Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
A. PERSISTENSI
1. Definisi Persistensi
adalah kekuatan kehendak (the power of will). Hal yang menjadi penghalang bagi
sesuatu yang diinginkan meskipun dilanda oleh berbagai hambatan, kesulitan atau
keputusasaan.
15
2. Komponen Persistensi
lain :
Mengetahui tujuan dan apa yang diinginkan secara pasti merupakan langkah
kesulitan.
b. Keinginan/Desire
c. Self-reliance
meningkatkan persistensi.
f. Co-operation
Rasa simpati, pengertian dan kerjasama yang harmonis dengan orang lain
g. Kekuatan kehendak/Will-power
h. Kebiasaan/Habit
dan feedback.
a. Effortful behavior
dengan individu yang memiliki riwayat mendapatkan reward atas perilaku rendah
b. Dukungan sosial
individu yang memiliki hubungan yang dekat dan suportif lebih dapat bertahan
sekolah.
c. Feedback
(dalam Seligman & Peterson, 2004) menunjukkan bahwa ketika ibu memberi
feedback yang bersifat positif dan korektif kepada anaknya yang berusia 2 tahun,
anak tersebut bertahan (persist) lebih lama baik dalam tugas yang mudah ataupun
tugas susah.
Paulus dan Konicki (dalam Seligman & Peterson, 2004) menemukan bahwa
evaluasi negatif dari orang lain mengarahkan individu untuk lebih persistensi
Mueller dan Dweck (dalam Seligman & Peterson, 2004) menemukan bahwa anak-
dapat meningkatkan persistensi dan penguatan pada tingkat tinggi dan rendah
mengurangi persistensi.
B. PASANGAN INFERTIL
Menurut Papalia & Olds (1998) keadaan infertil merupakan suatu keadaan
dimana pasangan yang meskipun sudah menikah dalam kurun waktu relatif
lama/lebih dari dua belas bulan lamanya tanpa menggunakan alat kontrasepsi akan
tetapi belum juga mendapatkan anak. Hal tersebut juga senada dengan penjelasan
Ida Bagus (2009) juga mendefenisikan pasangan infertil sebagai pasangan yang
telah kawin dan hidup harmonis serta telah berhubungan seks selama satu tahun
pasangan infertil adalah pasangan yang sudah menikah dalam kurun waktu
setidaknya satu tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi namun belum terjadi
kehamilan.
2. Penyebab Infertilitas
masalah pria dan 40% disebabkan karena faktor wanita dan 20% disebabkan oleh
faktor lainnya. Hal ini disebabkan adanya sejumlah masalah psikologis dan
2.Mampu melewati vas deferens dan uretra sehingga sperma dan semen bisa
masuk
3.Mengeluarkan semen dalam jumlah yang tepat agar sperma tetap hidup untuk
(DeGenova, 2005).
pituitary, tiroid, dan adrenal, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, gangguan
intercourse yang hanya selama periode infertil setiap bulan dan bertambahnya
3. Dampak Infertilitas
pria dan wanita. Pasangan seringkali mengalami depresi, rasa bersalah, cemas,
(Abbey, Andrews, dan Halman, 1994). Mereka merasa bahwa mereka telah gagal,
saling menyalahkan satu sama lain dan mereka sangat cemas ketika berusaha
untuk hamil. Banyak orang yang infertil merasakan emosi seperti marah, panik,
putus asa dan sedih yang nantinya dapat berpengaruh terhadap aktivitas seksual
yang umum dilakukan. Ada juga pasangan yang dianjurkan dengan metode
wanita, membuahi sel telur itu dengan sperma dalam laboratorium, tumbuh
selama 3 atau 4 hari dan kemudian menanamkan satu atau lebih blastosit
melalui chateter yang dirancang secara special (pipa ke dalam saluran tubuh).
5) Ovum transfer, dimana donor wanita diinseminasi buatan oleh sperma dari
pasangan infertile wanita lainnya. Zigot (dibuahi sel telur) dikeluarkan setelah
5 hari dan ditransplasi ke dalam calon ibunya yang akan membawa anak
1. Batak Toba
Orang Batak adalah salah satu suku dari Bangsa Indonesia yang tinggal di
Sumatera Utara. Sumatera adalah pulau terbesar kedua sesudah kalimantan dan
terletak diujung barat Indonesia. Orang Batak mendiami dataran tinggi Bukit
Indonesia sudah ada sebanyak 237.641.326 jiwa. Suku Batak terdiri atas enam
heran kalau orang Batak Toba berdiam di lembah-lembah dan sekitar Danau Toba
sebab disana ada cukup air untuk persawahan. Kondisi geografis lembah membuat
mereka hidup dalam ruang yang terbatas dan terisolasi. Komunitas-komunitas ini
Harahap & Siahaan (1987) mengemukakan lima nilai peran anak dalam
Harahap & Siahaan (1987) menyatakan bahwa tujuan hidup yang ideal
(1997) menjelaskan bahwa hagabeon sama artinya dengan bahagia dan sejahtera.
Keturunan dipandang sebagai pemberi harapan hidup karena keturunan itu adalah
suatu kebahagiaan yang tidak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat
dimana kekayaan ini diidentikkan dengan harta kekayaan dan anak. Tanpa anak
individu tidak akan merasa kaya meskipun banyak harta seperti yang diungkapkan
terlebih dahulu berketurunan (gabe) dan memiliki kekayaan (mora). Diantara nilai
paling penting dimana nilai hagabeon mengungkap makna bahwa orang Batak
Anak juga dapat berperan sebagai pelengkap adat Dalihan Na Tolu. Dalihan
kekeluargaan pada suku Batak Toba. Ketiga hubungan kekeluargaan itu adalah ;
Anak laki-laki nantinya akan beristri dan keluarga pihak pemberi istri akan
disebut dengan hula hula sedangkan anak perempuan akan bersuami dan keluarga
pihak penerima istri akan disebut boru. Dengan demikian lengkaplah unsur
Ph.L.Tobing menyatakan sahala sebagai salah satu aspek dari tondi (roh).
Seorang yang memiliki kewibawaan kekayaan dan keturunan adalah orang yang
Dalam budaya Batak Toba, yang menjadi pewaris seutuhnya adalah anak
laki-laki, sementara anak perempuan bisa memiliki sebagian harta warisan apabila
saudaranya laki-laki tersebut mau berbagi sebagian dari harta yang dia warisi
(Vergouwen, 1986).
suku dan suku induk, yang berasal dari rahim yang sama (Vergouwen, 1986).
Keyakinan ini disebabkan oleh penetapan struktur garis keturunan mereka yang
menganut garis keturunan laki-laki (patrilineal) yang berarti bahwa garis marga
orang Batak Toba diteruskan oleh anak laki-laki. Jika orang Batak Toba tidak
memiliki anak laki-laki maka marga tadi akan punah. Adapun posisi perempuan
Batak Toba adalah sebagai pencipta hubungan besan karena perempuan harus
diteruskan oleh anak laki-laki dan menjadi punah kalau tidak memiliki anak laki-
anak. Menurut alam pikiran orang yang belum memeluk agama, tidak mempunyai
keturunan laki-laki berarti hidup sengsara di alam baka. Bahkan orang Kristen
masih berpikir bahwa tidak ada hal yang lebih buruk selain keadaan yang
anak. Mengangkat anak baru bisa mempunyai makna jika ada kemungkinan
mendapatkan anak angkat laki-laki yang dapat melanjutkan galur bapak angkat.
Salah satu alasan mengapa orang mengambil istri kedua ialah karena ia tidak
istri kedua karena tidak mendapat anak tidak berarti karena ada persoalan antara
suami agar mengambil istri muda dengan harapan akan mendapatkan anak laki-
laki, walaupun istri pertama itu mungkin sudah melahirkan tetapi perempuan.
d. Bercerai
diperkirakan sebagai akibat dari tidak adanya keselarasan antara tondi pasangan
bapaknya. Anak perempuan tidak mempunyai hak tertentu dalam warisan orang
tuanya. Anak perempuan dalam hal ini bisa memiliki sebagian dari warisan yang
untuk memberikan sebagian dari harta yang diwarisinya. Disaat masih hidup
seseorang dapat juga menyisihkan sebagian hak miliknya untuk anak perempuan,
selain harta bawaan yang sudah diterimanya. Pemberian bisa diterima pada waktu
itu atau dikemudian hari sewaktu anak perempuan itu kawin yakni sebagai
Vergouwen (1986) menyatakan ada beberapa cara yang sering dilakukan oleh
tersebut :
1. Suami dan kerabat laki-lakinya akan mendatangi ayah dari pihak istri dan
melalui upacara khusus memohon restu kiranya mertuanya sudi memanjatkan doa
2. Sombaon
Upacara ini berupa upacara penghormatan kepada leluhur besar yang tertinggi
dalam dunia roh yang mendekati kedudukan dewata, dia menjadi sombaon.
Sombaon ini tinggal di tempat suci, di puncak gunung, di hutan belantara atau
hewan kurban yang dipersembahkan kepada leluhur tersebut yang dipimpin oleh
datu dan diikuti dengan tarian-tarian persembahan. Tujuan khusus dari pesta
seperti ini ialah karena banyaknya dari keturunannya yang tidak mempunyai anak;
3. Mangupa tondi
daya yang bersemayam di dalam dirinya dan untuk memperkuat ikatan antara dia
dengan tempat tinggalnya. Jika kegiatan mangupa ini dilakukan kepada wanita
daya tangkal tondinya (rohnya) terhadap kekuatan animis dan jahat yang sudah
4. Manulangi
persembahan makanan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh anak kepada orang
tuanya atau mertuanya dengan tujuan mendapatkan berkat dari orang tuanya atau
mendapatkan keturunan.
Dondon tua ini diartikan sebagai dibebani nasib baik. Istilah ini diterapkan
kepada benda yang diberikan kepada seseorang. Melalui benda ini diharapkan ada
bisa dilakukan kepada wanita yang sudah lama tidak memiliki anak dengan tujuan
terpenting dalam siklus kehidupan. Ini adalah bagian dari tujuan hidup masyarakat
Batak Toba yang ideal yakni banyak anak (hagabeon), kaya materi/harta
Adapun ungkapan yang sangat terkenal dalam budaya masyarakat Batak Toba
adalah “Anakhonhi do hamoraon diahu (anak adalah harta yang paling berharga
dalam diri saya) (Harahap & Siahaan, 1987). Oleh karena itu, meskipun dalam
banyak keturunan baik itu laki-laki dan perempuan dalam budaya Batak Toba
masalah anak bagi masyarakat Batak Toba sangatlah penting. Hal ini disebabkan
karena keturunan dipandang sebagai pemberi harapan hidup karena keturunan itu
adalah kebahagiaan yang tidak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat
(Lubis, 1997). Dalam budaya Batak Toba jumlah anak dianggap sangat
Tidak hanya itu, dengan adanya anak juga dapat melengkapi adat Dalihan Na
kekeluargaan itu adalah hula-hula (pihak pemberi istri), dongan sabutuha (kawan
semarga) dan boru (pihak penerima istri) (Harahap & Siahaan, 1987).
Dengan adanya anak juga, maka harta warisan yang dimiliki oleh orang tua
ada yang mewarisi. Dimana dalam budaya Batak Toba pewaris harta sepenuhnya
adalah laki-laki, akan tetapi wanita tetap bisa mewarisi sebagian dari harta
Dan yang tidak kalah penting adalah bahwa dengan adanya anak dalam
budaya Batak Toba mengandung sistem patrilineal, dimana anak laki laki yang
meneruskan garis keturunan. Untuk itu jika orang Batak Toba tidak memiliki
keturunan laki-laki maka garis keturunan/marga tadi akan punah. Adapun posisi
dipandang sebagai sesuatu yang sangat merendahkan martabat suami dan bila
diantara anak-anak yang dilahirkannya tidak ada laki-laki, hal tersebut juga
dipandang sebagai suatu penghinaan yang menodai martabat pihak suami dan
keluarganya (Vergouwen, 1986). Yang mana sekarang ini banyak sekali dijumpai
pasangan Batak Toba yang sulit untuk memiliki keturunan meskipun telah
menikah sekian tahun lamanya dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, keadaan
inilah yang disebut dengan infertilitas. Keadaan dimana pasangan yang meskipun
sudah menikah dalam kurun waktu relatif lama/lebih dari 12 bulan lamanya tanpa
Maka tidak heran jika seorang suami yang tidak memiliki keturunan baik itu
laki-laki maupun perempuan dari seorang istri meminta untuk berpisah (bercerai)
dan kemudian itu menikah lagi dengan wanita lain untuk mendapatkan keturunan
baik itu laki-laki dan perempuan (Vergouwen, 1986). Dan tidak heran juga jika
pasangan yang sulit untuk memiliki keturunan tersebut mendapat ejekan dari
Tentunya hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan yang
mengalami keadaan tersebut. Untuk itu bila dalam sebuah keluarga terdapat
pasangan yang belum memiliki keturunan maka pasangan tersebut akan berupaya
apapun demi mendapatkan keturunan agar memiliki generasi penerus, ahli waris
harta kekayaan, pencapai tujuan hidup yang ideal, pelengkap adat dalihan na tolu
serta menambah sahala orang tua. Pasangan akan melakukan segala usaha baik
secara medis, alternatif hingga kepada usaha tradisional dengan segigih mungkin
Seligman & Peterson (2004) sebagai kelanjutan dari tindakan sukarela yang
nyata. Hill (2000) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa komponen dalam
terorganisir dan masuk akal, mampu bekerjasama dengan orang lain serta
memiliki pemikiran yang terfokus untuk mencapai tujuan. Semua komponen ini
tercapai.
E. PARADIGMA BERPIKIR
Co-operation
Feedback
Will-power
Habit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA