You are on page 1of 28

Peluang dan Potensi Nilai Ekonomi dan

Penerimaan Negara dari Produktivitas


Sektor Peternakan Nasional
Prof. Dr. Bustanul Arifin
barifin@uwalumni.com

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA


Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF
Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia

Seminar Publik “Membangun Daya Ungkit Sektor Peternakan sebagai Sektor Strategis
dalam Peningkatan Penerimaan Negara”, tanggal 26 November 2016 di Jakarta
Sistematika Pembahasan
1. Revolusi Peternakan: Didorong Permintaan
2. Rumah Tangga Usaha Peternakan: Skala kecil
3. Studi: Determinan Efisiensi Rantai Nilai
4. Kasus Rantai Nilai Daging Sapi dan Unggas
5. Rekomendasi 1: Perbaikan Dayasaing Daging Sapi
6. Rekomendasi 2: Restrukturiasi Industri Perunggasan
Peternakan prospektif: Revolusi Peternakan
• Sektor Peternakan amat prospektif. Ternak besar (kaki empat)
dan unggas (ayam, bebek dll) berkembang amat pesat seiring
dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan pendapatan.
• Kabinet Kerja tidak secara spesifik menyebutkan target
swasembada daging sapi, walaupun secara eksplisit target
produksi daging sapi tertulis 755 ribu ton pada 2019, masih
terkesan ambisius, persoalan struktural dan tidak sederhana.
• Daging unggas menjadi peluang besar sumber protein murah
dan telah semakin terjangkau bagi masyarakat menengah-
bawah, bukan merupakan barang mewah lagi.
• Kontribusi daging unggas semakin meningkat dari 13% pada
1970an menjadi 65,17% sekarang. Konsumsi daging unggas
hampir 10 kg/kapita/tahun, jauh lebih besar dari konsumsi
daging sapi yang tidak lebih dari 3 kg/kapita/tahun.
Ekspor-Impor Produk Peternakan, 2012-2015

Sumber: Buku Statistik Peternakan 2016


Konsumsi Protein Hewani Indonesia: Rendah
Konsumsi/kapita

Sumber: USDA, OECD, 2014


ST 2013: Rumah Tangga Peternakan

Sumber: BPS, 2015


Subsektor Peternakan Sapi Potong: Rumit
• 2015: Produksi daging sapi 510 ribu (BPS), yang menebutksn
bahwa konsumsi 590 ribu ton. Impor sapi hidup 700 ribu ekor
(120 ribu ton), daging beku 140 ribu ton.
• Data Sensus Sapi (PSPK) 2011: populasi sapi dan kerbau
16,7 juta ekor, terdiri dari populasi sapi potong mencapai 14,8
juta ekor; sapi perah 597,2 ribu ekor dan kerbau 1,3 juta ekor.
• Data Sensus Pertanian (SP2013): populasi sapi dan kerbau
hanya tercatat 14,2 juta ekor (turun 2,5 juta ekor dari PSPK
2011. Provinsi Jawa Timur 3,8 juta ekor, Jawa Tengah 1,7 juta
ekor, dan Sulawesi Selatan 1,1 juta ekor. Provinsi yang
memiliki sapi & kerbau paling sedikit DKI Jakarta: 5 ribu ekor.
Gambaran Usaha Sapi Potong di Indonesia
• Jumlah peternak: 4,6 juta rumah tangga, dengan skala
kepemilikan 2-3 ekor, sekitar 99% skala rumah tangga;
– Jarak melahirkan (calving interval) 18 -21 bulan (ideal: 14 -16)
– Angka kebuntingan (conception rate): 56% (ideal: 70%)
– Angka kematian pedet cukup tinggi, sekitar 5-10%
– Kebijakan IB menggunakan semen simental dan limosin telah
mengakibatkan populasi ternak lokal yg telah teradaptasi dg
lingkungan Indonesia menurun, tertuama di Pulau Jawa)
• Kinerja produksi dan reproduktivitas: Adopsi teknologi IB,
pakan dan kesehatan hewan belum berkembang penuh,
hanya mencapai 35% dari betina produktif.
• Pemerintah telah mencanangkan Program Upsus SIWAB
sapi indukan wajib bunting, dari inseminasi buatan yang
dikembangkan dari semen bibit pejantan asli Indonesia.
Populasi Ternak Besar 2012-2016

Sumber: Buku Statistik Peternakan 2016


Produksi Daging Domestik, 2016

Sumber: Buku Statistik Peternakan 2016


Rumah Tangga dan Agribisnis Sapi Potong
• Sebesar 97.97% populasi sapi ada di RTUP
Sapi Potong; 1.29% ada di UPBH; sisanya di
pedagang atau pihak lain (PSPK 2011)
• Struktur ini tidak kondusif karena sapi bakalan
dan sapi siap potong di RUTP berupa stok
pasif atau kurang responsif terhadap dinamika
permintaan pasar. Di sisi lain, pasar menuntut
pasokan sapi secara kontinyu sepanjang tahun
• “Struktur industri” seperti ini jelas tidak akan
mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
daging sapi nasional, karena diperlukan
populasi sapi yang sangat besar.
• Dasar perhitungan stok sapi lebih baik
menggunakan satuan unit ternak (animal unit)
bukan ekor. Satuan ekor tidak mencerminkan
volume & bobot daging yang dapat dihasilkan
Rumah Tangga Agribisnis Usaha Sapi Potong
• Peternak berpendidikan • Baru 57% peternak berpengalaman
rendah (tamat SD atau tidak usaha di atas 5 tahun, sisanya
sekolah 80%) dan pemain baru
berumur tua (67% berumur ≥ • Peternak kurang berwawasan
45 tahun) bisnis, lebih cenderung sebagai
usaha back-yard livestocking yang
bernuansa subsisten (60% belum
pernah menjual)
• Pengusahaan sapi di Bali dan NTT memiliki
Saluran pemasaran sapi potong
efisiensi ekonomi paling tinggi.
dari rumah tangga, umumnya
“tidak efisien”, karena • Mayoritas peternak di wilayah Indonesia
langsung disalurkan kepada mengalami “kerugian”, hanya wilayah Bali
pedagang pengumpul/ blantik dan NTT yang kerugiannya tidak terlalu besar.

• tidak ikut kelompok usaha ternak


• tidak ikut anggota koperasi, tidak ikut kemitraan
• tidak mendapatkan tambahan modal
• tidak mendapat bimbingan dan penyuluhan
• penerimaan usaha ternak dari perubahan bobot
Sumber: ST 2013
Prospek daging sapi Indonesia: Terus tumbuh
Produksi & Konsumsi Daging Sapi Laju Konsumsi Pakan Ternak

Sumber: Kumar (2015) diolah dari data USDA


Studi: Determinan Efisiensi Rantai Nalai
• Kinerja produksi  keseimbangan supply & demand
• Struktur pasar dan struktur industri komoditas
• Marjin dan biaya  pangsa marjin per pelaku
• Panjang rantai dan kesederhanaan sistem rantai nilai
• Governansi sistem balas jasa rangkaian rantai nilai
• Keterkaitan ke depan dan ke belakang dari komoditas
• Kualitas kebijakan dan intervensi pemerintah pada sistem
• Faktor eksternal dan resiliensi sistem rantai nilai
Value Chain System of Beef Industry

Source: Arifin (2015), compiled from interviews and other sources


Pelajaran dari Kasus Industri Daging Sapi
Struktur Biaya Industri Sapi Indonesia
Impor, Produksi dan Konsumsi Daging Sapi
Pengeluar
an Lain-
600,000 2.7 lain
23%
523,926 Pakan
485,335 504,819 2.61 Perawatan 48%
500,000 2.6 Tempat
7%
436,450
508,905 497,669
409,308
Bahan
400,000 2.6 2.5 Upah
Bakar
8% Pekerja
14%
2.4

Kg/Kapita
2.48
300,000 2.4
Ton

2.36 2.36 Struktur Biaya Industri Sapi Australia

2.29 Perawatan Bahan Pengeluara


200,000 2.28 246,000 2.3 Tempat Bakar n Lain-lain
0% 3% 5%
Upah
Pekerja
100,000 130,000 2.2 32%
13,000 Pakan
90,000 82,000 60%
65,000
- 39,000 2.1
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Impor (Ton) Produksi (Ton) Konsumsi (kg/Kapita)

Sumber : Kementerian Pertanian, 2015, diolah Sumber : BPS (2013) dan Agri Benchmark (2013), diolah
Penurunan harga daging sapi belum berhasil
114,000 112,698 112,868 112,909
112,482

112,000 111,040

110,000 108,793
109,176 109,127

107,669 107,764 107,938


Harga Daging Sapi (Rp/kg

108,000

106,000 104,842

104,000
102,611
Transisi Setelah Paket , PP 4/2016
Sebelum Paket Ekonomi IX
102,000

100,000

98,000

96,000
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
TAHUN 2015 TAHUN 2016

Sumber : Kementerian Perdagangan, 2016, diolah


Rekomendasi1: Perbaikan Dayasaing Daging Sapi
• Perbaikan basis data stok aktif sapi potong siap dikonsumsi dan
integrasi basis perhitungan dengan satuan binatang (animal unit),
bukan sekadar ekor /kepala sapi, yang dapat lebih presisi.
• Penyediaan sapi bakalan melalui pengembangan breeding farm
secara sistematis dengan landasan akademik yang memadai.
• Program kredit usaha pembibitan sapi (KUPS) saja tidak cukup,
perlu pendampingan secara spartan dan pengawalan lapangan.
• Pembenahan keseriusan dan perhatian sektor perbankan dalam
melaksanakan penyaluran KUPS aggar tepat sasaran, efisien &
bekerjasama lebih erat dengan petugas teknis peternakan.
• Peningkatan produktivitas dan perbaikan reproduktivitas melalui
bimbingan teknis kepada peternak, serta pemberian insentif dan
fasilitasi ekonomi yang memadai kepada peternak
Perunggasan-Struktur industri & skala usaha
• Peternak skala kecil cukup banyak, skala usaha beragam, tapi
belum kuat secara sosial, rekstrukturisasi berjalan di tempat.
• Produksi daging memenuhi konsumsi. Fluktuasi harga DOC,
harga daging & telur ayam kadang ekstrem dan mengganggu.
• Ancaman dan dampak wabah flu burung masih besar karena
prinsip dan langkah biosekuriti masih tersendat di lapangan.
• Tahun 2016, restrukturisasi dan penyehatan struktur industri
seharuh telah fokus kebijakan, untuk meningkatkan dayasaing
Perunggasan Prospektif?
• Produksi daging 2015*: 2,6 juta ton
Produksi telur 2015*: 2,4 juta ton
Tahun 2016 perunggasan masih
diperkirakan cukup prospekeitf.
• Populasi unggas 2,6 milyar : >80%
broiler, 10% kampung, 5% layer dst
• Daging ayam & telur telah menjadi
sumber protein bagi masyarakat
penghasilan rendah, penyangga
dan substitusi daging sapi;
• Perkembangan kemelut terakhir di
perunggasan cukup mengganggu.
Populasi Ternak Unggas 2012-2016

Sumber: Buku Statistik Peternakan 2016


Produksi Telur Domestik, 2015

Sumber: Buku Statistik Peternakan 2016


Produksi dan Harga Daging Unggas
Kinerja Produksi Daging Unggas Perkembangan Harga Daging

Sumber: USDA, Kementerian Perdagangan, 2015


Tiga Persoalan Saling Berhubungan
1. Dinamika Harga Live Bird (LB) dan Daging Ayam
– Informasi dari Pinsar per Kamis, 25 November 2016, harga LB di Bangka Rp
18.500, di Yogyakarta Rp 14.000, Malang Rp 15.200, Pontiana Rp 21.500,
Kupang Rp 28.000, Manado Rp 18.000, Pontianak Rp 20.500
– Informasi dari Kemendag per Jumat 25 November 2016, harga rata-rata
nasional daging ayam Rp 30.050 dan harga telur ayam Rp 21.893 per kilogram
2. Struktur Industri Perunggasan Tidak Sehat
– Produsen GGPS 1 perusahaan. Produsen GPS: 15 perusahaan (2 perusahaan
menguasai 70% pasar). Produsen PS: 100 perusahaan (5 perusahaan
mengusasi 80% dan 95 menguasai 20%).
3. Indikasi Kartel oleh KPPU
– Pelanggaran oleh 12 perusahaan: PT Charoen Pokphand Jaya Farm,
PT Japfa Comfeed Indonesia, PT Satwa Borneo, PT Wonokoyo Jaya
Corp, PT CJ-PIA (Cheil Jedang Superfreed), PT Malindo, PT Taat Indah
bersinar, PT Cibadak Indah Sari Farm, CV. Missouri, PT Ekspravet
Nasuba, PT Reza Perkasa dan PT Hybro Indonesia.
Value Chain System in Poultry Industry-Broiler

Main Broker Broker 1 Collectors 1 Large Scale traders Retailers Warung-Catering

Broker 2 Pangkalan traders Retailers

Wet Market
TPA Large traders
Broiler Producers
Smallholders farmers Consumer

Supermarket
Cold Market RPA

Hotel, Restaurant, Catering

Source: Arifin (2015), compiled from interviews and other sources


Pasar unggas hidup & daging ayam jadi satu
Rekomendasi 2: Restrukturisasi Industri
• Terus memperbaiki sumber-sumber pendapatan rumah tangga
agar konsistensi permintaan terhadap produk peternakan terjaga.
• Dualisme skala usaha industri unggas dan akses pasar:
− Layer 1 & 2: Dominan pada grant parent stock (GPS) & parent stock (PS)
− Layer 3 harus bermitra dengan layer 1 dan 2, jika tidak ingin rugi
− Layer 4 skala rumah tangga masih dominan, tapi tidak kuat permodalan
• Tahun 2017, restrukturisasi dan penyehatan struktur industri perlu
menjadi fokus kebijakan, untuk meningkatkan dayasaing industri,
menciptakan rasa keadilan, kemitraan industri besar dan kecil, dll

You might also like