You are on page 1of 11

LAPORAN

HARGA POKOK PROSES


“PEMBUATAN TEMPE ”

Dosen Mata Kuliah :


Drs. H. Mashuda, S.E., M.M.
1. NUR AFIFAH (16101185)
2. PRIYO BUDI SANTOSO (16101193)
3. PUPUT DWI SEPTIANI (16101194)
4. SETYA KUSUMA (17100106)

PROGRAM STUDI AKUTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AL-ANWAR
MOJOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas segala nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini
sebagaimana mestinya.
Penyelesaian laporan hasil penelitian ini menjadi salah satu tugas dalam mata kuliah
Akuntansi Biaya. Oleh karena itu, penyusun laporan hasil penelitian ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang beberapa hal yang dibahas dalam
makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis diucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu
memberi banyak masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan juga
kepada teman teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam kata sempurna karena,
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan pada pembuatan makalah
yang selanjutnya.
Akhirnya penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca terutama bagi penulis.

Mojokerto, 03 Agustus 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di indonesia Tempe merupakan salah satu makanan yang sering di konsumsi oleh
masyarakat. Tempe merupakan salah satu produk olahan berbasis bioteknologi. Tempe adalah
makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai. Sediaan fermentasi ini secara
umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisisi
senyawa-aenyawa kompleks menjadi senyawa biasa yang bisa dicerna manusia. Berbagai
macam kandungan dalam tempe memiliki nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan
infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Industri tempe merupakan salah satu industri kecil-menengah yang mampu menyerap
sejumlah tenaga kerja. Peluang industri tempe sangat baik mengingat pertumbuhan
permintaan terhadaap produk tempe setelah Tahun 1998 diperkirakan mencapai 4 persen per
tahun. Para pengusaha tempe dikelolah dalam bentuk industri rumah tangga. Perkembangan
industri tempe biasanya dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan baku,
ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara pembuatan tempe ?
2. Apa saja alat yang dibutuhkan untuk pembuatan tempe ?
3. Bagaimana proses pembuatan tempe ?
4. Bagaimana cara perhitungan dalam produksi ?
5. Bagaimana strategi dalam pemasaran tempe ?
6. Bagaimana cara perhitungan laba rugi ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pembuatan tempe
2. Untuk mengetahui alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan
tempe
3. Untuk mengetahui proses pembuatan tempe
4. Untuk mengetahui perhitungan dalam produksi
5. Untuk mengetahui strategi pemesaran
6. Untuk menegetahui cara perhitungan laba rugi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 CARA PEMBUATAN TEMPE


Cara sederhana adalah cara pembuatan tempe yang biasa dilakukan oleh para
pengrajin tempe di Indonesia. Kedelai setelah dilakukan sortasi (untuk memilih
kedelai yang baik dan bersih) dicuci sampai bersih, kemudian direbus yang waktu
perebusannya berbeda-beda tergantung dari banyaknya kedelai dan biasanya berkisar
antara 60-90 menit.

Kedelai yang telah direbus tadi kemudian direndam semalam. Setelah


perendaman, kulit kedelai dikupas dan dicuci sampai bersih. Untuk tahap selanjutnya
kedelai dapat direbus atau dikukus lagi selama 45-60 menit, tetapi pada umumnya
perebusan yang kedua ini jarang dilakukan oleh para pengrajin tempe. Kedelai setelah
didinginkan dan ditiriskan diberi ragi tempe, dicampur rata kemudian dibungkus dan
dilakukan pemeraman selama 36-48 jam

Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe


sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di
dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti
Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.

Teknik telah dikerjakan masyarakat Indonesia khususnya bermula dari


masyarakat Jawa selama beberapa abad yang lalu dengan prosedur pembuatannya
masih sangat sederhana. Berbagai bahan dasar yang dapat digunakan dalam
pembuatan tempe, tetapi yang paling populer dan paling banyak dipergunakan adalah
tempe berbahan dasar kedelai.

Untuk memperoleh tempe yang berkualitas baik, maka kedelai yang


digunakan juga harus yang berkualitas baik dan tidak tercampur dengan biji-bijian
yang lain, seperti jagung, kacang hijau dan biji-bijian lainnya. Selain itu, prosedur
pengolahan harus dilakukan dengan cermat. Proses pembuatan tempe pada dasarnya
adalah proses menumbuhkan spora jamur tempe, yaitu Rhizopus sp., pada biji kedelai.

Dalam pertumbuhannya, Rhizopus sp. membentuk benang-benang yang


disebut sebagai benang hifa. Benang-benang hifa ini mengikatkan biji kedalai yang
satu dengan biji kedelai lainnya, sehingga biji-biji kedelai ini membentuk suatu massa
yang kompak. Massa kedelai inilah yang selanjutnya disebut sebagai tempe.

Selama masa pertumbuhannya, jamur Rhizopus sp. juga menghasilkan enzim


yang dapat menguraikan protein yang terdapat dalam biji kedelai, sehingga protein-
protein dalam biji kedelai ini mudah dicernakan. Selama masa pertumbuhan jamur
Rhizopus sp. Selain Rhizopus, diperkirakan banyak jenis mkiroorganisme lain yang
mungkin turut campur, tetapi tidak menunjukkan aktifitas yang nyata.

Namun demikian, aktifitas yang nyata dari mikroorganisme yang mungkin


turut campur ini akan terlihat setelah aktifitas pertumbuhan Rhizopus sp. melampaui
masa optimumnya, yakni setelah terbentuknya spora-spora baru yang berwarna putih-
kehitaman. Hal ini dapat diketahui, terutama pada tempe yang dibiarkan atau disimpan
dalam suhu kamar, yaitu dengan terciumnya bau amoniak. Adanya bau amoniak pada
tempe menunjukkan bahwa tempe tersebut mulai mengalami pembusukan. Bau
amoniak ini masih terasa sekali pun tempe telah dimasak, sehingga dapat menurunkan
cita rasa konsumen.

Oleh karena itu, agar diperoleh tempe yang berkualitas baik dan tahan agak
lama, maka selama proses pembuatan tempe perlu diperhatikan mengenai sanitasi dan
kemurnian bibit (inokulum) yang akan digunakan.

2.2 ALAT DAN BAHAN


Alat :

1. Baskom.
2. Saringan.
3. Dandang.
4. Kipas Angin /Kipas.
5. Sotel kayu.
6. Tampah.
7. Kompor.
8. Peralatan lain yang diperlukan.

Bahan :

1. Kacang kedelai.
2. Ragi tempe (inokulum RAPRIMA) atau biakan murni Rhizopus sp.
3. Kantong plastik, atau daun pisang, atau daun jati.
2.3 PROSES PEMBUATAN TEMPE
1. Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian
dikeringkan.
2. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci
hingga bersih.
3. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin
biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin).
4. Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan
menggunakan air bersih.
5. Kukus / rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
6. Setelah biji kedelai terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah
dibersihkan, lalu diangin-angin dengan kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga
biji-biji tersebut terasa hangat.
7. Taburkan ragitempe(RAPRIMA) yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil
diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragitempeuntuk 2 kg kedelai).
8. Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk pembungkus. Bila
kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada
kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
9. Masukan kedelai yang telah diberi ragitempe(RAPRIMA) ke dalam pembungkusnya,
atur ketebalannya sesuai dengan selera
10. Proses fermentasi63256
11. kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh
permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Catatan:

1. Perhatikan kebersihan tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan


meningkatkan kualitas tempeyang dihasilkan.
2. Suhu ruang yang lebih hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.

2.4 PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

Dalam sub bab ini dikemukakan biaya produksi yang dikeluarkan

Untuk belanja dan membayar karyawan, berbeda dengan usaha lain yang

memiliki jadwal belanja bulanan dan bahan baku produksi yang disimpan digudang,

pada produksi tempe ini hampir setiap bahan merupakan hasil belanja harian. Atau

paling lambat belanja dilakukan tiga hari sekali.


Dan berikut adalah biaya yang dikeluarkan untuk produksi, dengan tingkat

besaran bahan baku yang digunakan per hari adalah 68kg bahan baku kedelai:

Bahan baku:

- kacang kedelai 68kg @ Rp 6.500,- = Rp.442.000,-

- ragi tempe 3 bungks @ Rp. 10.000 = Rp. 30.000,-

Sub total Rp. 472.000

Bahan tambahan:

- 1/4 kg plastik = Rp. 7.500,-

- Obat nyamuk bakar (alat bantu rekat) = Rp. 1.500,-

- 3 ikat Daun pisang @1200 = Rp. 3.600,-

- Gas 16000/3 (gas diisi ulang tiap 3 hari) = Rp. 5.400

Sub total Rp. 18.000,-

Gajih karyawan

- Ongkos harian 4 orang x @Rp. 20.000,- = Rp. 80.000,-

- Uang rokok 4x Rp.5000 = Rp. 20.000,-

Sub total = Rp. 100.000

Transportasi = Rp. 40.000,-

Maka jumlah total biaya produksi harian adalah sebesar:

Bahan baku = Rp. 472.000,-

Bahan tambahan = Rp. 18.000,-

Gaji karyawan = Rp. 100.000

Trasnportasi = Rp. 40.000

Total biaya produksi = Rp. 662.000

Dengan hari libur satu hari dalam seminggu dan rata-rata 30 hari dalam

sebulan, maka hari efektip produksi menjadi 26 hari, dan hari jum’at adalah hari

dimana kegiatan produksi diliburkan.


Total biaya produksi dalam satu bulan menjadi:

26 (hari) x Rp. 622.000,- = Rp.16.172.000

Jumlah total biaya produksi bulanan adalah Rp.16.172.000

Hasil Produksi Dan Harga Jual

Dalam produksi ini (tempe Pak Yayan), dengan menggunakan bahan baku

kacang kedelai sebanyak 68kg bisa menghasilakan sebanyak 820 bungkus (yang biasa

terjual habis) dengan rincian:

- Bungkus besar = 252 bungkus

- Bungkus kecil = 568 bungkus

Dengan harga jual bungkus kecil Rp. 1000 dan bungkus besar Rp.1500 (pedagang

pasar biasa memotongnya kembali dalam bentuk yang lebih kecil, dengan tujuan

margin menjadi lebih tinggi).

Dengan harga tersebut maka nilai penjualan akan menjadi :

Bungkus besar = 252 x 1500 = Rp. 378.000,-

Bungkus kecil = 568 x 1000 = Rp. 568.000,-

Total penjualan Rp.946.000,-

Perhitungan total penjualan bulanan menjadi :

26 (hari) x Rp.946.000 =Rp.24.596.000,-

Jadi penjualan total dalam satu bulan adalah Rp.24.596.000,-

Barang dihitung habis karena memang pada kenyataanya produk yang

terbungkus slalu terjual habis, jikapun tersisa tidak mencapai 5% dan jika ada sisa dari

jumlah tersebut tempe akan diolah menjadi bahan pembuat ragi tempe dan akan

menjadikan pembelian ragi tempe tertutupi. Maka siklus barang habis adalah

perhitungan misti.
2.5 STRATEGI PEMASARAN TEMPE

Tempe merupakan nama yang tidak asing lagi bagi masyarakat kita, dari tingkat

pedesaan hingga tingkat kota. Kini konsumen tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan

mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas. Hampir setiap hari dari berbagai

pengelola produksi tempe terus memproduksi usahanya tersebut, maka tak heran lagi bila kita

menemui tempe dari berbagai bentuk dan ukurannya. Disamping nilai gizinya tinggi juga

harganya pun murah, serta mudah memperolehnya.

Dengan melihat kandungan nilai gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan

konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit

dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih

canggih.

Target yang kami tuju dari produksi tempe ini adalah Swalayan, Pasar, hingga

pedagang asongan. Kami yakin untuk tahun-tahun berikutnya produksi kami akan meningkat,

hal ini disebabkan karna mayoritas masyarakat kita merespon positif tentang tempe, jika

produksi kami meningkat, kami akan mentargetkan atau memasarkan ke dunia Internasional.

Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat dunia pernah merasakan kelezatan dari tempe

tersebut, maka tak heran jika masyarakat dunia terutama Amerika Serikat, Jepang, Korea

ingin meneliti pembuatan tempe tersebut. Selain usaha tempe kami terkenal, nama bangsa kita

akan dikenal di dunia Internasional.

Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu

parajin tempe untuk dapat lebih memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup

kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini

belum memahami dunia pertempean, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.
2.6 PERHITUNGAN LABA RUGI

Perhitungan laba rugi ini didapat dari selisih harga jual dan biaya produksi, baik harian

ataupun bulanan. Dengan demikian selisih tersebut menjadi dua bagian, yakni perhitungan

laba rugi harian dan perhitungan laba rugi bulanan sebagaimana berikut:

Laba rugi = Harga Jual-Biaya Produksi

a. Perhitungan laba/rugi harian

Rp.946.000 – Rp.662.000 = Rp.284.000,-

Maka keuntungan bersih yang diperoleh setiap hari adalah sebesar Rp.284000,-

b. Perhitungan laba/rugi bulanan

Rp.24.596.000,- – Rp.16.172.000,- = Rp.8.424.000,-

Dengan demikian keuntungan bulanan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 8.424.000,-

Dari perhitungan diatas jelas menunjukan bahwa usaha pembuatan tempe yang

dijalani terbukti menguntungkan


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Industri tempe merupakan salah satu industri kecil-menengah yang mampu menyerap
sejumlah tenaga kerja. Peluang industri tempe sangat baik mengingat pertumbuhan
permintaan terhadaap produk tempe setelah Tahun 1998 diperkirakan mencapai 4 persen per
tahun. Para pengusaha tempe dikelolah dalam bentuk industri rumah tangga. Perkembangan
industri tempe biasanya dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan baku,
ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan.

Dapat disimpulkan dari laporan diatas bahwasanya pengusaha tempe rata-rata


mengalami kebrhasilan dan keunotungan yang sangat tinggi. Dan kebanyakan pengusaha
tempe berada di industri rumah tangga .

You might also like