Professional Documents
Culture Documents
A. Penanganan Biomedis
· Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia
mencapai berat badan yang sehat
· Pengobatan anti depresan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan menubah
proses kimia pada otak atau melepaskan depresi yang mendasari
B. Psikoterapi
· Terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik
psikologis yang ada
D. Terpai Keluarga
· Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi di antar
anggota keluarga
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang sengaja membuat diri mereka
sendiri lapar-terkadang sampai meninggal. Mereka juga terobsesi dengan berat badan dan bermaksud
mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Pola yang disfungsional ini disebut dengan anoreksia nervosa
(anorexia nervosa). Sperti gangguan psikologis lainnya, anoreksia sering disertai dengan berbagai bentuk
psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan zat.
Gangguan makan seperti anoreksia sering terjadi pada anak usia SMA maupun perguruan tinggi,
terutama pada wanita muda. Meskipun jumlah yang terdiagnosis mengalami gangguan makan pada siswa
perguruan tinggi tidak setinggi yang kita kira, namun anda kemungkinan pernah mengenal orang-orang di
antara anda yang menderita anoreksia, seperti makan yang berlebihan atau diet yang berlebihan.
Anoreksia nervosa dahulu jarang sekali terjadi, namun peningkatannya semakin terlihat di
Amerika dan negara maju lainnya. Mayoritas kasus terjadi pada wanita, terutama gangguan ini umumnya
mulai muncul pada masa remaja dan dewasa awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat.
Seiring denganmeningkatnya tekanan sosial ini, makin meningkat pula tingkat gangguan makan. Kira-
kira 0,5% (1:200) wanita di lingkungankita mengidap anoreksia nervosa (APA,2000). Presentase yang
jauh lebih besar terlihat pada wanita muda yang menunjukkan perilaku anoreksik, tapi bukan berarti
mereka mungkin 1 di antara 2 dari merela makan berlebih dan memuntahkannya setidaknya satu kali.
Jumlah penderita anoreksian pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanitanya.
BAB 2
ISI
A. Faktor Sosiokultural
Tekanan untuk menjadi kurus terutama tertuju pada wanita. Tekanan ini dialami oleh
hampir semua wanita sehingg diet menjadi pola makan yang normatif diantara wanita muda
Amerika. Empat dari lima wanita muda di Amerika telah melakukan diet pada saat mereka
mencapai usia 18 tahun. Pada kenyataannya, perbedaan gender pada obesitas cukup kecil-27%
wanita dan 24% pria. Lebih jatuh lagi, perbedaan gender pada obesitas tidak muncul samapi usia
paruh baya.
B. Faktor Psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam gangguan makan.
Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan udaha-udaha yang maladaptif – dengan
melaparkan diri- untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan . Wanita
pengidap anoreksia cenderung menjadi sangat peduli pada berat dan bentuk tubuh mereka.
Bahkan banyak anak-anak dengan berat badan normal menunjukkan kepedulian pada berat badan
mereka.
Wanita muda dengan anoreksia sering kali memiliki sikap perfeksioni dan berjuang
mencapai prestasi yang tinggi. Mereka sering kali kecewa pada diri merekea ketika gagal
mencapai standar itnggi mereka yang tak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan
perasaan bisa mengontrol dan kebeasan yang lebih besar daripada yang didapat pada aspek
lainnya.
Gadis pengidap anoreksia tampaknya sulit untuk berpisah dengan keluarga mereka dan
menyatukan identitas yang terpisah dan terindividuasi. Anoreksia mungkon mencerminkan usaha
dalam alam bawah sadar dari remaja putri untuk mempertahankan masa pubertasnya. Hal ini
dilakukan dengan mempertahankan tampilan kanak-kanak mereka, menolak untuk berhadapam
dengan isu-isu orang dewasa seperti peningkatan kemandirian dan perpisahan dengan keluarga,
kematangan seksual, dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi.
Sejumlah teoritikus belajar memandang anoreksia sebagai suatu tipe fobia berat
badan.Ketakutan berlebihan dan tidak rasional terhadap penambahan berat badan dapt
merefleksikan kecenderungan dalam budaya kita untuk mengidealkan bentuk badan wanita yang
cantik.
C. Faktor Keluarga
Gangguan makan sering kali berkembangnya dari adanya konflik dalam keluarga.
Beberapa teoritikus berfokus pada efek brutal dari self-starvation terhadap orang tua. Mereka
mengatakan bahwa beberapa remaja menggunakan penolakan umtuk makan sebagai cara
menhhukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan
di rumah. Sebuah studi membandingkan ibu dari remaja putri dengan gangguan makan dan ibu
dari remaja putri lainnya. Ibu dari remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia
terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet, dan percaya bahwa putrinya
harus menurunkan berat badan, serta memandang putrinya sebagai orang yang tidak menarik.
Apakah makan berlebihan, seperti yang dikatan Humphrey (1986), adalah sebuah usaha
metaforik untuk memperoleh kasih sayang dan rasa nyaman yang idak didapatkan anak
perempuandari ibunya?
Keluarga dari wanita muda dengan ganguan makan lebih sering mengalami konflik,
kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan, namu lebih bersikap
overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding. Orang tua terlihat kurang mampu untuk
membandingkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka. Konflik dengan orang tua
mengenai isu otonomi sering kali mengakibatkan munculnya anoreksi nervosa. Namun belum
pasti apakh keluarga dengan pola seperti ini berkontribsi pada kemunculan awal gangguan makan
atau apakah gangguan makan muncul mengganggu kehidupan keluarga. Jawabannya mungkin
terletak pada interaksi antar keduanya.
Dari perspektif sistem, keluarga dalah sistem yang dikelola sedemikian rupa sehingga
men\minimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan segera untuk
perubahan nyata. Dalam perspektif ini, remaja putri yang mengidap anoreksia dapat dipandang
sebagai penolong untuk mempertahankan keseimbangan dan harmoni yang muncul dalam
keluarga disfungsional dengan mengalihkan perhatian atas konflik keluarga dan tekanan
pernikahan ke dalam diri mereka. Anak perempuan tersebut menjadi pasien yang teridentifikasi,
meskipun unit keluargalah yang sebenarnya tidak berfungsi dengan baik.
Tanpa memperhatikan daktor yang memicu munculnya ganguan makan, dukungan sosial
bisa mejnadi slaah datu faktor yang memperthakan keberadaan gangguan makan. Anak-anak
dengan gangguan makan dapat secar cepat menjadi pusat perhatian pada keluarga mereka, dan
menerima perhatian dari orang tua yang mungkin sebelumnya kurang.
D. Faktor Biologis
Terdapat pula beberapa petunjuk adanya peran faktor genetis gangguan makan.
Gangguan makan juga cenderung menurun dakam jekuarga, yang diduga terkait dengan
komponen gentis. Bukti yang lebih kuat untuk anoreksia ditemukan di antara kembar satu telur
dibandingkan kembar dua telur, yaitu 50% berbanding 5%. Di sisi lain, faktor genetis tidak dapt
sepenuhnya ditunjuk sebagai faktor penyebab berkembangnya gangguan makan. Dalam
pandangan model diatesis-stres, diduga predisposisi geneteis yang melibatkan disfungsi aktivitas
neurotransmiter berinteraksi dengan faktor keluarga, sosial, budaya, dan tekanan lingkungan
dalam menyebabkan berkembangnya gangguan makan.
2.3 Penangangan Anoreksia Nervosa
A. Penanganan Biomedis
· Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia
mencapai berat badan yang sehat
· Pengobatan anti depresan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan menubah
proses kimia pada otak atau melepaskan depresi yang mendasari
B. Psikoterapi
· Terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik
psikologis yang ada
D. Terpai Keluarga
· Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi di antar
anggota keluarga
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat
badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh
bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang
dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya.
Anoreksia terkait dengan fokus pada kontrol berat badan dan cara-cara yang maladaptif untuk
upaya menurunkan berat badan. Banyak faktor lain yang terlibat dalam perkembanganya, termasuk
tekanan sosial pada wanita muda untuk mencapai standar kekurusan yang tidak realistis, siu-isu
tentang kontrol, problem psikologis yang mendasari, dan konflik dalam keluarga, terutama tentang
isu otonomi.
Beberapa kasus anoreksia yang parah seringkali ditangani di rumah sakit di mana proses
pemberian makan dapat dimonitor secara lebih baik. Modifikasi perilaku dan intervensi psikologis
lainnya, termasuk psikoterapi dan terapi keluarga, juga dapat berguna.
3.2 Saran
Untuk penderita anoreksia nervosa sebaiknya ubahlah pikiran bahwa tubuh kalian masih terlihat
gemuk. Untuk keluarga penderita anoreksia sebaiknya berikanlah perhatian yang lebih kepada
mereka agar mereka bisa kembali seperti semula. Karena badan yang terlampau kurus itu sebenarnya
tidak sehat. Bisa menimbulkan asteoporosis bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Nevid, Jefrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama
http://www.conectique.com/trend_tips_solution/_health/disease/article.php?article_id=2238
id.wikipedia.org/wiki/Anoreksia_nervosa
http://medicastore.com/penyakit/70/Anoreksia_Nervosa.html
http://majalahkesehatan.com/gangguan-pola-makan-anoreksia-dan-bulimia/
http://community.siutao.com/showthread.php/8965-Apa-itu-Anoreksia-Apa-saja-Gejalanya
Pengobatan
Pengobatan eating disorders bergantung pada tiap tipenya. Secara umum, dapat dijabarkan sebagai berikut
:
Psychotherapy
Pengobatan ini dapat membantu anda mengubah perilaku tidak sehat anda. Anda akan belajar bagaimana
mengontrol makanan dan mood, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan stress manajemen.
Pendidikan Nutrisi
Dietitians dan tenaga medis lainnya dapat memberikan anda informasi mengenai diet yang sehat dan
membantu merancang rencana nutrisi sehingga mampu mencapai berat badan yang ideal dan kebiasaan
makan yang sehat.
1.6 Kesimpulan
Penderita anorexia dan bulimia memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaannya, penderita anorexia
tidak makan dan terus menerus melakukan kegiatan berat seperti berolahraga, sedangkan penderita
bulimia makan sebanyak-banyak lalu setelah itu dimuntahkan kembali dengan cara paksaan.
Persamaannya, mereka sama-sama memiliki obsesi atau keinginan untuk memiliki tubuh yang kurus atau
menurut mereka ideal dengan cara yang salah.
1.7 Saran
Sebaiknya orang yang menderita anorexia dan bulimia segera berkonsultasi kepada dokter yang ahli serta
membicarakan penyakitnya tersebut kepada keluarga atau kerabat dekat agar dapat menemukan solusi
terbaik.