Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu masalah yang sering
terjadi pada ibu hamil dan merupakan 5–15% penyulit dalam kehamilan.1 Tiga
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%) (OBST). Hipertensi dalam kehamilan
termasuk di dalamnya preeklampsia merupakan penyebab utama nomor dua
kematian ibu di seluruh dunia. 1
WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di Negara maju
adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%.5,6
Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.
Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya
penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia.8
Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki
tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena
preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga
menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai
organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya.8
Adanya angka yang cukup tinggi terhadap mortalitas dan morbilitas
hipertensi dalam kehamilan di Indonesia dapat disebabkan oleh etiologi yang
tidak jelas, dan perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non
medis dan sistem rujukan yang belum sempurna. Sehingga pengetahuan tentang
pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua
tenaga medik baik dipusat maupun di daerah.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Etiologi preeklamsia tidak diketahui secara pasti. Diketahui ada beberapa
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia.7
2
2.4 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang di anggap mutlak benar.
Teori-teori sekarang banyak di anut adalah:1
3
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron,
sedangkan pada preeklampsia rata-rata 2OO mikron. Pada hamil normal
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero
plasenta.
4
endotel. Membran sei endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangar
renran terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida
lemak.
Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai daii membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknya seluruh strukrur sel endotel.
5
4. Teori adaptasi kardiovaskulartori genetik
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan
vasopresor. Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan
bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
menirnbulkan respons vasokonstriksi.
Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada
sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya refrakter terhadap
bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa inhibitor (bahan
yang menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari
ternyata adalah prostasiklin.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor
hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada rrimester I
(penama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipenensi
dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu.
Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.
Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe
ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia
pula, sedangkan hanya 8 % anak menantu mengalami preeklampsia.
6
5. Teori defesiensi gizi
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk
minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Minyak ikan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi
tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokonstriksi
pembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk memakai
konsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam
mencegah preeklampsia . Hasil sementara menunjukkan bahwa penelitian ini
berhasil baik dan mungkin dapat dipakai sebagai alternatif pemberian aspirin.
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet
perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia.
Penelitian di Negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar,
dengan membandingkan pemberian kalsium dan plasebo. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang
mengalami preeklampsia adalah 14 % sedang yang diberi glukos 17 %.
7
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal.
Respons inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik
inflamasi yang menimbuikan gejala-gejala preeklampsia pada ibu. Redman,
menyatakan bahwa disfungsi endotel pada preeklampsia akibat produksi debris
trofoblas plasenta berlebihan tersebut di atas, mengakibatkan "aktivitas leukosit
yang sangat tinggi" pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini oleh Redman disebut sebagai
"kekacauan adaptasi dari proses inflamasi intravaskular pada kehamilan" yang
biasanyaberlangsung normal dan menyeluruh.
8
Gambar 2 Patofisiologi preeklampsia
9
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu
dibawah ini:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadarkreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4. Edema Paru
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus,
gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta :Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).8
10
7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta:Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent orreversed end diastolic velocity (ARDV).5
2.7 Penatalaksanaan
Terdapat perbedaan manajemen hipertensi pada kehamilan dan di luar
kehamilan.Kebanyakan kasus hipertensi di luar ke hamilan merupakan hipertensi
esensial yang bersifat kronis.Terapi hipertensi di luar kehamilan ditujukan untuk
mencegah komplikasi jangka panjang, seperti stroke dan infark miokard,
sedangkan hipertensi pada kehamilan biasanya kembali normal saat post-partum,
sehingga terapi tidak ditujukan untuk pencegahan komplikasi jangka
panjang.Preeklampsia berisiko menjadi eklampsia, sehingga diperlukan
penurunan tekanan darah yang cepat pada preeklampsia berat. Selain itu,
preeklampsia melibatkan komplikasi multisistem dan disfungsi endotel, meliputi
kecenderungan protrombotik,penurunan volume intravaskuler, dan peningkatan
permeabilitas endotel.4
Manajemen Ekspektatif atau Aktif.Tujuan utama dari manajemen
ekspektatif adalah untuk memperbaiki luaran perinatal dengan mengurangi
morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan tanpa membahayakan
ibu.
11
Bagan 1. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa gejala berat5
12
- Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi
menggunakan doppler velocimetry terhadap arteri umbilikal
direkomendasikan
13
c. Bagi wanita yang melakukan perlawatan ekspektatif preekklamsia berat,
pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan
paru janin
d. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan
rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif
Terminasi Kehamilan
Data Maternal Data Janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu
Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat
berkurang (nyeri kepala, pandangan kabur Oligohidramnion presisten
dan sebagainya) Profil biofisik <4
Penurunan fungsi ginjal progresif
Trombositopenia persisten atau HELLP Deselarisasi variabel dan lambat pada NST
syndrome
Edema paru Dopller arteri umbilicalis : reversed end
Eklampsia diastolic flow
Solusio plasenta
Persalinan/ketuban pecah Kematian janin
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Penatalaksanaan yang
penting yaitu pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia berat memiliki
resiko edema paru dan oligouria, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan
hipovolemi, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan
onkotik koloid. Oleh karena itu monitoring cairan input dan output sangat
penting.1
14
2.7.1 MgSO4
Magnesium Sulfat merupakan senyawa kimia garam anorganik yang
mengandung magnesium, sulfar dan oksigen dengan rumus MgSO4.Magnesium
sulfat bekerja pada sebagian besar calcium channel di otot polos vascular dan
mengurangi kalsium intraseluler. Salah satu efek dari berkurangnya kalsium
intraselular adalah inaktivasi dan aktivitas calmodulin depedent myosin ligh chain
kinase sehingga mengurangi kontraksi menyebabkan relaksasi arterial berefek
menurunkan resisten vackular perifer dan cerebral, menghilangkan vasospasme
dan menurunkan tekanan arteri.3
Penggunaan MgSO4 jika melebihi dosis dapat menyebabkan intoksikasi
seperti menurunnya reflex seperti reflex tendon, depresi sitem saraf pusat dan
dapat menjadi apneu gejala akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.3
15
Kemudian refleks patella (+) kuat dan frekuensi pernapasan >16 kali/menit
serta tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi, dan setelah
24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir.
16
C. Jika didapatkan kejang ulangan setelah pemberian MgSo4
- Tambahkan 2g iv bolus (MgSO4 20%) 10cc (jika tersedia MgSO4 40%
berikan 5cc diencerkan dengan 5cc aquabidest). Berikan selama 2-5
menit dapat diulang selama 2 kali. Bila kejang kembali dapat diberikan
diazepam.
17
Pemberian antihipertensi
Keuntungan dan risiko pemberian antihipertensi pada hipertensi ringan -
sedang (tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih
kontroversial.European Society of Cardiology (ESC) guidelines 2010
merekomendasikan pemberian antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg pada wanita dengan hipertensi gestasional
(dengan atau tanpa proteinuria), hipertensi kronik superimposed, hipertensi
gestasional, hipertensi dengan gejala atau kerusakan organ subklinis pada usia
kehamilan berapa pun. Pada keadaan lain, pemberian antihipertensi
direkomendasikan bila tekanan darah ≥ 150/95 mmHg..Menurut Belfort,
penentuan batas (cut off) tekanan darah untuk pemberian antihipertensi yang
dipakai yaitu ≥160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. 1
Antihipertensi lini pertama
Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker yang sudah
digunakan sejak decade terakhir untuk mencegah persalinan preterm (tokolisis)
dan sebagai antihipertensi. Berdasarkan RCT, penggunaan nifedipin oral
menurunkan tekanan darah lebih cepat dibandingkan labetalol intravena, kurang
lebih 1 jam setelah awal pemberian. Nifedipin selain berperan sebagai vasodilator
arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat natriuretik, dan meningkatkan
produksi urin.
Nifedipin, dosis 10-20 mg per oral, dulangi setelah 30 menit maksimum
120 mg dalm 24 jam.
Antihipertensi lini kedua
- Sodium nitroprusside 0,25 µg iv/kg/menit, infus, ditingkatkan 0,25 µg
iv/kg/5 menit.
- Diazokside 30-60 mg/iv/5menit atau intravena infus 10 mg/menit/dititrasi
Antihipertensi sedang dalam penelitian yaitu calcium channel blocker:
isradipin, nimodipin dan serotonin reseptor antagonis: ketan serin. 1Di Indonesia,
antihipertensi yang digunakan yaitu nifedipin 10-20 mg diulangi 30 menit bila
perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan
18
sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat sehingga hanya boleh diberikan
peroral. 1s
Glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak
merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x24 jam.1
2.8 Penyulit
2.8.1 Ibu
- Sistem saraf pusat
Pendarahan intracranial , tromosis vena sentral , hipertensi ensepalopati,
edema serebri, edema retina , macular atau retina detachment dan keutaan korteks.
- Gastrointetinal hepatic: subscapular hematoma hepar, rupture kapsul hepar.
- Ginjal : gagal ginjal akut , nekrosis tubular akut.
- Hematologik: DIC, tromositopenia dan hematoma luka operasi
- Kardiopulmonar : edema paru kardiogenik atau non kardiogenik, depresi atau
arrest pernapasan , cardiac arrest , iskemia miokardium.
- Lain-lain : asites , edema laring , hipertensi yang tidak terkendalikan
2.8.2 Janin
Penyulit yang terjadi pada janin ialah intrauterine fetal growth restriction ,
solusio placenta , prematuritas, sindroma distes napas , kematian janin intrauterine
, kematian neonatal , pendarahan intraventrikular , necrotizing enterocolitis ,
sepsis , dan cereral palsy.
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PENYAKIT
Ny. I, 40 tahun, G4P3A0, Jawa, Islam, SLTP, Ibu rumah tangga. Istri dari
Tn. A, 45 tahun, Jawa, Islam, STM, Karyawan Swasta. Datang dengan keluhan:
Keluhan Utama : Mual dan muntah
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 1minggu ini, pasien
muntah sebanyak 1 kali sehari dengan isi apa yang dimakan dan apa yg diminum,
volulme muntah 30cc, pasien juga mengatakan bahwa ia juga memiliki tekanan
darah tinggi sejak hamil 7 bulan dan pada kehamilan sebelumnya pasien
menderita hipertensi. Pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (+), sakit kepala (-),
kejang sebelumnya (-). Pasien merasakan mules – mules mau melahirkan sejak 2
jam SMRS, hanya dirasakan sesekali, keluar air – air dari kemaluan (-), keluar
lendir darah sejak 2 jam SMRS. BKA dan BAB normal
RPT : Hipertensi
RPO : Nifedipin 1x10 mg Sublingual
20
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu seorang ibu
rumah tangga, ekonomi menengah ke bawah dan tidak ada riwayat gangguan
psikososial.
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 tahun
Lama : 5 hari
Siklus : 28 hari
Volume : ± 2 doek/hari
Nyeri : tidak ada
HPHT : 20 Desember 2017
TTP : 27 September 2018
ANC : 3x ke Bidan
RIWAYAT MENIKAH
Pasien menikah 1 kali pada usia 19 tahun
RIWAYAT PERSALINAN
1. Laki - laki, aterm, 2700 gr, PSP, Bidan, Klinik, 21 tahun, Sehat
2. Laki – laki, aterm, 3400 gr, PSP, Bidan, Klinik, 18 tahun, sehat
3. Perempuan, aterm, 3700gr, PSP , Bidan ,Klinik, 11 tahun , Sehat.
4. Hamil saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Sens : compos mentis Anemis :-
TD : 190/110 mmHg Ikterik :-
Nadi : 90 x/i Sianosis :-
Pernafasan : 22 x/i Dyspnoe :-
Suhu : 36,7oC Oedema :-
21
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan: 160 cm
STATUS GENERALISATA
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+)
Isokor, ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
TVJ R-2 cmH2O
Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi :
Jantung : S1 (N), S2 (N), S3 (-), S4 (-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : Tidak Ada
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, Clubbing finger (-),
Oedem Pretibial (-/-)
Refleks KPR (+/+)
STATUS OBSTETRI
Abdomen : Membesar asimetris, peristaltik (+) normal
Tinggi Fundus Uteri : 3 jari BPX , 42cm
Tegang : kiri
Terbawah : kepala
Gerak Janin : (+)
HIS : 2x10’/30”
22
Denyut Jantung Janin : (+) 144x/i reguler
Taksiran Berat Janin :
Jhonson Tousack : (TFU(cm)-11)x155= (42-12)x155=4650gr
PEMERIKSAAN DALAM
VT (setelah pemberian MgSo4 regimen): - Servix axial lengkap , EFF
100%, kepala Hodge II-III, Teraba caput 2x3 cm UUK arah jam 12, selaput
ketuban (-)
ST : - Lendir darah (+), air ketuban (+)
LABORATORIUM
19 Oktober 2018
Test Result Unit References
Hemoglobin 13.4 g/dl 12-16
Eritrosit 5.23 106/µL 4.0-5.40
Leukosit 10.28 103/µL 4.0-11.0
Hematokrit 41.4 % 36.0-48.0
Platelet 336 103/µL 150-400
23
Ureum 26 mg/dl 10.0-50.0
SGOT 45 U/L 0.00-40.00
SGPT 27 U/L 0.00-40.00
24
Anti HIV Non Reaktif Negatif
URIN RUTIN
05 Oktober 2018
Test Result References
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Keruh Jernih
Protein Poitif +++ Negatif
Sedimen Eritrosit 0-1/lpb <3/lpb
Sedimen Leukosit 3-4/lpb <5/lpb
Sedimen Renal Epitel Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
PH 6.5 4.6-8.0
DIAGNOSA KERJA
PE with severe feature + MG + KDR (37-38)minggu + PK + AH +
Inpartu
RENCANA TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
- Pasang Kateter keluar inisial urin 200cc
- MgSO4 20% (4gr) 20cc bolus perlahan selama 15 menit
- MgSO4 40% (12gr) 30cc 14gtt/i dalam 12 jam
- Nifedipin 10mg bila tekanan darah > 160/100 mmHg , berikan ekstra
nifedipin 10 mg
- Inj. Ceftriaxon 2gr (skin test) profilaksis
25
RENCANA TINDAKAN
- SC Cito
WAKTU TINDAKAN
26
metilergometrin 0,2 mg secara IV. Cavum Uterus dibersihkan
dengan kassa steril. Kesan : bersih
Dilakukan penjahitan± 1cm dari ujung luka insisi uterus
dengan benang vicryl No.2. dilakukan penjahitan continous
double layer dengan menembus bagian myometrium sampai
subendometrium. Kemudian diteruskan sampai ujung luka.
02.55-03.00 Identifikasi tuba fallopi dan Ovarium, kesan : dalam batas
normal. Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan stoll sel.
Kesan : bersih.
Evaluasi perdarahan, kesan : perdarahan terkontrol.
Evaluasi kontraksi uterus, kesan : kontraksi adekuat.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis sebagai berikut:
- peritoneum dijahit secara continuous suture dengan
benang plain catgut 2.0.
- otot dijahit secara simple interupred suture dengan
benang plain catgut 2.0.
03.00-03.55 - fascia dijahit secara continuous dengan benang vicryl
2.0.
- subkutis dijahit secara simple interupred suture dengan
benang chromic catgut 2.0.
- kutis dijahit dengan benang vicryl 2.0
27
Pemantauan Kala IV
Waktu 04.00 04.15 04.30 04.45 05.00 05.30 06.00
RencanaTindakan
- Awasi vital sign, kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam, tanda – tanda
perdaraahan dan tanda eklamsia post partum
- Cek darah post op.
28
BAB V
FOLLOW UP PASIEN
29
Suhu : 36,8oC
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari di bawah pusat, Kontraksi kuat
L/O : tertutup verban, luka tampak kering
P/V : Lochia rubra (+)
BAK : (+) via kateter, UOP : 58 cc/jam, kuning
BAB : (-) Normal, flatus (+)
A : Post SC a/i PTM + Makrosmia + Post Sterilisasi Pomeroy+PE
with severe feature + NH1
P :
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Nifedipin 4x10mg apabila TD > 160/100 mmHg
- Captopril 2x25 mg
- Inj. Furosemide 1 amp/12 jam
R/ - Cek panel HELLP, cek AGDA, KGD ad random, LDH,
Fibrinogen, D-Dimer, SGOT, SGPT, Balance cairan
-
Konsul Interna dengan diagnose Post SC a/i Fetal Distress
+ Makrosmia + PE with severe feature + NH1 + DM tipe-2
- Mobilisasi bertahap, Diet MB
22 Oktober 2018 S : Nyeri luka bekas operasi , sesak napas
O : SP : Sens : CM
TD : 160/120 mmHg
Nadi : 98 x/ menit
Pernafasan : 25 x/menit
Suhu : 36oC
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat
L/O : tertutup verban, luka tampak kering
P/V : Lochia rubra (+)
BAK : (+) via kateter 258 cc/jam, kuning jernih.
Balance: -3100cc
30
BAB : (-) , flatus (+)
Sf: Kiri = Kanan
SP : Vesikuler
ST: Ronki basah
Perkusi: Sonor
A : Post SC a/i PTM + Makrosmia + Post Sterilisasi Pomeroy+PE
with severe feature + NH2 + Susp. DM Tipe-2
P : - O2 2-4 lt/menit
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam (Aff) → As. Mefenamat
3x500mg
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam (Aff) → Ranitidin tab 2x
150mg
- Nifedipin 4x10mg apabila TD > 160/100 mmHg
- Captopril 2x25 mg
- Inj. Furosemide 1 amp/12 jam
23 Oktober 2018 S : Batuk (+), Nyeri luka bekas operasi , sesak napas
O : SP : Sens : CM
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 98 x/ menit
Pernafasan : 23 x/menit
Suhu : 36.8oC
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari di bawah umbilikus, kontraksi kuat
L/O : tertutup verban, kesan kering
P/V : Lochia rubra (-)
BAK : (+) via kateter UOP: 166cc/ jam
BAB : (-), flatus (+)
A : Post SC a/i PTM + Makrosmia + Post Sterilisasi Pomeroy+PE
31
with severe feature + NH2 + Susp. DM Tipe-2
P : - Cefadroxil 2x500mg
- As. Mefenamat 3x500mg
- Ranitidin 2x150mg
- Furosemid tab 2x40 mg (Aff) → Bisoprolol 1x25 mg
- Nifedipine 4x10mg (Aff) → Amlodipin 10mg
- Captopril 2x25 mg (Aff) → Valsartan 1x80mg
32
BAB V
DISKUSI KASUS
33
Oligouria, yaitu produksi urin Ht: 41.4%
kurang dari 500 cc/24 jam Leu: 10.28/µL
Kenaikan kreatinin plasma Plt: 336.000/µL
Gangguan visus dan serebral seperti Ur: 26,00 mg/dl
penurunan kesadaran, nyeri kepala, Cr: 0,80 mg/dl
skotoma dan pandangan kabur Ur.acid: 10.10 mg/dl
Nyeri epigastrium atau nyeri pada SGOT: 45 U/l
kuadran kanan atas abdomen (akibat SGPT: 27 U/l
teregangnya kapsula Glisson) KGD ad Random: 113 mg/dl
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik Pemeriksaan urinalisa (19 Oktober
Trombositopenia berat yaitu < 2018)
100.000 sel/mm3 atau penurunan Kuning, keruh, protein (+++)
trombosit dengan cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan
hepatoseluler yaitu peningkatan
alanin dan asparate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterin yang
terhambat
34
µg iv/kg/5 menit.
- Diazokside 30-60 mg/iv/iv/5 menit
atau intravena infus 10
mg/menit/dititrasi
35
BAB VI
CLINICAL SUMMARY
Permasalahan
Sebagai dokter umum, apabila menemukan kasus seperti ini, tindakan apa
yang perlu dilakukan ?
Kurangnya informasi dan sosialisasi dari tenaga pelayanan kesehatan
mengenai preeklampsia pada saat Antenatalcare (ANC) sehingga
menyebabkan kurangnya pemahaman ibu hamil tentang preeklampsiadan
upaya pencegahannya.
36
DAFTAR PUSTAKA
37