu keluarga, surat nikah dan
keterangan ahli waris (bagi korban meninggal dunia) dari kelurahan atau
Setelah berkas tersebut lengkap dan telah diserahkan kepada PT. Jasa Raharja,
maka korban atau ahli warisnya menunggu pengesahan pengajuan tersebut. Setelah
adanya pengesahan, maka dana santunan tersebut akan di transfer ke rekening tabungan
BRI korban ataupun ahli waris serta sejalan dengan moto baru PT. Jasa Raharja,
54
Ari Purnomo Adji, Tanggungjawab PT. Jasa Raharja dan Perusahaan Pengangkutan PO.
Sumber Sejahtera Terhadap Penumpang Korban Kecelakaan, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi I
Vol 3, 2015
dirawat.
kepada korban atau ahli waris korban dilaksanakan untuk korban meninggal dunia
paling lambat 3 (tiga) hari dan untuk pengajuan perawatan dilakukan paling lambat 7
korban. Hal ini dikarenakan bahwa tanggungjawab tersebut telah menjadi kewajiban
PT. Jasa Raharja, sebagai pihak penanggung dalam memberikan santunan. Adapun
Raharja.
warisnya.
55
Hasil wawancara dengan PT. Barumun
yaitu pengangkut selalu bertanggungjawab atas setiap kerugian yang timbul dari
tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kerugian. Yang dimaksud dengan tidak bersalah
adalah; tidak melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk
moda pengangkutan darat, seringkali dihadapkan dengan situasi yang tidak diharapkan
oleh kedua belah pihak. Seperti halnya apabila barang angkutan hilang, mengalami
kerusakan atau cacat pada barang, maka pihak pemilik barang angkutan akan
pemberangkatan atau keterlambatan tiba di tujuan, jika diturunkan di tempat yang tidak
sesuai dengan tujuan awal pada saat membeli karcis/tiket, pemulangan atau pembatalan
tiket dalam 12 jam sebelum keberangkatan, serta fasilitas bus yang di tumpangi tidak
pihak pengangkut atau perusahaan pengangkutan terhadap pengirim atau pemilik barang
serta terhadap penumpang, kecuali adanya keadaan yang memaksa yang tidak dapat di
Dengan adanya peristiwa yang menimbulkan suatu kerugian kepada salah satu
pihak sehingga mengakibatkan konflik diantara para pihak, maka terhadap pihak
tersebut secara kekeluargaan, yakni dengan alternatif penyelesaian sengketa atau yang
litigasi).
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni sebagai berikut:
1. Konsultasi
tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu (klien) dengan
klien nya.57
56
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm.228
57
Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrasi Nasional Indonesia dan
Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm.7
2. Negosiasi
degan tujuan mencapai kata kesepakatan bersama atas dasar kerjasama yang
3. Mediasi
mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin
4. Konsiliasi
pihak luar yang netral dan tidak memihak, yang akan bekerja dengan pihak
58
Ibid.
59
Ibid., hlm. 16
mana, paling tidak secara teoritis tidak dimiliki oleh konsiliasi. Namun
5. Penilaian Ahli
menelaahnya, maka dapat saja para pihak menunjuk seorang atau lebih ahli
Jika barang angkutan pemilik mengalami kerusakan atau cacat pada barang, maka
pihak pemilik barang angkutan akan mengalami kerugian. Serta jika bus yang di
jika diturunkan di tempat yang tidak sesuai dengan tujuan awal pada saat membeli
serta fasilitas bus yang di tumpangi tidak sesuai dengan tarif ongkos/harga yang
Pada PT. Barumun pernah terjadi sengketa antara pemilik barang angkutan dan
pihak pengangkut, namun sejauh ini sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan jalan
damai secara kekeluargaan antara pihak pengangkut dan pihak pemilik barang
angkutan. Pada penyelesaian sengketa ini, pihak PT. Barumun dan pemilik barang
angkutan tidak melibatkan pihak ketiga dalam penyelesaian masalah. Jika dilihat dari
cara penyelesaian sengketanya, maka penyelesaian sengketa yang dilakukan para pihak
disini adalah “negosiasi” karena hanya dilakukan oleh pihak yang berkepentingan, tanpa
Begitu juga dengan halnya sengketa yang pernah terjadi antara penumpang dan
belum selesai perbaikan/reparasi; jika diturunkan di tempat yang tidak sesuai dengan
kerusakan/mogok sebelum sampai di tempat tujuan maka kru bus menelpon kru bus lain
pemulangan tiket dipotong 25% biaya administrasi dari jumlah ongkos atau pembatalan
tiket dalam 12 jam sebelum keberangkatan maka uang akan dianggap hilang atau
hangus; serta fasilitas bus yang di tumpangi tidak sesuai dengan tarif ongkos/harga yang
60
Hasil wawancara dengan PT. Barumun
bisa belum menyelesaikan suatu perselisihan para pihak dalam perjanjian pengangkutan,
maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh para pihak yaitu dengan
61
Ibid.
PENUTUP
A. Kesimpulan
barang, dimana kegunaan dari dokumen tersebut adalah sebagai bukti perjanjian
pengangkutan antara pengangkut dan pengirim barang atau pemilik barang serta
penumpang.
Dengan diterimanya tiket oleh penumpang dan/atau surat muatan oleh pengirim
yang dikeluarkan oleh PT. Barumun yang tertera dalam dokumen pengangkutan.
hak atas biaya angkutan yang harus dibayar oleh penumpang/pengirim termasuk
kepada penerima tepat pada waktunya dan dalam keadaan seperti pada waktu
87
Pada pihak pengirim dan penerima mempunyai hak barang-barangnya yang akan
keselamatan dalam menggukanan jasa bus antar kota, hak untuk diperlakukan
atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, hak untuk
mendapat kompensasi ganti rugi apabila pelayanan fsilitas tidak sesuai dengan
Ganti rugi yang diberikan adalah berupa uang dan diberikan sebatas prosedur
yang berlaku pada PT. Barumun yaitu sebesar 10 (sepuluh) kali ongkos kirim.
dimulai sejak diterimanya oleh pengangkut sampai barang diterima oleh pemilik
antara para pihak dalam perjanjian pengangkutan yaitu dapat dilakukan dengan 2
pengangkutan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh para pihak
yaitu dengan melakukan suatu gugatan tuntutan ganti rugi kerugian kepada
jasanya, sejauh ini sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan jalan damai
B. Saran
sebagai berikut:
dalam PT. Barumun yang tertera didalam tiket. Karena sering kali, penguna jasa
2. Mengenai hak dan kewajiban, pengemudi dan pengguna jasa dalam prakteknya
memberitahukan dengan cara membuat majalah dinding yang berisi tentang hak
kegiatan yang dilakukan oleh PT. Barumun agar dapat dibaca oleh pengguna
jasa jika tejadi klaim atau sekedar sedang menunggu jam keberangkatan bus.
memberikan kompensasi atas kerugian yang diderita oleh pengguna jasa, agar
yang diderita pengirim atau pemilik barang serta penumpang adalah akibat dari
antara pihak pengangkut dengan pengguna jasa, tanpa melibatkan pihak ketiga.
Dalam hal terjadi kehilangan barang akibat dari kelalaian pihak pengangkut,
ganti rugi yang diberikan adalah berupa uang dan diberikan sebatas prosedur
yang berlaku pada PT. Barumun yaitu sebesar 10 (sepuluh) kali ongkos kirim
karena pada saat barang dikirim, pihak pengangkut tidak memeriksa isi dalam
A. BUKU
Amiruddin dan Askin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Asrori S,H.M, Hudi, 2010, Mengenal Hukum Pengangkutan Udara, Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Hukum USU.
Muhammad, Abdulkadir, 1991, Hukum Pengangkutan Darat Laut dan Udara, Bandung:
Sution, Usman, Adji, dkk, 1991, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta.
Ningrum, Lestari, 2004, Usaha Perjalanan Wisata Prespektif Hukum Bisnis, Jakarta:
Penerbit Sumur.
Purba, Hasim, 2005, Hukum Pengangkutan di Laut Prespektif Teori dan Praktek,
Rai Widjaya, I.G, 2008, Merancang Suatu Kontrak (Contact Drafting), Jakarta: Kesaint Blanc.
Suharnoko, 2008, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana
Rineka Cipta.
Tidiningrat, K.R.M.T, Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Cetakan ke IX,
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sengketa
C. JURNAL/MAKALAH
Perlindungan Bagi Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa Dalam Pengangkutan Laut di
D. WEBSITE
Sejarah PT. Jasa Raharja dalam www.jasaraharja.co.id diakses pada 28 Maret 2018
Sury, Agung. Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa Angkutan Jalan dalam
https://www.kompasiana.com/agungsury/perlindungan-hukum-bagi-pengguna-
jasa-angkutan-jalan_5500b435a333115b73511a4d diakses pada 27 Maret 2018
pukul 21:49 WIB
E. WAWANCARA
Hasibuan, Hasril Martua. (Mandor PT. Barumun) Medan : Wawancara pada hari Selasa,
3 April 2018