You are on page 1of 52

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus klinik di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat mulai tanggal 12
November sampai dengan 07 Desemberr 2018 dengan judul kasus”
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Respirasi With Retensi Sputum
And Chest Pain Et Causa Asma bronhial Di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Instructure) dan
Preceptor (Dosen).

Makassar, Desember 2018

Clinical Instructure, Preceptor,

1
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan klinik dengan judul

“Gangguan Respirasi with Retensi Sputum and Chest Pain Et Causa Asma Bronhial

Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (Bbkpm) Makassar ”. Laporan ini kami

susun berdasarkan prakte Klinik di BBKPM.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Klinik,

Pembimbing Akademik, serta teman-teman sekalian yang telah memberikan arahan

selama menyusun laporan ini.

Laporan klinik ini jauh dari kata sempurna, olehnya itu kami membutuhkan kritik

dan saran yang membangun, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam

penuyusun laporan selanjutnya.

Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fisioterapi

khususnya dan seluruh mahasiswa pada umumnya.

Makassar,07 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan……………………………......…………………………………...1

Kata Pengantar…….....…………………………………………………………………2

Daftar Isi..........................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan..........................................................................................................4

Bab II Tinjauan Pustaka


A. Tinjauan Kasus
a. Anatomi Fisiologi...........................................................................................5
b. Definisi kasus ...............................................................................................24
c. Etiologi .........................................................................................................24
d. Patofisiologi...................................................................................................25
e. Gejala.............................................................................................................26
B. Tinjauan Asesmen dan Pengukuran Fisioterapi...................................................27
C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi..............................................................28

Bab III Proses Fisioterapi

A. Identitas Umum Pasien .......................................................................................35


B. Anamnesis Khusus...............................................................................................35
C. Pemeriksaan Vital Sign.......................................................................................36
D. Inspeksi/observasi...............................................................................................36
E. Kemampuan Fungsional......................................................................................36
F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi..............................................37
G. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................41
H. Diagnosa dan Problematika Fisioterapi..............................................................42
I. Program intervensi Fisioterapi............................................................................43
J. Evaluasi Fisioterapi............................................................................................46

Bab IV penutup

A. Kesimpulan .................................................................................................51
B. Saran dan kritik.............................................................................................51

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Asma merupakan penyakit saluran nafas kronis yang dapat bersifat ringan, akan

tetapi dapat menetap serta mengganggu aktivitas sehari-hari. Asma dapat

menimbulkan gangguan emosi seperti cemas dan depresi, menurunkan

produktivitas seseorang akibat tidak masuk kerja ataupun sekolah. Menurut

Imelda (2007) dalam Putra(2012) hubungan antara penurunan kualitas hidup

dengan derajat asma seseorang mempunyai kolerasi yang positif, bahkan

eksaserbasi asma yang berat dapat mengancam kehidupan.Banyak teknik atau

metode terapi yang dapat diaplikasikan pada kondisi asma bronkial antara lain

nebulizer danchest physioterapy Modalitas tersebut bermanfaat dalam

mengurangi sesak nafas dan meningkatkan volume dan membantu pengeluaran

sputum yang berlebihan pada paru-paru (Soemarno, dkk, 2013). Berdasarkan latar

belakang diatas, penulis ingin mengulas mengenai penyakit asma dan bagaimana

penatalaksanaan fisioterapi untuk membantu mengurangi permasalahan yang

dialami penderita

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011, kasus asma sebanyak

235 juta orang. Di negara berkembang angka kematian akibat asma bronkial

mencapai lebih dari 8% (WHO, 2011). National Center for Health Statistics

(NCHS) pada tahun 2011, mengatakan bahwa prevalensi asmaanaksebesar9,5%

danpada orang dewasa sebesar8,2%, sedangkan menurut jenis kelaminpada laki-

laki mencapai7,2% dan 9,7% pada perempuan (NCHS, 2011). Indonesia

merupakan salah satu negara berkembang, angka asma yang terdapat masih cukup

4
tinggi. Berdasarkan data hasil Rikesdas 2010 prevalensi asma di Indonesia adalah

2,5% meningkat menjadi 4,5% ditahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa angka

asma di Indonesia mengalami peningkatan. Di Indonesia, provinsi dengan

prevalensi asma tertinggi adalah provinsi Sulawesi 31,4% (94 orang) dan tercatat

rata-rata jumlah kunjungan ulang pemeriksaan akibat serangan sebanyak80%

(BKPM WilayahSemarang, 2015).

Berdasarkan data hasil dari BBPM Wilayah Makassar bulan Januari-Desember

2018 prevalensi Asma yang ditemukan yaitu sebanyak 114 orang yang menderita

penyakit Asma(Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makasssar,2018).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari Asma Bronhial ?

2. Apakah etiologi dari Asma Bronhial?

3. Apakah gejala dari Asma Bronhial?

4. Bagaimanakah patofisiologi Asma Bronhial?

5. Bagaimanakah assessment fisioterapi pada Asma Bronhial?

6. Bagaimanakah intervensi fisioterapi pada Asma Bronhial?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari Asma Bronhial

2. Untuk mengetahui etiologi Asma Bronhial?

3. Untuk mengetahui gejala dari Asma Bronhial

4. Untuk mengetahui patofisiologi Asma Bronhial

5. Untuk mengetahui assessment fisioterapi pada Asma Bronhial.

6. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada Asma Bronhial

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

1. Pengertian Respirasi

Pernapasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan

oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.

Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan

membuang karbondioksida ke lingkungan.

Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata)

yang terdapat di otak. Sedangkan keinginan bernafas adalah karena adanya

rangsangan dari konsentrasi CO2 dalam darah. Bila kita menahan napas dalam

waktu tertentu, maka dorongan untuk bernapas semakin besar. Ini terjadi

karena kadar CO2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu pusat

pernapasan agar organ pernapasan melakukan gerakan bernapas.

2. Jenis-Jenis Respirasi pada Manusia

Ada dua cara pernafasan yang dilakukan manusia, yaitu pernafasan dada dan

pernafasan perut. Organ yang terlibat pada pernafasan dada adalah tulang

rusuk, otot antar rusuk (intercostae), dan paru-paru. Sedangkan pada

pernafasan perut yang terlibat adalah diafragma, otot perut, dan paru-paru.

a. Pernapasan dada

6
Respirasi / Pernapasan Dada Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau

mengerut Tulang rusuk terangkat ke atas Rongga dada membesar yang

mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke

dalam badan. Patofisiologi dan Antfisman – Sistem Pernapasan.

1) Inspirasi : Bila otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk

terangkat, volume rongga dada akan membesar sehingga tekanan udara

di dalamnya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar, sehingga

udara masuk ke paru-paru.

2) Ekspirasi : Bila otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang

rusuk akan menurun, akibatnya volume rongga dada akan mengecil

sehingga tekanan udara membesar, akibatnya udara terdorong ke luar

dari paru-paru.

b. Pernapasan perut

Respirasi / Pernapasan Perut Otot difragma pada perut mengalami

kontraksi Diafragma datar Volume rongga dada menjadi besar yang

mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke

paru-paru. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari.

Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan

pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat.

Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen

yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara. Pada

pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan

19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40

7
milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam

tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu

melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar

dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

1) Inspirasi : Bila otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan

mendatar, akibatnya volume rongga dada bertambah besar, tekanan

mengecil, sehingga udara masuk ke paru-paru

2) Ekspirasi : Bila otot diafragma relaksasi, maka posisi diafragma

naik/melengkung, sehingga rongga dada mengecil, tekanan membesar,

akibatnya udara terdorong keluar.

Ekspirasi bukan saja akibat otot-otot antar tulang rusuk dan diafragma

yang berelaksasi, tetapi juga karena kontraksi otot dinding perut.

8
3. Organ Respirasi pada Manusia

Organ-organ pernapasan manusia terdiri atas:

a. Hidung (Cavum Nasalis)

Selain sebagai salah satu organ alat pernapasan manusia, hidung juga berfungsi

sebagai salah satu dari 5 indera. Hidung berfungsi sebagai alat untuk

menghirup udara, penyaring udara yang akan masuk ke paru-paru, dan sebagai

indera penciuman.

Udara yang dihirup melalui hidung

akan mengalami tiga hal :

Dihangatkan

1) Disaring

2) Dan dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama

dari selaput lendir respirasi ( terdiri

dari : Psedostrafied ciliated

9
columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus

kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung,

sel goblet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang

masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal

tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke :

1) Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

2) Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat

pangkal lidah)

3) Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

b. Tekak (Faring)

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan

jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung,

dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-

organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan

rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat

2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus)

c. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring

berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang

rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal

laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel

10
berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran

suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga

sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh

beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat

ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan

makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas

katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan

bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.

Terdiri dari tiga struktur yang penting

1) Tulang rawan krikoid

2) Selaput/pita suara

3) Epilotis

4) Glotis

Laring sering disebut sebagai kotak suara. Laring menghubungkan

laringofaring dengan trakea. Terletak pada cervical ke 4 – 6. Dindingnya terdiri

dari 9 kartilago yaitu:

1) 3 kartilago tunggal yaitu:

a) kartilago tyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago

ini membentuk jakun (Adam’s apple)

b) kartilago epiglottis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah

laring selama menelan

11
c) dan kartilago cricoid. : satu-satunya cincin kartilago yang komplit

dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)

2) 3 kartilago berpasangan yaitu:

a) kartilago arytenoids : berperan penting dalam menghasilkan suara

karena mengandung pita suara.

b) kartilago cuneiform

c) kartilago corniculate.

4. Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm. Di

paru-paru trakea bercabang dua membentuk bronkus. Dinding tenggorokan

terdiri atas tiga lapisan berikut.

a. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.

b. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan. Trakea

tersusun atas 16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Bagian

belakang cincin tulang rawan ini tidak tersambung

dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk mempertahankan

trakea tetap terbuka.

c. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan

banyak lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme

yang masuk saat menghirup udara.

12
Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia

menuju bagian belakang mulut. Akhirnya, debu dan mikroorganisme

tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia ini berfungsi menyaring

benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan.

5. Cabang Tenggorokan (Bronkus)

Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang

satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus

yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah

kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan lebih mudah terserang

penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya

dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang

menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus

sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.

6. Bronkiolus

Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam

rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru. Bronkiolus

bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya

semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya

bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Jumlah cabang bronkiolus

yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang menuju

13
paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang menuju

paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2.

Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada

mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran

sel globet dan epitel. fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang

menghubungkan oksigen yang dihirup agar mencapai paru-paru.

7. Alveoli

a. Fungsi pertukaran O2 dan CO2

b. Terdiri dari sekitar 700jt gelembung paru, bila di bentangkan sekitar 90m2

c. Terdiri 3 sel aveolar ( Tipe 1 membentuk dinding alveolar, Tipe 2 aktif

secara metabolik, mensekresi surfactan, Tipe 3 sbg Magrofag )

8. Alveolus

Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung

udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan

dengan kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya

luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada

bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel

darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.

Bronkiolus bermuara pada alveol (tunggal: alveolus), struktur berbentuk bola-

bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel pipih yang

14
melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler darah mengikat

oksigen dari udara dalam rongga alveolus.

9. Paru- Paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh

siuatu sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan

dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu

gelambir atas, gelambir tengah dan gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri

terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru

diselimuti oleh suatu selaput paru-paru (pleura). Kapasitas maksimal paru-paru

berkisar sekitar 3,5 liter.

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa

disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang

dewasa lebih kurang 500 nl. Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih

bisa menarik napas sedalam-dalamnya. Udara yang dapat masuk setelah

mengadakan inspirasi biasa disebut udara komplementer, volumenya lebih

kurang 1500 ml. Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa

menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah

ekspirasi biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.

Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya

ternyata dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara

residu lebih kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan, udara

komplementer, dan udara suplementer disebut kapasitas vital paru-paru.

15
4. Kapasitas dan Volume Paru-paru

Suatu metode sederhana untuk mempelajari pertukaran udara paru-paru

adalah mancatat volume udara yang bergerak ke dalam dan ke luar paru-paru

disebut spirometer. Sebuah alat spirometer terdiri dari sebuah silinder yang

berada dalam sebuah ruangan berisi air yang keseimbangannya dapat diatur

melalui suatu pemberat. Dalam selinder terdapat campuran udara pernafasan

biasanya udara atau O2, suatu tabung yang menghubungkan mulut dengan

ruang udara. Karena nafas masuk dan ke luar ruang udara maka silinder

terangkat/naik dan turun, dan suatu grafik akan terlihat pada kertas yang

terdapat pada silinder yang berputar.

Untuk memudahkan menjelaskan berbagai kejadian pertukaran udara

paru-paru maka udara dalam paru-paru telah dibagi menjadi 4 volume dan 4

kapasitas.

Volume paru-paru bagian kiri terdiri atas 4 volume yang berbeda dan

bila dijumlahkan semuanya sama dengan volume maksimum paru-paru yang

masih dapat diharapkan.

Arti penting dari masing-masing volume tersebut adalah sebagai berikut:

a. Volume tidal (tidal volume = TV) adalah volume udara pada waktu

inspirasi atau ekspirasi normal, dan volumenya kira-kira 500 ml.

b. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV) adalah

volume ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi normal

16
sebagai volume udara tambahan terhadap volume volume tidal, dan

biasanya volume udara itu kira-kira 3000 ml.

c. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reseve volume = ERV) adalah

jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan berekspirasi sekuat-

kuatnya (maksimum) pada saat akhir ekspirasi normal, biasanya volume

ini kira-kira 1100 ml.

d. Volume residu (residual volume = RV) adalah volume udara yang masih

tinggal di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi maksimum.

Volume residu ini rata-rata 1200 ml.

e. Kapasitas paru-paru dalam siklus paru-paru kadang-kadang perlu

mempertimbangkan 2 atau lebih volume udara tersebut di atas secara

bersama-sama. Penggabungan ini disebut kapasitas paru-paru.

Kapasitas paru-paru berbeda-beda dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

a. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC) = volume tidal (TV) + volume

cadangan inspirasi (IRV). Ini adalah sejumlah udara (kira-kira 3500 ml)

yang berarti seseorang bernafas mulai dengan tingkat ekspirasi normal dan

memperbesar paru-parunya hingga maksimum.

b. Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity/FRC) = volume

cadangan ekspirasi (ERV) + volume residu (RV).

Ini adalah sejumlah udara yang tinggal dalam paru-paru pada akhir

ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).

c. Kapasitas vital (vital capacity/VC) = volume cadangan inspirasi (IRV) +

volume tidal (TV) + volume cadangan ekspirasi (ERV).

17
Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru

setelah ekspirasi dan dilanjutkan dengan ekspirasi maksimum.

d. Kapasita total paru-paru (total lung capacity/TLC) adalah volume

maksimum paru-paru yang masih dapat diperbesar dengan inspirasi sekuat

mungkin (kira-kira 5800 ml). TLC = IRV + TV + ERV + RV.

Sebagai contoh, dapat dikemukakan di sini bahwa laki-laki mempunyai

VT = 400 ml, VC = 4800 ml, IRV = 3100 ml, IC = 3600 ml, ERV = 1200

ml, RV = 1200 ml, FRC = 2000 ml, TLC = 6000 ml. Sapi betina (dalam

keadaan tidur) mempunyai TV = 3100 ml; sedangkan dalam posisi berdiri

adalah 3800 ml.Semua volume dan kapasitas paru-paru wanita 20 – 25%

lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan volume serta kapasitasnya lebih

besar pada orang yang bertubuh besar dan olahragawan dibandingkan

dengan orang yang bertubuh kecil dan menderita asma.

5. Fungsi Sistem Respirasi

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memungkinkan ambilan

oksigen dari udara kedalam darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas

dari dara ke udara bebas.

Fungsi Sistem Respirasi yang lain :

a. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem

aliran darah.

b. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.

18
c. Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur,

dan berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem

respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen.

d. Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk

komunikasi lainnya.

e. Memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory

di superior portion pada rongga hidung.

f. Respirasi : pertukaran gas O² dan CO²

g. Keseimbangan asam basa

h. Keseimbangan cairan

i. Keseimbangan suhu tubuh

j. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi

k. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan

angiotensin

l. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri

6. Skeletal Thorax dan Tulang, Otot yang terbentuk pada Thorax

19
Thorax adalah daerah pada tubuh manusia yang berada di antara leher dan perut

(abdomen). Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior

oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet, dengan batas luar thorax

adalah dinding thorax yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga, sternum,

otot, dan jaringan ikat. Sedangkan rongga thorax dibatasi oleh diagfragma

dengan rongga abdomen. Isi rongga torak adalah Rongga pleura kiri dan kanan

berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis danparietalis.

Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi

menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior. Mediastum terletak

diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting

thorax selain paru-paru yaitu (jantung, aorta, vena cavae dan lain-lain). Dalam

bernapas manusia memerlukan 16-20 kali/menit dan jantung berdenyut 70-80

kali/menit.

Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu:

a. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )

b. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)

c. Rongga dada tengah (mediastinum).

Kerangka toraks merupakan komponen dari kerangka aksial. Ini terdiri dari

tulang rusuk dan tulang rusuk sternum.The thorax diberi nomor dalam urutan

menaik 1-12. 11 & 12 dikenal sebagai mengambang rusuk karena mereka tidak

memiliki titik lampiran anterior khususnya tulang rawan yang melekat pada

tulang dada, seperti 1-7 adalah, dan oleh karena itu disebut "mengambang".

20
Sedangkan tulang rusuk 8-10 yang disebut rusuk palsu seperti kartilago kosta

mereka berartikulasi dengan aboves rusuk kartilago kosta.

Thorax terdiri dari beberapa Tulang yang membentuknya :

Dinding dada termasuk tulang belakang dada, tulang dada, tulang rusuk, dan

tulang rawan kosta. Sternum (tulang dada) terdiri dari tiga tulang menyatu:

manubrium, tubuh, dan proses xifoideus. Ada 12 pasang tulang rusuk. Semua

rusuk mengartikulasikan posterior dengan vertebra toraks yang sesuai. Pada

ujung anterior mereka, mereka berbeda tentang bagaimana mereka

melampirkan, sebagai berikut: Tujuh pasang tulang rusuk sejati (tulang rusuk

vertebrosternal) melampirkan langsung ke sternum dengan tulang rawan hialin

disebut kartilago kosta. Tiga pasang rusuk palsu (rusuk vertebrochondral) tidak

melampirkan ke sternum. Sebaliknya, mereka terhubung (dengan kartilago

kosta) ke tulang rusuk langsung di atas mereka. Dua pasang rusuk palsu

(floating rusuk atau tulang rusuk tulang belakang) tidak melampirkan apa-apa

di ujung anterior mereka.

21
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi

penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas

adalah sebagai berikut :

a. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing

iga.

b. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum(tulang dada).

c. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.

d. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.

e. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligusmembuat isi perut

mendorong diafragma ke atas.

f. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.

Otot-otot pernapasan

a. Otot-otot Inspirasi

Inspirasi adalah proses aktif sehingga baik inspirasi biasa maupun inspirasi

dalam selalu memerlukan aktifitas dari otot-otot inspirasi. Otot inspirasi

utama yaitu diafragma. Otot-otot insirasi lainnya adalah m. intercostalis

externus, m. levator costae, m. serratus posterior superior, m.

intercartilagineus (otot reguler/ekstrinsik) dan m. scaleni, m.

sternocleidomastoideus, m. serratus anterior, m. pectoralis mayor et minor,

m. latissimus dorsi (otot auxiliar). Otot auxiliar merupakan otot yang

terutama membantu proses insirasi atau ekspirasi dalam.

22
b. Proses ekspirasi biasa merupakan proses yang pasif dan terjadi karena

daya elastis dari jaringan paru (recoil) dan tidak memerlukan aktifitas otot-

otot ekspirasi. Otot-otot ekspirasi diperlukan pada proses ekspirasi dalam.

Otot ekspirasi terdiri atas otot reguler/intrinsik (m. intercostalis internus,

m. subcostalis, m. transversus thoracis, m. serratus posterior inferior) dan

otot auxiliar (m. obliquus internus et eksternus abdominis, m. transversus

abdominis, m. rectus abdominis).

B. Patologoi

1. Definisi

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang

mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh

factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat

karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan

karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,

penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat

timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia

di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.

b. Faktor Presipitasi

1) Alergen

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

23
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-

obatan.

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:

perhiasan, logam, dan jam tangan.

2) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

3) Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada

4) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya

serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau olah raga yang berat.

3. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang

menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe

alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai

24
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah

besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spesifikasinya.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen

menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.

Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin

berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang

pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi

kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif

berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami

degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil

akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran

udara.

4. Gejalah

Gejala awal :

a. Batuk

b. Dispnea

c. Mengi (whezzing)

d. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada

e. Tachicardi

f. Pernafasan cepat dangkal

Gejala lain :

a. Takipnea

25
b. Gelisah

c. Diaphorosis

d. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan

e. Fatigue ( kelelahan)

f. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.

g. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai

pernafasan lambat.

h. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi

i. Sianosis sekunder

j. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan

pelebaran tekanan nadi.

5. Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,

yaitu

a. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh

faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu

binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma

ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik

terhadap alergi

b. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang

bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti

udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan

dan emosi.

26
c. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.

C. Tinjauan Assement dan Pengukuran

1. Alat Ukur / Pengukuran Fisioterapi

a. Pengukuran Spirometri
Pemeriksaan Spirometri dilakukan untuk melihat fungsi paru dari
komponen volume, kecepatan dan waktu yang berhubungan dengan
penyakit paru. Hal yang dapat mempengaruhi Volume paru dan
kecepatan aliran adalah usia, jenis kelamis, ras serta Tinggi badan. Berat
Badan tidak mempengaruhi nilai prediksi normal.

b. Pemeriksaan Derajat sesak ( Skala Borg)


Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan
tiap nilai mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita
menderajatkan intensitas sesak dari derajat Ringan sampai berat. Nilai
tiap deskripsi verbal tersebut dibuat skor sehingga tingkat aktivitas dan
derajat sesak dapat dibandingkan antar individu. Skala ini memiliki
reproduksibilitas yang baik pada individu sehat dan dapat diterapkan
untuk menentukan dispnea pada penderita penyakit kardiopulmoner serta
untuk parameter statistik.
c. Pengukuran Mobilitas Sangkar Thoraks
Pengukuran mobilitas sangkar thoraks dapat di lakukan secara
langsung dengan meletakan tangan di atas chest pasien dan merasakan
pergerakan sangkar thoraks atau dengan meteran untuk melihat selisih
antara inpirasi dan ekspirasi. Jika selisih antara inspirasi da ekspirasi
bawah 3,5 cm menunjukkan ada penurunan mobilitas sangkar thoraks
d. Pengukuran Nyeri (VAS)
Visual analogue scale merupakan alat pengukuran intensitas nyeri
yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan
uji tingkat nyeri pasien. Vas umumnya disajikan dalam bentuk garis
horisontal dan diberi angka 0-10. Vas dapat diaplikasikan disemua pasien

27
tidak tergantung bahasa bahkan dapat dgunakan pada anak-anak diatas
usia 5 tahun dan vas dapat digunakan disemua nyeri. Kekurangan vas
adalah memerlukan pengukuran yang teliti utuk memberikan penilaian .

D. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi

1. MWD

a. Definisi

MWD adalah Suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang

mikro dalam bentuk radiasi elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk

dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25

arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi hanya 3 cm, efektif

pada otot.

b. Indikasi MWD yaitu selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot

(efektif untuk sendi Inter Phalangeal, Metacarpal Phalangeal dan pergelangan

tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer

(neuralgia neuritis)

c. Kontraindikasi MWD yaitu adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian

yang menyerap keringat, jaringan yang banyak cairan, gangguan sensibilitas,

neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes melitus), infeksi akut,

transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah rontgen

(konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi. Efek fisiologis

yang ditimbulkan dari pemberian MWD

Terjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan

metabolisme jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul

28
homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas

secara general yang menaikkan temperatur pada daerah lokal.

2. Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS)

a) Definisi

Tens (transcutaneus electrical nerve stimulation), alat ini dioperasikan dengan

baterei kecil dan menggunakan transmisi listrik dan bermanfaat menurunkan

nyeri. Elektroda di letakkan didaerah yang bersangkutan yang mengalami

nyeri. Mesin dihidupkan dan arus listrik disalurkan lewat elektroda. Perasaan

geli terasa dibawah kulit dan otot. Sinyal ini berfungsi menggangu sinyal

nyeri. Sinyal dari tens ini mempengaruhi syaraf-syaraf pada daerah yang

diaplikasikan tens dan memutus sinyal nyeri sehingga pasien merasakan

nyerinya berkurang.

b) Tujuan

Tujuan pemberian TENS Memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi

otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri tingkat sensorik, menambah

Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon, memperlancar peredaran darah

dan memperlancar resorbsi oedema.

c) Indikasi TENS

Keluhan nyeri, kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang

konduktifitasnya belum membaik, kondisi keluhan nyeri pada otot, kondisi

peradangan sendi

29
3. Postural drainage

a. Definisi

Suatu bentuk pengaturan posisi pasien untuk membantu pengaliran mukus

sehingga mukus akan berpindah dari segmen kecil ke segmen besar dengan

bantuan gravitasi dan akan memudahkan mukus di ekspektorasikan dengan

bantuan batuk.

b. Tujuan

postural drainage adalah untuk membantu mengeluarkan dahak serta

melepaskan perlengketan sputum pada bronkus. (Putri dan Soemarno, 2013).

Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan

pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari selama 3-10 menit. Pada

penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai

dengan clapping dan vibrating.

4. Tapotement
a) Definisi

Tapotement merupakan gerakan pukulan ringan yang dilakukan secara

berirama yang ditujukan pada bagian yang berdaging.

b) Tujuan

Tujuannya adalah mendorong atau memudahkan sirkulasi darah dan

mendorong keluar sisa-sisa pembakaran dari tempat persembunyiannya.

Tapotement/memukul yaitu dengan kepalan tangan, jari lurus, setengah lurus

atau dengan telapak tangan yang mencekung, dengan dipukulkan ke bagian

otot-otot besar seperti otot punggung. Tujuannya yaitu untuk merangsang

serabut saraf tepi dan merangsang organ-organ tubuh bagian dalam.

30
Teknik dasar manipulasi tapotement merupakan teknik yang dilakukan

dengan tangan yang melibatkan pergelangan dan jari-jari yang rileks dan

digerakkan dengan cepat bergantian kanan-kiri.

5. Breathsing Exercise

a. Definisi

Breathing exercise merupakan suatu teknik yang digunakan untuk

membersihkan jalan napas, merangsang terbukanya sistem collateral,

meningkatkan distribusi ventilasi dan meningkatkan volume paru (Pryor dan

Webber, 1998).

Pursed Lip Breathing Exercise merupakan latihan pernapasan dengan cara

penderita duduk dan inspirasi dalam saat ekspirasi penderita menghembuskan

melalui mulut hampir tetutup seperti bersiul secara (Smeltzer, 2008)

Pursed Lip breathing exercise merupakan latihan yang bertujuan untuk

mengatur frekuensi dan pola pernafasan sehingga mengurangi air trapping,

memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa

meningkatkan kerja pernafasan, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan

pernafasan sehingga bernafas lebih efektif dan mengurangi sesak nafas

(Smeltzer, 2008)

Pursed lips Breathing dilakukan untuk mendapatkan pengaturan nafas yang

lebih baik dari nafas sebelumnya yaitu pe rnapasan cepat dan dangkal menjadi

pernafasan yang lebih lambat dan dalam Tujuan Pursed lips Breathingadalah

memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma, dapat melatih otot-otot

ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan tekanan jalan

nafas selama ekspirasi, dengan demikian mengurangi jumlah tahanan dan

31
jebakan udara / air trapping. Latihan ini juga dapat membantu menginduksikan

pola nafas terutama frekuensi nafas menjadi lambat dan dalam (Yunus, 2005).

Latihan nafas dalam juga akan meningkatkan oksigenasi dan membantu sekret

atau mukus keluar dari jalan nafas sehingga dapat meningkatkan FEV1 (Speer,

2007)

Dengan Pursed lips Breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga

mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus

sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada

waktu ekspirasi. Apabila terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut dan

tekanan ini diteruskan melalui cabang-cabang bronkus maka akan

meningkatkan nilai Forced Ekspiratory Volumein One Second(FEV1) pada

PPOK (Smeltzer et al., 2008)

b. Tujuan Breathing Exercise (Pursed Lip Breathing)

1) Mengurasi sesak napas pendk

2) meningkatkan ventilasi.

3) Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.

4) Mencegah atelektasis

5) Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.

6) Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.

7) Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.

8) Meningkatkan relaksasi.

9) Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan

nafas

32
6. Coughing exercise

a. Deifnisi

Coughing exercise taau batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan

benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah

dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dari jalan napas dan area

paru.

Selain itu coughing exercise menekankan inspirasi maksimal yang

dimulai dari ekspirasi.

b. Tujuan

tujuan dilakukannya tindakan coughing exercise adalah merangsang

terbukanya sistem kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, dan

meningkatkan volume paru serta memfasilitasi pembersihan saluran napas

yang memungkinkan pasien untuk mengeluarkan sekresi mukus dari jalan

napas (Pratama, 2012).

7. Mobilisasi sangkar toraks

a. Definisi

Mobilisasi sangkar toraks adalah suatu bentuk latihan aktive movement pada

trunk dan extremitas yang dilakukan dengan deep breathing yang bertujuan

untuk meningkatkan mobilitas trunk dan shoulder yang mempengaruhi

respirasi serta memperkuat kedalaman inspirasi dan ekspirasi (Subroto,

2010).

Mobiliasi sangkar toraks dapat dilakukan dengan bantuan pergerakan dari

bahu dan tulang belakang. Mobilisasi sangkar toraks melibatkan gerakan

33
kompleks dari anggota gerak atas selain itu antara sternum, torakal vertebra,

serta otot-otot pernapasan. Mekanisme mobilisasi sangkar toraks adalah

meningkatkan panjang otot interkostalis dengan melakukan kontraksi yang

efektif dari anggota gerak atas.\

34
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Tn. S

No. Rekam Medik : 076680

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Jl.Bola 17 G

Agama : Islam

Diagnosa Medis : Bronhitis

B. Anamnesis Khusus

Keluhan utama Sesak napas, batuk berdahak, nyeri pada dada

Lokasi keluhan Pada dada

Riwayat perjalanan penyakit a. Pasien pernah bekerja sebagai pegawai

Kontrator dengan keadaan lingkungan

berdebu,banyak asap rokok dan cuaca tidak

menentu

b. Pasa tanggal 10 oktober 2018 pasien datang

dengan keluhan batuk selama 2 bulan dan

sesak napas,tidak riwayat oa.

c. pada tanggal 15 Oktober 2018 pasien datang

dan diagnosa Asma oleh dokter

35
d. Pada tanggal 21 november 2018 pasien dirujuk

ke fisioterapi dengan keluhan sesak

napas,nyeri dada dan batuk.Setiap pasien

merasakan kedinginan pasien akan merasakan

sesak napas dan batuk berdahak

Riwayat Penyakit Penyerta Tidak ada DM, Hipertensi

Riwayat Penyakit Keturuan Tidak ada

C. PemeriksaanVital Sign

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Denyut Nadi : 82/ menit

Pernapasan : 20/ menit

Berat Badan : 57 kg

Tinggi Badan : 160 cm

SaO2 : 98 %

D. Inspeksi/Observasi

1. Inspeksi

a. Statis

1) Pasien tampak sesak

2) Kifosis

3) Funnel ches

4) Sedikit Proktraks

5) Pola napas dispnea

36
b. Dinamnis

1) pasien tidak merasakan sesak pada saat perjalanan dari rumah ke balai

paru

2. Palpasi : tidak Ada nyeri tekan pada dada.

E. Kemampuan Fungsional

1. Pasien pernah bekerja di sebuah kontraktor dengan aktivitas secara mandiri dan

tidak pernah merasakan sesak atau keluhan yang lain.

2. Dalam lingkungan pasien pada saat bekerja banyak asap rokok,debu dan cuaca

yang tidak stabil seperti dingin.

3. Pasien berhenti bekerja dikarenakan merasakan sesak,nyeri dada dan sering

batuk

4. Pasien sekarang bekerjas ebagai wiraswata. Pasien akan merasakan sesak dan

nyeri dada pada saat merasakan dingin seperti di waktu subuh.

F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

a. Tes Skala Sesak dengan Skala Borg

SKALA DERAJAT SESAK

0 Tidak sesak sama sekali

0,5 Sesak sangat ringan

1 Sesak nafas sangat ringan

2 Sesak nafas ringan

3 Sedang

4 Sesak nafas cukup berat

5 Sesak berat

37
6 Sesak berat

7 Sesak nafas sangat berat

8 Sesak nafas sangat berat

9 Sangat-sangat berat (hampir maksimal)

10 Maksimal

Interpretasi : 5 (Sesak nafas berat)

b. Mobilitas Sangkar Thoraks

Selisih
Titik Ukur Inspirasi Awal Ekspirasi
ins eks

Axilla 92cm 90cm 90cm 2cm -

P. Mamae 93cm 91cm 91cm 2cm -

Xypoid 90cm 88cm 87cm 2cm 1cm

Interpretasi : Ada penurunan pada mobilitas sangkar thoraks

c. Auskultasi

Kiri Kanan

Regio
ves Ronchi whes ves ronchi whes

Apical

Mild zon + +

Low zon

Posterior

38
Interpretasi :Bunyi whezeeng pada dada tengah kanan dan ronchi pada mild kanan

d. Pemeriksaan spirometri

Interpretasi : Normal spirometry

e. Pemeriksaan Panjang Otot

1) M. Pectoralis Mayor

Prosedur : Posisikan pasien tidur terlentang, kemudian instruksikan

pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke atas sampai full ROM

sampai menyentuh bed, M. Pectoralis Major dikatakan memendek apabila

salah satu dari kedua lengan tidak mampu menyentuh bed.

Hasil : Normal

2) M. Pectoralis Minor

Prosedur : Posisikan pasien tidur terlentang, kemudian pasien di

instruksikan untuk menggerakkan bahunya menyentuh bed. M. Pectoralis

minor dikatakan memendek apabila salah satu/ kedua bahu tidak dapat

menyentuh bed.

Hasil : Normal

3) M. Upper Trapezius

Prosedur : Pasien tidur terlentang dengan kepala pasien berada

diluar bed dan di sanggah oleh tangan terapis. Terapis menggerakkan

39
kepala pasien kearah lateral fleksi dengan memberikan caunter fleksi pada

bahu pasien. M. Upper trapezius dikatakan memendek apabila pasien

merasa nyeri/ terlihatnya ketebatasan.

Hasil : Normal

4) M. Sterno Cleidomastoideus

Prosedur : Pasien tidur terlentang dengan kepala pasien berada diluar

bed dan disanggah tangan fisioterapis. Terapis menggerakkan leher pasien

ke arah ekstensi, rotasi homolateral. M. SCM dikatakan memendek apabila

ada nyeri.

Hasil : Normal

f. Tes Skala Nyeri dengan VAS (Visual Analog Scale)

Skala 0-1 mm : Tidak nyeri (Tidak ada rasa sakit merasa normal).

Skala 1-4 mm : Nyeri ringan (Masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu).

Skala 5-7 mm : Nyeri sedang (Mengganggu aktifitas fisik).

Skala 7-100 mm: Nyeri berat (Tidak dapat melakukan aktifitas secara

mandiri).

Interpretasi : 5 (nyeri sedang)

40
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Tes VCT Anti Body

Catatan: Hasil tes Non Reaktif tidak termaksud pemaparan terhadap HIV yang

terjadi

2. Pemeriksaan Radiologi

Hasilnya : Aspek Bronhitis

41
3. Pemeriksaan MTB

Hasil : MTB Non Detected

4. Pemeriksaan Dahak

Hasil : Negatif

H. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi

1. Diagnosa

“Gangguan Respirasi With Retensi Sputum And Chest Pain Et Causa Asma
Bronhial”
2. Problematim Fisioterapi

a. Impairment(Body structure and function)

42
1) Batuk berdahak dan retensi sputum

2) Nyeri dada

3) Sesak napas

4) Penurunan Sangkar thorax

5) Penurunan volume paru

b. Activity Limitation

ADL Mandiri namun jika kelelahan pasien merasa sesak

c.Participation Rectriction

Tidak Keterbatasan pada saat ibadah

I. PROGRAM INTERVENSI FISIOTERAPI

1. MWD

a. Persiapan alat :

1) Tes alat

2) Pre pemanasan 5-10 menit

3) Jarak ± 10 cm dari kulit

b. Persiapan pasien :

1) Sebelum memberikan modalitas Fisioterapi, pasien terlebih dahulu di

beritahukan efek dari alat yang akan diberikan.

2) Bebaskan daerah yang akan di berikan alat dari pakaian dan perhiasan.

3) Posisikan pasien senyaman mungkin.

4) Tes sensibilitas.

5) Jarak antara kulit pasien dengan alat adalah 5-10 cm.

6) Durasi pemberian yakni ±15 menit.

7) Intensitas 50-100 w (sesuai toleransi pasien)

43
c. Teknik pelaksanaan ;

1) Arahkan MWD ke middle thoraks kanan dan kiri pasien.

2) Jarak 10 cm.

3) Intensitas 30 w, arus intermitten

4) Waktu 10 menit

d. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri ,meningkatkan rileksasilokal di dada pasien

dan melancarkan sirkulasi darah.

2. Transcutaneus eletrical muscle stimulation (TENS).

a. Persiapan alat:

1) Tes alat

2) Basahi spons yang akan digunakan.

b. Persiapan pasien :

1) Sebelum memberikan modalitas Fisioterapi, pasien terlebih dahulu di

beritahukan efek dari alat yang akan diberikan.

2) Bebaskan daerah yang akan di berikan alat dari pakaian dan perhiasan.

3) Posisikan pasien senyaman mungkin.

4) Tes sensibilitas.

5) Tempatkan pad pada daerah yang diinginkan.

6) Durasi pemberian yakni ±15 menit.

7) Intensitas sesuai toleransi pasien , dengan 2 pad.

c. Teknik pelaksanaan ;

1) Lekatkan pad (vasotron) pada thoraks kanan dan kiri pasien.

2) Pilih arus Assimetrycal Alternating

3) Waktu 10 menit

44
4) Intesitas 9,7 mA

d. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri

3. Postural Drainase

a. Teknik Pelaksanaan :

1) Posisi fisioterapis di saping pasien

2) Posisikan pasien tidur miring ke kanan dan lengan di atas kepala

pada posisi trendelenberg dengan kaki ditinggikan setinggi

30cm.Letakkan bantal pada punggung pasien dan gulingkan

seperempat diatas bantal .

3) Pertahankan posisi 20-30 menit jika pasien dapat mentoleransi

posisi tersebut atau selama posisi tersebut produktif.

4) Pasien diinstrukikan bernapas dalam dan rileks .

5) Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x, jika pasien tidak

mampu batuk, lakukan vibrasi pada akhir ekspirasi untuk

membantu pasien.

b. Tujuan : Untuk mengalirkan mucus dari berbagai segmen paru ke


saluran napas yang lebih besar dengan bantuan gravitasi.
4. Tapotement

a. Persiapan alat : Persediaan handscoon untuk terapis.

b. Persiapan pasien : Posisikan pasien dengan benar untuk drainage

kemudian pasien diinstruksikan bernapas dalam dan rileks

c. Teknik Pelaksanaan :

Lakukan pekusi/ tapotemen diatas segmen yang akan diberi postural

drainage. Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x , jika pasien

45
tidak mampu batuk, lakukan vibrasi pada akhir ekspirasi untuk

membantu pasien. Jika pasien tidak batuk dan tidak produktif setelah 5-

10 menit setelah diposisikan maka lanjut ke posisi berikutnya. Biasanya

sekresi akan di batukkan setelah 30 menit atau 1 jam setelah

pengobatan.

d. Tujuan : Untuk melepaskan perlengketan sputum agar

mudah dilirkan ke sentral bronkus.

5. Breating Exercise (dengan teknik pursed lip bterathing)


a. Teknik Pelaksaan : Pasien di posisikan serileks mungkin, tangan
pasien berada diatas rektus abdominali pasien, kemudian tangan
fisioterapis diatasnya. Instruksikan pasien menarik napas dengan hidung
dan keluarkan darimulut (ekspirasi panjang) dengan 8x repetisi
kemudian istirahat.
b. Tujuan : Untuk melatih otot-otot pernapasan, memperbaiki
ventilasi dan meransang reflex batuk.
6. Mobilisasi thoraks

a. Teknik Pelaksaan : pasien duduk dengan keadaan rileks kedua lengan

fleksi 180 derajat ketika inspirasi, lalu badan bengkok kearah Hip dan

tangan menyentuh lantai sambil ekspirasi.

b. Tujuan : Memelihara atau memperbaiki mobilitas dinding chest,

trunk dan Shoulder akibat gangguan respirasi, Meningkatkan

kemampuan deep inspirasi dan kontrol ekspirasi,

J. EVALUASI FISIOTERAPI

a. Evaluasi sesaat :

 Pasien merasa nyaman setelah diterapi

 Sesak napas pasien berkurang.

46
 Nyeri dada pada pasien berkurang.

b. Evaluasi Berkala :

 Penurunan pada skala sesak .

 Peningkatan pada aktivitas fungsional.

 Mampu mengkontrol pernapasan dengan baik.

c. Edukasi untuk pasien :

 Dianjurkan untuk menggunakan masker saat beraktivitas atau saat diluar

ruangan.

 Dianjurkan untuk melatih pola pernapasan yang baik dan benar.

 Disarankan untuk melakukan latihan – latihan yang telah diajarkan oleh

terapis seperti senam secara rutin. Seperti mobilisasi chest atau

mobilisasi thoraks

47
Hari/
No. Problematik Intervensi Evaluasi
Tanggal

1. Jum’at 23  Batuk berdahak - MWD - Sesak napas pasien

November di seertai retensi - TENS agak berkurang dari

2018 sputum - BE (pursed lip nilai 5 (sesak napas

 Nyeri dada breathing) berat) ke 4(sesak

 Sesak napas - Postural napas cukup berat).

 Penurunan drainage - Nyeri dada

Sangkar thorax - Tapotemen. berkurang dari nilai

 Penurunan - Mobilisasi 5 (nyeri sedang) ke

volume paru sangkar 4

thoraks - Batuk berkurang

2. Senin,  Batuk berdahak - MWD - Sesak napas yang

26 di seertai retensi - TENS dirasakan pasien,

November sputum - BE (pursed lip derajat 4(sesak

2018  Nyeri dada breathing) napas cukup berat)

 Sesak napas - Postural ke 3 (sedang)

 Penurunan drainage. - Nyeri dada

Sangkar thorax - Tapotemen berkurang dari nilai

 Penurunan - Mobilisasi ke 4 berkurang

volume paru sangkar menjadi 3

thoraks - Batuk berkurang

48
49
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas

yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila

terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran

udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya

proses radang Pasien atas nama: T.S 52 tahun, dengan diagnosa Asma Bronhial

dengan keluhan nyeri dada, batuk berdaha ,sesak nafas serta penuruan sangkar

thoraks. Telah diberikan terapi dengan modalitas MWD, TENS, BE, postural

drainage, tapotement,dan mobilisasi sangkar thoraks sebanyak 2x terapi telah

merasakan penurunan sesak napas dari nilai 5 (sesak napas berat) turun kenilai 3

(sedang) dengan skala Borg. Dan penurunan tingkat nyeri dari nilai 5 turun ke

nilai 3.

B. Saran

1. Saran bagi pasien

Penulis menyarankan kepada pasien untuk menghindari dan menjauhi hal-

hal atau tindakan yang dapat memicu terjadinya penyakit tersebut. Hendaknya

pasien rajin dalam latihan seperti yang telah diajarkan oleh terapis agar keadaan

atau kondisi pasien lebih baik dan stabil. Selain itu pada saat pasien akan tidur

malam, pasien disarankan untuk menggunakan posisioning atau posisi saat

tidur yang tepat guna menjaga bronkus atau menghindari penumpukan mukus

pada saluran pernapasan, yaitu dengan posisi kepala lebih rendah dari pada

50
dada dan pasien disarankan untuk banyak mengkonsumsi air putih serta

menggunakan masker saat beraktivitas.

2. Saran bagi keluarga

Penulis menyarankan kepada keluarga pasien untuk selalu menjaga dan

mengontrol keadaan pasien dengan memberikan support, dan menjaga asupan

makanan dan selalu mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan dengan

berolahraga.

51
Daftar Pustaka

Adriani Febriana,2015. Penatalaksanaan Fisioterapu Pada Asma

Bronhial di RSKP Respirasi Jogjakarta. Surakarta

Oktaviani Wulandari Ayuk Devi, 2014. Penatalasknaan Fisioterapi pada

Asma di RS Paru Dr.Ario Wirawan Salatiga. Surakarta

Ustadzi Imam, 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Asma

Bronhial di Balai Paru-Paru Yogyakarta. Surakarta

file:///E:/SEMESTER 7/PRAKTEK KLINIK/BALAI PARU/asma

bronhial/LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL -

Coretaniwin.html (di akses pada tanggal 27 November 2018)

file:////asma bronhial/Asma Bronkial Adalah Jenis Asma Paling Umum.

Seperti Apa Gejalanya.htm (diakses pada tanggal 28 November 2018)

file:/// asma bronhial/Apa yang dimaksud dengan Asma Bronkial (Asma

Stabil)%20%20 - Kedokteran _ Ilmu Kedokteran - Dictio

Community.htm (Diakses pada tanggal 1 Desember 2018)

52

You might also like