Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Asep Budiyanto
2010-83-020
Pembimbing:
dr. Haeruddin Pagarra. Sp.A
PAREPARE
2015
DAFTAR ISI
1. Sel darah merah.................................................................................... 3
2. Anemia………………………………………………………….…….7
3. Anemia defisiensi besi……………………………………………….10
4. Anemia megaloblastik ……………………………………………….23
5. Anemia aplastik ………………………...……………………………30
6. Anemia hemolitik………………….…………………………………35
1. Struktur Hemoglobin
2
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel merah yang membawa oksigen
dari paru-paru ke jaringan tubuh dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru.
Hemoglobin terdiri dari empat molekul protein (globiln rantai) yang terhubung
bersama –sama. Hemoglobin dewasa normal (Hbg) molekul mengandung rantai 2-
globulin alfa dan 2 rantai beta globulin.Pada janin dan bayi hanya ada beberapa rantai
beta dan molekul hemoglobin terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma.Saat bayi
tumbuh, rantai gamma secara bertahap diganti dengan rantai beta. Setiap rantai
globulin berisi struktur pusat penting yang disebut molekul heme.Tertanam didalam
molekul heme adalah besi yang mengankut oksigen dan karbon dioksida dalam
darah.Besi yang terkandung dalam hemoglobin juga bertanggungjawan untuk warna
darah merah.Hemoglobin juga memainkan peran penting dalam mempertahankan
bentuk sel dara merah.Struktur hemoglobin abnormal bias mengganggu pembuluh
darah.1,2
2. Proses eritropoeisis
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 eritrosit baru tiap hari melalui proses
eritropoesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoesis berjalan daris el
3
induk melalui sel progenitor CFUGEMM (unit pembentuk koloni granulosit eritrosit,
monosist dan megakaryosit), BFUE (unit pembetuk letusan eritroid) dan CFU eritroid
yang menjadi precursor eritrosit dan dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang
yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar denga sitoplasma biru tua dengan
inti di tengah dan nucleoli serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas
menyebabkan terbentuknya satu rangkaian normoblas yang semakin kecil melalui
sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung hemoglobin yang makin
banyak dalam sitoplasma , warna sitoplasma biru pucat sejalan dengan hilangnya
RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin initi menjadi
semakin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas dan kemudian berlanjut di
dalam sumsum tulang dan menghasilkan retikulosit yang masih mengandung sedikit
RNA ribosom dan masih mampu mensistesis hemoglobin. Sel ini sedikit lebih besar
daripada eritrosit matur berada selama 1 – 2 hari dalam sumsum tulang dan juga
beredar di darah tepi selama 1 – 2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di
limpa, saat RNA hilang seluruhnya.
4
padat.Sitoplasmanya bersifat basofilik merata karena banyak polisom, tempat
pembuatan rantai globin untuk hemoglobin.Sel pada tahap perkembangan eritroid
disebut eritroblas polikromatofilik.Warna prokrormatofilik yang tampak terjadi akibat
polisom menangkap zat warna basa pada pulasan darah, sementara hemoglobin yang
dihasilkan mengambil eosin.Inti eritroblas prokromatofilik seidkit lebih kecil
daripada inti eritroblas basofilik dan granula kromatinnya yang kasar berkumpul
sehingga mengakibatkan inti tampak sangat basofilik.Pada tahap ini tidak tampak
anak inti. Eritroblas polikromatofilik merupakan sel paling akhir pada seri eritroid
yang akan membelah. 1,2
5
Gambar 2: proses eritropoiesis
6
ANEMIA
1. Definisi
2. Klasifikasi
7
Menurut morfologi eritrosit:
3. Anemia Makrositik
Anemia megaloblastik
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi vitamin B12
4. Nonmegaloblastik
Anemia pada penyakit hati kronik
Anemia pada hipotiroid
Anemia pada sindrom mielodisplastik
8
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah,
diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif
cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa
mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain tergantung dari penyebab
anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam, mudah berdarah dan pembesaran lien.
1. Definisi
9
maupun Hb, dan stadium kekurangan besi (iron deficiency state) yang ditandai oleh
penurunan ferritin serum dan SI tanpa penurunan kadar hemoglobin.
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), ADB
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan tidak
langsung.Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup,
absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini
menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun. Menurunnya Fe (zat besi) dalam
tubuh akan memberikan dampak yang negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan
zat besi merupakan salah satu zat gizi penting yang terdapat pada setiap sel hidup,
baik sel tumbuh-tumbuhan, maupun sel hewan.Di dalam tubuh, zat besi sebagian
besar terdapat dalam darah yang merupakan bagian dari protein yang disebut
hemoglobin di dalam sel-sel darah merah, dan disebut mioglobin di dalam sel-sel
otot.
10
o Persediaan besi yang kurang : BBLR atau bayi kembar, ASI eksklusif
tanpa supplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan
cepat, anemia semasa kehamilan
Anak umur 1-2 tahun
o Masukan besi kurang karena tidak dapat makanan tambahan (hanya
minum susu)
o Kebutuhan meningkat : infeksi berulang/menahun
o Malabsorbsi
Anak umur 2-5 tahun
o Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe-
heme
o Kebutuhan meningkat karena infeksi menahun/berulang
o Perdarahan hebat
Anak umur 5 tahun - masa remaja
o Kehilangan besi akibat perdarahan: infeksi parasit dan polip
Usia remaja – dewasa
o Pada wanita, karena menstruasi berlebihan
4. Faktor resiko
Susu formula rendah besi Bayi berat badan lahir Pertumbuhan cepat
rendah
ASI eksklusif tanpa
supplementasi besi Prematuritas
Kehamilan kembar
11
Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal.Besi
yang terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero
dengan bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah
menjadi ion fero dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian
disimpan sebagai senyawa feritin dan sebagian lagi masuk ke peredaran darah
berikatan dengan protein (transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa
hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron
pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi
akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid. Berikut bagan metabolisme besi:
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non
hem.Besi non heme merupakan sumber utama zat besi dalam makanannya.Terdapat
dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang ± kacangan, kentang dan
sebagian dalam makanan hewani. Sedangkan besi heme hampir semua terdapat dalam
makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ ± organ lain.
12
Setiap hari turnover besi ini berjumlah 35mg, tetapi tidak semuanya harus di
dapatkan dari makanan.Sebagian besar yaitu sebanyak 34mg di dapat dari
penghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian di saring tubuh untuk dapat
dipergunakan lagi oleh sum-sum tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah yang
baru.
13
Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan
penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+menjadi Fe2+ yang lebih
mudah diserap oleh mukosa usus.
Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah tuanya
umur bayi perubahan ini terjadi lebih cepat pada bayi yang lahir prematur dari pada
bayi yang lahir cukup bulan. Jumlah zat besi akan terus berkurang apabila susu
diencerkan dengan air untuk diberikan kepada bayi.
Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling
tinggi.Sebanyak 49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi. Sedangkan susu
sapi hanya dapat diabsorbsi sebanyak 10 – 12% zat besi. Kebanyakan susu formula
14
untuk bayi yang terbuat dari susu sapi difortifikasikan denganzat besi. Rata – ratabesi
yang terdapat diabsorbsi dari susu formula adalah 4%.
Pada waktu lahir, zat besi dalam tubuh kurang lebih 75 mg/kg berat badan,
dan reserve zat besi kira – kir 25% dari jumlah ini. Pada umur 6 – 8 mg, terjadi
penurunan kadar Hb dari yang tertinggi pada waktu lahir menjadi rendah. Hal ini
disebabkan karena ada perubahan besar pada sistem erotropoiesis sebagai respon
terhadap deliveri oksigen yang bertambah banyak kepada jringan kadar Hb menurun
sebagai akibat dari penggantian sel – sel darah merah yang diproduksi sebelum lahir
dengan sel – sel darah merah baru yang diproduksi sendiri oleh bayi. Persentase zat
besi yang dapat diabsorbsi pada umur ini rendah karena masih banyaknya reserve zat
besi dalam tubuh yang dibawah sejak lahir. Sesudah umur tersebut,
sistemeritropoesis berjalan normal dan menjadilebih efektif. Kadar Hb naik dari
terendah 11 mg/100 ml menjadi 12,5 g/100 ml, pada bulan – bulan terakhir masa
kehidupan bayi.
Bayi yang lahir BBLR mempunyai reserve zat besi yang lebih rendah dari
bayi
yang normal yang lahir dengan berat badan cukup, tetapi rasio zat besi terhadap berat
badan adalah sama. Bayi ini lebih cepat tumbuhnya dari pada bayi normal,sehingga
reserve zat besi lebih cepat bisa habis. Oleh sebab itu kebutuhan zat besi pada bayi ini
lebih besar dari pada bayi normal. Jika bayi BBLR mendapat makanan yang cukup
mengandung zat besi, maka pada usia 9 bulan kadar Hb akan dapat menyamai bayi
yang normal.
Prevalensi anemia yang tinggi pada anak balita umumnya disebabkan karena
makanannya tidak cukup banyak mengandung zat besi sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhannya, terutama pada negara sedang berkembang dimana serelia
dipergunakan sebagai makanan pokok. Faktor budaya juga berperanan penting.
15
Selain itu erat yang biasanya terdapat dalam makanannya turut pula menhambat
absorbsi zat besi.
6. Patofisiologi
7. Gejala Klinis
8. Diagnosis
Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan suatu anemia
defisiensi Fe :
16
1. Menurut WHO
3. Menurut Lankowsky
· FEP meningkat
17
· Respon terhadap pemberian preparat besi
· Sumsum tulang
9. Pemeriksaan penunjang
18
10. Penatalaksanaan
19
Di berikan bila kadar Hb < 6g/dl atau kadar Hb > 6g/dl disertai lemah,
gagal jantung, infeksi berat atau menjalani operasi
Dalam bentuk suspensi sel darah merah (PRC)
3) Diet
Sumber hewani : hati, daging, ikan
Sumber nabati : bayam,gandum, kacang kedelai, beras
Kadar besi pada sumber hewani lebih tinggi di bandingkan dengan
nabati karena penyerapan besi nabati dihambat oleh tannin, kalsium
dan serat dan di percepat oleh vitamin C, HCl, asam amino dan
fruktosa
Makanan tinggi vitamin C : jeruk
4) Edukasi
11. Pencegahan
12. Prognosis
20
Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala
anemia dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
21
ANEMIA MEGALOBLASTIK
1. Definisi
2. Etiologi
Hampir seluruh kasus anemia megaloblastik pada anak (95%) disebabkan oleh
defisiensi asam folat atau vitamin B12, yang disebabkan oleh gangguan metabolism
sangat jarang. Keduanya merupakan kofaktor yang dibutuhkan dalam sintesis
nucleoprotein, keadaan defisiensi tersebut akan menyebabkan gangguan sintesis DNA
dan selanjutnya akan mempengaruhi RNA dan protein.
22
Gangguan absorbsi: congenital dan didapat
C. Lain-lain:
Asam folat
Folat banyak didapat pada berbagai jenis makanan, seperti sayuran hijau,
buah-buahan, dan jeroan. Tubuh kita tidak dapat membuat asam folat sehingga harus
23
didapatkan dari diet. Asupan folat yang dianjurkan WHO-FAO(1989) untuk bayi,
anak umur 1-6 tahun dan dewasa adalah 3.6, 3.3 dn 3.1ug/kgBB/hari. Asam folat
merupakan nama yang sering dipakai untuk pteroilmonoglutamin. Fungsi utama folat
adalah mengangkut unit 1 karbon seperti gugus metal dan formil ke berbagai senyawa
organic seperti pada pembentukan timidin dan deoksiuridin. Secara alamiah folat ada
dalam bentuk poliglutamat dan diabsorbsi kurang efisien dibandingkan bila dalam
entuk monoglutamat (asam folat). Aktivasi konjugasi folat di brush border usus
membantu konversi poliglutamat ke bentuk monoglutamat sehingga meningkatkan
absorbs. Asam folat diabsorbsi diusus kecil dan terdapat dalam sirkulasi
enterohepatik. Sebagian besar folat dalam plasma terikat secara longgar dengan
albumin. Secara biologis asam folat tidak aktif. Cadangan folat terbatas dan anemia
megaloblastik dapat terjadi setelah 2-3 bulan diet bebas folat.
Vitamin B12
24
transport spesifik tetpi diketahui dpat menggambarkan penyimpanan vitamin B12
dalam tubuh.
3. Manifestasi klinis
Gejala klinik sering timbul perlahan-lahan berupa pucat, mudah lelah dan
anoreksia. Gejala pada bayi yang menderita defisiensi asam folat adalah iritabel,
gagal mencapat berat badan yang cukup dan diare kronis. Perdarahan karena
trombositopenia terjadi pada kasus yang berat. Pada anak yang lebih besar gejala dan
tanda yang muncul berhubungan dengan anemianya dan proses patologis penyebab
defisiensi asam folat tersebut. Defisiensi asam folat sering menyertai kwarshiorkor,
marasmus atau sprue.
Anemia megaloblastik ringan dilaporkan terjadi pada bayi lahir sangat rendah
sehingga dianjurkan untuk diberikan suplementasi asam folat secara rutin. Puncak
insiden anemia megaloblastik terjadi pada usia 4-7 bulan.
4. Pemeriksaan laboratorium
25
Pada pemeriksaan laboratorium anemia megaloblastik karena defisiensi asam
folat didapatkan anemia makrositik (MCV>100Fl), anisositosis dan poikilositosis,
retikulositopenia dan sel darah merah berinti dengan morfologi megaloblastik. Pada
defisiensi yang lama dapat disertai trombositopenia dan neutropenia. Neutrofil besar-
besar dengan nucleus hipersegmentasi. Kadar asam folat serum menurun. Pada
defisiensi kronis kadar folat dalam sel darah merah merupakan indicator yang paling
baik. Kadar besi dan vitamin B12 serum normal atau meningkat. Kadar LDH
meningkat jelas. Sumsum tulang hiperseluler karena terdapat hyperplasia eritroid.
Perubahan megaloblastik jelas meski masih ditemukan precursor sel darah merah
yang normal.
5. Diagnosis
26
termasuk indeks eritrosit, apus darah tepi dan sumsum tulang. Selanjutnya untuk
diagnosis pasti dilakukan pemeriksaan kadar asam folat, vitamin B12 dan tes
Schilling sesuai indikasi.
6. Penatalaksanaan
Terapi awal dimulai dengan pemberian asam folat dengan dosis 0.5-1mg/hari,
diberikan peroral atau parenteral. Respon klinis dan hematologis dapat timbul segera,
dalam 1-2 hari terlihat perbaikan nafsu makan dan keadaan membaik. Dalam 24-
48jam terjadi penurunan kadar besi serum dan dalam 2-4 hari terjadi peningkatan
kadar retikulosit yang mencapai puncaknya pada hari 4-7, diikuti kenaikan kadah Hb
menjadi normal dalam waktu 2-6 minggu. Lamanya pemberian asam folat tidak
diketahui secara pasti, namun biasanya terapi diberikan selama beberapa bulan
sampai terbentuk populasi eritrosit yang normal. Pendapat lain menyatakan
pemberian asam folat dilanjutkan selama 3-4 minggu sampai sudah terjadi perbaikan
hematologis yang menetap, dilnjutkan pemeliharaan dengan multivitamin yang
mengandung 0.2mg asam folat.
Pada keadaan diagnosis pasti masih diragukan dapat dilakukan tes diagnostic
dengan pemberian preparat asam folat dosis kecil 0.1mg/ hari selama 1 minggu
karena respon hematologis diharapkan sudah terjadi dalam 72 jam. Dosis yang lebih
besar dapat memperbaiki anemia karena defisiensi vitamin B12 namun dapat
memperburuk kelainan neurologisnya. Transfuse diberikan hanya pada keadaan
anemia yang sangat berat.
27
Respon hematologis segera terjadi setelah pemberian vitamin B12 1mg
parenteral, biasanya terjadi retikulosis pada hari 2-4, kecuali jika disertai denga
penyakit inflamasi. Kebutuhan fisiologis vitamin B12 adalah 1-5ug/hari dan respon
hematologis telah terjadi pada pemberian vitamin B12 dosis rendah, hal ini
menunjukkan bahwa pemberian dosis rendah dapat dilakukan sebagai tes terapeutik
pada keadaan diagnosis defisiensi vitamin B12 masih diragukan. Jika terjadi
perbaikan neurologis, harus diberikan injeksi vitamin B12 1 mg intramuscular
minimal selama 2 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan seumur
hidup dengan cara pemberian injeksi 1mg vitamin B12/ bulan. Pada keadaan risiko
terjadi defisiensi vitamin B12(seperti pada gastrektomi total, reseksi ileum) dapat
diberikan pemberian vitamin B12 profilaksis.
7. Prognosis
Pada umumnya baik, kecuali bila ada komplikasi kardiovaskular atau infeksi yang
berat.
28
ANEMIA APLASTIK
1. Definisi
2. Klasifikasi
Kongenital
Didapat
disebabkan oleh radiasi sinar rontgen dan sinar radioaktif, zat kimia
(seperti benzena, insektisida, As, Au, Pb), obat-obatan (seperti
kloramfenikol, busulfan, metotrexate, sulfonamide, fenilbutazon),
individual seperti alergi, infeksi seperti hepatitis, serta sebab-sebab
29
lain seperti keganasan, penyakit ginjal, penyakit endokrin. Yang paling
sering bersifat idiopatik.
3. Patofisiologi
Keberadaan sel induk hematopoietic dapat diketahui lewat petanda sel yaitu
CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan sel induk hematopoietic
dikenal sebagai longterm culture-initiating cell(LTC-IC), longterm marrow culture
(LTMC), jumlah sel induk/CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal.
Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming cell jumlah sel induk
sangat menurun. Bukti klinis yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah
keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan
bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang
pada anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap gangguan ini disebabkan olh
proses imunologis.
30
penghambat akan meningkat. Sel stroma dapat menunjang pertumbuhan sel
induk,tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang berasal dari
pasien. Berdasar tmuan tersebut, teori kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
main banyak ditinggalkan.
Secara klinis anak tampak pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti
anoreksia, lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung dan sebagainya. Oleh karena
sifatnya aplasia sistem hematopoietic, maka umumnya tidak ditemukan ikterus,
pembesaran limpa, hepar maupun kelenjar getah bening.
5. Diagnosis
6.Pengobatan
31
Transfusi darah
Ditetapkan sebagai terapi terbaik pada pasien anemia aplastik. Donor yang
terbaik berasal dari saudara kandung dengan Human Leukocyte Antigen (HLA)nya
cocok.
7. Prognosis
Bergantung pada:
32
ANEMIA HEMOLITIK
Pada anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur
eritrosit 100-120 hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran
eritrosit sehingga dapat menimbulkan gejala anemi, bilirubin meningkat bila fungsi
hepar buruk dan keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap
penghancuran tersebut (hipereaktif eritropoetik) sehingga dalam darah tepi dijumpai
banyak eritrosit berinti, retikulosit meningkat, polikromasi, bahkan eritropoesis
ektrameduler. Adapun gejala klinis penyakit ini berupa : menggigil, pucat, cepat lelah,
sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan pembesaran limpa.4
Sferositosis
Umur eritrosit pendek, bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl
hipotonis menjadi rendah. Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah
retikulosit meningkat. Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh
kelainan membran eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok dibanding
dengan ikhterus. Suatu infeksi yang ringan dapat menimbulkan krisis aplastik. Utnuk
pengobatan dapat dilakukan transfusi darah dalam keadaan kritis, pengangkatan
limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun), roboransia.1,4
33
Ovalositosis (eliptositosis)
A beta lipoproteinemia
Defisiensi vitamin E
Defisiensi G6PD
34
sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar. Untuk terapi bersifat
kausal.1,4
Defisiensi glutation
Pada bentuk homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak
terlalu berat. Khas dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3
difosfogliserat (2,3 DPG). Gejala klinis bervariasi, untuk terapi dapat
dilakukan tranfusi darah.4,5
35
3. Hemoglobinopatia
Hemoglobin orang dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak
lebih dari 2 % dan HbF tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan
bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan
konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai
keadaan yang normal. Terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan
Hemoglobin ini yaitu gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal) misal HbE, HbS dan lain-lain, serta gangguan jumlah (salah satu atau
beberapa) rantai globin misal talasemia.
36
DAFTAR PUSTAKA
6. Sari Wahyuni, Arlinda. Anemia Defisiensi Besi pada Balita. Avialable at:
http://library.usu.ac.id/download.anemia-defisiensi-besi-pada-anak.
Accessed on 28 Nov 2015
37