You are on page 1of 10

Penangangan Anoreksia Nervosa

A. Penanganan Biomedis
· Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia
mencapai berat badan yang sehat
· Pengobatan anti depresan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan menubah
proses kimia pada otak atau melepaskan depresi yang mendasari

B. Psikoterapi
· Terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik
psikologis yang ada

C. Terapi Behavioral Kognitif


· Untuk membantu individu dengan ganggaun makan mengalahkan pikiran dan keyaklinan
self-defeatingserta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang sehat
· Modifikasi membantu penderita naoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk
meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan
yang tepat

D. Terpai Keluarga

· Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi di antar
anggota keluarga

Senin, 04 Juni 2012

Psikoper - Makalah Anoreksia Nervosa

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang sengaja membuat diri mereka
sendiri lapar-terkadang sampai meninggal. Mereka juga terobsesi dengan berat badan dan bermaksud
mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Pola yang disfungsional ini disebut dengan anoreksia nervosa
(anorexia nervosa). Sperti gangguan psikologis lainnya, anoreksia sering disertai dengan berbagai bentuk
psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan zat.

Gangguan makan seperti anoreksia sering terjadi pada anak usia SMA maupun perguruan tinggi,
terutama pada wanita muda. Meskipun jumlah yang terdiagnosis mengalami gangguan makan pada siswa
perguruan tinggi tidak setinggi yang kita kira, namun anda kemungkinan pernah mengenal orang-orang di
antara anda yang menderita anoreksia, seperti makan yang berlebihan atau diet yang berlebihan.

Anoreksia nervosa dahulu jarang sekali terjadi, namun peningkatannya semakin terlihat di
Amerika dan negara maju lainnya. Mayoritas kasus terjadi pada wanita, terutama gangguan ini umumnya
mulai muncul pada masa remaja dan dewasa awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat.
Seiring denganmeningkatnya tekanan sosial ini, makin meningkat pula tingkat gangguan makan. Kira-
kira 0,5% (1:200) wanita di lingkungankita mengidap anoreksia nervosa (APA,2000). Presentase yang
jauh lebih besar terlihat pada wanita muda yang menunjukkan perilaku anoreksik, tapi bukan berarti
mereka mungkin 1 di antara 2 dari merela makan berlebih dan memuntahkannya setidaknya satu kali.
Jumlah penderita anoreksian pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanitanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu anoreksia nervosa dan bagaimana ciri-cirinya?

2. Apakah faktor penyebab anoreksia nervosa?

3. Bagaimana penanganan penderita anoreksia nervosa?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
3. Untuk mengetahui penyakit anoreksia nervosa dan ciri-cirinya
4. Untuk mengetahui penyebab timbulnya anoreksia nervosa
5. Untu mengetahui penanganan penderita anoreksia nervosa

BAB 2

ISI

2.1 Pengertian dan Ciri-ciri Anoreksia Nervosa


Anoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa”, dan oreexis, artinya
“hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk (makanan)”, yang
sesungguhnya keliru, karena kehilangan hawa nafsu makan di antara penderita anoreksia nervosa
jarang terjadi. Namun demikian, penderita mungkin menolak makan lebih dari yang dibutuhkan
untuk mempertahankan berat badan minimal sesuai tinggi badan dan usia mereka. Sering terjadi,
mereka melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang membahayakan. Anoreksia Nervosa adalah
suatu ganguan makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk mempertahankan berat badan di bawah
standar nornmal, citra tubuh yang terdistrosi, ketakukan yang mendalam akan bertambahnya berat
badan, dan pada wanita yang telah menstruasi terjadi amenorea.
Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik.
Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis
kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu.
Anoreksia nervosa berkembang pada tahap remaja awal dan akhir, antara usia 12 dan 18 tahun,
namun kemunculan pada usia yang lebih awal atau lebih tua juga terkadang ditemukan.
Karakteristik diagnostik untuk anoreksia nervosa :
1. Menolak untuk memperthankan berat badan pada atau diatas berat badan minimal yang normal
sesuai dengan usia dan tinggi seseorang; misalnya, berat badan 15% di bawah normal.
2. Ketakutan yang kuat terhadap penambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun
tubuhnya kurus
3. Citra tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang-atau bagian tubuh seseorang-dipandang
sebagai gemuk, walaupun orang lain memandang orang tersebut kurus
4. Mempelajari tentang makanan dan kalori secara berlebihan
5. Menyembunyikan atau sengaja membuang makanan
6. Dalam kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran tiga atau lebih
periode menstruasi
Meskipun berkurangnya berat badan merupakan tanda yang paling nyata, karakteristik klinis yang
paling utama adalah kekuatan yang besar akan obesitas. Salah satu pola anoreksia yang umum
terjadi, bermula setelah menarche atau setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, wanita
mulai sadar akan bertambahnya berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan
lemak tubuh adalah hal yang normal pada masa remaja wanita: dalam kacamata evolusioner, lemak
bertambaha sebagai persiapan untuk masa melahirkan dan menyusui (Angier, 1999). Namumwanita
anoreksik mencoba untuk menghindari tubuh mereka bertambah berat badannya dan mencoba diet
yang ekstrem. sering kali melakukan latihan fisik yang berlebihan. Namun usaha ini lebih giat lagi
setelah penurunan berat badan yang diinginkan lebih dicapi, bahkan setelah keluarga dan orang lain
menunjukkan keberatannya. Pola umum lainnya yang mucul di antara wanita muda adalah ketika
mereka meninggalkan rumah untuk memasuki perguruan tinggi dan mengalami kesulitan
penyesuaian terhadap tuntutan hidup di perguruan tinggi dan kehidupan mandiri. Anoreksia juga
lebih umum terjadi di antara wanita muda yang berada dalam dunia balet atau dunia model di mana
ada penekanan yang kuat untuk mempertahankan bentuk tubuh yang kurus dan tidak realistis.
Walaupun anoreksia pada wanita jauh lebih umum terjadi dibandingkan pada pria, jumlah pria
muda yang menunjukkan anoreksia makin bertambah. Banyak pria yang menekuni kegiatan
olahraga, seperti gulat, mengalami tekanan untuk menjaga berat badan yang lebih rendah.
Remaja putri dan wanita penderita anoreksia hampir selalu mengingkari bahwa berat badan
mereka turun terlalu banyak. Mereka akan mengatakan bahwa kemampuan mereka untuk
menghadapi latihan yang melehkan menunjukkan kebugaran tubuh mereka. Wnaita dengan
gangguan makan sering kali melihat diri mereka lebih berat dibandingkan dengan wanita normal lain
dengan berat badan yang sama (Horne, Van Vactor, & Emerson, 1991). Orang lain mungkin melihat
mereka sebagai “kulit membalut utlang”, namun wanita anoreksik memiliki citra tubuh yang
terdistorsi dan akan tetap melihat diri mereka terlalu gemuk. Meskipun mereka secara sengaja
membuat diri mereka lapar, mereka akan menghabiskan hari-hari mereka dengan berpikir dan
membicarakan makanan, dan bahkan mempersiapkan makanan untuk orang lain (Rock & Curran-
Celentano, 1996).
Tanda dan gejala medis lainnya :
1. Denyut jantung lambat
2. Tekanan darah rendah
3. Suhu tubuh rendah
4. Pembangkakan jaringan karena penimbunan cairan (edema)
5. rambut yang tipis dan lembut atau rambut tubuh dan wajah yang berlebihan

2.2 Faktor Penyebab Anoreksia Nervosa

A. Faktor Sosiokultural

Teoritikus sosiokultural menitikberatkan pada tekanan sosial dan harapan dari


masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan makan
(Bemporad, 1996; Stice, 1994). Tekanan untuk mecapai standar kurus yang tidak realistis,
dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam
masyarakat kita, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka
sendiri (Stice, 2001). Bahkan pada anak-anak usia 8 tahun, wanita lebih menunjukkan
ketidakpuasan akan tubuh mereka dibanding laki-laki (Ricciardelli & McCabe, 2001).
Ketidakpuasan tubuh pada wanita muda dapat menyebabkan diet yang berlebihan dan
perkembangan perilaku makan terganggu. Tingkat kurus yang ideal bagi wanita dapat
diilustrasikan dalam perubahan indeks massa tubuh (Body Mass Index/BMI) dari para pemenang
kontes Miss Amerika *Rubinstein & Caballero, 2000). Indeks massa tubuh adalah pengukuran
berat badan yang disesuaikan denga tinggi badan.

Tekanan untuk menjadi kurus terutama tertuju pada wanita. Tekanan ini dialami oleh
hampir semua wanita sehingg diet menjadi pola makan yang normatif diantara wanita muda
Amerika. Empat dari lima wanita muda di Amerika telah melakukan diet pada saat mereka
mencapai usia 18 tahun. Pada kenyataannya, perbedaan gender pada obesitas cukup kecil-27%
wanita dan 24% pria. Lebih jatuh lagi, perbedaan gender pada obesitas tidak muncul samapi usia
paruh baya.

Model sosiolulturl didukung pula dengan bukti-bukti yang menunjukkanbahwa gangguan


makan lebih tidak umum, bahakan jarang terjadi, di negara-negara nonBarat. Bahkan pada
budaya barat, ganguan makan yang terkait dengan obsesi terhadap berat badan lebih umu terjadi
di Amerika daripada negra-negara bara lainnya, seperti Yunani dan Spanyol, atau pada negara
Timur jauh teknologinya telah berkembang seperti Jepang (Stice, 1994). Prevalensi dari perilaku
makan yang tergangu dan gangguan makan juga bervariansi di antara kelompok etnik Amerika
dibandingkan Afrika Selatan dan remaja etnik minoritas lainnya (Leon dkk, 1995; Stice, 1994).
Salah satu alasan mucnulnya perbedaan ini adalah bahwa citra tubuh dan ketidakpuasan tubuh
lebih jarang dikaitkan pada berat badan di antara wanita minoritas (Angier, 2000b).
Namunperilaku makan terganggu yang dapat berkembang menjadi gangguan makan lebih banyak
terjadi diantara wanita Afrika Amerika yang memuluku ketertarikkan yang lebih pada budaya
“kulit putih” yang dominan. Perilaku makan terganggu juga lebih umum terjadi di antara remaja
wanita Amerika adli dibandingkan dengan selama ini diyakini. Para peneliti juga
memperingatkan bahwa ketidakpuasan akan tubuh tampaknya juga lebih sering muncul di antara
wanita Hispantik dan Asia dari pada yang selama ini diketahui dan ini dapat mengarahkan
kelompok ini pada perilaku makan terganggu. Ada juga tanda-tanda bahwa gangguan makan
nantinya dapat meningkat pada negara-negara berkembang.

B. Faktor Psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam gangguan makan.
Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan udaha-udaha yang maladaptif – dengan
melaparkan diri- untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan . Wanita
pengidap anoreksia cenderung menjadi sangat peduli pada berat dan bentuk tubuh mereka.
Bahkan banyak anak-anak dengan berat badan normal menunjukkan kepedulian pada berat badan
mereka.

Wanita muda dengan anoreksia sering kali memiliki sikap perfeksioni dan berjuang
mencapai prestasi yang tinggi. Mereka sering kali kecewa pada diri merekea ketika gagal
mencapai standar itnggi mereka yang tak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan
perasaan bisa mengontrol dan kebeasan yang lebih besar daripada yang didapat pada aspek
lainnya.

Gadis pengidap anoreksia tampaknya sulit untuk berpisah dengan keluarga mereka dan
menyatukan identitas yang terpisah dan terindividuasi. Anoreksia mungkon mencerminkan usaha
dalam alam bawah sadar dari remaja putri untuk mempertahankan masa pubertasnya. Hal ini
dilakukan dengan mempertahankan tampilan kanak-kanak mereka, menolak untuk berhadapam
dengan isu-isu orang dewasa seperti peningkatan kemandirian dan perpisahan dengan keluarga,
kematangan seksual, dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi.

Sejumlah teoritikus belajar memandang anoreksia sebagai suatu tipe fobia berat
badan.Ketakutan berlebihan dan tidak rasional terhadap penambahan berat badan dapt
merefleksikan kecenderungan dalam budaya kita untuk mengidealkan bentuk badan wanita yang
cantik.

C. Faktor Keluarga

Gangguan makan sering kali berkembangnya dari adanya konflik dalam keluarga.
Beberapa teoritikus berfokus pada efek brutal dari self-starvation terhadap orang tua. Mereka
mengatakan bahwa beberapa remaja menggunakan penolakan umtuk makan sebagai cara
menhhukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan
di rumah. Sebuah studi membandingkan ibu dari remaja putri dengan gangguan makan dan ibu
dari remaja putri lainnya. Ibu dari remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia
terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet, dan percaya bahwa putrinya
harus menurunkan berat badan, serta memandang putrinya sebagai orang yang tidak menarik.
Apakah makan berlebihan, seperti yang dikatan Humphrey (1986), adalah sebuah usaha
metaforik untuk memperoleh kasih sayang dan rasa nyaman yang idak didapatkan anak
perempuandari ibunya?

Keluarga dari wanita muda dengan ganguan makan lebih sering mengalami konflik,
kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan, namu lebih bersikap
overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding. Orang tua terlihat kurang mampu untuk
membandingkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka. Konflik dengan orang tua
mengenai isu otonomi sering kali mengakibatkan munculnya anoreksi nervosa. Namun belum
pasti apakh keluarga dengan pola seperti ini berkontribsi pada kemunculan awal gangguan makan
atau apakah gangguan makan muncul mengganggu kehidupan keluarga. Jawabannya mungkin
terletak pada interaksi antar keduanya.

Dari perspektif sistem, keluarga dalah sistem yang dikelola sedemikian rupa sehingga
men\minimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan segera untuk
perubahan nyata. Dalam perspektif ini, remaja putri yang mengidap anoreksia dapat dipandang
sebagai penolong untuk mempertahankan keseimbangan dan harmoni yang muncul dalam
keluarga disfungsional dengan mengalihkan perhatian atas konflik keluarga dan tekanan
pernikahan ke dalam diri mereka. Anak perempuan tersebut menjadi pasien yang teridentifikasi,
meskipun unit keluargalah yang sebenarnya tidak berfungsi dengan baik.

Tanpa memperhatikan daktor yang memicu munculnya ganguan makan, dukungan sosial
bisa mejnadi slaah datu faktor yang memperthakan keberadaan gangguan makan. Anak-anak
dengan gangguan makan dapat secar cepat menjadi pusat perhatian pada keluarga mereka, dan
menerima perhatian dari orang tua yang mungkin sebelumnya kurang.

D. Faktor Biologis

Terdapat pula beberapa petunjuk adanya peran faktor genetis gangguan makan.
Gangguan makan juga cenderung menurun dakam jekuarga, yang diduga terkait dengan
komponen gentis. Bukti yang lebih kuat untuk anoreksia ditemukan di antara kembar satu telur
dibandingkan kembar dua telur, yaitu 50% berbanding 5%. Di sisi lain, faktor genetis tidak dapt
sepenuhnya ditunjuk sebagai faktor penyebab berkembangnya gangguan makan. Dalam
pandangan model diatesis-stres, diduga predisposisi geneteis yang melibatkan disfungsi aktivitas
neurotransmiter berinteraksi dengan faktor keluarga, sosial, budaya, dan tekanan lingkungan
dalam menyebabkan berkembangnya gangguan makan.
2.3 Penangangan Anoreksia Nervosa

A. Penanganan Biomedis
· Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia
mencapai berat badan yang sehat
· Pengobatan anti depresan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan menubah
proses kimia pada otak atau melepaskan depresi yang mendasari

B. Psikoterapi
· Terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik
psikologis yang ada

C. Terapi Behavioral Kognitif


· Untuk membantu individu dengan ganggaun makan mengalahkan pikiran dan keyaklinan
self-defeatingserta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang sehat
· Modifikasi membantu penderita naoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk
meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan
yang tepat

D. Terpai Keluarga

· Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi di antar
anggota keluarga

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat
badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh
bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang
dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya.
Anoreksia terkait dengan fokus pada kontrol berat badan dan cara-cara yang maladaptif untuk
upaya menurunkan berat badan. Banyak faktor lain yang terlibat dalam perkembanganya, termasuk
tekanan sosial pada wanita muda untuk mencapai standar kekurusan yang tidak realistis, siu-isu
tentang kontrol, problem psikologis yang mendasari, dan konflik dalam keluarga, terutama tentang
isu otonomi.
Beberapa kasus anoreksia yang parah seringkali ditangani di rumah sakit di mana proses
pemberian makan dapat dimonitor secara lebih baik. Modifikasi perilaku dan intervensi psikologis
lainnya, termasuk psikoterapi dan terapi keluarga, juga dapat berguna.

3.2 Saran
Untuk penderita anoreksia nervosa sebaiknya ubahlah pikiran bahwa tubuh kalian masih terlihat
gemuk. Untuk keluarga penderita anoreksia sebaiknya berikanlah perhatian yang lebih kepada
mereka agar mereka bisa kembali seperti semula. Karena badan yang terlampau kurus itu sebenarnya
tidak sehat. Bisa menimbulkan asteoporosis bahkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Nevid, Jefrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama

http://www.conectique.com/trend_tips_solution/_health/disease/article.php?article_id=2238

id.wikipedia.org/wiki/Anoreksia_nervosa

http://medicastore.com/penyakit/70/Anoreksia_Nervosa.html

http://majalahkesehatan.com/gangguan-pola-makan-anoreksia-dan-bulimia/

http://community.siutao.com/showthread.php/8965-Apa-itu-Anoreksia-Apa-saja-Gejalanya
Pengobatan
Pengobatan eating disorders bergantung pada tiap tipenya. Secara umum, dapat dijabarkan sebagai berikut
:
Psychotherapy
Pengobatan ini dapat membantu anda mengubah perilaku tidak sehat anda. Anda akan belajar bagaimana
mengontrol makanan dan mood, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan stress manajemen.
Pendidikan Nutrisi
Dietitians dan tenaga medis lainnya dapat memberikan anda informasi mengenai diet yang sehat dan
membantu merancang rencana nutrisi sehingga mampu mencapai berat badan yang ideal dan kebiasaan
makan yang sehat.

Rawat Inap Rumah Sakit


Jika anda sudah ada pada masalah kesehatan yang serius dan selalu menolak untuk makan, dokter akan
menyarankan anda untuk dirawat inap di rumah sakit. Rawat inap juga bisa dijalani pada bagian
psychiatric.
Medikasi
Medikasi dapat menyembuhkan eating disorders.Medikasi akan membantu anda untuk mengontrol
ketakutan anda pada makanan maupun diet anda.Obat yang diberikan biasanya berupa antidepresi dan
obat penenang.

1.6 Kesimpulan
Penderita anorexia dan bulimia memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaannya, penderita anorexia
tidak makan dan terus menerus melakukan kegiatan berat seperti berolahraga, sedangkan penderita
bulimia makan sebanyak-banyak lalu setelah itu dimuntahkan kembali dengan cara paksaan.
Persamaannya, mereka sama-sama memiliki obsesi atau keinginan untuk memiliki tubuh yang kurus atau
menurut mereka ideal dengan cara yang salah.

1.7 Saran
Sebaiknya orang yang menderita anorexia dan bulimia segera berkonsultasi kepada dokter yang ahli serta
membicarakan penyakitnya tersebut kepada keluarga atau kerabat dekat agar dapat menemukan solusi
terbaik.

You might also like