Professional Documents
Culture Documents
Nim : 161710101027
Kelompok/Kelas : 2/THP A
Acara : Roti
Asisten :
1. Lilik Krisna M. (082330107192)
2. Nurul Ummah U. (082302095396)
3. Lufi Wirantika (085883799599)
4. Nala Ummi H. (085231327340)
BAB 1. PENDAHULUAN
Roti adalah suatu jenis makanan yang dibuat dari minimal empat macam bahan
yaitu tepung terigu, air, ragi, dan garam yang dicampur menjadi satu membentuk suatu
adonan dan selanjutnya difermentasi dan dipanggang dalam oven sampai matang
(Rahzarni, 2009). Ditambahkan oleh Subagjo (2007), pada proses fermentasi roti, adonan
akan menghasilkan CO2 dan alkohol. Selain itu roti yang kaya akan cita rasa memiliki
bahan tambahan lain yaitu telur, lemak, susu dan gula.
Fitria (2013) menyebutkan roti manis adalah roti yang mempunyai cita rasa
manis, teksturnya empuk, bentuk dan isiannya bervariasi. Selain rasanya yang manis, roti
manis dibuat dengan berbagai bentuk yang menarik, sehingga masyarakat banyak yang
meyukainya. Bahan utama dalam pembuatan roti manis terdiri dari tepung terigu, air, ragi,
garam, serta bahan tambahan terdiri dari gula, susu, lemak, dan telur.
Kriteria roti manis yang baik adalah teksturnya lembut, tingkat kekenyalannya
cukup tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek jika ditekan roti akan kembali seperti
semua, berpori kecil, warna kulit luar bagian atas kuning kecokelatan sedangkan kulit luar
bawah kuning muda atau coklat muda, remah halus tanpa gumpalan putih atau kuning, dan
beraroma harum.
Standart mutu roti manis yang telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian yang
tercantum dalam SNI 01-3840-1995 (dalam Fitria, 2013) adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Standar Mutu Roti Manis
b. Ragi Roti
Disebutkan dalam Ahmad (2005), bahwa pemakaian ragi sebagai salah satu bahan
utama pembuatan roti dan kue sudah sejak lama dipakai pada zaman Mesir kuno, yang
belakangan ini diketahui sebagai khamir Saccharomyces cerevisiae. Di Indonesia S.
cerevisiae sebagai khamir telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan pembuatan
roti, dan tape singkong. S. cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara
morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval, atau bulat
telur yang dipengaruhi oleh strainnya.
Menurut Mushet (2008), Ragi sama seperti makhluk hidup lainnya, perlu empat hal
untuk bertahan hidup, yakni kehangatan, kelembaban, makanan, dan oksigen. Kehangatan
dapat disediakan dalam beberapa cara. Cairan hangat sering digunakan untuk mengaktifkan
ragi, dan proses pencampuran serta kneading juga menghasilkan panas tambahan.
Kehangatan terakhir berasal dari panas oven yang mendorong pengembangan roti. Gisslen
(2009) menyebutkan bahwa C. cerevisiae tumbuh optimal pada kisaran suhu 20-32°C.
Selain menghasilkan gas, ragi juga memberikan rasa untuk adonan roti. molekul rasa
diproduksi oleh ragi selama fermentasi. Untuk alasan ini, roti yang dihasilkan oleh fermentasi
yang panjang biasanya memiliki rasa yang lebih dibandingkan produk dengan fermentasi
singkat. Ada tiga jenis ragi, yakni ragi yang dikompresi, ragi kering aktif, dan ragi kering
instan. (Gisslen, 2009)
Menurut Sulistianing (1995), gula yang diberikan pada pembuatan roti merupakan
makanan untuk yeast di dalam proses fermentasi. Gula juga berfungsi untuk memberikan
warna coklat pada kerak roti oleh adanya reaksi pencokelatan Maillard dan akan
mengempukkan adonan jika ditambahkan dalam jumlah besar. Jumlah gula yang tinggi
menghambat perkembangan ragi (Vaclavic, 2008).
Lemak digunakan dalam pembuatan roti sebagai shortening karena dapat
memperbaiki struktur fisik seperti volume, tekstur, kelembutan, dan flavor. Selain itu,
penambahan lemak menyebabkan nilai gizi dan rasa lezat roti bertambah. Lemak juga
berfungsi sebagai yang sehingga akan memperbaiki remah roti. (Koswara, 2009)
Tujuan pemakaian susu menurut sulistianing (1995) dalam pembuatan roti adalah
untuk mendapatkan status gizi. Susu juga memberikan pengaruh terhadap warna kulit roti
dan juga memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya. Ditambahkan dalam Koswara
(2009), bahwa penggunaan susu untuk produk bakery berfungsi membentuk flavor,
mengikat air, sebagai bahan pengisi, membentuk struktur yang kuat dan porous karena
adanya protein berupa kasein, membentuk warna karena terjadi reaksi pencoklatan dan
menambah keempukan karena adanya laktosa.
Fungsi telur disebutkan dalam Sulistianing (1995) adalah untuk membentuk
warna, penahan air, rasa, gizi, dan pelunak. Pemakaian telur dalam adonan roti manisi
berkisar 8-30% (optimum 10-24%). Bagian telur yang digunakan berupa telur utuh, kuning
telur, dan putih telur.
2.3 Proses Pembuatan
Langkah pertama dalam pembuatan roti manis adalah mempersiapkan bahan serta
alat yang dibutuhkan. Kemudian, dilakukan pencampuran (mixing) antar bahan kering,
yakni tepung terigu, gula pasir, ragi instan dan susu skim. Pencampuran dilakukan hingga
merata. Setelah itu, ditambahkan garam, lalu dilakukan pencampuran kembali hingga
homogen. Setelah merata, campuran kemudian dimasukkan ke dalam mixer. Sambil di
aduk, air dingin ditambahkan sedikit demi sedikit, lalu telur dan garam dimasukkan secara
bergantian. Adonan diaduk dalam mixer hingga kalis dan elastis yang ditandai apabila
adonan diregangkan tidak sobek.
Setelah pengadukan, adonan diletakkan dalam loyang, kemudian diistirahatkan dengan
ditutup lembaran plastik selama 10 menit. Hal ini disebut juga resting time, menurut
Syarbini (2013), resting time adalah waktu istirahat sementara yang diberikan pada adonan
agar adonan menjadi rileks dan memudahkan adonan untuk dapat ditangani pada tahap
berikutnya. Dalam resting time ini berlangsung pula fermentasi dalam adonan. Menurut
Koswara (2009), tujuan fermentasi adonan ialah agar mudah ditangani dan menghasilkan
produk bermutu baik. Selama fermentasi, enzim-enzim ragi bereaksi dengan pati dan gula
untuk menghasilkan gas karbondioksida. Pelepasan gas ini menyebabkan adonan
mengembang serta menyebabkan adonan menjadi lebih ringan dan lebih besar. Setelah 10
menit, adonan kemudian dibagi dengan berat timbangan ±35 gram, masing-masing adonan
dibulatkan dan diistirahatkan dengan ditutup lembaran plastik kembali selama 10 menit.
Tahap selanjutnya adalah pembentukan adonan sesuai selera. Terlebih dahulu,
adonan digilas / diroll tipis, untuk mengeluarkan gas dalam adonan. Kemudian diberi isian
dan selanjutnya dibentuk. Adonan yang sudah dibentuk disusun di atas loyang yang sudah
diolesi mentega. Setelah itu, adonan diistirahatkan kembali dengan ditutup lembaran
plastik selama ±60 menit. Koswara (2009) menjelaskan bahwa peristirahatan adonan ini
sebagai fermentasi akhir yang berujuan agar adonan mencapai volume dan struktur remah
yang optimum. Dalam proses ini ragi roti menguraikan gula dalam adonan dan
menghasilkan gas karbondioksida.
Setelah 60 menit, adonan kemudian diolesi dengan bahan olesan. Bahan olesan ini
yang akan menimbulkan warna cokelat keemasan akibat reaksi Maillard (Hendrastry, 2013).
Kemudian, adonan dipanggang dalam oven dengan suhu suhu 180°C selama hingga matang
yang ditandai dengan berubahnya warna kulit roti menjadi kuning keemasan hingga cokelat.
Koswara (2009) menjelaskan beberapa menit pertama setelah adonan masuk oven, terjadi
peningkatan volume adonan dengan cepat. Pada saat ini enzim amilase menjadi lebih aktif
dan terjadi perubahan pati menjadi dekstrin sedangkan produksi gas karbondioksida
meningkat. Pada suhu sekitar 50-60°C, aktivitas metabolisme ragi meningkat, sampai terjadi
perusakan ragi karena panas berlebihan. Pada saat suhu mencapai sekitar 76°C, alkohol
dibebaskan serta menyebabkan peningkatan tekanan dalam gelembung udara. Sejalan dengan
terjadinya gelatinisasi pati, struktur gluten mengalami kerusakan karena penarikan air oleh
pati. Di atas suhu 76°C terjadi penggumpalan gluten yang memberikan struktur crumb. Pada
akhir pembakaran, terjadi pembentukan crust serta aroma. Setelah roti matang, dilakukan uji
pada roti.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas roti adalah kandungan protein pada
terigu, jumlah ragi yang ditambahkan, suhu pengovenan, lama pengovenan, proses
fermentasi, dan proses pengadukan. Dimana dari semua faktor tersebut berperan penting
dalam kualitas akhir roti. Selain itu penggunaan BTP juga harus diperhatikan, yaitu bahan
yang sengaja ditambahkan ke dalam adonan yang jika dipakai pun tidak akan mengakibatkan
terjadinya hasil yang kurang baik, sedangkan jika dipakai dapat mempertinggi kualitas roti
yang dihasilkan. Bahan ini terdiri dari mineral yeast food(MYF), malt, emulsifier dan bahan
peningkat mutu adonan (doughimprover).
Efek dari kondisi tepung terigu pada mutu roti adalah terhadap volume, bentuk, warna
kulit, struktur jaringan, aroma, rasa dan tekstur roti. Sehingga faktor-faktor tepung harus
diperhatikan dalam pembuatan roti adalah mutu, warna, kekuatan,daya penyesuaian, daya
serap air dan keseragaman. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas roti adalah
kandungan protein pada terigu, jumlah ragi yang ditambahkan, suhu pengovenan, lama
pengovenan, proses fermentasi, dan proses pengadukan. Dimana dari semua faktor tersebut
berperan penting dalam kualitas akhir roti (Koswara S, 2009).
Selain itu penggunaan BTP juga harus diperhatikan. Menurut Koswara (2009), yang
dimaksud dengan bahan tambahan pada roti adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke
dalam adonan yang jika dipakai pun tidak akan mengakibatkan terjadinya hasil yang kurang
baik, sedangkan jika dipakai dapat mempertinggi kualitas roti yang dihasilkan. Bahan ini
terdiri darimineral yeast food (MYF), malt, emulsifier dan bahan peningkat mutu adonan
(doughimprover).
Lemak digunakan dalam pembuatan roti sebagai shortening karena dapat memperbaiki
struktur fisik seperti volume, tekstur, kelembutan, dan flavor. Selain itu penambahan lemak
menyebabkan nilai gizi dan rasa lezat roti bertambah. Penambahan lemak dalam adonan akan
menolong dan mempermudah pemotongan roti, juga dapat menahan air, sehingga masa
simpan roti lebih panjang dan kulit roti lebih lunak. Lemak berfungsi sebagai pengempuk dan
memperbaiki struktur remah roti, menahan air sehingga roti tampak segar (fresh). Shortening
adalah lemak yang biasa dipakai pada roti, istilah ini mengacu pada proses pembuatannya
yaitu pemendekan rantai asam lemak bahan baku yang dilanjutkan dengan penambahan
monogliserida (intersesterifikasi) sehingga dihasilkan lemak padat yang plastis dengan
tekstur halus. Garam memperbaiki pori-pori roti dan tekstur roti akibat kuatnya adonan, dan
secara tidak langsung berarti membantu pembentukan warna. Lesitin merupakan bahan
penurun tegangan permukaan atau surfase active agent yang berfungsi untuk mendorong
pembentukan dan mempertahankan emulsi agar stabil. Terbatasnya penggunaan lesitin pada
pembuatan roti disebabkan karena baunya menyebabkan roti kurang disenangi. Lesitin dapat
meningkatkan toleransi terhadap fermentasi, menghasilkan warna kerak lebih seragam, kerak
menjadi lebih empuk, tekstur roti menjadi lebih lunak dan butir remah menjadi lebih
seragam, serta masa simpan roti dapat lebih diperpanjang dengan penghambatan pengerasan
roti (Koswara, 2009).
2.5 Reaksi yang Terjadi
a. Pengembangan
Pengembangan yang baik adalah dari jenis terigu yang high protein (Cakra
Kembar), karena memiliki kadar gluten yang tinggi sehingga gas yang dihasilkan dari
fermentasi akan ditahan oleh gluten, akibatnya roti dapat mengembang dengan baik. Hal ini
disebabkan karena ragi merupakan bibit tumbuhan super kecil yang akan tumbuh secara
pesat apabila dilarutkan pada air hangat. Ragi mengahsilkan gas karbondioksida, sebagai
tandanya adalah adanya buih dalam larutan. Ragi juga sebagai bahan yang akan membuat
adoanan menjadi mengembang. Pengemabangan roti juga terjadi akibat hasil dari reaksi
yang berurutan yang dipengaruhi gas yang terjebak dari panas sehingga menaikan tekanan,
dan kebanyakan gas yang dilepaskan terjebak dalam film gluten yang elastic. Pengaruh
pemansan juga terjadi pada kelarutan gas, yaitu melepaskan gas karbon dioksida sehingga
gas yang dilepaskan menimbulkan tekanan dan mengembangkan adonan yang panas.
Desrosier dalam Sudaryati (2013) menyatakan bahwa pengembangan terjadi selama
pemanggangan dari adonan roti. Selama pemanggangan granula pati mula-mula
mengembung disertai dengan penyerapan air dan bahan-bahan lain. Granula pati bertambah
ukurannya dan menjadi terikat di dalam gluten, kemudian air yang diperlukan oleh pati
diambil dari struktur gluten yang kemudian menjadi kuat dan lebih kental. Gluten adalah
komponen protein yang bersifat viskoelastik bila dicampur dengan air, dapat menahan gas
yang terbentuk pada saat fermentasi, sehingga volume roti dapat mengembang dan
menghasilkan pori-pori yang seragam di bagian dalam roti (Mudjisihono dalam Sarofa,
2014).
b. Fermentasi
Fermentasi pada pengolahan roti, menggunakan enzim amilase dan protease untuk
mempercepat proses fermentasi, meningkatkan volume adonan, memperbaiki kelunakan dan
tekstur. Enzim bersumber dari jamur dan bakteri.Fermentasi adonan didasarkan pada
aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri asam laktat. Saccharomyces
cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan
roti. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob bereaksi menghasilkan gas
CO2 yang penting pada pembentukkan adonan. Gas CO2 yang dihasilkan selama proses
fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan
mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan
(penambahan volume) adonan Selama proses fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga
dihasilkan asam-asam organik yang menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya
kapasitas penyangga (buffer capacity) protein di dalam adonan, maka tingkat keasaman dapat
ditentukan dengan menentukan total asam adonan. Proses asidifikasi ini dapat dijadikan
sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Dengan demikian
pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian proses.Terbentuknya alkohol,
penurunan pH, dan terbentuknya metabolit lainnya secara langsung akan berperan sebagai
prekursor flavor dan rasa roti. Akibat proses fermentasi tersebut dapat menghasilkan roti
dengan mutu rasa yang tinggi.
c. Maillard
Warna coklat pada roti merupakana hasil reaski “maillard” dan karamelisai
karbohidrat. Reaksi maillard akan menghasilkan senyawa hydroxymethyl furfural yang
akhirnya akan menjadi furfural. Furfural yang terbentuk kemudian berpolimerisasi
membentuk senyawa melanoidin yang berwarna coklat. Sedangkan reaksi karamelisasi
karbohidrat pada akhirnya juga akan me-poringahsilkan senyawa melanoidin yang berwarna
coklat. Pencoklatan pada roti terjadi karena reaksi antara gugus NH2 dari protein dengan
gugus gula pereduksi dengan adanya pemanasa. Faktor yang mempengaruhi
reaksi maillard adalah suhu dan waktu pemanasan. Semakin lama waktu dan semakin tinggi
suhu pemanasan, reaksi maillard akan semakin banyak terjadi. Akan tetapi secara umum
suhu pemanasan lebih berpengaruh daripada waktu pemanasan. Warna coklat pada roti juga
dipengaruhi oleh jenis tepung yang digunakan dan lama penyimpanan roti. Jenis terigu Cakra
Kembar dengan menggunakan ragi yang dilarutkan dalam air suhu 40˚C terlihat sangat
sedikit terjadi pencoklatannya.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
25 gr mocaf + 50 gr mocaf +
225 gr terigu 200 gr terigu
Ragi instan 11 gr
yang telah
ditambahkan air
hangat 10 ml
Pada pembuatan roti langkah pertama yang harus dilakukan yaitu persiapan alat dan
bahan. Alat yang digunakan antara lain panci, kompor, oven, mixer, loyang, sendok, baskom,
plastik, timbangan, gelas ukur dan penggaris. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain
tepung terigu, tepung mocaf, air, garam, ragi, margarin, telur, gula, susu full cream dan bread
improver. Setalah itu dilakukan proses pembuatan sepreti Gambar 1.
Timbang tepung menjadi 2 bagian, bagian pertama yaitu 25 gr mocaf+225 gr terigu,
dan bagian ke dua yaitu 50 gr mocaf + 200 gr terigu. Setelah bahan tadi disiapkan kemudian
dimasukkan dalam masing-masing baskom dan dilanjutkan dengan pencampuran semua
bahan (air 125 ml, gula 10 gr, garam 2 gr, margarin 75 gr, bread improver 2,5 gr, susu full
cream 30 gr, kuning telur 40 gr, telur utuh 25 gr). Namun sebelumnya dilakukan penambahan
ragi instan dengan air hangat sebanyak 10 ml dalam wadah yang tepisah. Hal ini digunakan
untuk memastikan pertumbuhan mikroba yang akan digunakan. Kemudian pada baskom
sebelumnya ditambahkan ragi. Lalu dilakukan pencampuran dengan mixer agar bahan benar-
benar tercampur sempurna. Selanjutnya dilakukan pengadukan sampai kalis yang bertujuan
untuk memperoleh bentuk adonan yang elastis nantinya. Kemudian adonan didiamkan selama
10 menit agar mikroorganisme bereaksi menghasilkan gas CO2 yang penting pada
pembentukkan adonan. Lalu dilakukan pembagian adonan menjadi 2 bagian kemudian
dibulatkan. Setelah itu dilakukan pendiaman lagi selama 10 menit, setelah 10 menit lalu
dilakukan pembuangan gas dalam adonan agar bentuk produk yang diinginkan nantinya lebih
sempurna. Kemudian adonan dibagi lagi menjadi 2 adonan agar mempermudah pematangan
pada proses pemanggangan.adonan dimasukkan dalam Loyang yang telah diolesi margarin
sebelumnya agar tidak lengket. Sebelum dipanggang adonan roti didiamkan dulu selama 60
menit untuk menghasilkan roti dengan mutu yang baik. Langkah terakhir yaitu
pemanggangan adonan dengan suhu 1800C selama 20 menit.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1 15,5
Tepung terigu 90% dan tepung MOCAF
1 2 14,7
10%
3 18,5
1 14
Tepung terigu 80% dan tepung MOCAF
2 2 11
20%
3 15
No Sampel Ulangan L a b
Roti
Roti
1
(Tepung Terigu 90 : Mocaf 10%)
Roti
2
(Tepung Terigu 80% : Mocaf 20%)
1 15,5
Tepung terigu 90% dan tepung MOCAF
1 2 14,7 16,23
10%
3 18,5
1 14
Tepung terigu 80% dan tepung MOCAF
2 2 11 13,33
20%
3 15
b. Uji Warna Roti
No Sampel L L Ulangan L
X
standart porselin
Roti
Roti
375 915 375 915 375 915 375 915 375 915
Jumlah 77 63 86 66 88 94 94 64 89 70
X 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2
e. Uji deskriptif
Sampel 375
No Rasa Warna Aroma Mouthfeel
Manis Pahit Asin Putih Kuning Yeast Langu Milky FBBF Stickness Moist
flavor
Jumlah 51 42 65 100 75 85 74 59 67 77 91
X 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3
Sampel 915
No Rasa Warna Aroma Mouthfeel
Manis Pahit Asin Putih Kuning Yeast Langu Milky FBBF Stickness Moist
flavor
Jumlah 41 50 85 62 108 90 93 52 63 67 66
X 1 2 3 2 4 3 3 2 2 2 2
BAB 5 PEMBAHASAN
Tekstur
18 16.23
16
13.33
14
12
10
8
6
4
2
0
Perlakuan 1 perlakuan 2
Sampel
Hal ini yang membuat struktur roti halus danseragam, serta tekstur roti lembut dan
elastis. menurut Winarno (2010), sifat-sifat internal roti yang baik antara lain adalah warna
bagian dalam (crumb) cerah, tekstur roti lembut, lentur dan tidak mudah hancur, pori-pori
kecil dan tersebar merata, roti berbau harum khas roti dan tidak berasa adonan roti yang
belum matang. Menurut Koswara (2009) tepung, ragi, garam, memperbaiki pori-pori roti dan
tekstur akibat kuatnya adonan dan membantu pembentukan warna.
Warna merupakan sifat kenampakan yang ditimbulkan oleh distribusi dari cahaya.
Penentuan warna pasta secara objektif pada praktikum ini menggunakan alat color reader
CR-10. Pada praktikum ini, produk yang dihasilkan diukur berdasarkan parameter kecerahan
(lightness). Berikut hasil nilai rata-rata pengujian warna dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Warna
36
35.03
35
34
33
32 31.61
31
30
29
Perlakuan 1 Perlakuan 2
sampel
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa formulasi bahan yang
digunakan untuk pembuatan roti akan mempengaruhi warna yang dihasilkan, warna roti
sangat dipengaruhi oleh substitui mocaf. karena menurut Salim (2001: 13), Di dalam tepung
mocaf terdapat kandungan enzim polifenol yang masih belum hilang sepenuhnya saat proses
fermentasi singkong yang merupakan bahan baku tepung mocaf, sehingga substitusi tepung
mocaf menghasilkan warna kusam pada produk hasil olahan, hal ini juga berlaku pada hasil
produk waffle penelitian. Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan pasta yaitu
garam. Menurut Koswara (2009) Garam adalah salah satu bahan pengeras, bila adonan tidak
memakai garam, maka adonan agak basah. Garam memperbaiki pori-pori roti dan tekstur roti
akibat kuatnya adonan dan secara tidak langsung berarti membantu pembentukan warna.
Penggunaan garam memperkuat penggunaan roti yang dihasilkan.
100
50
0
Perlakuan 1 Perlakuan 2
sampel
Sifat elastis dan plastis pada adonan tersebut diakibatkan terbentuknya kerangka-
kerangka seperti jaring-jaring dari senyawa glutenin dan gladin. Selanjutnyakerangka seperti
jaring-jaring inilah yang berperan sebagai perangkapudara sehingga adonan menjadi
mengembang. Udara yang tertangkapdalam kerangka jaring-jaring gluten sebenarnya
merupakan gas CO2. Daya kembang cake menggunakan mocaf mendapatkan nilaiyang
rendah dikarenakan tepung mocaf mengandung gluten yangrendah, dan mengandung pati
87,3%, yang lebih tinggi dari tepung terigu 60-68%. Karena Kandungan protein dari mocaf
rendah maka pengembangan cake mocaf yang dihasilkan juga rendah. Mocaf berasal
dari umbisingkong yang diproses menggunakan enzim hasil fermentasi BAL(Bakteri Asam
Laktat) yang dapat memecah sel tepung singkongmenjadi lebih halus berwarna lebih cerah,
dan tidak berbau singkong (Subagio, 2007).
5.4 Kenampakan Irisan Roti
Kenampakan permukaan irisan yang baik menghasilkan rongga yang cukup banyak.
Banyaknya rongga dipengaruhi oleh tepung yang digunakan. Tepung yang
memiliki banyak kandungan gluten akan menghasilkan daya kembang yangmaksimal karena
adanya pemanasan menyebabkan masuknya CO2 kedalam adonan sehingga rongga yang
terbentuk akan semakin banyak. Namun, bila tepung yang digunakan hanya terbuat dari
komponen terbesar yaitu pati, akan menghasilkan tekstur yang sedikit padat karena rongga
yang terbentuk tidak semaksimal dengan menggunakan tepung yang memiliki gluten banyak.
Selain itu, pada mocaf juga terbentuk gelatinisasi yang menyebabkan terbentuknya gel dan
saat pengovenan, adonan semakin lengket sehingga mendapatkan rongga yang sedikit.
Berdasarkan Gambar 5.5 didapatkan data nilai rata-rata untuk parameter warna Roti
A dan Roti B sebesar 3 dan 3. Warna yang tampak pada pada roti dikarenakan proses
pemanggangan. Selain dari faktor pemasakan perbedaan formulasi jenis tepung yang
digunakan dapat mempengaruhi warna roti itu sendiri. Menurut Subagio et al. (2008) mocaf
mengandung protein yang tinggi sehingga kandungan protein dapat menyebabkan warna
coklat tua ketika pengeringan atau pemanasan. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh
pemanggangangan yang dilakukan tidak secara bersamaan serta kesalahan praktikan yang
tidak konsisten terhadap kematangan roti, sehingga menimbulkan variasi warna. Namun
dalam Fitria (2013), disebutkan warna kulit luar bagian atas pada roti manis yang baik adalah
kuning kecoklatan.
Roti dengan penambahan tepung mocaf 10% lebih disukai dibandingkan Roti dengan
penambahan tepung mocaf 20%.
b. Mouthfeel
Berdasarkan Gambar 5.5 didapatkan data nilai rata-rata untuk parameter mouthfeel
Roti A dan Roti B sebesar 3 dan 2. Dari hasil kedua sampel ini dapat disimpulkan rasa roti A
lebih disukai panelis daripada sampel B. Dijelaskan bahwa tingkat kepekaan panelis juga
merupakan hal yang penting dalam menentukan perbedaan rasa pada masing-masing sampel.
Tingkat kepekaan setiap panelis berbeda-beda tergantung dari segi kesehatan, lelaki atau
wanita serta merokok atau tidak merokok (Kartika, 2010). Hal tersebut juga terjadi pada
mouthfeel.
c. Rasa
Berdasarkan Gambar 5.5 didapatkan data nilai rata-rata untuk parameter rasa Roti A
dan Roti B sebesar 3 dan 2. Dari hasil kedua sampel ini dapat disimpulkan rasa roti A lebih
disukai panelis daripada sampel B. Menurut Winarno (2001), rasa enak atau tidak enaknya
produk makanan disebabkan adanya asam-asam amino pada protein dan lemak yang
terkandung dalam makanan. Rasa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa
kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa lainnya (Fachruddin, 2003).
Selain itu, tingkat kepekaan panelis juga merupakan hal yang penting dalam menentukan
perbedaan rasa pada masing-masing sampel. Tingkat kepekaan setiap panelis berbeda-beda
tergantung dari segi kesehatan, lelaki atau wanita serta merokok atau tidak merokok (Kartika,
2010).
Rasa merupakan faktor penting untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu
produk makanan. Walaupun semua parameter normal, tetapi tidak diikuti oleh rasa yang enak
maka makanan tersebut tidak akan diterima oleh konsumen. Rasa lebih banyak melibatkan
indera pengecap(Winarno, 1997). Walaupun warna, aroma, dan tekstur baik, jika rasanya
tidak enak, maka makanan tersebut tidak akan diterima. Oleh karena itu, rasa merupakan
faktor penting lainnya dalam keputusan terakhir konsumen untuk menerima atau menolak
suatu makanan.
d. Aroma
Berdasarkan Gambar 5.5 didapatkan data nilai rata-rata untuk parameter aroma Roti
A dan Roti B sebesar 3 dan 2. Dari hasil kedua sampel ini sampel A lebih disukai daripada
sampel B. Hal ini karenakan proses pemanasan yang menyebabkan browning pada bahan
sehingga menimbulkan aroma yang khas. Lama pemanasan yang berbeda menimbulkan kuat
aroma yang berbeda pula. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat kepekaan panelis yang
berbeda-beda tergantung dari segi kesehatan, lelaki atau wanita serta merokok atau tidak
merokok (Kartika, 2010). Bumbu-bumbu yang pas juga mempengaruhi aroma pasta, pasta
dimasak menggunakan bumbu kare.
Aroma lebih banyak berhubungan dengan panca indera pembau. Baubauan baru dapat
dikenali, bila terbentuk uap dan molekul-molekul komponen bau yang menyentuh silia sel
olfaktori. Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan
campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus (Winarno, 1997).
e. Keseluruhan (Overall)
Berdasarkan data didapatkan nilai rata-rata untuk parameter overall Roti A dan Roti B
sebesar 3 dan 2. Dari hasil kedua sampel ini dapat disimpulkan secara keseluruhan baik dari
segi warna, rasa, aroma,mouthfeel maupun tekstur, panelis lebih menyukai sampel A dengan
formulasi tepung mocaf 10% dan terigu 90%
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis bahan pengisi, suhu dan waktu
saat proses pemasakan, bahan-bahan yang digunakan, dan tingkat kepekaan panelis
(Winarno, 2001).
5.6 Uji Deskriptif
Perlakuan 1 Perlakuan 2
Manis Manis
Moist3 Pahit Moist 4
3 Pahit
2 Sampel Sampel
Stick… 1 Asin Stick… 2 Asin
375 / 1 915 /
FBBF 0 Putih FBBF 0 Putih
Perlakuan Perlakuan
Milky Kuni… 2 Milky Kuni… 4
Langu Yeas… Langu Yeas…
Warna
Rasa
Rasa merupakan faktor penting untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu
produk makanan. Walaupun semua parameter normal, tetapi tidak diikuti oleh rasa yang enak
maka makanan tersebut tidak akan diterima oleh konsumen. Rasa lebih banyak melibatkan
indera pengecap(Winarno, 1997). Walaupun warna, aroma, dan tekstur baik, jika rasanya
tidak enak, maka makanan tersebut tidak akan diterima. Oleh karena itu, rasa merupakan
faktor penting lainnya dalam keputusan terakhir konsumen untuk menerima atau menolak
suatu makanan.
Berdasarkan gambar 5.6. Grafik uji deskriptif parameter rasa menunjukkan tingkat
kemanisan, keasinan dan pahitnya produk roti. Kemanisan pada sampel B sangat lemah
dibandingkan dengan sampel A, untuk parameter asin, sampel B memiliki tingkat keasinan
yang lebih tinggi, dan parameter pahit sampel A memiliki kepahitan yang mendekati kuat.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung mocaf sebagai subtitusi tepung terigu dapat
memberikan konstribusi positif pada rasa roti yang dihasilkan. Penambahan tepung mocaf
mampu menghasilkan cita rasa manis karena kandungan pati dari bahan baku utamanya yaitu
singkong yang kaya dengan karbohidrat sebagai sumber pati, kandungan pati yang terdapat
pada mocaf sekitar 85-87% (Subagio, 2007). Sedangkan Salim (2011) menyatakan bahwa
kadar pati (starch content) pada mocaf kurang lebih 87,3% sedangkan pada terigu berkisar
antara 60-68%. Selain itu, tingkat kepekaan panelis juga merupakan hal yang penting dalam
menentukan perbedaan rasa pada masing-masing sampel. Tingkat kepekaan setiap panelis
berbeda-beda tergantung dari segi kesehatan, lelaki atau wanita serta merokok atau tidak
merokok (Kartika, 2010).
Tekstur
Dari gambar terlihat bahwa sampel A memiliki tingkat moist dan sticky yang kuat,
berbanding terbalik dengan sampel B yang sangat lemah. Hal inidikarenakan protein di dalam
tepung terigu yaitu gluten. MenurutSutomo (2007), gluten tersusun atas dua fraksi yaitu
glutenin dangladin yang masing-masing akan menentukan elastisitas serta plastisitas adonan.
Ketika Pengovenan, adonan akan mengembang dan menghasilkan tekstur yang lunak.
Penambahan mocaf cenderung keras karena rendahnya kandungan gluten di dalam adonan.
Mocaf mengandung banyak pati yang merupakan karbohidrat sehingga tidak dapat
menghasilkan roti yang mengembang.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah: Roti dengan
menggunakan campuran mocaf lebih banyak menghasilkan roti yang tidak terlalu
mengembang karena mocaf merupakan pati yang adalah karbohidrat.
6.2 Saran
Saran yang dapat dipaparkan untuk praktikum selanjutnya adalah: Se-iya Se-kata itu
sangat penting. Dalam praktikum, komunikasi harus dijaga jangan sampai salah paham dan
berbeda kata.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nela. 2013. Eksperimen Pembuatan Roti Manis menggunakan Bahan Dasar
Komposit Pati Suweg dengan Tepung Terigu. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Gisslen, Wayne. 2009. Professional Baking 5th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New
Jersey.
Greenwood. C.T. and Munro, D.N. 2012. Carbohydrate. In Priestley, R.J. (ed.). Effects of
Heating on Foodstuffs. Apllied Science Publishers Ltd. London.
Kartika, B., dkk. 2010. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta :Universitas Gajah
Mada.
Mushet, Cindy, Sur La Table. 2008. The Art and Soul of Baking. Andrews McMeel
Publishing, Missouri.
Rahzarni, Syuryani. S, Yenni. M, dan Gusmalini. 2014. Teknologi Roti dan Kue. Buku
Kerja Praktek Mahasiswa (BKPM). Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh,
Payakumbuh.
Rosyidi, Ahmad. 2006. Analisis Efektivitas Penanganan Produksi Tepung Terigu PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills, Jakarta Utara. Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Satyaningtyas, Eryna, Teti Estiasih. 2014. Roti Tawar Laktogenik, Perangsang Asi, Berbasis
Kearifan Lokal Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr). Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Vol. 2, No. 1: 121-131.
Subagia, A. 2007. Manajemen Pengolahan Kue dan Royi. Graha Ilmu. Yogyakarta
Sudaryati, Andryanto. 2013. Penurunan Kandungan Gluten pada Roti Manis
dengan Substitusi Tepung Tapioka Asam. REKAPANGAN. Vol. 7, No. 1:
20-35.
Sulistianing, Rina. 1995. Pembuatan dan Optimisasi Formula Roti Tawar dan
Roti Manis Skala Kecil. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sutomo, Budi. 2007. Sukses Wirausaha Roti Favorit. Jakarta : Puspa Swara
Winarno, F.G. 2001. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Daya Kembang
Sebelum
a) 6 × 5,5 × 4,5 = 148,5
6 × 7 × 4,5 = 189
Rata-rata
6,5 × 6 × 4,5 = 175,5
148,5+189+175,5+159,25
a) =
7 × 6,5 × 3,5 = 159,25 4
Setelah
a) 8,5 × 7,5 × 8 = 510
9 × 7 × 8,5 = 535,5
9 × 7 × 6,5 = 409,5
8 × 7 × 6,5 = 486
b) 8 × 4 × 7,5 = 240
9 × 4,5 × 8 = 324
9 × 4,5 × 7,5 = 303,75
9 × 4,5 × 8 = 324
Rata-rata
510+535,5+409,5+476
a) = 482,75
4
240+324+303,75+324
b) = 297,94
4
2. Warna
𝐿 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝐿 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛
Nilai L = 𝐿 𝑃𝑜𝑟𝑠𝑒𝑙𝑖𝑛
L standar = 64,5
L porselin = 94,35
a = 3,1
b = 20,1
a) Ulangan 1
64,5 ×40,3
Nilai L = = 27,55
94,35
Ulangan 2
64,5 ×53,6
Nilai L = = 36,64
94,35
Ulangan 3
64,5 ×54,6
Nilai L = = 37,32
94,35
Ulangan 4
64,5 ×53,7
Nilai L = = 36,71
94,35
Ulangan 5
64,5 ×54,0
Nilai L = = 36,91
94,35
175,13
Rata-rata = = 35,026
5
9,1+3,9+11,5+4,1+4,1
a= = 4,54
5
23,4+30,9+32+32,1+29,4+30,9
b= = 29,34
5
b) Ulangan 1
64,5 ×46,6
Nilai L = = 31,60
94,35
Ulangan 2
64,5 ×48,9
Nilai L = = 33,42
94,35
Ulangan 3
64,5 ×45,7
Nilai L = = 31,24
94,35
Ulangan 4
64,5 ×46,1
Nilai L = = 31,51
94,35
Ulangan 5
64,5 ×44,3
Nilai L = = 30,28
94,35
158,05
Rata-rata = = 31,61
5
5,7+10,4+5,4+3,7+11,4
a= = 7,32
5
25,6+30,7+27,5+29,4+28,7
b= = 28,38
5
4. Uji Deskriptif
Sampel 375
Rasa
1. Manis
1+3+4+2+3+3+1+1+1+3+1+2+2+2+1+3+2+1+2+1+1+3+1+2+1+2+2
=2
29
2. Pahit
1+3+2+2+1+4+1+1+1+1+2+1+1+1+1+1+4+1+4+1+1+1+3+1+1+1+1+4
=2
29
3. Asin
2+3+5+2+1+4+2+2+1+2+!+3+2+1+2+2+1+3+3+2+2+2+3+4+3+2+5
=2
29
4. Putih
4+4+5+4+3+2+5+4+2+1+2+1+2+4+2+3+3+3+3+3+4+4+5+5+4+4+4+3+4+5
=3
29
5. kuning
2+4+3+2+3+2+1+2+4+2+4+3+3+3+1+3+2+4+1+3+3+2+4+1+2+2+3+3+3
=3
29
Aroma
1. Yeast flavor
3+4+4+2+2+3+4+4+3+3+3+3+3+2+4+3+3+3+2+3+3+3+2+2+4+1+4+5
=3
29
2. Langu
2+4+5+2+2+3+1+1+3+2+4+3+1+1+2+1+1+2+5+2+5+2+2+2+3+1+4+3+3+5
=3
29
3. Milky
2+4+3+2+3+2+1+2+4+2+4+3+3+3+1+3+2+4+1+3+3+2+4+1+2+2+3+3+3
=2
29
4. FBBF
1+3+3+2+4+2+4+3+4+4+2+1+2+3+1+1+1+1+3+2+1+1+4+4+1+1+4+4
=2
29
Mounthfeel
1. Stickness
2+4+4+3+1+2+2+2+2+2+2+2+1+2+2+4+2+3+4+4+4+1+5+5+4+3+3+1+3
=3
29
2. Moist
2+3+2+2+4+2+3+4++2+4+3+2+4+2+4+3+5+5+3+4+2+4+4+4+3+1+3+4+3
=3
29
Sampel 915
Rasa
1. Manis
1+3+2+2++1+2+1+1+1+3+1+2+1+1+1+2+1+1+2+1+1+1++2+1+1+1+2+1
=1
29
2. Pahit
1+4+2+1+1+4+1+5+1+1+1+1+1+1+1+1++1+5+1+1+1+1+4+1+1+2+1+4
=2
29
3. Asin
3+3+4+4+3+4+3+4+2+2+3+3+4+2+2+1+2+2+4+2+1+3+3+4+2+4+3+3+5
=3
29
Warna
1. Putih
2+3+2+3+2+3+2+2+1+2+1+2+2+2+1+2+3+2+2+2+2+2+2+2+3+3+1+2+4
=2
29
2. Kuning
4+5+3+4+4+3+4+4+4+5+2+4+4+3+4+4+4+2+2+3+2+4+3+3+4+5+4+5+4+4
=4
29
Aroma
1. Yeast flavor
2+2+4+1+4+4+4+4+4+3+3+5+4+3+4+3+1+5+4+3+1+1+4+5+2+1+5+4
=3
29
2. Langu
2+3+3+2+3+4+1+5+5+3+5+3+1+2+3+1+2+4+5+3+3+3+3+4+4+1+5+5+5
=3
29
3. Milky
2+4+2+3+2+4+2+1+3+4+1+1+1+1+3+1+2+1+1+2+1+1+1+2+1+1+1+1+2
=2
29
4. FBBF
3+4+4+3+3+4+5+1+1+3+1+2+1+2+1+2+1+1+2+1+2+2+2+4+1+1+3+3
=2
29
Mouthfeel
1. Stickness
2+3+3+2+1+3+2+4+4+3+2+3+2+3+4+1+1+3+2+2+2+2+2+2+3+1+3+2
=2
29
2. Moist
2+4+4+2+3+2+3+3+3+4+3+22+1+2+2+1+3+3+2+2+2+2+2+2+1+2+2
=2
29
Uji Kesukaan
1. Parameter Rasa
Sampel 375
2+3+4+3+3+2+2+4+2+2+1+2+3+3+3+4+4+3+2+4+2+1+1+3+4+2+3+3+2
29
=3
Sampel 915
2+3+3+3+3+2+1+1+2+2+3+2+1+3+2+1+3+2+1+1+3+2+2+3+2+2+2+3+3
29
=3
2. Parameter Aroma
Sampel 375
2+4+4+3+3+3+2+5+4+3+2+3+4+4+2+2+3+2+1+5+2+2+2+3+3+3+5+3+2
29
=3
Sampel 915
4+3+2+4+3+1+1+2+2+4+2+1+3+2+2+2+1+1+2+1+3+3+3+2+1+3+1+2+4
29
=2
3. Parameter Warna
Sampel 375
2+3+2+3+3+2+1+5+4+3+2+4+5+4+3+4+4+2+3+4+3+1+1+3+5+3+3+4+2
29
=3
Sampel 915
3+3+4+2+3+2+3+2+4+4+4+1+3+2+3+3+3+3+2+2+5+5+5+4+4+4+3+3+5
29
=3
4. Mouthfeel
Sampel 375
3+3+3+3+3+5+2+2+4+3+2+2+5+3+4+3+4+3+3+3+3+5+3+3+3+3+3+4+2
29
=3
Sampel 915
2+4+1+3+3+1+1+1+1+3+3+1+4+2+2+3+2+1+1+1+2+2+2+4+3+3+2+3+3
29
=2
5. Parameter Kesukaan
Sampel 375
3+3+5+3+4+2+2+4+2+3+2+2+5+4+3+4+4+3+2+4+1+2+2+3+4+3+3+4+3
29
=3
Sampel 915
3+3+3+3+3+2+1+1+2+4+2+4+2+3+2+2+5+4+3+4+4+3+2+4+1+2+2+3+4
29
=2
DOKUMENTASI
Persiapan Bahan
Pengujian Organoleptik