Professional Documents
Culture Documents
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KOTA JUANG
Alamat : Gampong Buket Teukuh Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
E-mail :puskesmas.kotajuang@yahoo.com
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD. PUSKESMAS KOTA JUANG
TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN KLINIS
PUSKESMAS KOTA JUANG.
KESATU : Pelaksanaan pelayanan klinis di Puskesmas Kota Juang
wajib menerapkan manajemen resiko klinis.
KEDUA : Penerapan manajemen resiko klinis sebagaimana
dimaksud diktum kesatu harus menggunakan pedoman
manajemen resiko klinis sebagai panduanya.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini maka akan di adakan
perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Bireuen
Pada tanggal : 03 MARET 2018
KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTA JUANG
KABUPATEN BIREUEN
Asmaul Husna
DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Puskesmas yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan
operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun
fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, juga area klinis.
Puskesmas perlu menjamin berjalannya sistim untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan
keselamatan pasien. Puskesmas dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu
Puskesmas. Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
Puskesmas . Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas . Kelima aspek keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting untuk
dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang harus dikelola secara professional,
komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non
profesi yang memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan
tersebut apabila tidak dikelola dengan baik berisiko menimbulkan insiden. Karena
itu Puskesmas Kota juang perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu
manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden
dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
Mengingat Keselamatan Pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien puskesmas perlu dilakukan. Karena itu
diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
Yang jadi kendala adalah bahwa masih kurangnya referensi tentang keselamatan
pasien puskesmas sehingga penerapan manajemen resiko di puskesmas masih
mengacu pada “ Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety)” Departemen Kesehatan RI tahun 2006 dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit serta regulasi lainnya.
B. TUJUAN
1. Memberikan panduan sistim penerapan manajemen risiko yang berlaku di
Puskesmas Kota Juang untuk meminimalkan risiko bagi pengguna
layanan/pasien dan karyawan
2. Memastikan sistim manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses
identifikasi, analisa, dan pengelolaan risiko ini dapat memberikan manfaat bagi
keselamatan pasien dan peningkatan mutu puskesmas secara keseluruhan
3. Membangun sistim monitoring dan komunikasi serta konsultasi yang efektif
demi tercapainya tujuan di atas dan penerapan yang berkesinambungan
D. SASARAN
Tersedianya Panduan Manajemen Risiko di Puskesmas Kota Juang. Tim
Mutu dan Audit Mutu dan Penanggung jawab (Koordinator) unit layanan serta
karyawan Puskesmas Kota Juang
BAB II
RUANG LINGKUP
TATA LAKSANA
A. PROSES PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks/lingkup manajemen
2. Identifikasi risiko.
3. Analisis risiko.
4. Evaluasi risiko
5. Kelola risiko.
Menetapakan lingkup
manajemen resiko
Identifikasi resiko
Komunikasi dan Monitoring audit
konsultasi pada dan tinjauan
steakholder (review) dukungan
Analisis resiko internal
Evaluasi resiko
Ya Tidak
Tindakan /treatment
terhadap resiko
5. Kejadian Infeksi
a. Kegagalan / kontaminasi alat medis
b. Infeksi luka operasi
c. Needlestick injury
d. Kesalahan pembuangan limbah medis
e. Infeksi nosocomial
6. Rekam medik
a. Kegagalan memperoleh informed consent
b. Kesalahan pelabelan rekam medic
c. Kebocoran informasi rekam medik
d. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
e. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medic
7. Obat
a. Penulisan resep yang tidak baik
b. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
c. Kesalahan dosis obat
d. Obat rusak / expired
e. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
f. Kegagalan memonitor efek samping obat
8. Keamanan
a. Pencurian
b. Pasien hilang
c. Lingkungan yang tidak aman
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya
(grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence Identifikasi
risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis
insiden.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai
seperti:
-Daftar keluhan pasien/Hasilsurvei kepuasan,
-Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
-Laporan insiden.
A. Pengertian
1. Dampak (consequences)
Adalah gambaran seberapa berat akibat dialami pasien mulai dari ada cedera
sampai meninggal (table 1).
TABEL 1
4 Major
Cedera luas/ berat
Kehilangan fungsi utama
permanent (motorik,
sensorik, psikologis,
intelektual)/ irreversibel,
tidak berhubungan dengan
penyakityang mendasarinya
5 Cathastropic
Kematian yang tidak
berhubungan dengan
perjalanan penyakityang
mendasarinya
2. Probabilitas/Frekuensi / Likehood)
Adalah seberapa seringnya hal tersebut terjadi (table 2). Tabel ini menggambarkan
tingkat kemungkinan terjadinya atau frekuensi terjadinya.
Tabel 2
Probabilitas
/frekuensi / Frekuensi Kejadian actual
likelihood Level/
tingkat reiko
1 Sangat Jarang Dapat terjadi dalam
lebih dari 5 tahun
2 Jarang Dapat terjadi dalam 2
–5 tahun
3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1 –
2 tahun
4 Sering Dapat t
terjadi beberapa kali
dalam setahun
5 Sangat Sering Terjadi dalam minggu
/ bulan
Tabel 4
Analisa dampak dengan resiko terhadap insiden
DAMPAK MINOR MODERAT MAYOR KATASTROPIK
1 2 3 4
(Kegagalan (Kegagalan (Kegagalan (Kegagalan menyebabkan
yang tidak dapat menyebabkan kematian atau kecacatan)
disadari oleh mempengaruhi kerugian yang
pasien dan proses lebih besar
tidak pelayanan terhadap
menimbulkan kesehatan pasien)
dampak dalam tetapi
pelayanan menimbulkan
kesehatan) kerugian
minor)
Pasien Tidak ada Perpanjangan Kerugian Kematian atau
cedera, atau hari rawat terhadap kerugian
tidak adanya atau fungsi organ permanent
perpanjangan perpanjangan tubuh terhadap fungsi
hari rawat kualitas (sensorik, tubuh (sensorik,
pelayanan motorik, motorik,
untuk 1 atau 2 psycologic physiologic atau
pasien atau intelektual),
intelektual), bunuh diri,
diperlukan pemerkosaan,
operasi reaksi transfuse,
lebih lanjut, operasi pada
perpanjanga bagian atau pada
n hari rawat pasien yang
untuk 3 salah, pemberian
atau lebih bayi pada orang
pasien, tua yang salah
peningkatan
level
pelayanan
untuk 3
atau lebih
pasien
Pengunjung Dievaluasi dan Evaluasi dan Perawatan Kematian; atau
tidak penanganan untuk 1 perawatan 3 atau
dibutuhkan untuk 1 atau 2 atau 2 lebih
penanganan pengunjung pengunjung
Staf: Hanya Pengeluaran Perawatan 1 Kematian atau
penanganan Medis, atau 2 staf perawatan 3 atau
ringan tanpa kehilangan atau 3 atau lebih staf
kerugian waktu atau lebih,
waktu atau ada terjadi
tidak kecelakaan kecelakaan
menimbulkan kerja untuk 1 kerja
kecelakaan atau 2 staf
kerja
Fasilitas atau Kerusakan Kerusakan Kerusakan Kerusakan sama
Perlengkapan kurang dari lebih dari sama dengan atau lebih
Kesehatan $10,000 atau $10,000 tetapi dengan atau dari $250, 000
tanpa kurang dari lebih dari
menimbulkan $100,000 $100,000
dampak
terhadap
pasien
4. Bands resiko
Setelah didapatkan resiko apakah minor, moderat,mayor atau katastropik
maka langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian dalam bentuk bands resiko
dengan memasukan dalam table. Tabel bands resiko menunjukkan karelasi antara
warna bands yang menunjukkan resiko dengan jenis invetigasinya
Bands resiko adalah derajat resiko yang digambarkan dalam warna yang terdiri
atas warna biru, hijau, kuning dan merah
Tabel 5
Hubungan warna bands dengan investigasi
Warna bands :
hasil pertemuan nilai dampak yang diurut kebawah dan nilai
probabilitas yang diurut kesamping kanan
4 Major
Cedera luas/ berat
Kehilangan fungsi
utama permanent
(motorik, sensorik,
psikologis,
intelektual)/
irreversibel, tidak
berhubungan dengan
penyakityang
mendasarinya
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
Grade biru : investigasi oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu
Grade Hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2
minggu
Grade Kuning : investigasi komprehensif/analisa akar masalah/RCA oleh tim KP ,
waktu maksimal 45 hari
Grade Merah : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA waktu
maksimal 45 hari
4. Tetapkan bands resiko
Setelah diketahui dampak dan probabilitasnya apakah perlu dilakukan investigasi
Bands dan jenis investigasi
No “ Warna Bands “ Jenis Investigasi
1 Biru Investigasi
sederhana
2 Hijau Investigasi
sederhana
3 Kuning Investigasi
komprehensif /RCA
4 Merah Investigasi
Komprehensif/RCA
LEVEL/BANDS TINDAKAN
EXTREM (SANGAT TINGGI) Resiko ekstrim dilakukan RCA paling
lama 45 hari
Membutuhkan tindakan segera,
sampai ke pimpinan
HIGH/TINGGI Resiko tinggi, dilakukan RCA paling
lama 45 hari. Kaji dengan detail dan
peru tindakan segera serta
membutuhkan perhatian pimpinan
manajemen
MODERATE/SEDANG Resiko sedang, dilakukan investigasi
sederhana paling lama 2 minggu.
Manajer sebaiknya dampak terhadap
biaya dan kelola resiko
LOW / RENDAH Resiko rendah ; dilakukan investigasi
sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin.
4. TAHAP 4: EVALUASI DAN RANGKING RISIKO
Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk
dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti. Melakukan
evaluasi risiko dan prioritasrisiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang
ditemukan selama analisis dengankriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftarprioritas risiko untukmenentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan
identifikasi untukmenentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal
yang siap diterima puskesmas.Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan
menentukan peringkat risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima
puskesmas, maka harus berhasil dilaksanakan.Dalam mengevaluasi kriteria risiko
mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan persyaratan
hukum.Penentuan kriteria sejakawal merupakan hal yang sangat penting.
D. Karakteristik laporan:
Laporan insiden Keselamatan Pasien memiliki karakteristik yang berbeda
dengan laporan klinis lainnya misalnya. Data yang diperlukan dalam laporan
insiden keselamatan pasien terdiri atas :
1. Data pasien meliputi : nama pasien, No MR dan no ruangan (data ini
diperlukan bila untuk laporan internal untuk eksternal tidak )
2. Rincian kejadian
a. Tanggal dan waktu insiden
b. Insiden
c. Kronologi insiden
d. Jenis insiden
e. Orang yang pertama melaporakan insiden
f. Kejadian terjadi
g. Lokasi Insiden menyangkut status pasien
h. Tempat/lokasi
i. Unit/departemen yang menjadi penyebab terjadinya insiden
j. Akibat insiden : kematian, cedera ireversibel, edera reversible, edera ringan, tidak
ada cidera
k. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden
l. Pelaksana tindakan : tim atau personal ?
m. Frekuenssi kejadian : apakah insiden yang sama pernah terjadi diunit kerja lain
?
3. Tipe insiden
Tipe insiden terbagi dalam beberapa kelompok besar yaitu :
a. Insiden dalam kelompok administrasi klinik
b. Kelompok proses atau prosedur klinis
c. Kelompok dokumentasi
d. Infeksi nosokomial
e. Medikasi atau cairan infuse
f. Transfuse darah
g. Nutrisi
h. Oksigen atau gas
i. Alat medis/ alat kesehatan
j. Jatuh
k. Kecelakaan
l. Infrastruktur/bangunan/benda lain yang terpasanag tetap
m. Resource atau manajemen organisasi
n. Laboratorium atau patologi
PENUTUP
Sebagai sebuah sistem dimana komponennya saling terkait dan mendukung
serta ketergantungan maka system pelaporan perlu dipahami dan perlu keterlibatn
semua pihak terkait mulai dari pimpinan sampai staf pelaksana.Untuk dapat
mewujudkan system pelaporan yang baik, tertata dan berjalan dengan lancar maka
semua pihak terkait harus menjalankan peran masing-masing dengan benar.
Pimpinan perlu menetapkan kebijakan dan dukungan finansial untuk
mendorong roda system pelaporan agar berjalan, demikian pula para koordinator
dan staf harus menyumbangkan tenaga, pikiran maupun waktunya agar
pelaporan dapat berjalan dan tertib. Para koordintaor atau pimpinan diunit
masing-masing perlu mendorong dan memfasilitasi proses pelaporan dan
mentransfer pemahaman bagaimana cara mengisi, mengirimkan pelaporan serta
bagaimana melakukan tindakan pertama.
Untuk mendapatkan laporan insiden yang baik dan benar maka seluruh staf
perlu diberikan kemampuan untuk mengisi form pelaporan dan carapelaporan
yang baik dan benar serta lengkap. Selain hal tersebut para staf perlu mendapat
dukungan untuk secara terbuka dan berani untuk menyampaikan laporan.
Keselamatan pasien merupakan isu utama saat ini yang memerlukan dukungan
penuh dari para pengambila kebijakan disemua lini baik pusat maupun daerah.
Sebagai sebuah program keselamatan pasien tidak dapat berjalan sendiri karena
proram ini memiliki kaitan dengan makrosistem dan bagian program uatam
diatasnya seperti Clinical governance dan manejeman resiko.
Pemahaman yang komprehensif mengenai clinical governance dan
manajemen resiko menjadi bekal utama dalam melaksanakan keselamatan
pasien.Selain itu juga dukungan baik secara finasial maupun sumber daya
manusia dan lainnya menjadi sangat penting dalam penerapannya.