Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
idiopatik, kronik dan inflamasi di saluran pencernaan, yaitu penyakit Crohn dan
Colitis Ulserativa.1,2 penyebab dari kelainan ini belum diketahui secara pasti,
diduga ada faktor genetik, lingkungan dan imunologi yang dapat mempengaruhi
sistem imun, dengan meningkatnya insiden selama dekade terakhir. Hal ini
biasanya terjadi pada onset usia antara 15 dan 40 tahun dan memiliki insiden 3,1-
14,6 kasus per 100.000 orang/tahun di North America. Bangsa yahudi memiliki
risiko lebih tinggi, sedangkan orang Afrika-Amerika lebih rendah untuk terkena
seimbang dan terlihat paling sering antar saudara laki-laki dan perempuan dan
gastrointestinal dari mulut sampai anus. Ileum terminalis dan colon adalah bagian
yang paling sering terkena. Manifestasi Ekstraintestinal juga dapat terjadi pada
kulit, sendi, hati, kandung empedu dan mata. Tanda dan gejala dari penyakit ini
tergantung dari lokasi dan proses patologi yang terjadi. Pasien biasanya datang
1
dengan keluhan nyeri perut, diare, faecal inkontinensia, perdarahan rectum,
kronis, transmural dan proses inflamasi yang dapat mengenai berbagai segmen
saluran cerna, mulai dari mulut sampai anus, tetapi tidak secara kontinue. Usus
sebagai tempat utama yaitu 90% kasus, terutama terjadi pada ileum terminalis
(70%) dan bisanya kombinasi dengan kolitis, yaitu ileokolitis (50%). Penyakit
Crohn yang mengenai mulut, esophagus dan gaster frekuensinya jarang dan
biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi disertai dengan kelainan pada tempat lain.
Secara klinis sangat sulit untuk diprediksi dengan berbagai variasi respon
terhadap terapi dan cenderung untuk berulang dan berakhir dengan tindakan
berkaitan dengan pola gaya hidup modern. Berdasarkan data yang dikumpulkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merentang dari mulut sampai anus, dan organ – organ aksesoris seperti gigi,
lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pancreas (Aziz, 2011).
gula sederhana, lemak menjadi asam lemak bebas dan monogliserida, serta
3
1. Mulut (oris)
Rongga mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh
tulang rahang dan langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-
otot pipi, serta sebelah bawah oleh rahang bawah (Aziz, 2011).
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung,
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
4
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis (Aziz,
2011).
2. Tenggorokan (Faring)
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium (Aziz,
2011).
orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
2005).
5
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
(Aziz, 2011).
6
4. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri
dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
7
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
mengalirkan makanan.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari
8
sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
9
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
2.2.1. Definisi
disease dapat melibatkan setiap bagian dari saluran cerna mulai dari
10
mulut hingga anus tetapi paling sering menyerang usus halus, yakni ileum
dapat meluas dan melibatkan semua lapisan dinding usus mulai dari
mukosa sampai serosa (Aziz 2011; Hendy, 2013; Crohn’s & Colitis
2.2.2. Etiologi
dipahami, diduga hal ini melibatkan interaksi antara genetik, sistem imun
America. 2012; Ray, 2015). Sistem imun akan memberikan respon pada
pada orang dengan penyakit crohn, sistem imun memberikan respon yang
Reaksi sistem imun yang tidak normal terjadi pada orang yang telah
penyakit crohn hingga 40 kali pada indivu dengan regulasi sistem imun
11
obatan tertentu (termasuk kontrasepsi hormonal dan obat golongan
a. Observasi Genetik
b. Infeksi
12
Walaupun bermacam-macam jenis bakteri (Salmonella, shigella,
yang dapat diisolisasi dari feses atau jaringan dari penderita IBD
(Juffrie, 2011).
c. Mekanisme Imunologi
2011).
d. Faktor Lingkungan
(Zhang, 2014)
2.2.3. Patofisiologi
bakteri, makanan dan substansi lain yang dianggap sebagai benda asing,
13
benda-benda asing tersebut dikenal dan dipresntasikan oleh Antigen
pada penderita penyakit crohn ini merupakan suatu penyebab (cause) atau
imunnnya sendiri dan faktor lingkungan. Satu hal yang penting sebagai
penyebab inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap antigen ini, atau antigen
2011).
ketika ia memiliki kontak dengan aliran luminal, isi kolon atau bakteri di
14
dalamnya. Sebaliknya, inflamasi berkurang ketika aliran feses dialihkan
atau usus yang di istirahatkan dengan diet elemental atau nutrisi parenteral
Total (TPN). Ada kemungkinan bahwa agen infeksi atau antigen dari
2.2.4. Diagnosis
Gold standar untuk diagnosis penyakit crohn sampai saat ini belum
a. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang sering yaitu diare kronik dan nyeri perut
Tetapi tingkat dan berat penyakit crohn sering bervariasi. Pasien juga
15
mungkin datang dengan salah satu dari banyak komplikasi atau
terus menerus sepanjang usus halus, atau yang lebih umum beberapa
lambung dan duodenum. Dalam kasus ini , lesi jarang terjadi. Dan
16
sekitar 20 % dari pasien memiliki keterlibatan yang hanya terbatas
Medicine, 2013).
17
Pericholangitis, biasanya berhubungan dengan primary
pada pasien Crohn. Fistula dapat terbentuk antara inflamasi usus dan
Medicine, 2013).
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
18
trombositosis sering terjadi, jumlah leukosit pada umumnya normal.
2. Pemeriksaan Endoscopy
19
Gambar 2.7 Typical endoscopic pada crohn’s disease
ulcers
3. Pemeriksaan radiologis
20
Gambar 2.8 Tampak adanya penebalan dinding usus besar
2015).
21
b. Foto X-Ray dengan Kontras
22
Gambar 2.10 Pemeriksaan barium enema kontras ganda pada
- Small-bowel follow-through
23
pengisian kontras pada lekukan ulkus yang terlihat radioopaque
2006)
appearance”
24
Gambar 2.11 Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan
sign”
25
Akan tetepi, barium enema mempunyai akurasi sebesar 95%
ulserativa.
c. CT Scan
mesenterium.
26
Gambar 2.13 Tampak fat halo sign yang terlihat dalam lumen
peradangan kronis.
27
berbentuk bulat atau oval dengan densitas rendah, berbatas jelas,
d. MRI
28
pada sebagian besar pasien. Serbagai tambahan, untuk
positif atau negatif yang diberikan baik secara oral atau melalui
yang ter-inflamasi.
29
intensity areas) pada pencitraan T2-weighted, khususnya pada
fossa ischioanal.
30
ini dipercaya sebagai gambaran adanya deposisi lemak
intramural.
e. USG
31
segmen usus yang sakit tidak dapat dikompresi dan kaku dengan
hilangnya haustra.
32
kantung fokal. Hasil pemeriksaan ini merefleksikan “skip
hypoechoic.
sedangkan pada crohn’s disease dapat melibatkan tidak hanya usus besar
33
tetapi juga usus halus, dengan inflamasi mukosa yang dalam. Inflamasi
padq pasien Crohn’s disease, tapi hanya 1% dari pasien dengan Colitis
tes serologis dapat menjadi alat adjuvan ketika sulit untuk membedakan
antara Crohn’s disease dan Colitis ulceratif secara klinis (Lee, 2016)
2.2.6. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada terapi secara kuratif untuk penyakit
Aziz, 2011).
34
Tujuan terapi adalah untuk mengontrol peradangan, mengoreksi
beberapa tahun bebas dari gejala. Namun penyakit ini biasanya akan
relaps atau muncul lagi beberapa waktu kemudian dalam setengah waktu
1. Terapi Farmakologis
a. Aminosalicylates
America. 2012).
b. Kortikosteroid
35
Obat-obat ini termasuk prednisone, prednisolone, dan
kekebalan tubuh dan efektif untuk control jangka pendek. Obat ini
c. Imunomodulator
remission pada orang yang tidak berespon pada obat lain atau yang
America. 2012).
d. Antibiotik
mempengaruhi usus besar atau daerah sekitar anus . Obat ini dapat
36
digunakan ketika terjadi infeksi , seperti abses (Crohn’s & Colitis
e. Terapi biologis
moderat sampai severe yang aktif dan tidak merespon dengan baik
tertentu dari sel darah putih dari masuk ke jaringan yang meradang
2. Terapi Nutrisi
3. Terapi Bedah
37
kegagalan terapi medikamentosa dan/atau timbulnya komplikasi,
dalam komplikasi saja yang direseksi dan tidak boleh lebih luas, untuk
2.2.7. Prognosis
ileum terminal yang baru dan biasanya dalam dua tahun pertama
pasca– Operasi
38
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. X
No. CM :-
Usia : 30 Tahun
Alamat :-
Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ) pada
tanggal 26 Mei 2009 dengan keluhan nyeri perut terutama di bagian kanan bawah
sejak 2 hari sebelumnya. Rasa nyeri seperti diremas-remas dan hilang timbul.
Rasa nyeri pada mulanya di rasakan di perut bagian kanan bawah kemudian
menjalar ke bagian atas dan tengah. Selain itu penderita juga merasa mual dan
nyeri ulu hati. Frekuensi buang air besar meningkat, yaitu tiga kali sehari dengan
konsistensi feces yang lebih lunak dari biasanya. Riwayat tuberkulosa, diabetes
39
Pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80
Pemeriksaan daerah leher, kelenjar getah bening tidak teraba, kelenjar tiroid
bentuk perut datar, tidak terlihat kaput medusae. Palpasi di kuadran kanan
bawah, tidak ada defense musculair, teraba massa lunak dan kelenjar getah
bening peritoneum. Ditemukan nyeri tekan pada McBurney, obturator sign, dan
psoas sign positif. Bloomberg sign negatif. Pada perkusi terdengar pekak di
kuadran kanan bawah, dan pada auskultasi terdengar bising usus 3-4 kali/menit.
I, yaitu teraba massa lunak pada pukul 12, tidak disertai darah, feses, maupun
Hemoglobin 11,4 g/dl, lekosit 10,8 ribu/ul, trombosit 364 ribu/ul, golongan darah
silinder (-) /lpk, kristal (-), bakteri (-). Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium
40
Pemeriksaan USG (tanggal 27 Mei 2009)
terminalis dengan dugaan adanya kolitis kronis dan ileitis terminal. Tampak juga
kanan. USG hepar, kandung empedu, limpa Pankreas, ginjal, kandung kemih,
Dilakukan laparotomi (27 Mei 2009) atas indikasi apendisitis akut dengan
kolitis. Diambil jaringan usus dengan diagnosis pasca operasi adalah tumor
Pemeriksaan histopatologi
cm, perbatasan 11 cm kolon tampak mukosa kasar, multipel papil, tebal dinding
Pemeriksaan mikroskopis sediaan 1-2 dari kedua ujung sayatan tidak tampak
sarang tumor dan gambaran mukosa normal. Sediaan 3-6 dari lesi menunjukkan
permukaan ulserasi, erosi, dan fisura-fisura. Sel epitel normal dengan infiltrat
padat berisi limfosit dan eosinofil dan proses radang mencapai serosa. Terlihat
41
beberapa granuloma dengan sel raksasa Langhans dan tuberkel pada lapisan otot.
Pada beberapa tuberkel terlihat nekrosis sentral. Sediaan 7-8 terdiri dari lima
belas kelenjar limfe yang kesemuanya mengandung tuberkel yang sebagian juga
3.4 DIAGNOSIS
Crohn Disease
3.5 RESUME
bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelumnya. Rasa nyeri seperti diremas-remas
dan hilang timbul yang awalnya di rasakan di perut bagian kanan bawah dan
menjalar ke bagian atas dan tengah. Keluhan lain mual dan nyeri ulu hati.
Frekuensi buang air besar meningkat, yaitu tiga kali sehari dengan konsistensi
dan kelenjar getah bening peritoneum. Ditemukan nyeri tekan pada Mc Burney,
obturator sign, dan psoas sign positif. Bloomberg sign negatif. Pada perkusi
terdengar pekak di kuadran kanan bawah, dan pada auskultasi terdengar bising
42
Pada pemeriksaan USG : Penebalan dinding caecum-colon ascenden
hingga kolon transversum dan ileum terminalis, lesi tubuler berdiameter sekitar 8
perbatasan 11 cm kolon tampak mukosa kasar, multipel papil, tebal dinding 2,5
diameter 0,2 - 1 cm. Secara mikroskopis sediaan 1-2 dari kedua ujung sayatan
tidak tampak sarang tumor dan gambaran mukosa normal. Sediaan 3-6 dari lesi
dengan infiltrat padat berisi limfosit dan eosinofil dan proses radang mencapai
serosa. Terlihat beberapa granuloma dengan sel raksasa Langhans dan tuberkel
pada lapisan otot. Pada beberapa tuberkel terlihat nekrosis sentral. Sediaan 7-8
terdiri dari lima belas kelenjar limfe yang kesemuanya mengandung tuberkel
yang sebagian juga mengalami nekrosis sentral. Juga didapati sel-sel raksasa
asam).
Pada kasus Ny.X yang datang dengan keluhan utama nyeri perut terutama
kanan bawah menjalar ke bagian atas dan tengah dan pada pemeriksaan fisik
dijumpai massa yang lunak pada abdomen kanan bawah, nyeri tekan pada Mc
Burney (+), obturator sign (+) dan psoas sign (+) dan didukung hasil
43
pemeriksaan laboratorium mengarah kepada apendisitis akut dibandingkan
pembentukan fisura-fisura, mukosa usus kasar dan pene-balan dari dinding usus
44
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
saluran cerna. Crohn’s disease dapat melibatkan setiap bagian dari saluran cerna
mulai dari mulut hingga anus tetapi paling sering menyerang usus halus.
terminal oleh karena itu disebut sebagai ileitis terminalis. Dengan dijumpai skip
areas, yaitu ada daerah dengan mukosa normal yang berbatas jelas dengan
Adanya keterlibatan dari kolon yang lebih menonjol maka timbul istilah colitis
Pada kasus Ny.X dijumpai nyeri perut terutama kanan bawah menjalar ke
bagian atas dan tengah, massa yang lunak pada abdomen kanan bawah, nyeri
tekan pada Mc Burney (+), obturator sign (+) psoas sign (+) dan didukung hasil
dibandingkan dengan penyakit Crohn. Diagnosis penyakit Crohn pada pasien ini
radiologi dengan kontras, namun pada kasus Ny.X tidak dilakukan. Dengan
pemeriksaan double kontras, dapat dilihat adanya ulkus aptosa, yang terlihat
45
sebagai bintik-bintik barium yang dikelilingi oleh edema yang radiolusen. Ulkus-
ulkus aptosa seringkali terpisah oleh jaringan usus yang normal dan terlihat
46
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Rani, Marcellus, S. K. dan Syam, Ari Fahrial, 2011, Buku Ajar
Behzadi, Payam, Elham Behzadi and Reza Ranjabar, 2015, The Incidence and
Crohn’s & Colitis Foundation of America, 2012, The Facts about Inflammatory
16 Agustus 2018)
http://www.hopkinsmedicine.org/gastroenterology_hepatology/_pdfs/small_lar
http://www.hopkinsmedicine.org/gastroenterology_hepatology/_pdfs/small_la
47
Juffrie, Mohammad, Sri Suoar yati Soenarto dkk, 2011, Buku Ajar Gastroenterologi-
Knipe, Henry, A. Prof Frank Gallard et al, 2015, Crohn’s Disease, Available from :
http://learningradiology.com/archives2009/COW%20370-
Lee, Ji Min and Kang Moon Lee, 2016, Endoscopic Daignosis and Differentiation of
Marvell Incorporation
Rani, Aziz, Marcellus Simadiberata K, Ari Fahrial Syam, 2011, Buku Ajar
Rasad, Sjahriar, 2011, Radiologi Diagnostik edisi kedua, Jakarta : Badan Penerbit
FKUI
Ray Boyapati, Ray, Jack Satsangi and Gwo-Tzer Ho, 2015, Pathogenesis of Crohn’s
48
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4447044/pdf/biolrep-07-44.pdf
Snell, Richard S., 2006, Anatomi Klinik untu mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta :
EGC
Zhang, Yi Zhen, Yong Yu Li, 2014, Inflammatory Bowel Disease : Pathogenesis Vol.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3886036/pdf/WJG-20-91.pdf
49