You are on page 1of 22

Case Report Session

MULTIPLE TRAUMA

Oleh :
Muhammad Irfan 1740312263 Crisdina Suseno 1740312452
Putri Ramadhani 1740312264 Rania Ulfah 1740312610
Atika Nurul Ilmi 1740312265 Lintang Sekar Sari 1410312070
Gunaseelaa a/l L 1740312407 Mhd Rivai R 091031309
Rizki Hidayah 1740312445

Preseptor :

dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSI DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

BAB 2
ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas mayat

Nama : Ny.N
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Lubuk Begalung, Padang

2.2 Kronologis Kejadian

Makalah ini membahas sebuah kasus jenazah laki-laki usia 71 tahun yang meninggal di

tempat kejadian, yaitu jalan Lubuk Begalung, Padang. Menurut pengakuan keluarga korban,

korban ditemukan di jalan beraspal dalam keadaan tidak bernyawa. Keluarga korban mengaku

bahwa korban memang sering berjalan di malam hari. Kronologi kejadian tidak diketahui.

Kejadian terjadi pada tanggal 18 Juli 2018 pukul 02.00 WIB di Lubuk Begalung, Padang.

Korban dibawa ke RSUP Dr. M. Djamil Padang oleh polisi pada pukul 04.00 WIB.

2.3 Hasil Temuan Pemeriksaan Luar

Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan luar jenazah yang dilakukan pada hari

Sabtu tanggal 18 Juli 2018 pukul 05.30 WIB :

a. Mayat tidak memiliki label mayat


b. Terdapat satu buah kantong mayat berwarna kuning dengan bercak berwarna merah

kehitaman, bertulisan “Dispen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI” disertai

logo Bakti Husada. Terdapat ritsleting dan tali pada ujung kantong berwarna hitam.

c. Tidak ditemukan perhiasan pada mayat

d. Tidak terdapat benda samping mayat

e. Tanda pasti kematian

- Kaku mayat : Terdapat kaku mayat pada jari-jari tangan, siku, lutut, jari-jari kaki

mudah dilawan.

- Lebam mayat : Terdapat lebam mayat pada punggung, berwarna kebiruan, hilang

pada penekanan.

Gambar 1. Lebam mayat

f. Dari data antropometri didapatkan mayat adalah seorang perempuan, ras mongoloid,

berumur tujuh puluh satu tahun, kulit warna sawo matang, gizi baik, panjang tubuh

seratus lima puluh satu sentimeter, berat badan tidak ditimbang.


g. Tanda khusus pada mayat: Pada dada kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan

satu sentimeter dari tulang selangka terdapat tanda lahir berwarna cokelat kehitaman

berukuran dua kali empat sentimeter

h. Rambut kepala berwarna putih, cokelat dan hitam, tumbuh lurus, panjang empat belas

sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang nol koma lima sentimeter .

Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang nol koma tiga sentimeter.

i. Mata kanan terbuka satu koma lima sentimeter. Selaput bening mata jernih, teleng mata

bulat diameter nol koma lima sentimeter, warna tirai mata cokelat, selaput bola mata

bening, selaput kelopak mata pucat. Mata kiri tertutup. Selaput bening mata bening,

teleng mata bulat diameter nol koma lima sentimeter, warna tirai mata cokelat, selaput

bola mata pucat, selaput kelopak mata pucat.

j. Kedua telinga berbentuk oval.

k. Hidung tidak dapat dinilai

l. Gigi geligi jumlah seluruh gigi geligi dua puluh tujuh buah.

 Pada rahang kanan atas, jumlah gigi geligi tiga buah, gigi satu, dua, enam, tujuh,

dan delapan tidak ada serta gigi tiga patah.

 Pada rahang kiri atas, jumlah gigi geligi tidak ada.

 Pada rahang kanan bawah, jumlah gigi geligi enam buah, gigi tujuh dan delapan

tidak ada

 Pada rahang kiri bawah, jumlah gigi geligi empat buah, gigi enam, tujuh dan

delapan tidak ada serta gigi ke lima patah.

m. Pada korban ditemukan :


 Pada hampir seluruh wajah, terdapat luka terbuka tepi tidak rata berbentuk tidak

beraturan dengan dasar rongga kepala berukuran tujuh belas sentimeter sentimeter

kali lima belas sentimeter.

Gambar 2. Luka pada wajah

 Pada leher depan, satu sentimeter dari garis pertengahan depan, lima sentimeter

dari liang telinga kiri terdapat luka terbuka tepi tidak rata, bentuk tidak rata

dengan dasar tulang, berukuran sembilan belas sentimeter kali lima sentimeter.

Gambar 3. Luka pada Leher


 Tepat pada alis kiri, tiga koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan,

empat sentimeter dari batas tumbuh rambut depan, terdapat luka terbuka tepi tidak

rata, dengan dasar jaringan bawah kulit, berukuran nol koma lima sentimeter

sentimeter kali dua koma lima sentimeter.

 Pada kelopak mata kiri atas, satu sentimeter dari garis pertengahan depan, nol

koma lima sentimeter dari sudut mata dalam, terdapat luka terbuka tepi tidak rata,

dengan dasar jaringan otot, berukuran satu sentimeter sentimeter kali tiga

sentimeter.

Gambar 4. Luka pada alis dan kelopak mata

 Pada lengan atas kiri sisi depan, empat sentimeter dari puncak bahu, terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dengan dasar otot, berukuran satu sentimeter sentimeter

kali tiga sentimeter.

 Pada lengan atas kiri sisi depan, sebelas koma lima sentimeter dari puncak bahu,

terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar otot, berukuran empat

sentimeter kali empat belas sentimeter.


Gambar 4. Luka Lengan atas kiri

 Pada lipat ketiak, terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar jaringan

bawah kulit, berukuran empat sentimeter sentimeter kali enam sentimeter.

Gambar 5. Luka pada ketiak kiri dan ketiak kiri sisi dalam
 Pada lengan atas kiri sisi dalam, tujuh sentimeter dari lipat siku, terdapat luka

memar berwarna kebiruan berukuran tiga sentimeter sentimeter kali tiga

sentimeter.

 Pada lengan bawah kiri sisi luar, tujuh sentimeter dari lipat siku, terdapat dua buah

luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar jaringan bawah kulit, berukuran satu

koma lima sentimeter kali satu sentimeter dan satu koma lima sentimeter kali satu

koma lima sentimeter.

 Pada lengan bawah kiri sisi depan, lima sentimeter dari lipat siku, terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dengan dasar jaringan bawah kulit, berukuran satu

sentimeter sentimeter kali satu sentimeter.

 Pada telapak tangan kiri, enam koma lima sentimeter dari pergelangan tangan,

terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar otot, berukuran dua koma lima

sentimeter sentimeter kali satu sentimeter.

 Pada jari ketiga kiri ruas pertama sisi depan, terdapat luka terbuka tepi tidak rata,

dengan dasar jaringan bawah kulit, berukuran dua sentimeter sentimeter kali nol

koma lima sentimeter.

 Pada punggung tangan kiri, dua sentimeter dari pergelangan tangan, terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dengan dasar otot, bila dirapatkan membentuk garis

sepanjang lima sentimeter.

 Pada lengan kanan atas sisi dalam, mulai dari lengan atas sisi dalam dua belas

sentimeter dari lipat siku, melewati regio lengan bawah kanan sisi dalam,

punggung tangan, hingga ruas pertama jari kedua, sebelas sentimeter dari
pergelangan tangan, terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar otot,

berukuran lima puluh dua sentimeter sentimeter kali tujuh sentimeter.

Gambar 6. Lengan kanan

 Pada kedua sisi perut, mulai dari taju atas depan tulang usus kanan ke taju atas

depan tulang usus kanan perut samping kiri atas, hingga kiri bawah, ke kanan

bawah ke kanan atas, terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar otot, bila

dirapatkan membentuk garis melengkung sepanjang empat puluh lima sentimeter.

 Pada perut kanan, dua sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter

dari taju atas depan tulang usus, terdapat luka memar, berbentuk khas garis

bersisian, berwarna ungu kemerahan, berukuran sepuluh sentimeter sentimeter

kali lima sentimeter.

 Pada perut kanan, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, tiga sentimeter

dari taju atas depan tulang usus, terdapat luka lecet geser, arah dari atas ke bawah,
warna merah kecoklatan, berbentuk huruf L dengan panjang kaki-kaki tujuh

sentimeter dan lima belas sentimeter.

 Pada perut kiri, sepuluh sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter

dari taju atas depan tulang usus, terdapat luka lecet geser, arah dari bawah ke atas,

dengan kulit terkelupas, berukuran lima belas sentimeter sentimeter kali empat

sentimeter.

Gambar 7. Luka Perut

 Pada punggung kaki kanan sisi samping, tiga sentimeter dari pergelangan kaki,

terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dengan dasar tulang bila dirapatkan

berbentuk huruf L dengan panjang kaki-kaki tiga sentimeter dan lima belas

sentimeter.

 Pada sekeliling ibu jari kaki kanan ruas pertama, terdapat luka terbuka tepi tidak

rata, dengan dasar tulang, berukuran tiga sentimeter sentimeter kali dua

sentimeter.
Gambar 8. Gambar Punggung kaki kanan

 Pada punggung kaki kiri, dua sentimeter dari pergelangan kaki, terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dengan dasar jaringan bawah kulit, bila dirapatkan

membentuk huruf L dengan panjang kaki-kaki empat sentimeter dan lima belas

sentimeter.

Gambar 9. Luka pada punggung kaki kiri

 Pada tungkai kanan, mulai dari tungkai kanan atas sisi dalam, empat sentimeter

dari lutut, melewati tungkai kanan bawah sisi dalam ke luar, dua sentimeter dari

lutut, terdapat luka terbuka sisi tidak rata, dasar jaringan bawah kulit, bila

dirapatkan membentuk garis sepanjang dua puluh lima sentimeter.


Gambar 10. Luka pada tungkai kaki kanan

 Pada tungkai kiri atas sisi depan, sembilan sentimeter dari lutut, terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dengan dasar jaringan bawah kulit, bila dirapatkan

membentuk garis sepanjang tiga sentimeter.

 Pada tungkai kiri atas sisi depan, lima sentimeter dari lutut, terdapat beberapa luka

lecet tekan, arah tegak lurus, berwarna merah kecoklatan, dengan ukuran terbesar

satu sentimeter sentimeter kali nol koma lima sentimeter, dan ukuran terkecil nol

koma tiga sentimeter sentimeter kali nol koma lima sentimeter, dengan luas area

sepuluh sentimeter kali empat sentimeter.

 Pada tungkai kiri atas sisi depan, empat belas sentimeter dari lutut, terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dengan dasar jaringan di bawah kulit, bila dirapatkan

membentuk garis sepanjang tiga sentimeter.


Gambar 11 dan 12. Luka Tungkai atas kanan dan tungkai bawah kiri

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi

Mayat adalah seorang perempuan, ras Mongoloid, bangsa Indonesia, berumur 71 tahun,

kulit warna sawo matang, gizi sedang, panjang tubuh 151 cm, berat badan tidak ditimbang.

Rambut kepala berwarna putih, cokelat dan hitam, tumbuh lurus, panjang empat belas

sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang nol koma lima sentimeter . Bulu

mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang nol koma tiga sentimeter. Identifikasi forensik

merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas

seseorang. Penentuan ras dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi

geligi, dan tulang panggul atau tulang lainnya. Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama

yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk kea rah ras Mongoloid. Jenis kelamin ditentukan

berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta

scapula metacarpal. Ukuran anatimik lain seperti indeks asetabulo-iskiadikum, indeks cotulo-

iskiadikum, ukuran pintu atas panggul, tengah dan bawah panggul, serta morfologi deskriotif

seperti incisura iskiadikum mayor yang sempit pada laki-laki, dan sulkus preaurikularis yang

menonjol pada wanita, arkus sub pubis dan krista iliaka. Identifikasi terutama dilakukan pada
jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan massal,

bencana alam,serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Sementara pada kasus ini jenazah

masih segar.

3.2. Diagnosis Kematian

Korban perempuan tersebut ditemukan meninggal di Jalan Bypass Padang pada pukul

02.00 WIB dan langsung dibawa ke Bagian Forensik RSUP Dr.M.Djamil Padang. Di Bagian

Forensik, diagnosis kematian ditegakkan berdasarkan tidak adanya nadi dan nafas. Dari

pemeriksaan klinis tersebut, dapat ditegakkan bahwa korban telah mengalami mati somatis dan

mati batang otak.

Diagnosis mati klinis dapat ditegakkan dengan ditemukannya perubahan fungsi

neurologis terdiri dari hilangnya fungsi sensorik, motorik, dan hilangnya reflex. Pada kasus ini,

ditemukan pupil dalam kondisi midriasis. Tidak adanya fungsi respirasi, dapat terlihat dari

inspeksi (dinding dada tidak bergerak), palpasi (tidak ada pergerakan dinding dada), atau

auskultasi ( tidak ada suara nafas). Pada kasus ini berhentinya fungsi sirkulasi ditegakkan dari

tidak terabanya pulsasi arteri (radialis, brakhialis, femoralis, dan karotis) dan bunyi jantung tidak

terdengar saat auskultasi. .

Ada tiga temuan cardinal klinis pada pasien dengan mati batang otak, yaitu kesadaran

koma, reflex batang otak tidak ada, dan apnea. Pada kasus ini, korban sudah dalam tidak sadar

dan apnea. Hilangnya reflex batang otak dapat dinilai dengan midriasis pupil. Pemeriksaan reflex

batang otak lainnya dpaat dinilai dengan Doll’s eye phenomenon, tes kalori, reflex kornea, jaw

reflex, dan reflex muntah.5


3.3 Kematian Tidak Wajar

Pada kasus ini, cara kematian korban termasuk ke dalam kematian tidak wajar karena

kematian disebabkan oleh trauma, yaitu kecelakaan lalu lintas. Contoh lainnya dari kematian

tidak wajar adalah kematian yang mencurigakan, keracunan, dan korban kekerasan. Oleh karena

itu, korban harus dilakukan pemeriksaan luar dan dalam untuk menentukan sebab kematian.

Surat keterangan kematian belum boleh dikeluarkan jika pemeriksaan jenazah tidak dilakukan.

Selain itu, keluarga korban juga disarankan untuk segera melapor ke polisi dan meminta surat

permintaan visum.

3.4 Surat Permintaan Visum

Pada kasus ini, polisi meminta untuk dilakukan visum dan telah memberikan surat

permintaan visum kepada dokter. Seorang dokter diharuskan membuat visum et repertum dan

diberikan pada penyidik seperti yang tertera dalam pasal 216 KUHP :

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang

dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu,

atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk

mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan

sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna

menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau

pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.1

Dasar hukum pembuatan visum et repertum adalah pasal 133 KUHAP, yaitu bila yang

diperiksa adalah manusia sebagai korban atau di duga korban suatu pidana, baik korban hidup
atau mati. Prosedur permintaan visum et repertum korban diatur dalam pasal 133 ayat 1 dan 2

KUHAP:

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwewenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.2

3.5 Tanatologi

Tanda pasti kematian terdiri atas lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis),

penurunan suhu tubuh (algor mortis), pembusukan (dekomposisi), adiposera (lilin mayat), dan

mumifikasi. Tanda-tanda tersebut merupakan perubahan lanjut yang dapat ditemukan pada

seorang jenazah.1,2,3,4 Pada kasus ini, tanda pasti kematian yang ditemukan meliputi lebam mayat

dan kaku mayat. Lebam mayat terbentuk akibat eritrosit yang menempati tempat terbawah akibat

gravitasi yang mengisi vena dan venula sehingga terbentuk bercak warna merah keunguan pada

bagian terbawah tubuh, kecuali bagian tubuh yang tertekan alas keras.1,2,3,4 Lebam mayat tidak

selalu terlihat pada kondisi tertentu, bergantung pada usia, kondisi darah, dan keadaan

lain.Warna lebam mayat berbeda- beda sesuai penyebab keracunan, seperti pada kasus keracunan

karbon monoksida, sianida, dan hipotermia, lebam berwarna merah terang atau merah muda.

Warna coklat menunjukkan keracunan nitrobenzen atau potasium klorat.3,5 Pada jenazah,

ditemukan lebam mayat pada punggung, berwarna kebiruan, dan hilang pada penekanan.
Temuan ini menunjukkan bahwa perkiraan waktu kematian korban lebih dari 20-30 menit dan

kurang dari 8-12 jam dari waktu pemeriksaan.

Kaku mayat terbentuk akibat habisnya ATP di dalam serabut otot sehingga energi tidak

terbentuk lagi. Aktin dan miosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku.3 Kaku mayat mulai

tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) kearah

dalam (sentripetal). Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan

selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat dimulai dari

otot-otot kecil hingga akhirnya ditemukan pada seluruh tubuh.1,2,3,4 Faktor yang mempengaruhi

terjadinya kaku mayat antara lain umur, aktivitas fisik sebelum mati, persediaan glikogen, suhu

tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot kecil dan suhu lingkungan tinggi. 6 Perkiraan

waktu kematian pada jenazah ini diperkirakan antara 2-12 jam sebelum pemeriksaan dilakukan

dikarenakan terdapat kaku pada jari-jari tangan, siku, lutut, jari jari kaki yang mudah dilawan.

Penurunan suhu tubuh tidak diperiksa di bagian ilmu forensik RSUP Dr. M. Djamil

Padang karena tidak tersedianya alat. Berdasarkan teori, penurunan suhu tubuh harusnya sudah

dapat dideteksi pada jenazah. Tanda-tanda pembusukan belum ditemukan pada jenazah karena

waktu kematian jenazah diperkirakan belum mencapai 24 jam.1,2,3,4 Berdasarkan hasil

pemeriksaan kaku dan lebam mayat, maka perkiraan waktu kematian jenazah adalah di antara 2-

12 jam sebelum pemeriksaan.

3.6 Luka dan Perdarahan pada Jenazah

Pada jenazah, ditemukan beberapa jenis luka pada berbagai lokasi tubuh. Luka memar

ditemukan pada lengan atas kiri sisi dalam dan perut kanan. Luka terbuka tepi tidak rata

ditemukan pada wajah, leher, alis kiri, kelopak mata kiri atas, lengan atas kiri sisi depan, lipat

ketiak, lengan bawah kiri sisi luar, lengan bawah kiri sisi depan, telapak tangan kiri, jari ketiga
kiri ruas pertama sisi depan, punggung tangan kiri, lengan kanan atas hingga jari kedua kanan,

kedua sisi perut, punggung kaki kana sisi samping, sekeliling ibu jari kaki kanan ruas pertama,

punggung kaki kiri, tungkai kanan atas hingga tungkai kanan bawah, dan tungkai kiri atas sisi

depan. Luka lecet tekan ditemukan di tungkai kiri atas sisi depan, terdapat luka lecet geser di

perut kanan dan perut kiri. Terdapat marginal hemorrhage pada paha atas kanan, Jenis luka ini

disebabkan oleh benda yang memiliki permukaan tumpul.1 Luka merupakan terputusnya

kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan dengan adanya jaringan yang rusak atau hilang

sebagai akibat dari kecelakaan atau ruda paksa.2 Pada jenazah juga ditemukan patah tulang

tengkorak bagian belakang, tulang tengkorak bagian kanan depan, tulang hidung, tulang rahang

atas, tulang rahang bawah, tulang pipi kanan, tulang leher, tulang selangka kanan, seluruh tulang

rusuk, tulang taju pedang, tulang jari ketiga, keempat, kelima kanan ruas pertama, tulang jari

ketiga kiri ruas kedua, tulang paha kiri atas, dan tulang ibu jari kanan ruas pertama. Memar

adalah perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan

oleh kekerasan tumpul.1,2 Memar yang ditemukan pada jenazah pada jenazah ini menunjukkan

bahwa usia memar baru terbentuk. Luka memar harus dapat dibedakan dengan lebam mayat

pada jenazah.1 Luka terbuka, seperti yang ditemukan pada jenazah, merupakan luka terbuka

akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah. Bila batas elastisitas

kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai tepi yang tidak

rata.1 Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang

memiliki permukaan kasar atau runcing. Luka lecet, terjadi karena bergesekan dengan benda

yang kasar tapi tidak tajam2. Salah satu contohnya seperti pada kecelakaan lalu lintas yang

dialami jenazah ini sebelum meninggal.1 Patah tulang yang multiple pada jenazah ini terjadi

karena kekerasan tumpul yang sangat kuat seperti pada kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami
korban. Patah tulang (Fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis , baik yang bersifat total maupun yang parsial yang pada umumnya disebabkan

oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung

dan tidak langsung.2 Mekanisme kejadian kecelakaan pada korban tidak jelas.

3.7 Sebab Mati

Sebab kematian jenazah tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan

dalam. Namun, hasil pemeriksaan luar jenazah dapat mengarahkan sebab kematian disebabkan

oleh multiple trauma sehingga terjadi perdarahan.

Trauma kepala merupakan salah satu kasus kematian terbanyak sampai saat ini karena

kepala merupakan bagian terpenting pada manusia. Ringan parahnya cedera dapat memengaruhi

kesadaran atau fungsi kognitif dari pasien tersebut.6 Diperkirakan 1,7 juta orang di Amerika

Serikat mengalami cedera kepala setiap tahunnya; 50.000 meninggal dunia, 235.000 dirawat di

rumah sakit, dan 1.111.000, atau hampir 80% dirawat dan dirujuk ke Departemen Instalasi

Gawat Darurat. Menurut laporan World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar 1,2

juta orang meninggal dengan diagnosis cedera kepala yaitu akibat kecelakaan lalu lintas (KLL)

dan jutaan lainnya terluka atau cacat.6

Statistik negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa trauma kepala mencakup

26% dari jumlah segala macam kecelakaan, yang mengakibatkan seseorang tidak bisa bekerja

lebih dari satu hari sampai selama jangka panjang. Kurang lebih 33 % kecelakaan yang berakhir

pada kematian menyangkut trauma kepala. Di luar medan peperangan lebih dari 50% dari trauma

kepala terjadi karena kecelakaan lalu lintas, selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh. Orang-

orang yang mati karena kecelakaan, 40% sampai 50% meninggal sebelum mereka tiba di rumah
sakit. Dari mereka yang dimasukkan rumah sakit dalam keadaan masih hidup 40% meninggal

dalam satu hari dan 35% meninggal dalam satu minggu perawatan.4

Kasus kematian karena cedera, trauma kepala merupakan jenis trauma terbanyak yang

ditemukan yakni lebih dari 50% trauma. Pada pasien yang mengalami multiple trauma, kepala

adalah bagian yang paling sering mengalami cedera, dan pada kecelakaan lalu-lintas yang fatal,

otopsi memperlihatkan bahwa cedera otak ditemukan pada 75% penderita.3 Pada alloanamnesis

pada korban ini dikatakan bahwa korban ditemukan di jalan beraspal dalam keadaan tidak

bernyawa.

Penyebab kematian dan cacat yang menetap yang diakibatkan oleh trauma kepala yaitu

50% oleh trauma secara langsung dan 50% oleh gangguan peredaran darah sebagai komplikasi

yang terkait secara tidak langsung pada trauma. Komplikasi itu berupa perubahan tonus

pembuluh darah serebral, perubahan-perubahan yang menyangkut sistem kardiopulmonal yang

bisa menimbulkan gangguan pada tekanan darah, PO2 arterial atau keseimbangan asam-basa.4

Pada pemeriksaan pada korban didapatkan kondisi kepala dan wajah yang sudah hancur akibat

kekerasan tumpul.

Perdarahan intraserebral dapat terjadi dalam bentuk kontusio-hematom, perdarahan

batang otak yang menyebabkan herniasi transtentorial, hematom jauh di dalam otak terpisah dari

konveksitas hemisfer, hematom ekstraganglion atau lobar yang soliter dan berukuran sedang-

besar, hematom serebral yang terisolasi, dan tipe yang jarang di mana terjadi robekan antara

korpus kalosum dorsolateral dan girus cingulated menyebabkan perdarahan ke dalam ventrikel

dan hematom yang membelah white matter antara dasar lateral korpus kalosum dan girus
13
cingulate. Sedangkan gambaran patologis awal dari udem otak adalah pendataran dari

permukaan girus dan penyempitan sulcus. Efek keseluruhan dari udem otak adalah gambaran
umum otak yang mulus dan datar pada undulasi normal pada permukaan hemisfer serebral.

Gambaran otak dari dewasa muda normalnya tampak full sehingga kadang-kadang sulit untuk

membedakan apakah terjadi udem otak atau tidak. 11

Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim otak).

Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan

pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut. Perdarahan dapat

berlokasi di bagian mana saja, misalnya di substansia alba hemisfer serebri, serebellum,

diensefalon, atau mungkin juga di corpus callosum. Akan tetapi lokasi yang paling sering adalah

lobus frontalis dan temporalis.

Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya (countre-

coup).2,4 Lesi dapat berupa fokus perdarahan kecil-kecil, namun dapat pula berupa perdarahan

yang luas. Perdarahan yang kecil-kecil umumnya sebagai akibat lesi akselerasi-deselerasi,

sedangkan yang besar umumnya akibat laserasi atau kontusio serebri berat. Beberapa sumber

menyatakan definisi hematoma intraserebri adalah perdarahan lebih dari 5 cc, sedangkan bila

kurang maka disebut petechial intraserebri (kontusio serebri). Perdarahan dapat terjadi segera,

dapat pula beberapa hari atau minggu kemudian, khususnya pada pasien lanjut usia. 2,4

Perdarahan pada lobus temporal memberikan resiko besar terjadinya herniasi uncus yang

berakibat fatal yang bisa mengakibtakan kematian.


BAB 4

KESIMPULAN

1. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik

untuk menentukan identitas seseorang

2. Ada tiga temuan cardinal klinis pada pasien dengan mati batang otak, yaitu kesadaran koma,

reflex batang otak tidak ada, dan apnea. Pada kasus ini, korban sudah dalam keadaan koma (tidak

sadar) dan apnea. Hilangnya reflex batang otak dapat dinilai dengan reflex pupil yang tidak ada

dan midriasis pupil.

3. Pada kasus ini, cara kematian korban termasuk ke dalam kematian tidak wajar karena

kematian disebabkan oleh trauma, yaitu kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, korban harus

dilakukan pemeriksaan luar dan dalam untuk menentukan sebab kematian.

4. Pada korban, hanya dilakukan pemeriksaan luar sehingga tidak dapat ditentukan sebab

kematian. Namun, hasil pemeriksaan luar jenazah dapat mengarahkan sebab kematian

disebabkan oleh multiple trauma sehingga terjadi perdarahan. Untuk itu perlu dilakukan

pemeriksaan dalam (autopsy) untuk menentukan penyebab pasti kematian pada jenazah ini.

You might also like