You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Sesuai dengan strategi Indonesia sehat tahun 2010 dan kebutuhan pembangunan
sektor kesehatan di era desentralisasi ini, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
sudah menetapkan visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui
Puskesmas adalah terwujudnya Kecamatan sehat tahun 2010. Kecamatan sehat
merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang hidup di lingkungan
yang sehat dan prilaku hidup masyarakat yang juga sehat, mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. (Depkes RI, 2010)
Pencapaian visi Indonesia 2010 dapat dicapai dengan menggerakan Puskesmas
sebagai pelaksana teknis Dinas Kesehatan terbawah yang memiliki enam kewajiban
yang harus dilaksanakan, yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan
(kesling), kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan.(Depkes RI,
2010)
Program Kesehatan Lingkungan pada masyarakat adalah bagian dari program
pembangunan kesehatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dengan
titik berat pada upaya peningkatan kualitas hidup dan pencegahan penyakit disamping
pengobatan dan pemulihan. Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, meningkatnya industri dan
tempat-tempat umum yang sehat, menurunnya angka penyakit diare, demam berdarah
dan penyakit akibat kurang sehatnya lingkungan di sekitar masyarakat.(Trikarjana,
2008)
DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan. Berdasarkan kajian Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) disimpulkan bahwa KLB DBD di
Indonesia diakibatkan oleh beragam faktor. Pertama, DBD masih endemik di beberapa
wilayah karena terdapat vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta
adanya empat tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Kedua, lemahnya sistem
kewaspadaan dini sehingga penanganan dan pengobatan kasus sebagai intervensi belum
dilakukan sebagaimana mestinya. Ketiga, kemudahan alat transportasi memungkinkan
perpindahan dari satu wilayah ke wilayah lain yang merupakan daerah endemik. Ketiga
faktor tersebut didukung dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan
paradigma hidup sehat dan kondisi lingkungan sekitar sebagai faktor risiko penyebaran
penyakit. Akibatnya, anjuran 3M Plus (menguras, menutup dan mengubur plus
menaburkan larvasida serta memelihara ikan pemakan jentik) untuk mencegah DBD
belum terlaksana secara efektif (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan kenyataan di atas, pemerintah Indonesia terus berusaha memperbaiki
program pemberantasan DBD. Program tersebut bertujuan mengurangi penyebarluasan
wilayah yang terjangkit DBD, mengurangi jumlah pasien DBD dan menurunkan angka
kematian akibat DBD. Kemenkes RI telah menetapkan Program Nasional
Penanggulangan DBD melalui Kepmenkes No. 581 Tahun 1992, terdiri dari delapan
pokok program yang meliputi surveilans epidemiologi dan pemberantasan KLB,
pemberantasan vektor, penatalaksanaan kasus, penyuluhan, kemitraan dalam wadah
kelompok kerja operasional (pokjanal) DBD, peran serta masyarakat berupa juru
pemantau jentik (jumantik), pelatihan dan penelitian (Kemenkes RI, 2011).
Puskemas juga turut serta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD
dengan melaksanakan program pemeriksaan jentik berkala (PJB) untuk memonitor
kepadatan jentik. Program PJB selain untuk kasus DBD juga bertujuan untuk deteksi
filariasis. Peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini mewabahnya
DBD karena dapat memantau keberadaan jentik dan menghambat perkembangan awal
vektor penular DBD. Peran jumantik juga bertujuan menggerakkan peran serta
masyarakat dalam usaha pemberantasan kasus DBD. Keaktifan kader jumantik dalam
memantau lingkungannya diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD. Oleh
karena itu, diperlukan upaya peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang
dilakukan oleh dinkes (Yuliyanti, 2007).

I.2. PERUMUSAN MASALAH


Prevalensi DBD cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Evaluasi
program PJB belum dilakukan padahal pemahaman mengenai angka pencapaian
program PJB ini sangat penting. Dengan demikian, permasalahan yang akan dibahas
adalah evaluasi program PJB di RW 2, 4, 7, 12, 13, 19 Kelurahan Pancoran Mas dan
RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas
periode Januari-Desember 2014.
I.3. TUJUAN
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui evaluasi program PJB di RW 2, 4, 7, 12, 13, 19 Kelurahan Pancoran
Mas dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok di wilayah kerja Puskesmas
Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan ABJ di RW 2, 4, 7, 12, 13, 19 Kelurahan Pancoran Mas
dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok di wilayah kerja Puskesmas
Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
2. Mengetahui masalah program PJB di RW 2, 4, 7, 12, 13, 19 Kelurahan
Pancoran Mas dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok di wilayah kerja
Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
3. Mengetahui prioritas masalah program PJB di RW 2, 4, 7, 12, 13, 19
Kelurahan Pancoran Mas dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok di
wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
4. Mengetahui penyebab dari prioritas masalah program PJB di RW 2, 4, 7, 12,
13, 19 Kelurahan Pancoran Mas dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok
di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
5. Mengetahui alternatif pemecahan masalah program PJB di RW 2, 4, 7, 12, 13,
19 Kelurahan Pancoran Mas dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20 Kelurahan Depok di
wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
6. Mengetahui prioritas dari alternatif pemecahan masalah program PJB di RW 2,
4, 7, 12, 13, 19 Kelurahan Pancoran Mas dan RW 3, 6, 14, 18, 19, 20
Kelurahan Depok di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-
Desember 2014.

I.4. MANFAAT
I.4.1. Bagi Puskesmas
1. Mendapatkan gambaran dalam mengidentifikasi masalah dan penyebab
masalah program PJB di Puskesmas Pancoran Mas.
2. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah program PJB di Puskesmas
Pancoran Mas guna pencapaian yang lebih maksimal.
3. Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam program PJB selanjutnya
di Puskesmas Pancoran Mas dalam upaya peningkatan kualitas kerja.
I.4.2. Bagi Masyarakat
1. Menambah informasi bagi masyarakat mengenai cara penularan dan dampak
yang ditimbulkan dari kasus DBD serta upaya pencegahannya di lingkungan
tempat tinggal.
2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan masyarakat dengan
mensosialisasikan program PJB yang dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Pancoran Mas.
I.4.3. Bagi Peneliti
1. Sebagai penerapan aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapat selama
menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta.
2. Mendapatkan pengalaman belajar mengenai manajemen dan evaluasi suatu
program di Puskesmas Pancoran Mas.
3. Mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan program PJB di Puskesmas
Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014, mulai dari identifikasi masalah
sampai memberikan alternatif pemecahan masalah.
BAB III
METODE EVALUASI
III.1. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator bagian sanitasi
dan kesling Puskesmas Pancoran Mas
b. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumentasi puskesmas berupa laporan bulanan
program PJB di Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.

III.2. CARA PENILAIAN DAN EVALUASI


Data dikumpulkan menurut komponen sistem, baik tolok ukur maupun pencapaian
program. Sumber rujukan variabel dan tolok ukur penilaian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Profil kesehatan Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
2. Laporan bulanan program kerja sanitasi dan kesling Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
3. Hasil wawancara dengan koordinator bagian sanitasi dan kesling Puskesmas Pancoran Mas

Tabel 1. Variabel dan tolok ukur penilaian


No Variabel Definisi operasional atau rumus Tolok ukur
keberhasil
an
1 Cakupan angka Jumlah bangunan yang tidak ada jentik x 100% >95%
bebas jentik Jumlah bangunan yang diperiksa jentiknya
(ABJ)
2 Laporan kasus Jumlah kasus yang ada di wilayah kerja 100%
yang puskesmas termasuk kasus yang ditemukan di laporan
ditindaklanjuti rumah sakit. kasus
dengan ditindaklanj
penyelidikan uti dengan
epidemiologi PE
(PE)
3 Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan tahun sebelumnya Dilakukan
pelaporan digunakan sebagai masukan dalam upaya evaluasi
perbaikan program selanjutnya program
4 Angka Morbiditas: banyaknya jumlah penderita DBD Mengalami
morbiditas dan Mortalitas: banyaknya jumlah penderita yang penurunan
mortalitas DBD meninggal akibat DBD dari tahun
ke tahun

Sumber: Peraturan Pemerintah Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pengendalian DBD

Tabel 2. Tolok ukur pada komponen masukan


No Variabel Tolok ukur
1 Tenaga Satu orang penanggungjawab program PJB dan pelaksana
lapangan non medik seperti kader, PKK dan jumantik dalam
setiap RW, jumlah tergantung luas wilayah atau sedikitnya dua
orang dalam satu RW.
Kader adalah orang yang mengerti tentang PJB.
2 Dana Tersedianya dana yang sesuai untuk pelaksanaan program PJB
setiap bulan.
Tersedianya sumber dana yang berasal dari subsidi penuh
pemerintah.
3 Data Terdapat data lengkap warga di dua kelurahan yang merupakan
wilayah kerja puskesmas
4 Sarana 1. Medis: bubuk abate tiap kali melaksanakan PJB terutama
untuk wilayah yang berpotensi ditemukan jentik.
2. Non medis:
a. sarana penyuluhan bagi warga berupa poster dan leaflet
mengenai siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.
b. lampu senter untuk pelaksanaan program PJB.
4 Metode Penggunaan formulir pemeriksaan entomologi yang didapat dari
puskesmas setiap pelaksanaan PJB.
Sumber: Peraturan Pemerintah Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pengendalian DBD

Tabel 3. Tolok ukur pada komponen proses


No Variabel Tolok ukur
1 Perencanaan Adanya perencanaan operasional yang jelas: jenis kegiatan,
target kegiatan, waktu kegiatan dan pendanaan kegiatan.
2 Pengorganisa Adanya struktur organisasi program PJB serta pembagian
sian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
3 Pelaksanaan Dilakukan minimal tiga bulan sekali oleh petugas
kesehatan.
Dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu sekali oleh
jumantik.
Ruang lingkup program PJB adalah di rumah dan tempat
umum.
Pelaksanaan minimal pada 30 KK per RW.
Pelaksanaan program PJB diikuti penyuluhan PSN.
Semua tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
diperiksa.
4 Pencatatan Penilaian kegiatan dicatat dan disusun dalam bentuk
dan laporan tertulis secara periodik dan dilaporkan per tahun.
pelaporan
5 Pengawasan Dilakukan oleh kepala puskesmas dalam bentuk pertemuan
dan penilaian di puskesmas.
Sumber: Peraturan Pemerintah Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pengendalian DBD

Tabel 4. Tolak ukur komponen lingkungan dan umpan balik


No Variabel Tolok ukur
1 Lingkungan Tingkat pengetahuan masyarakat tentang PJB yang didukung
adanya penyuluhan tentang PSN.
2 Umpan Pencatatan dan pelaporan tahun sebelumnya digunakan
balik sebagai masukan dalam evaluasi program PJB.
Pencatatan dan pelaporan untuk diteruskan ke kotamadya dan
propinsi.
Sumber: Peraturan Pemerintah Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pengendalian DBD

III.3. CARA EVALUASI


III.3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator bagian sanitasi
dan kesling Puskesmas Pancoran Mas
b. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumentasi puskesmas berupa laporan bulanan
program PJB di Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Desember 2014.
III.3.2. Pengolahan Data
Data diolah dengan menyusun data dengan pengolahan secara manual,
mekanikal dan elektrikal.
III.3.3. Penyajian Data
Data yang telah diolah disajikan secara tekstural, tabular ataupun secara
grafikal.
III.4. LANGKAH EVALUASI
Pada kegiatan evaluasi program PJB, metode yang digunakan ialah analisis
sistem. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisasi yang
menggunakan sifat-sifat dasar sebagai pusat analisis. Cara penilaian dan evaluasi
dilakukan dengan pendekatan sistem sebagai berikut:
a. Menetapkan tolok ukur dari masukan, proses, keluaran, dampak, umpan balik dan
lingkungan berdasarkan nilai standar dari puskesmas.
b. Membandingkan keluaran dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan
yang kemudian ditetapkan sebagai masalah.
c. Membandingkan masukan, proses, dampak, umpan balik dan lingkungan dengan
tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai
penyebab masalah.
d. Menetapkan prioritas masalah.
e. Memberi saran-saran untuk pemecahan masalah.
III.4.1. Penetapan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang telah ditemukan (observed)
dengan apa yang diharapkan atau semestinya terjadi (expected). Masalah dapat
diidentifikasi dengan cara membandingkan keluaran pada program dan tolok
ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat masalah apabila ada
kesenjangan antara keluaran pada program dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan.
III.4.2. Penentuan Prioritas Masalah
Prioritas masalah perlu ditetapkan karena keterbatasan puskesmas. Selain
itu, terkadang dengan menyelesaikan masalah yang dianggap prioritas, masalah
lain pun ikut terselesaikan karena adanya keterkaitan antara satu masalah
dengan masalah yang lain. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan
menggunakan teknik kriteria matriks (criteria matrix technique). Pada teknik ini
terdapat beberapa variabel yaitu:
a. Pentingnya masalah (Importancy/I)
Ditentukan berdasarkan besarnya masalah (Prevalence/P), akibat yang
ditimbulkan masalah (Severity/S), kenaikan besarnya masalah (Rate of
Increase/RI), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of
Unmeet Need/DU), keuntungan sosial karena selesainya masalah (Social
Benefit/SB), keprihatinan (Public Concern/PB) dan suasana politik (Political
Climate/PC).
b. Kelayakan teknologi (Technical Feasibility/TF)
Makin layak teknologi yang dapat tersedia yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah maka makin diprioritaskan masalah tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia (Resources Availability/R)
Makin tersedia sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah
maka semakin diprioritaskan masalah tersebut. Diberikan nilai 1 (tidak
penting) sampai 5 (sangat penting). Masalah yang dipilih sebagai prioritas
adalah yang memiliki nilai IxRxT tertinggi.
III.4.3. Menyusun Kerangka Konsep
Pembuatan kerangka konsep bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang berasal dari komponen sistem lainnya, yaitu komponen
masukan, proses, lingkungan, dan umpan balik. Dengan mengetahui penyebab
masalah, alternatif pemecahan masalah dapat disusun sebagai evaluasi
perencanaan pelaksanaan program berikutnya. Kerangka konsep dibuat dengan
menggunakan bagan tulang ikan (fish bone).
III.4.4. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
Langkah-langkah untuk mengidentifikasi penyebab masalah:
a. Mengelompokkan faktor yang berpengaruh pada prioritas masalah menjadi
kelompok input, proses, output, umpan balik dan lingkungan
b. Menentukan tolok ukur dari faktor-faktor tersebut
c. Membandingkan kesenjangan antara tolok ukur dan pencapaian dari tiap
faktor yang mempengaruhi.
III.4.5. Mengkonfirmasi Penyebab Masalah
Tahapan setelah melakukan identifikasi penyebab masalah adalah
mengkonfirmasi penyebab masalah baik secara langsung dengan melakukan
wawancara pada petugas pelaksana program, kepala puskesmas maupun
observasi, sedangkan konfirmasi tidak langsung dilakukan dengan menelaah
data sekunder hasil pencapaian program.
III.4.6. Daftar Penyebab Masalah
Setelah dilakukan konfirmasi akan ditentukan beberapa penyebab masalah
kemudian dibuat daftar penyebab masalah.
III.4.7. Menetapkan Prioritas Penyebab Masalah
Penetapan prioritas penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan
teknik kriteria matriks (crtiteria matrix technique). Hal ini tergantung dari
kontribusi (C/contribution), kelayakan teknologi (T/technical feasibility) dan
ketersediaan sumber daya (R/resource availability). Diberikan nilai antara 1
(tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting). Penetapan prioritas
(P/priority) masalah dilakukan dengan cara mengalikan C, T, R. Nilai tertinggi
ditetapkan sebagai prioritas yang akan dicari alternatif pemecahannya.
III.4.8. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diketahui penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa
alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut dibuat
untuk mengatasi penyebab masalah yang telah ditemukan. Alternatif pemecahan
masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan serta kondisi puskesmas.
III.4.9. Membuat Prioritas Pemecahan Masalah
Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat,
dipilih satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan
memungkinkan. Pemilihan prioritas cara pemecahan masalah ini dengan
memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim digunakan adalah
sebagai berikut ini:
a. Efektivitas jalan keluar
Tetapkan nilai efektifitas (effectivity) untuk setiap alternatif jalan keluar,
yakni dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan
angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai
efektivitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektivitas jalan keluar,
dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut:
1) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (M/Magnitude)
Makin besar masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan
keluar tersebut.
2) Pentingnya jalan keluar (I/Importancy)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan masalah. Makin
langgeng selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.
3) Sensitivitas jalan keluar (V/Vulnerability)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah.
Makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini
biasanya dikaitkan dengan biaya (C/Cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak
efisien jalan keluar tersebut. Nilai prioritas (P/Priority) dihitung untuk setiap
alternatif jalan keluar dengan membagi hasil perkalian nilai MxI xV dengan
C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.

III.5. TAHAPAN KERJA


III.5.1. Persiapan dan Perencanaan
Persiapan evaluasi program dilakukan pada bulan Januari 2015. Pada
persiapan hal-hal yang dilakukan adalah menghubungi pembimbing, diskusi
dengan pembimbing dan koordinator program sanitasi dan kesling Puskesmas
Pancoran Mas, penyusunan proposal evaluasi program serta memperbaiki hasil
proposal setelah diskusi dengan pembimbing.
III.5.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada waktu dan tempat yang telah disepakati
dengan mengkonsultasikannya kepada pembimbing secara intensif guna
mendapatkan hasil evaluasi yang diharapkan. Data-data yang didapatkan akurat
dan sumber-sumber yang terpercaya kemudian dilakukan evaluasi dengan
membandingkan pencapaian indikator keluaran dengan tolok ukur keluaran.
III.5.3. Pelaporan
Pelaporan dimulai dengan penyusunan laporan hasil evaluasi program,
diskusi dengan pembimbing, memperbaiki sesuai dengan diskusi pembimbing,
pengesahan hasil evaluasi program, hingga penyerahan hasil evaluasi program
ke Departemen IKK/IKM Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta.
III.5.4. Waktu Evaluasi
Waktu evaluasi program pada bulan Februari 2015 dalam rangka
membantu evaluasi program pada laporan tahunan Puskesmas Pancoran Mas.
III.5.5. Lokasi Evaluasi
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Pancoran Mas.
III.5.6. Pelaksana
Pelaksana evaluasi program adalah mahasiswa yang sedang melaksanakan
kepaniteraan klinik IKK/IKM dibantu oleh satu dosen pembimbing dan juga
kepala puskesmas serta staf puskesmas dalam pengumpulan data.
BAB IV
PENYAJIAN DATA

IV.1. DATA UMUM PUSKESMAS PANCORAN MAS


IV.1.1. Kondisi Geografis
Puskesmas Pancoran Mas merupakan puskesmas di Kota Depok yang
mempunyai tanggung jawab dua wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Depok dan
Kelurahan Pancoran Mas. Puskesmas Pancoran Mas merupakan dataran rendah
yang terletak di tengah wilayah Kota Depok. Luas wilayah kerja Puskesmas
Pancoran Mas 18,2 km2 dengan tingkat kepadatan penduduk 116.726/km2.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pancoran mas adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beji
b. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cipayung
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukmajaya

Gambar 6. Wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas

IV.1.2. Kondisi Demografi


a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Berdasarkan data Kecamatan Pancoran Mas, tahun 2014 penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas berjumlah 361.639 jiwa.
Tabel 5. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas
Pancoran Mas Tahun 2014
No Golongan Umur Tahun 2014
L P Total
1 0–4 8.303 16.969 25.272
2 5 – 14 18.865 38.496 57.361
3 15 – 44 64.693 130.570 195.272
4 45 – 64 18.179 39.986 58.165
5 > 65 7.897 17.672 25.569
Jumlah 125.756 117.937 361.639
Sumber: Kecamatan Pancoran Mas tahun 2014
Tahun 2014, jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang
paling dominan adalah kelompok umur 15-44 tahun sejumlah 195.272 jiwa.
Diikuti oleh kelompok umur 45-64 sejumlah 58.165 jiwa. Tterdapat 57.361
jiwa yang termasuk kelompok umur belum produktif secara ekonomi (5-14
tahun). Untuk penduduk umur produktif (15-64 tahun) sebesar 336.367
jiwa dari total penduduk. Artinya jumlah penduduk umur produktif lebih dari
setengah jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas.
Jumlah penduduk usia lanjut (>65 tahun) sebesar 25.569 jiwa. Berbeda
dengan kelompok umur 0-14 tahun dan 15-64 tahun, pada kelompok >65
tahun jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan. Hal
ini menunjukan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari laki-laki

Tabel 6. Jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan


di wilayah kerjaPuskesmas Pancoran Mas tahun 2014
No Kelurahan Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat Tamat Tamat Tamat Tamat Jumlah


tamat SD SLTP SMU Diploma AK/PT
SD
1 Depok 3.518 6.619 10.314 16.947 3.358 2.377 43.133

2 Pancoran 6.828 9.402 9.836 24.387 3.034 3.930 57.417


Mas
Jumlah 10.346 16.021 20.150 41.334 6.392 6.307 100.550
Sumber: Kecamatan Pancoran Mas tahun 2014
Tahun 2014, jumlah penduduk 10 tahun ke atas berdasarkan laporan
tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas sebanyak
100.500 jiwa, paling dominan adalah kelompok tamat SMU sejumlah 41.334
jiwa, diikuti tamat SLTP sejumlah 20.150 jiwa dan tamat SD sejumlah
16.021 jiwa. Jumlah penduduk kelompok tidak tamat SD (sejumlah 10.346
jiwa) lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi dengan jumlah total 12.699 jiwa.

Tabel 7. Jumlah penduduk menurut pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas


Pancoran Mas Tahun 2014
No Kelurahan Tingkat Pendidikan

Petani Pedagang Buruh Wiraswasta PNS/TNI Pegawai Jasa Lainnya Jumlah


/POLRI Swasta

1. Depok - 29.621 2.064 24.900 1.556 2.427 5.480 1.795 67.843

2. Pancoran 3.880 1.691 - 12.945 283 13.639 200 14.432 47.070


Mas
Jumlah 3.880 31.312 2.064 37.845 1.839 16.066 5.680 16.227 114.913
Sumber: Kelurahan Depok dan Pancoran Mas tahun 2014
Tahun 2014, jumlah penduduk berdasarkan laporan pekerjaan di
wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas sebanyak 114.913 jiwa, yang paling
dominan adalah kelompok wiraswasta sejumlah 37.845 jiwa, diikuti
kelompok pedagang sejumlah 31.312 jiwa. Jumlah penduduk kelompok
buruh dan pekerja tidak tetap (sejumlah 2.064 jiwa) lebih rendah
dibandingkan dengan penduduk yang memiliki pekerjaan tetap dengan
jumlah total 87.0062 jiwa yang terdiri dari kelompok pedagang, wiraswasta,
PNS/TNI/POLRI, pegawai swasta dan penyedia jasa.
Tabel 8. Jumlah penduduk menurut jumlah KK, jumlah RT dan RW di wilayah kerja
Puskesmas Pancoran Mas Tahun 2014
No Kelurahan Tingkat Pendidikan
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Penduduk KK RT RW

1. Depok 49.268 13.692 116 23

2. Pancoran 69.626 18.574 132 21


Mas
Jumlah 118.894 32.266 248 44
Sumber: Kelurahan Depok dan Pancoran Mas tahun 2014
Tahun 2014, jumlah penduduk berdasarkan data laporan Kelurahan
Depok dan Pancoran Mas sebanyak 118.894 jiwa dengan 32.266 KK.
Berdasarkan jumlah RT sebanyak 288 RT dan jumlah RW sebanyak 44 RW.

Tabel 9. Jumlah penduduk menurut derajat kesehatan (mortalitas)


Uraian Jumlah
Jumlah bayi lahir mati 8
Jumlah kematian ibu hamil 2
Jumlah kematian neonatus menurut penyebab:
a. Kematian neonatal 2
b. Asfiksia berat 1
c. BBLR 2
d. Infeksi lain 3
Sumber: P2KT Puskesmas Pancoran Mas
Tahun 2014, jumlah bayi lahir mati mendominasi yakni sebanyak 8
kasus, sedangkan jumlah kematian ibu hamil sebanyak 2 kasus. Jumlah
kematian neonatus sebanyak 2 kasus, akibat asfiksia berat sebanyak 1 kasus,
akibat BBLR sebanyak 2 kasus dan akibat infeksi lainnya sebanyak 3 kasus.
Tabel 10. Jumlah pelayanan kesehatan
Jenis Tenaga Yang ada
Dokter Umum 9
Dokter Gigi 2
Sarjana Kes. Masyarakat 2
Sarjana Non. Kesehatan
Bidan 18
Perawat 10
Perawat Gigi 0
Apoteker 1
Asisten Apoteker 5
Analis 4
Tenaga Gizi 2
Sanitarian 1
TU/Bendahara/Umum 3
Petugas Pendaftaran 4
Perkaya 5
Administrasi 3
Pertugas Kebersihan 3
Penjaga Puskesmas 2
Kasir 1
Supir 2
Juru Masak 3
Sumber: Kepegawaian Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
Tabel 11. Sarana pelayanan kesehatan swasta di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas
Jenis Sarana Jumlah
Rumah Sakit 5
BP/Klinik -
Rumah Bersalin -
Dokter Praktek Umum -
dr. Spesialis THT -
dr. Gigi -
Klinik Fisioterapi -
dr. Spesialis Saraf -
Bidan -
Apotik -
Optik -
Laboraturium -
Radiologi -
Pengobatan Tradisional -
Akupuntur -
Toko Obat -
Sumber: Profil kesehatan Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
IV.1.3. Struktur Organisasi Puksesmas Pancoran Mas

Ka. UPT. Puskesmas

Dr. Tri Wahyuningsih

Ka. Sub. Bag. TU

Maryanah
Bendahara BOK Bendahara JKN

Hj. Rodiawati, S,SiT Drg. Emma Novita

Bendahara Bendahara Barang

Desi Purvawidiati Rohaedi Jayaatmaja

UNIT YANKES KESGA P2P RB/PONED UNIT UNIT KHUSUS


PENUNJANG
BPU: dr. D. KIA : Nur. Eulis Kesling: PJ: Rini S, S. Kep
PJ : dr. Dian N.
Ningsih Lestari, Am.Keb Ecih S. Farmasi: Etik
Bidan: Engkas Yuliana, Apt Mata: Rufina
BPG: drg. Ema KB: Rodiawati, S.SiT Imunisasi: Primestari, AMK
A, Am. Keb
Meiliana, Lab: Aan M,
LANSIA: dr. PKPR: dr. Dian N. Am.Keb Kesor: Nuriana
AMAK
Laura Lubis Harianja, SKM
GIZI: Popi Sopiyati Survailan: dr.
Kathia Utami Batra: Rini, S. Kep
Lansia : Rufina
Primestari, AMK TBC: Nuriana UKK: dr. Dharma
Harianja, SKM Ningsih
PROMKES:
Deksiana Farida Kusta: Rufina Keswa : dr. Laura
Primestari, Lubis
UKGS/UKS : drg.
AMK
Ihyani Nurdiena

UPF RANGKAPAN JAYA

KLINIK PEMDA UPF DEPOK JAYA Dr. Zakiah

dr. Euis Eka K dr. Yani Haryani


PUSTU

RANGKAPAN JAYA

Bagan 2. Struktur organisasi Puskesmas Pancoran Mas


IV.1.4. Struktur Organisasi Khusus Bagian Sanitasi dan Kesling

KEPALA PENANGGUNG JAWAB

Ecih Sumiasih

Kelurahan Pancoran Mas Kelurahan Depok

42 Kader 46 Kader

Bagan 3. Struktur organisasi program PJB

IV.2. DATA KHUSUS PROGRAM PJB


Tabel 12. Jumlah kasus DBD di Puskesmas Pancoran Mas tahun 2013 dan 2014
Tahun Morbiditas Mortalitas
2013 15 0
2014 37 1
Sumber: Profil kesehatan Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014

Tabel 13. Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes aegypti di wilayah kerja
Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
No Kelurahan Jumlah rumah/bangunan Jumlah rumah/bangunan
yang diperiksa yang bebas jentik
1 Pancoran Mas 13.956 13.444
2 Depok 12.120 11.703
Jumlah 26.076 25.147
Sumber: Laporan tahunan bagian sanitasi dan kesling Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
Tabel 14. Cakupan ABJ Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
No Target Kelurahan Pencapaian Kelurahan Pencapaian
Pancoran Mas Depok
1 95% RW 01 96,71% RW 01 95,83%
2 95% RW 02 93,88% RW 02 99,89%
3 95% RW 03 97,3% RW 03 94,91%
4 95% RW 04 89,8% RW 04 98,8%
5 95% RW 05 97,18% RW 05 98,33%
6 95% RW 06 100% RW 06 93,66%
7 95% RW 07 93,03% RW 07 96,28%
8 95% RW 08 95,97% RW 08 95,67%
9 95% RW 09 99,56% RW 09 97,91%
10 95% RW 10 96,57% RW 10 98,75%
11 95% RW 11 97,21% RW 11 98,75%
12 95% RW 12 94,44% RW 12 96,14%
13 95% RW 13 94,06% RW 13 96,7%
14 95% RW 14 95,28% RW 14 91,95%
15 95% RW 15 95,43% RW 15 99,23%
16 95% RW 16 95,93% RW 16 98%
17 95% RW 17 99,79% RW 17 96,18%
18 95% RW 18 98,12% RW 18 92,71%
19 95% RW 19 91,63% RW 19 92,67%
20 95% RW 20 95,5% RW 20 92,87%
21 95% RW 21 95,34% RW 21 98,33%
22 95% RW 22 99,16%
23 95% RW 23 100%
Jumlah 95,84% 96,64%
Sumber: Laporan tahunan bagian sanitasi dan kesling Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014
Tabel 15. Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes aegypti di RW wilayah
kerja Puskesmas Pancoran Mas dengan ABJ <95% tahun 2014
No Wilayah Jumlah rumah/bangunan Jumlah rumah/bangunan
yang diperiksa yang bebas jentik
Pancoran Mas
1 RW 02 1.080 1.014
2 RW 04 1.040 934
3 RW 07 1.120 1.042
4 RW 12 1.080 1.020
5 RW 13 1.280 1.204
6 RW 19 1.040 953
Depok
1 RW 03 1.120 1.063
2 RW 06 1.120 1.049
3 RW 14 1.280 1.177
4 RW 18 920 853
5 RW 19 1.160 1.075
6 RW 20 1.080 1.003
Sumber: Laporan tahunan bagian sanitasi dan kesling Puskesmas Pancoran Mas tahun 2014

You might also like