You are on page 1of 61

1

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Gambar 1.1 Total Knee Replacement

Total Knee Replacement (TKR) adalah suatu prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan, dengan tujuan mengurangi rasa sakit
dan meningkatkan fungsi kerja. Pada operasi TKR, Ujung dari tulang femur akan
dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung tibia juga akan diganti dengan metal
stem (AAOS, 2015).

Menurut Eko Wijanto (2013), Operasi penggantian sendi lutut atau yang disebut
Total Knee Replacement merupakan operasi ortopedik yang cukup rumit untuk
penggantian sendi lutut yang mengalami kerusakan (seperti osteorthtritis), dengan
mayoritas penderita berusia di atas 50 tahun. (Wijanto, 2013)

Sedangkan menurut Beswick dkk (2015), Total Knee Replacement adalah suatu
prosedur yang sudah semakin umum yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
keterbatasan fungsional, terutama untuk orang dengan osteoarthritis lutut. Pada tahun
2014, setidaknya hampir 78.000 orang menerima Total Knee Replacement (TKR) di
Inggris dan pada 2010 sekitar 719.000 prosedur dilakukan di Amerika Serikat. (Beswick
dkk, 2015)
2

1.2 Epidemologi
Total knee replacement merupakan pengobatan yang aman untuk mengurangi rasa
sakit dan memulihkan fungsi fisik pada pasien dengan kondisi osteoarthtritis parah yang
tidak bisa di pelihara dengan terapi fisik. Setiap tahun ada lebih dari 500.000 prosedur
operasi Total knee replacement dilakukan di Amerika Serikat, hal ini diperkirakan
bahwa pada tahun 2030 volume prosedure operasi TKR meningkat menjadi lebih dari
3,48 juta per tahun akibat penuaan dini dan meningkatnya obesitas (Minesota, 2010).
Pada operasi total knee replacement juga menimbulkan beberapa problem setelah
operasi, 37 % dari pasien merasakan nyeri dan keterbatasan gerak fungsional setelah
operasi, keterbatasan yang paling umum adalah pasien kesulitan untuk berjalan,
kesulitan untuk naik turun tangga dan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
olahraga yang sama saat sebelum operasi (Sara, 2010)

1.3 Etiologi
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terdiri dari penyatuan dua tulang yaitu tulang
panjang paha (femur) dan tulang kering (tibia). Antara ujung tulang 2 putaran cakram
yang terbuat dari tulang rawan yang disebut medial (dalam) dan lateral (luar) meniscus.
Tulang rawan articular juga melapisi permukaan sendi. Indikasi Total Knee replacement
dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri berat dan disabilitas fungsi karena
kerusakan permukaan sendi akibat artritis (Osteoarthritis, Rheumatoid artritis, artritis
pasca trauma), dan perdarahan ke dalam sendi, seperti pada penderita hemophilia
(Smeltzer & Bare,2002).
Osteoartritis (OA) atau biasa disebut masyarakat awam dengan pengapuran sendi,
merupakan penyakit degeneratif yang dianggap kronis, yang disertai pula dengan
kerusakan tulang rawan sendi. Salah satu sendi yang menjadi sasaran Osteoartritis
adalah sendi lutut. Jika melihat dari sisi gender, data medis menyebutkan bahwa OA
lutut seringkali menyerang wanita. Menopause menjadi salah satu penyebab penderita
menjadi rentan terhadap OA, terutama pada lutut. Akibat menopause, prosuksi hormon
estrogen akan berkurang secara perlahan- lahan dan akhirnya berhenti. Padahal fungsi
hormone estrogen sangat penting untuk menjaga elastisitas jaringan di dalam tubuh,
termasuk sendi lutut. Namun tidak bias dipungkiri bahwa OA lutut juga dapat
3

menyerang laki- laki usia lanjut. Khususnya pasien yang memiliki riwayat cedera atau
trauma pada lutut. Selain faktor usia dan hormonal, faktor lain yang berhubungan erat
dengan terjadinya OA antara lain adalah obesitas. Obesitas akan menambah kompresi
atau tekanan atau beban pada sendi lutut. Semakin besar beban yang ditumpu oleh sendi
lutut, semakin besar pula risiko terjadinya kerusakan pada tulang. (RS Premier
Surabaya, 2016)
Dr. Ketut Martiana, Sp.OT, Dokter Spesialis Bedah Ortopedi RS Premier Surabaya
memaparkan bahwa OA lutut dikatakan semakin buruk atau stadium lanjut, jika
penderita juga mengeluhkan perubahan bentuk lutut atau deformitas. Biasanya pasien
dating dengan kondisi lutut yang mulai bengkok disertai nyeri yang sangat hebat. Lutut
yang bengkok tersebut sering disebut ‘letter O’. Ketika dilakukan rontgen, akan terlihat
bahwa sisi tulang rawan pada lutut telah rusak. Medis mengkategorikan ini dengan OA
stadium 4, dimana perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut Total Knee
Replacement (TKR). (RS Premier Surabaya, 2016)

1.4 Klasifikasi
a. Total Knee Replacement
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur bedah umum yang dilakukan atau
dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas fungsional
individu dengan osteoarthritis lutut (Meiyer et all, 2008). Total knee replacement
dilakukan dengan mengganti bagian sendi yang rusak menggunakan sepasang implant
sendi buatan yang disebut prosthesis. Material implant standard (titanium) dengan
material implant oxiniumtotal knee replacement diberikan untuk kondisi perkapuran
stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk fisik dari kaki
menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X (Kisner, 2007). Berdasarkan hasil dari analisis kesintasan
TKR secara luas dianggap sebagai yang efektif dan sukses stadium akhir prosedur
pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit lutut kronis dan cacat fungsional, Total
Knee Replacement (TKR) adalah prosedur pilihan dalam pengelolaan osteoarthritis
yang parah pada orang tua meskipun tanpa cacat jelas. TKR juga dipilih pada pasien
yang lebih muda dengan memburuk lutut karena dalam peradangan arthritis. Dalam
kasus tersebut, konservatif pengobatan tidak memberikan hasil yang diinginkan
4

dibandingkan dengan TKR, dan juga biaya yang efektif (Rönn, et al., 2011). Total Knee
Replacement ( Operasi pergantian sendi lutut) adalah operasi ortopedik yang tidak
mudah, jika semakin banyak dilakukan operasi penderita yang mengalami kerusakan
pada sendi lutut kini dapat diatasi dengan tindakan total knee replacement atau sering
disebut pergantian sendi lutut (Wijayanto, 2013). Prosedur TKR itu sendiri yaitu dengan
operasi penggantian sendi lutut yang tidak normal dengan material buatan, ujung dari
tulang femur akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan
diganti metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam
gerakan.
b. Partial Knee Replacement
Partial Knee Replacement (PKR) merupakan prosedur bedah sebagian struktur
sendi yang akan diganti dengan bahan buatan. Tindakan ini dilakukan atas
pertimbangan terdapat sebagian kecil dari struktur sendi yang rusak. Pada tahap awal
osteoarthritis, sering terjadi pada satu sisi dari lutut rusak. Hal ini biasanya bagian
dalam lutut meskipun kurang umum, arthritis juga dapat mempengaruhi sisi luar dari
lutut. Penggantian Lutut secara parsial merupakan cara efektif sebelum penyakit
berkembang, serta mencegah osteoarthritis menyebarkan, dan menghindari tindakan
TKR. PKR juga dikenal sebagai penggantian lutut uni-kompartemen, dengan
menggantikan hanya sisi yang rusak lutut dan melestarikan tulang rawan rusak. Hal ini
dapat mengakibatkan dalam sayatan kecil, menjaga empat ligamen alami dan sendi
buatan yang berfungsi lebih seperti gerakan alami lutut (Chesterfeld et al, 2013)
Partial Knee Repalcement Ini tidak cocok untuk semua orang, prosedurnya tidak
serumit Total Knee Replacement sehingga biasanya lebih cepat dalam pemulihan dan
fungsi yang lebih baik. PKR memberikan tingkat yang sama nyeri seperti TKR tetapi
dengan kurang memar dan jaringan parut. Rentang pergerakannya sebagus sebelum
operasi dan biasanya lebih baik dari pada TKR. PKR tidak cocok untuk semua orang
karena harus memiliki kuat, ligamen sehat pada lututnya. Kadang-kadang ini tidak akan
diketahui sampai saat operasi (Chesterfeld et al, 2013)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien yang memiliki penggantian lutut
parsial lebih cenderung dilakukan pada lutut yang telah direvisi dibandingkan pasien
yang menjalani TKR sekitar 1 orang di 10 membutuhkan operasi lebih lanjut setelah 10
5

tahun. Jika pasien tidak puas dengan PKR lebih mudah untuk merevisi penggantian
parsial untuk melakukan TKR dari pada merevisi TKR akan menyakitkan. Oleh karena
itu PKR adalah pilihan untuk pasien yang lebih muda, yang lebih cenderung
membutuhkan operasi lebih lanjut dalam beberapa kasus. Tetapi juga dapat digunakan
pada beberapa pasien yang lebih tua karena kurang puas saat operasi. Hasil dari operasi,
tergantung pada jenis arthritis dan bukan usia pasien (Chesterfeld et al, 2013)

1.5 Patofisiologi
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terdiri dari penyatuan dua tulang, yakni tulang
paha panjang (femur) dan tulang kering (tibia). Antara ujung tulang 2 putaran cakram
yang terbuat dari tulang rawan yang disebut medial dan lateral meniskus. Tulang rawan
artikular juga melapisi permukaan sendi (Tribowo I. dalam Wijanto, 2013)

Selama hidup, kaki menerima beban yang berat. Seiring berjalannya waktu karena
penuaan dan obesitas, terjadi degenerasi tulang rawan (kartilago) yang diikuti dengan
ketidakefektifan tubuh dalam memperbaiki kerusakan pada permukaan sendi yang
biasanya disebabkan oleh artritis (Osteoarthritis, Rheumatois artitis, artitis pasca
trauma) maupun pendarahan ke dalam sendi. Hilangnya elastisitas pada kartilago juga
menyebabkan hilangnya kemampuan menahan air pada penggunaan beban yang berat.
Pasien yang mengalami kerusakan pada karilago mengakibatkan munculnya nyeri dan
kaku pada sendi yang mengakibatkan keterbatasan pada pergerakan sendi. (Wijanto,
2013)

1.6 Manisfestasi Klinis


Menurut Aplay (1997), gejala-gelaja yang sering muncul pada penderita total knee
replacemant antara lain:
a. Nyeri
Nyeri adalah gejala lutut yang paling sering ditemukan. Pada penyakit radang atau
kelainan degeneratif nyeri biasanya tersebar, tetapi pada kelainan mekanis dan terutama
setelah cedera, nyeri sering bersifat lokal. Pada pasien seperti ini pasien dapat dan harus
menunjukkan tempat nyerinya.
b. Kekakuan
6

Kekakuan juga sering ditemukan. Seperti halnya nyeri, kekakuan dapat


mengakibatkan pincang.
c. Demormitas (kaki pengkar atau kaki bengkok)
Demormitas (kaki pengkar atau kaki bengkok) sering ditemukan tetapi, demormitas
itu sendiri jarang mengganggu. Demormitas unilateral, terutama kalau progresif, lebih
bermakna.
d. Pembengkaan
Pembengkaan dapat bersifat lokal atau tersebar. Kalau ada suatu cedera, penting
untuk ditanyakan apakah pembengkaan muncul dengan segera yang menunjukkan
hemartrosis atau setelah beberapa jam yang merupakan ciri khas suatu meniscus yang
robek.
e. Penguncian
Penguncian adalah suatu istilah yang berarti ganda: pasien sering menggunakannya
untuk menjelaskan kekakuannya. Tetapi, dalam istilah klinik berarti bahwa lutut secara
mendadak tidak dapat diluruskan sepenuhnya, meskipun fleksi masih dapat dilakukan.
Hal ini terjadi bila maniskus yang robek terperangkap di antara permukaan articular.
Dengan memutar-mutarkan lutut, pasien dapat membuka kuncinya. Pembukaan kunci
yang mendadak merupakan bukti bahwa sebelumnya sesuatu yang dapat bergerak telah
menghalangi eksistensi penuh.
f. Pemberian jalan
Pemberian jalan juga menunjukkan suatu kelainan mekanis, meskipun kelainan ini
dapat terjadi akibat kelemahan otot; bila kelainan ini terjadi terutama saat naik tangga,
sendi patelofemoral harus dikurangi. Ketidakstabilan yang cukup menyebabkan pasien
jatuh adalah petunjuk untuk dislokasi patela. (Apley, 1997)

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Fisik
Pasien yang direncanakan mendapatkan total knee replacement perlu dilakukan
pemeriksaan muskuloskeletal.Pemeriksaan yang tepat mengenai lutut ini meliputi
observasi, palpasi dan penilaian dengan menggunakan test manual tertentu.
7

Observasi, mengobservasi gaya berjalan pasien dan bagaimana kulit pasien


merupakan bagian yang penting dari pemeriksaan fisik.
1. Gaya berjalan
2. Antalgic gait
Pasien dengan artritis lutut sering berjalan dengan gaya ini, dimana pasien menjadi
pincang karena menghindari nyeri karena menahan beban. Di tandai dengan fase berdiri
yang sangat singkat. (Dorland W.A. Dorland’s illustrated medical dictionary,
penerjemah ; Huriawati Hartanto, dkk, editor. Philadelphia; 2000. )
3. Knee thrust
Gerakan abnormal dari lutut ke arah medial atau lateral ketika berjalan dapat
mengindikasikan ketidakstabilan dari ligamentum.
4. Trendelenburg gait
Gaya berjalan pasien menjadi miring ke arah pinggul yang menderita sehingga
mengurangi beban pada pinggul dan mengurangi nyeri.Hal ini dapat menunjukkan
adanya kelainan pada sendi pinggul dan/atau kelemanahan pada m. Gluteus medius.
5. Kulit
Kulit pada kedua extremitas bawah diperhatikan apakah adanya abrasi, ulserasi,
bengkak, merah, perubahan vaskular atau infeksi.Adanya infeki yang aktif merupakan
kontraindikasi dilakukan bedah implant.Adanya luka lama atau sikatrik pada lutut perlu
diperhatikan. Adanya deformitas yang kelihatan (contohnya : varus, valgus,
rekurvatum, kontraktur fleksi) perlu diperhatikan. Adanya deformitas ini perlu
dilakukan penilaian secara radiografi.
Palpasi, apabila terdapat efusi pada lutut maka dilakukan palpasi. Krepitus
patellofemoral dapat dideteksi dengan menaruh tangan pada lutut dan secara pasif
menggerakkan kaki. Adanya nyeri pada sendi bagian medial and lateral sering didapati
pada artritis tetapi juga dapat mengindikasi adanya kelainan meniskus. Pulsasi distal,
termasuk a. Dorsalis pedis dan a. Posterior tibialis, harus dinilai.

b. Penilaian dengan menggunakan test manual tertentu, ada berbagai manuver yang
dilakukan untuk penilaian preoperative, yaitu :
1. Range of motion
8

Menilai fleksi dan ekstensi maksimal lutut secara aktif maupun pasif.
2. Pemeriksaan otot
Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas bawah secara menyeluruh dengan
perhatian khusus pada mekanisme ekstensor / quadriceps.
3. Pemeriksaan saraf
Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan refleks deep tendon (patella dan ankle)
4. Pemeriksaan ligamen
Lateral collateral ligament (LCL) dan Medial collateral ligament (MCL) merupakan
struktur yang sangat penting pada total knee replacement. Penting untuk melakukan
penilaian preoperatif mengenai stabilitas atau derajat kontraktur dari ligamen-ligamen
ini.
5. Collateral ligaments
Pemeriksaan LCL dan MCL dilakukan dengan memfleksikan lutut 30o pada posisi
varus dan valgus masing-masing. Pada posisi varus, LCL menjadi lemah sedangkan
MCL kontraksi. Pada posisi valgus, LCL kontraksi dan MCl yang lemah.Adanya MCL
yang inkompeten menandakan bahwa diperlukannya koreksi yang lebih.
6. Cruciate ligaments
Anterior cruciate ligament (ACL) dikorbankan pada kebanyakan total knee
replacement sehingga penilaiannya tidak krusial.Posterior cruciate ligament (PCL)
dapat juga dikorbankan pada saat operasi.Penilaiannya dapat dilakukan dengan test
posterior drawer dengan memfleksikan lutut 90o dan penekanan pada tibia posterior.
7. Pemeriksaan meniskus
Apabila pasien mempunyai gejala mekanik yang jelas seperti locking atau catching
pada lutut dimungkinkan adanya robekan meniskus.Penggunaan arthroscopy yang
sedikit invasif dapat menjadi suatu keuntungan pada pasien ini.Pemeriksaan meniskus
dapat dilakukan dengan tes Mcmurray dan the Apley Compression test.
8. Pemeriksaan panggul dan tulang belakang
Penting untuk mengeksklusi nyeri menjalar dengan nyeri lutut yang berasal dari
panggul dan tulang belakang.Perangsangan nyeri pada lutut dengan mengangkat tungkai
yang diluruskan atau dengan menggerakkan panggul (terutama rotasi internal), dapat
meningkatkan kecurigaan adanya kerterlibatan panggul (terutama rotasi internal), dapat
9

meningkatkan kecurigaan adanya kerterlibatan tulang belakang lumbar, panggul atau


keduanya, sehingga memerlukan pemeriksaan imaging lebih lanjut.
9. Pemeriksaan radiologi
Berbagai model imaging dapat digunakan untuk membantu penatalaksanaan lutut
yang sakit, yaitu:
a. Rontgen polos
Rontgen polos ini merupakan kunci diagnosa, perencanaan preoperatif dan
penialaian postoperatif dari artritis dan total knee arthropalsty.Pemeriksaan minimum 3
posisi (foto anteroposterior, foto lateral dan patella sudut tangensial) lebih baik
dilakukan.
b. Foto posisi Anteroposterior
Pasien berdiri dengan posisi yang paling nyaman agar tidak terbebandi sendi.
Dilakukan penilaian pada ruang sendi medial dan lateral, apakah ada penyempitan atau
tidak.
c. Posisi Lateral
Posisi ini dilakukan untuk menilai sendi paletofemoral dan posisi dari patella
(contohnya patella baja, patellaalta)
d. Posisi patella sudut tangensial
Ruang sendi paletofemoral dapat dinilai pada posisi sunrise, skyline, atau merchant
view.Posisi lainnya juga kadang berguna. Posisi posteroanterior sudut 45o dilakukan
agar pemeriksaan menjadi lebih akurat untuk melihat adanya penyempitan pada ruang
sendi baik pada sisi lateral maupun medial. Film yang memotong 3 sendi dilakukan
untuk dapat melihat kesinambungan dari tungkai secara struktur dan anatomis
(contohnya varus, valgus) dan hal ini dapat membantu dalam perencanaan preoperatif.
10. MRI
Pada penilaian arthritis pemeriksaan MRI kurang begitu peka.Walau lebih sensitif
dibandingakan dengan rontgen polos dalam menilai cartilago, seringkali hal itu
disalahartikan dengan adanya kerusakan. MRI ini membantu dalam mengevaluasi
meniskus dan kelainan ligamen yang dikarenakan proses degeneratif lanjut yang tidak
dapat dilihat dalam rontgen polos.
11. Model yang lain
10

CT dan bone scan dapat membantu dalam mengevaluasi postoperatif implant tetapi
tidak menunjukan peran dalam evaluasi preoperatif arthritis.
12. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium preoperatif dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan pasien dan
keperluannya, tetapi biasanya meliputi pemeriksaan darah rutin, kimia dasar dan
koagulasi tes (protombine time, INR dan partial thromboplastine time).Pemeriksaan
EKG dan rontgen toraks dilakukan tergantung pada umur pasien dan kebijakan anestesi.
Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.

1.8 Penatalaksanaan Medis


Dalam pembedahan Total Knee Replacement (TKR), bagian ujung- ujung tulang akan
diganti dengan bahan logam dan plastic (polyethylene). Dengan menggunakan peralatan
yang tepat, ahli bedah orthopaedi akan membuang permukaan tulang rawan yang rusak
dari ketiga tulang di bagian sendi lutut. Kemudian permukaan tulang tersebut baru akan
dilapisi dengan implant. Permukaan tulang atas akan diganti dengan suatu bagian logam
bulat yang hampir menyerupai lekuk tulang asli. Sementara permukaan tulang bawah
akan diganti dengan logam yang datar dan dialasi pula dengan polyethylene yang
berperan sebagai tulang rawan.

Sebelum pembedahan jika pasien dan dokter telah sepakat untuk melakukan tindakan
pembedahan TKR, dilakukan persiapan dan pemeriksaan tambahan yang perlu
dilakukan. Terkait pemeriksaan biasanya ahli bedah Orthopaedy menganjurkan agar
pasien melakukan check-up penyakit dalam atau jantung. Pada hari pembedahan, pasien
akan diminta berpuasa dan dipasangi infus. Selain cairan infus yang dimasukkan, juga
diperlukan antibiotik untuk pencegahan infeksi. Setelah pasien dibius oleh ahli anestesi,
lutut pasien akan disterilisasi dengan menggunakan bahan disinfektan. Pembedahan
akan dimulai dengan irisan kulit dibagian depan lutut yang akan mencapai ke dalam
sendi. Apabila ujung lutut telah dapat dilihat dengan jelas, ahli bedah Orthopaedy akan
menggunakan peralatan khusus yang tepat untuk membuang bagian- bagian permukaan
tulang yang rusak dan melapisinya dengan implant yang sesuai dengan menggunakan
semen tulang (bone cement). Ligamen- ligament (urat- urat) di sekitar sendi juga
11

mungkin perlu disesuaikan untuk mendapatkan fungsi sendi terbaik. Pembedahan akan
mengambil waktu antara 1- 3 jam, tergantung pada kondisi pasien. Sehari setelah
pembedahan, pasien diharapkan dapat langsung menjalani fisitherapy berlatih jalan
menggunakan walker. Proses pemulihan diprediksi akan berlangsung selama 1- 2 bulan.
(RS Premier Surabaya, 2016)

1.9 Rehabilitasi Post Operasi


Menurut Maladi (2016), Mobilitas dini dan keterlibatan dalam latihan dan aktivitas
fungsional sangat penting dalam mencegah komplikasi pasca operasi. Program latihan
membantu pasien mengembalikan aktivitas harian, lebih menikmati aktivitas sehari-
hari, dan menjalani kebiasaan hidup sehat setelah proses pembedahan.

Latihan untuk memulihkan kekuatan otot dan melenturkan pada pasien pasca TKR
terdiri dari quadriceps, harmstrings, abduktors dan adduktor (AAOS, 2015). Penelitian
sejenis dilakukan oleh Aibast et al., (2015) bahwa rehabilitasi setelah operasi dimulai
satu hari setelah dilakukan pembedahan dengan memobilisasi lutut dan latihan
isometrik untuk kekuatan otot paha. Semua pasien mencoba mobilisasi kaki dengan
alat gerak pasif berkelanjutan (CPM). Denis et al., (2006) menyatakan tidak
ada perbedaan bermakna pada pemakaian alat Continuous Passive Motion (CPM)
dan ROM lutut untuk meningkatkan fungsi pascaoperasi. Pasien yang memiliki
CPM mengalami peningkatan signifikan tentang kebutuhan analgetik dan drainase
darah rata-rata pascaoperasi. CPM tidak memiki keuntungan dalam meningkatkan
fungsi lutut atau ROM (Beaupre et al., 2001).

Tahap latihan setelah TKR (AAOS, 2015; Prosehat Physiotherapy, 2015) :


1) Latihan awal post operasi (0 – 1 hari)

Tujuan : untuk mencegah penumpukan sirkulasi darah dan mencegah infeksi


pernapasan. Latihan ini harus dilakukan secara teratur.

a) Deep breathing
12

Langkah-langkah: Ambil nafas lewat hidung, tahan 2-3 detik, hembuskan


lewat mulut secara perlahan 3-4 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
b) Sirkulatori exercise
Langkah – langkah : lakukan gerakan menekuk dan meluruskan ankle
(kaki), lakukan sebanyak 30 kali secara perlahan dimana 1 detik naik
dan 1 detik turun untuk ankle ditekuk ke atas dan ke bawah, lakukan
sebanyak 30 kali secara perlahan untuk gerakan ankle memutar, latihan
ini dilakukan sebanyak 4 kali sehari
c) Static quad
Langkah-langkah : tidur terlentang, tekan tempurung lutut ke bed
dengan ankle ditarik ke atas, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
d) Straight leg raises
Langkah-langkah : Tidur terlentang, angkat kaki dengan lutut lurus setinggi
perut dimana ankle ditekuk ke atas, tahan 10 detik saat kaki ke atas,
lakukan sebanyak 10 kali.
e) Static hamstring
Langkah-langkah : Tidur terlentang, tekuk lutut TKR, naikkan ankle
ke atas lalu tekan ujung tumit ke bed, tahan 10 detik, lakukan sebanyak
10 kali.
f) Static gluteus
Langkah-langkah : Tidur terlentang, kontraksikan gluteus, tahan 10
detik, lakukan sebanyak 10 kali.
g) Knee flexion
Langkah-langkah : Tidur terlentang, lutut TKR ditekuk kemudian
diluruskan, taburi bedak di bed untuk memudahkan menekuk dan
meluruskan lutut, lakukan sebanyak 10 kali.
h) Mobilisasi dari tempat tidur.
Langkah-langkah : Saat bangun tidur, pasien tidak dapat langsung
berdiri karena control lutut belum adekuat, dengan bantuan kursi,
pasien dapat berpindah ke kursi terlebih dahulu untuk kemudian
mencoba berdiri sambil memegang kursi.
13

i) Full squad range


Langkah-langkah : Duduk di kursi, luruskan lutut ke atas dimana
ankle ditekuk ke atas, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali
j) Knee flexion in sitting
Langkah-langkah : Duduk di kursi, tekuk lutut ke dalam, tahan 10
detik, lakukan sebanyak 10 kali.
2) Satu minggu
a) Assisted keen bending in sitting
Langkah-langkah : Duduk, kaki yang sehat menyanggah kaki
TKR, kedua tangan menekan ke bed untuk berpindah tempat
b) Resisted exercise in sitting
Langkah-langkah : Duduk, angkat kaki lurus ke atas, tahan 10 detik,
lakukan sebanyak 10 kali
c) Passive hiperekstensi
Langkah-langkah : Duduk di meja ruang tamu yang setinggi lutut,
angkat kaki ke atas meja, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
d) Heel squat in standing
Berdiri berpegangan pada kursi, angkat kedua tumit perlahan dan jinjit,
tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
e) Half squatting
Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada kursi, tekuk kedua
lutut perlahan, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
f) Knee flexion in standing
Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada kursi, lutut sehat
ditekuk, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali
3) Dua – tiga minggu
a) Step up
Langkah-langkah : Lakukan di tangga, berpegangan pada riil tangga,
naik secara perlahan ke atas tangga kemudian mundur lagi turun, lakukan
sebanyak 10 kali.
b) Step down
14

Langkah-langkah : Lakukan di tangga, berpegangan pada riil tangga,


turun secara perlahan ke bawah kemudian mundur lagi ke atas,
lakukan sebanyak 10 kali
c) Single leg balance
Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada kursi, tekuk kaki sehat,
tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
d) Single leg hell rising
Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada tembok, angkat tumit
seperti jinjit, tekuk lutut sehat, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
4) Empat minggu
a) Balancing with feet together
Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada tembok, seimbangkan
kedua kaki saat berdiri, tahan 10-15 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
b) Balancing one foot in front other
Langkah-langkah : Berdirilah di samping kursi, langkahkan lutut
TKR di depan lutut sehat, tahan 10-15 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
c) Rolling ball forward and backward while sitting
Langkah-langkah : Duduk dengan kaki bertumpu pada bola, gerakkan bola
ke depan dan ke belakang, tahan 10 detik ke depan, lalu tahan 10 detik ke
belakang, lakukan sebanyak 10x.
d) Rolling ball in small circle while sitting
Langkah-langkah : Duduk dengan kaki bertumpu pada bola, gerakkan
bola memutar ke depan dan lalu ke belakang, tahan 10 detik ke depan,
lalu tahan 10 detik ke belakang, lakukan sebanyak 10 kali.
e) Squasing ball into the floor
Langkah-langkah : Duduk dengan kaki bertumpu pada bola, tekan bola ke
lantai, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali
f) Inner thight strengthening.
Langkah-langkah : Duduk dengan kedua paha menjepit bola, tekan bola
dengan kedua paha, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.
5) Aktivitas dini setelah operasi (setelah 1 bulan)
15

a) Berjalan menggunakan walker dengan partial weight bearing


b) Dilanjutkan berjalan menggunakan crutch ketika pasien sudah bisa
menopang BB selama > 10 menit, sampai 1 bulan
c) Lepaskan crutch secara perlahan dengan berlatih berjalan tanpa crutch
untuk menyeimbangkan lutut.
16

BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TKR

2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
1.) Nama :-
2.) Umur : 15-70 tahun. (tidak bisa dilakukan pada orang yang sangat
gemuk atau usianya yang masih terlalu muda)
3.) Jenis Kelamin : Biasa terjadi pada laki-laki yang memiliki beban kerja tinggi
dan aktivitas berat pada ekstremitas bawah.
4.) Agama :-
5.) Alamat :-
6.) Pekerjaan : Pekerja bangunan, Buruh tambang (Beresiko rusak ekstremitas)
7.) Status :-
8.) Tgl MRS : -
9.) Pendidikan : Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan klien mengenai
tata cara menjaga kesehatan tubuh.

b. Riwayat Kesehatan
1.) Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien sebelum dilakukan
TKR (nyeri, kaki sulit atau tidak bisa digerakkan).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang:


Riwayat pasien dari masuk rumah sakit sampai opname di ruangan. Kaki pasien
biasanya tidak bisa digerakkan pada ekstremitas bawah. Saat dikaji klien tampak lemah,
membran mukosa kering, turgor kulit menurun, pucat, tegang otot, berkeringat dingin,
wajah tampak meringis menahan sakit, mengeluh nyeri pada bagian lutut.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu:


Riwayat penyakit ini apa pernah dialami oleh pasien, pengalaman operasi juga
berdampak pada prosedur operasi.
17

e. Riwayat penyakit keluarga :


Kaji riwayat penyakit keluarga pasien apakah memiliki riwayat penyakit keturunan
atau penyakit kronik seperti diabetus militus, jantung, paru-paru, TB dan penyakit
lainnya. Apakah ada riwayat penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi,
dan DM.

f. Riwayat psikososial:
Kaji hubungan psikososial pasien, seperti kecemasan atau ansietas dan lain-lain.

g. Pemeriksaan fisik:
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100-120/80-90 mmHg (Normal)
Nadi : 60-100 x/menit (Normal)
Respirasi : 16-24 x/menit (Normal)
Suhu : 36-37,5 0C (Normal)

2. Pemeriksaan Hoed to toe

Pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi , perkusi, auskultasi (Perhimpunan Dokter Paru


Indonesia. 2003):

a. Kepala
1) Inspeksi: Rambut hitam, tidak ada ketombe , kulit kulit berwarna coklat,
lembab tidak ada jaringan parut, berwarna hitam, tebal agak panjang kering,
tidak rontok
2) Palpasi: arteri temporalis teraba, tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
maksilaris dan sinus frontalis
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
18

b. Mata
1) Inspeksi: Kedua mata sembab, kedua kelopak mata bawah terlihat hitam, kedua
mata simetris, konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, diameter pupil 3 mm per 3 mm, simetris,
reflek pupil terhadap cahaya + , reflek berkedip +, lapang pandang normal
150°, tidak ada Lesi
2) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar mata, tidak terdapat massa
pada daerah sekitar mata.
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -

c. Hidung
1) Inspeksi: Lubang hidung simetris, tidak ada polip, bersih tidak ada sekret dan
dapat mencium bau dengan baik , mukosa lembab, tidak ada rasa nyeri saat
mengunyah, warna kulit sama seperti bagian kulit yang lain,
2) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba massa, nostril kembali
saat ditekan.
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -

d. Mulut
1) Inspeksi: bibir berwarna merah, gigi tampak berwarna kekuningan
2) Palpasi: -
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -

e. Telinga
1) Inspeksi: Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, berminyak tidak ada lesi
2) Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah aurikel dan tragus
3) Perkusi: -
19

4) Auskultasi: -

f. Leher
1) Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan, otot leher
tampak menonjol
2) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada leher, terdapat distensi vena jugularis
selama ekspirasi
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -

g. Pemeriksaan paru
1. Inspeksi : Simetris, terlihat meninggikan bahu untuk bernapas, pernapasan
dengan bibir, pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi, Barrel
chest, terlihat menggunakan otot – otot aksesori pernapasan
(sternokleiddomastoid)
2. Palpasi : Vokal fremitus paru sebelah kanan dan kiri melemah, terdengar
bunyi Sonor di seluruh permukaan paru
3. Perkusi : sonor
4. Auskultasi: tidak terdapat bunyi pernafasan ronki pada paru saat bernafas

h. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis teraba, teratur dan tidak terlalu kuat
c. Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pelebaran
d. Auskultasi : Bunyi jantung murni, tidak ada suara tambahan

i. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi , warna sama rata dengan
warna kulit yang lain,umbilikus bersih
b. Auskultasi: Peristaltik usus 8 kali per menit
c. Perkusi : Timpani
20

d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

j. Pemeriksaan genetalia
a. Inspeksi : Bersih, tidak terpasang kateter
b. Palpasi: -
c. Perkusi: -
d. Auskultasi: -

k. Pemeriksaan ekstremitas
a. Ekstremitas atas
1) Inspeksi: Tidak ada atrofi, kekuatan otot normal dengan nilai 100% melawan
grafitasi dengan pertahanan penuh, ekstermitas kanan dapat bergerak
bebas,ekstermitas kiri terpasang infus RL 20 tpm, ekstremitas bawah tidak ada
edema, bergerak bebas
2) Palpasi: Akral hangat, apillary refill kembali dalam waktu 2 detik
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
b. Ekstremitas bawah
1) Inspeksi: Bentuk tidak simetris, kesusahan berjalan.
2) Palpasi: Tidak terdapat edema, terdapat nyeri tekan, akral dingin
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -

l. Pemeriksaan sistem persyarafan:


1.) Inspeksi: Tidak terdapat gangguan pada sistem persyarafan pasien
2.) Palpasi: -
3.) Perkusi: -
4.) Auskultasi: -
21

BAB 3. PATHWAY

Sendi sehat

Peningkatan aktifitas, peningkatan BB, usia, jenis kelamin, kondisi demografi

Osteoarthritis, fraktur, psoriatic arthritis, psedogout, chondromalacia patellae

Penurunan fungsi sendi

nyeri Mobilitas fisik menurun

Hambatan mobilitas fisik


Nyeri kronik

Resiko Distres perlu tindakan pembedahan Ansietas/Cemas


Spiritual

Total Knee Replacement Gangguan pola tidur

Merasa gelisah dan tidak Hambatan Mobilitas Fisik Nyeri Akut


nyaman

Gangguan Rasa Luka Pasca Operasi


Nyaman

terkontaminasi
Resiko Infeksi
mikroorganisme
22

BAB 4. APLIKASI ASUHAN KEPARAWATAN

4.1 Pengkajian
4.1.1 Kasus
Tuan Y usia 60 tahun datang ke rumah sakit Bina Sehat pada tanggal 19 Maret
2018 pukul 09:00 dengan keluhan nyeri pada lutut. Saat berjalan pasien terlihat agak
pincang dan di bantu istrinya. Setelah dilakukan pengkajian, tuan Y mengakui bahwa
nyeri sudah terasa sejak seminggu yang lalu. Pasien mengatakan susah untuk
mengubah posisi dan sangat kesusahan saat berjalan. Wajah Tuan Y tampak meringis
menahan sakit saat mengungkapkan skala nyeri 7 dari 10 . Tuan Y takut dan cemas
jika suatu hari nanti dirinya tidak akan bisa berjalan dan mengalami kelumpuhan pada
eksternitas bagian bawah. Tuan Y juga sangat cemas jika dirinya tidak bisa kembali
melakukan aktifitas ibadah seperti sebelumnya maka hidupnya akan kurang bermakna,
karena lututnya terasa nyeri saat digunakan untuk sholat hal ini akhirnya membuat
Tuan Y kesulitan tidur di malam hari. Tuan Y mengatakan cemas dan takut begitu
disarankan untuk melakukan operasi TKR. Diagnosa medis menyatakan bahwa tuan Y
mengalami Osteoarthritis hasil TTV didapatkan TD 140/90 mmHg, nadi 110x/menit,
RR 30x/menit, suhu 38˚C.

4.1.2 Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. Y No. RM : 1533XX

Umur : 60 tahun Pekerjaan : Kuli bangunan

Jenis : Laki-Laki Status Perkawinan : Sudah menikah


Kelamin

Agama : Islam Tanggal MRS :19 Maret 2018 pukul


09:00 WIB
23

Pendidikan : SD Tanggal :19 Maret 2018 pukul


Pengkajian 09:00 WIB

Alamat : Sumberejo RT/RW 3/4 Sumber Informasi : Klien, Rekam


Pondokrejo, Kecamatan medis
Tempurejo – Jember

4.1.3 Riwayat Kesehatan


a. Diagnosa Medis:
Ostheoarthitis
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri lutut sejak seminggu yang lalu dan nyeri akan lebih
terasa ketika digerakkan.

4.1.4 Pengkajian Fisik


a. Keadaan umum
1.) TD : 140/90 mmHg
2.) Nadi : 110 x/menit
3.) RR : 26 x/menit
4.) Suhu : 38˚C

b. Pemeriksaan Hoed to toe


1. Kepala
a.) Inspeksi: Rambut hitam, tidak ada ketombe , kulit kulit berwarna coklat, lembab
tidak ada jaringan parut, berwarna hitam, tebal agak panjang kering, tidak rontok
b.) Palpasi: arteri temporalis teraba, tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus maksilaris
dan sinus frontalis
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
2. Mata
24

a.) Inspeksi: Kedua mata sembab, kedua kelopak mata bawah terlihat hitam, kedua
mata simetris, konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan, diameter pupil 3 mm per 3 mm, simetris, reflek pupil
terhadap cahaya + , reflek berkedip +, lapang pandang normal 150°, tidak ada Lesi
b.) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar mata, tidak terdapat massa pada
daerah sekitar mata.
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -

3. Hidung
a.) Inspeksi: Lubang hidung simetris, tidak ada polip, bersih tidak ada sekret dan dapat
mencium bau dengan baik , mukosa lembab, tidak ada rasa nyeri saat mengunyah,
warna kulit sama seperti bagian kulit yang lain,
b.) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba massa, nostril kembali saat
ditekan.
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -

4. Mulut
a.) Inspeksi: bibir berwarna merah, gigi tampak berwarna kekuningan
b.) Palpasi: -
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -

5. Telinga
a.) Inspeksi: Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, berminyak tidak ada lesi
b.) Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah aurikel dan tragus
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
25

6. Leher
a.) Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan, otot leher
tampak menonjol
b.) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada leher, terdapat distensi vena jugularis selama
ekspirasi
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -

7. Pemeriksaan paru
a.) Inspeksi : Simetris, terlihat meninggikan bahu untuk bernapas, pernapasan dengan
bibir, pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi, Barrel chest, terlihat
menggunakan otot – otot aksesori pernapasan (sternokleiddomastoid)
b.) Palpasi : Vokal fremitus paru sebelah kanan dan kiri melemah, terdengar bunyi
Sonor di seluruh permukaan paru
c.) Perkusi : sonor
d.) Auskultasi: tidak terdapat bunyi pernafasan ronki pada paru saat bernafas

8. Pemeriksaan jantung
a.) Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak tampak
b.) Palpasi : Ictus cordis teraba, teratur dan tidak terlalu kuat
c.) Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pelebaran
d.) Auskultasi : Bunyi jantung murni, tidak ada suara tambahan

9. Pemeriksaan abdomen
a.) Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi , warna sama rata dengan
warna kulit yang lain,umbilikus bersih
b.) Auskultasi : Peristaltik usus 8 kali per menit
c.) Perkusi : Timpani
d.) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
26

10. Pemeriksaan genetalia


a.) Inspeksi : Bersih, tidak terpasang kateter
b.) Palpasi :-
c.) Perkusi :-
d.) Auskultasi: -

11. Pemeriksaan ekstremitas


a. Ekstremitas atas
1.) Inspeksi: Tidak ada atrofi, kekuatan otot normal dengan nilai 100% melawan
grafitasi dengan pertahanan penuh, ekstermitas kanan dapat bergerak
bebas,ekstermitas kiri terpasang infus RL 20 tpm, ekstremitas bawah tidak ada
edema, bergerak bebas
2.) Palpasi: Akral hangat, apillary refill kembali dalam waktu 2 detik
3.) Perkusi: -
4.) Auskultasi: -
b. Ekstremitas bawah
1.) Inspeksi : Bentuk tidak simetris, pasien tampak kesusahan untuk berjalan
2.) Palpasi : Tidak terdapat edema, terdapat nyeri tekan, akral dingin
3.) Perkusi :-
4.) Auskultasi: -

12. Pemeriksaan sistem persyarafan:


1.) Inspeksi: Tidak terdapat gangguan pada sistem persyarafan pasien
2.) Palpasi: -
3.) Perkusi: -
4.) Auskultasi: -

4.1.5 Pengkajian Pola Gordon


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
27

Sebelum operasi, pasien menunjukkan kelemahan dalam melakukan mobilitas fisik


sehingga mengatasi masalah dengan melakukan prosedur Total Knee Replacement..

b. Pola nutrisi dan metabolik

Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi dan lauk, pasien makan
satu porsi habis. Saat sakit dan sebelum operasi, pasien tetap makan 3 kali sehari
dengan menu nasi , lauk, dan sayur yang sudah disediakan rumah sakit, pasien hanya
makan kurang lebih setengah porsi, minum 6-8 gelas per hari berupa air putih.

c. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit, pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri.


Namun setelah sakit dan sebelum dioperasi pasien mengalami keterbatasan dalam
bergerak karena kekuatan sendi lutut pasien berkurang sehingga perlu dibantu keluarga
dan perawat untuk bergerak.

d. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit pasien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa nyeri. Saat sakit dan
sebelum operasi pasien mengalami gelisah, cemas, dan sedikit gangguan tidur.

e. Pola eliminasi

Sebelum operasi pola eliminasi pasien normal.

f. Pola neurosensori

Sebelum sakit pasien tidak merasakan nyeri dan tidak nyaman pada lututnya. Saat
sakit dan sebelum operasi pasien merasakan nyeri pada sendi lututnya.

g. Pola mekanisme koping

Sebelum sakit, pasien tidak ada masalah dengan mekanisme koping, namun
sebelum operasi akibat perjalanan penyakit yang kronik, faktor stres, perasaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, dan ketergantungan meyebabkan reaksi
psikologis pasien yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung
28

h. Pola konsep diri

Sebelum sakit pasien tidak merasakan cemas dan memiliki konsep diri yang kuat.
Sebelum operasi konsep diri pasien mengenai usia yang sudah lanjut memberikan
kecemasan pada klien karena klien tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual.

i. Pola hubungan

Sebelum operasi hubungan pasien dengan keluarga baik dan tidak ada masalah
antar anggota keluarga.

j. Pola reproduksi
Sebelum sakit dan sebelum operasi intensitas hubungan seksual antara pasien
dengan pasangannya berkurang dikarenakan pasien sudah kehilangan gairah seksual.
k. Pola kepercayaan
Sebelum sakit dan sebelum operasi pasien menganggap bahwa pasien sakit karena
ujian dari Tuhan dan juga faktor usia, pasien selalu berdoa agar diberi kesembuhan

4.2 Diagnosa Keperawatan

4.2.1 Diagnosa Keperawatan Pre operasi

a. Nyeri Kronis b.d Gangguan muskuloskeletal kronis d.d pasien mengatakan


merasakan nyeri pada lutut dengan skala nyeri 7 dari 10.

b. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Gangguan muskuloskeletal d.d Pasien mengatakan


susah untuk mengubah posisi dan sangat kesusahan saat berjalan

c. Ansietas b.d Ancaman pada status terkini d.d Gangguan pola tidur, klien
mengatakan klien cemas akan mengalami kelumpuhan

d. Gangguan pola tidur b.d Kecemasan d.d Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena
cemas dengan kondisinya

e. Resiko Distres Spiritual b.d Nyeri kehilangan fungsi anggota tubuh


29

No. Data Diagnosa Masalah Paraf


1. Ds: Nyeri kronis
Nyeri Kronis b.d Gangguan
 Pasien
muskuloskeletal kronis d.d
mengatakan nyeri
pasien mengatakan
dibagian sendi
merasakan nyeri pada lutut
lututnya skala 7
dengan skala nyeri 7 dari 10.
dari 10
Do:
 RR 26x/menit
 TD 140/90
mmHG
 Pasien terlihat
meringis kesakitan

2. Ds: Hambatan Mobilitas Fisik b.d Hambatan


 Pasien Gangguan muskuloskeletal mobilitas
mengatakan d.d Pasien terlihat pincang fisik
mengalami saat berjalan, Pasien
kesulitan saat mengatakan susah untuk
berjalan mengubah posisi
 Pasien
mengatakan susah
untuk mengubah
posisi
Do:
 TD 140/90mmHg
 HR110x/menit
 Pasien terlihat
pincang saat
30

berjalan
3. Ds: Ansietas
Ansietas b.d Ancaman pada
 Pasien mengatakan
status terkini d.d Gangguan
sanagat khawatir,
pola tidur, klien mengatakan
ketakutan dengan
klien cemas akan mengalami
keadaanya sebelum
kelumpuhan
melakukan
prosedur Total
Knee Replacement
Do:
 Peningkatan
denyut nadi
110x/menit
 Peningkatan
tekanan darah
140/90 mmHg
 Peningkatan RR
26x/menit
4. Ds: Gangguan
Gangguan pola tidur b.d
 Pasien mengatakan pola tidur
Kecemasan d.d Pasien
pasien kesulitan
mengatakan tidak bisa tidur
tidur dimalam hari
karena cemas dengan
karena merasa
kondisinya
cemas

Do:
 Peningkatan
denyut nadi
110x/menit
 Peningkatan
tekanan darah
31

140/90 mmHg
 Peningkatan RR
26x/menit
5. Ds: Resiko
Resiko Distres Spiritual b.d
 Pasien mengatakan Distres
Nyeri kehilangan fungsi
hidupnya kurang Spiritual
anggota tubuh
bermakna

Do:
 Ansietas
 Insomnia dan
 Terlihat ketakutan

4.2.2 Diagnosa Keperawatan Post Operasi

a. Nyeri Akut Merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan


yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fr the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi.

b. Gangguan Rasa Nyaman Merupakan merasa kurang nyaman, dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, limgkungan, budaya, dan atau sosial.

c. Hambatan Mobilitas Fisik Merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik atau suatu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.

d. Resiko infeksi Merupakan rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme


patogenik yang dapat menganggu kesehatan.
32

No. Data Diagnosa Masalah Paraf


1. Ds: Nyeri Akut berhubungan Nyeri
 Pasien dengan proses penyakit yang Akut
mengatakan nyeri menyebabkan prosedur
pada bagian lutut pembedahan yang ditandai
yang dioperasi pasien mengatakan nyeri pada
Do: bagian lutut yang dioperasi
 Sikap melindungi dengan sikap melindungi area
area nyeri nyeri, ekspresi wajah meringis,
 Ekspresi wajah fokus pada dirinya sendiri, dan
meringis mengekspresikan perilaku

 Fokus pada gelisah


dirinya sendiri
 Mengekspresikan
perilaku gelisah
 TD : 140/90
mmHg
 Nadi : 110x/menit
 RR : 30x/menit
2. Ds: Gangguan Rasa Nyaman Gangguan
 Pasien berhubugan dengan ketidak Rasa
mengatakan sulit mampuan mengontrol diri Nyaman
untuk tidur dan sendiri setelah dilakuakn
merasa tidak proedur Total Knee
nyaman Replacement dengan pasien
Do: mengatakan sulit untuk tidur
 Gelisah danmerasa tidak nyaman
 Ketidak mampuan dengan gelisah, ketidak
untuk relaks mampuan untuk relaks dan

 Merintih merintih kesakitan.


33

kesakitan
3. Ds: Hambatan Mobilitas Fisik Hambatan
 Pasien berhubungan dengan kerusakan Mobilitas
mengatakan neuro muskuler dan Fisik
bahwa belum bisa muskuluskeletal ekstremitas
menggerakkan bawah yang ditandai dengan
bagian sendi pasien mengatakan bahwa
lututnya dengan belum bisa menggerakkan
sempurna bagian sendi lututnya dengan
Do: sempurna, penurunan kekuatan
 Penurunan otot, dan kerusakan integritas
kekuatan otot tulang dan sendi
 Kerusakan
integritas tulang
dan sendi
4. Do: Resiko Infeksi berhubungan Resiko
 Rentan luka pasca dengan hilangnya fungsi kulit Infeksi
operasi sebagai proteksi yang ditandai
mengalami invasi dengan rentan luka pasca
mikroorganisme operasi mengalami invasi
 Pasien kurang mikroorganisme, dan pasien
mengetahui cara kurang mengetahui cara
merawat luka merawat luka pasca operasi.
pasca operasi
34

4.3 Intervensi Keperawatan

4.3.1 Intervensi Keperawatan Pre Operasi


No. Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri kronis Setelah perawatan 1x24 jam 1. Monitor TTV
nyeri kronis klien dapat 2. Lakukan
teratasi dengan, pengkajian nyeri
KH : secara
- Mampu mengontrol nyeri komprehensif
(tahu penyebab nyeri, termasuk lokasi,
mampu menngunakan karakteristik,
tehnik non farmakologi dan durasi,
mencari bantuan) frekuensi,
- Nyeri berkurang dengan kualitas dan
menggunakan manajemen faktor
nyeri psresipitasi.
- Menyatakan rasa nyaman 3. Observasi reaksi
setelah nyeri berkurang non verbal dari
- Tidak ada ekspresi menahan ketidaknyamana
nyeri n.
4. Gunakan tehnik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien.
5. Evaluasi
pengalaman
nyeri masal
lampau.
35

6. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan.
7. Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi,
dan
interpersonal)
8. Ajarkan tentang
tehnik non
farmakologi
9. Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri.
2. Hambatan mobilitas Setelah perawatan 3x24 jam 1. Monitoring vital
fisik diharapkan klien dapat sign sebelum
mengatasi masalahnya atau sesudah
dengan, latihan dan lihat
KH : respon pasien
- Klien meningkat dalam saat latihan
aktivitas fisik 2. Bantu klien
- Mengerti tujuan dari untuk
36

peningkatan mobilitas menggunakan


- Memverbalisasikan tongkat saat
perasaan dalam berjalan dan
meningkatkan kekuatan dan mencegah
kemampuan berpindah terhadap cedera
- Bantu untuk mobilisasi 3. Ajarkan klien
(walker) atau tenaga
kesehatan lain
tentang tehnik
ambulasi
4. Kaji
kemampuan
klien dalam
mobilisasi.
5. Dampingi dan
bantu klien saat
mobilisasi dan
bantu
pemenuhan
kebutuhan
ADLs.
6. Berikan alat
bantu jika klien
memerlukan.
7. Ajarkan klien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika di
perlukan.
3. Ansietas Setelah perawatan 2x24 jam 1. Gunakan
37

ansietas dapat teratasi dengan pendekatan yang


KH : menenangkan
- Klien mampu 2. Temani pasien
mengidentifikasi dan untuk
mengungkapkan gejala memberikan
cemas keamanan dan
- Mengidentifikasi, mengurangi rasa
mengungkapkan, dan takut
menunjukkan teknik 3. Dengarkan
untuk mengontrol cemas dengan penuh
- Vital sign dalam batas perhatian
normal 4. Identifikasi
- Postur tubuh, ekspresi tingkat
wajah, bahasa tubuh dna kecemasan
tingkat aktivitas 5. Bantu pasien
menunjukkan mengenal situasi
berkurangnya kecemasan yang
menimbulkan
kecemasan
6. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
7. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Peningkatan tidur
keperawatan selama - Tentukan pola
38

3x24,pasien tidak terganggu tidur/pola aktivitas


dalam pola tidur nya dengan - Monitor pola tidur
indikator : pasien dan catat
1.Tidur kondisi fisik
- Jam tidur dalam skala 4 (misalnya apnea
- Pola tidur dalam skala 4 tidur, sumbatan,
- Kualitas tidur dalam skala 4 jalan nafas,
2. Penampilan peran nyeri/ketidaknyaman
- Deskripsi tentang perubahan an) dan/atau
peran akibat penyakit atau psikologis(
kecacatan dalam skala 3 ketakutan/kecemasan
- Melaporkan strategi dalam ) keadaan yang
menghadapi perubahan mengganggu tidur
peran dalam skala 3 - Bantu untuk
3. Tingkat depresi menghilangkan
- perasaan depresi dalam situasi stress
skala 4 sebelum tidur
- Perasaan tidak berharga 2. Pengurangan
dalam skala 4 kecemasan
- Keputusasaan dalam skala 4 - Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
- Bantu klien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
39

- Dukung
penggunaan
mekanisme koping
yang sesuai.
3. Manajemen
pengobatan
- Tentukan obat apa
yang diperlukan
- Monitor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
5. Resiko Distres Setelah perawatan 2x24 jam 1. Gunakan
Spiritual Resiko Distres Spiritual dapat komunikasi
teratasi dengan terapeutik untuk
KH : membangun
- Mampu mengontrol kepercayaan dan
Kecemasan kepeduliaan
- Berpartisipasi dalam empati.
pengambilan keputusan 2. Menyediakan
untuk mendapatkan privasi dan cukup
pelayanan kesehatan waktu untuk
- Mampu beradaptasi kegiatan spiritual
terhadap 3. Jadilah terbuka
ketidakmampuan fisik untuk ekspresi
atau cacat fisik individu kesepian
dan ketidak
berdayaan
4. Mengacu pada
penasehat
spiritual pilihan
individu
40

5. Memfasilitasi
penggunaan
individu meditasi,
do’a, dan tradisi
keagamaan
lainnya dan ritual
6. Mendengarkan
dengan seksama
komunikasi
individu dan
mengembangkan
waktu untuk
berdo’a atau
ritual spiritual
7. Yakinkan
individu bahwa
perawat akan
bersedia untuk
mendukung
individu dalam
saat-saat
penderitaan

4.3.2 Intervensi Keperawatan Post Operasi


No. Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri Akut Setelah perawatan 1x24 jam 1. Monitor TTV
nyeri akut klien dapat teratasi 2. Lakukan
dengan, pengkajian nyeri
KH : secara
41

- Mampu mengontrol nyeri komprehensif


(tahu penyebab nyeri, termasuk lokasi,
mampu menngunakan karakteristik,
tehnik non farmakologi dan durasi, frekuensi,
mencari bantuan) kualitas dan
- Nyeri berkurang dengan faktor
menggunakan manajemen psresipitasi.
nyeri 3. Observasi reaksi
- Menyatakan rasa nyaman non verbal dari
setelah nyeri berkurang ketidaknyamanan
4. Gunakan tehnik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien.
5. Evaluasi
pengalaman nyeri
masal lampau.
6. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
suhu ruangan,
pebcahayaan dan
kebisingan.
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, dan
interpersonal)
42

8. Ajarkan tentang
tehnik non
farmakologi
(tehknik
relaksasi,
kompres hangat
atau dingin)
9. Berikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.
2. Gangguan rasa Setelah perawatan 1x24 jam 1. Gunakan
nyaman diharapkan klien dapat pendekatan yang
mengatasi masalahnya menenangkan.
dengan, 2. Temani pasien
KH : untuk memberi
- Mampu mengontrol keamanan dan
kecemasan mengurangi
- Status lingkungan yang takut.
nyaman 3. Dorong keluarga
- Mengontrol nyeri untuk menemani.
- Kualitas tidur dan istirahat 4. Identifikasi
adekuat tingkan
- Status kenyamanan kecemasan.
meningkat 5. Bantu pasien
- Support sosial untuk mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan.
6. Dorong pasien
untuk
43

mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.
7. Instruksikan
pasien
menggunakan
tehnik relaksasi

3. Hambatan mobilitas Setelah perawatan 3x24 jam 1. Monitoring vital


fisik hambatan mobilitas fisik sign sebelum atau
klien meningkat sesudah latihan
KH : dan lihat respon
- Klien meningkat dalam klien saat latihan
aktivitas fisik 2. Bantu klien untuk
- Mengerti tujuan dalam dari menggunakan
peningkatan mobilitas tongkat saat
- Memverbalisasikan berjalan dan
perasaan dalam mencegah
meningkatkan kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan berpindah 3. Ajarkan klien
- Bantu untuk mobilisasi atau tenaga
(walker) kesehatan lain
tentang tehnik
ambulasi
4. Kaji kemampuan
klien dalam
mobilisasi.
5. Dampingi dan
bantu klien saat
mobilisasi dan
44

bantu pemenuhan
kebutuhan ADLs.
6. Berikan alat
bantu jika klien
memerlukan.
Ajarkan klien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika di
perlukan.
4. Resiko infeksi Setelah perawatan 3x24 jam 1. Pertahankan teknik
resiko infeksi dapat isolasi (luka
berkurang dengan bekas operasi
KH : dengan dibalut
- Klien bebas dari tanda dan perban).
gejala infeksi 2. Batasi pengunjung
- Menunjukkan kemampuan bila perlu.
untuk mencegah timbulnya 3. Instruksikan pada
infeksi pengunjung
- Menunjukkan perilaku untuk mencuci
hidup sehat tangan saat
berkunjung dan
etelah berkunjung
meninggalkan
pasien.
4. Cuci tangan setiap
sesudah dan
sebelum tindakan
keperawatan
1. Gunakan baju,
45

sarung tangan
sebagai alat
pelindung
2. Pertahankan
lingkungan
antiseptik selama
pemasangan alat
3. Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistem dan lokal
4. Inspeksi kondisi
luka atau insisi
bedah

4.4 Implementasi Keperawatan

4.4.1 Implementasi Keperawatan Pre Operasi


Hari/
No. Pukul Implementasi Hasil
tanggal/
jam
08.00 Memonitor ttv TD :140/90
1. Senin / 19
mmHg
maret
Nadi :110
2018
x/menit
RR :26 x/menit
Suhu : 38˚C

Nyeri pasien pada


08.30 Mengkaji nyeri secara skala 2
46

komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi.
Wajah pasien
09.00 Mengobservasi reaksi non tampak meringis
verbal dari kesakitan
ketidaknyamanan.
Pasien mengatakan
09.30 Menggunakan tekhnik sering mengalami
komunikasi terapeutik untuk nyeri pada bagian
mengetahui pengalaman kaki
nyeri pasien.
Lingkungan
10.00 Mengontrol lingkungan yang tampak nyaman
dapat mempengaruhi suhu dan sunyi
ruanan, pencahayaannya dan
kebisingan.

10.30 Mengevaluasi pengalaman Sebelumnya pasien


nyeri masa lampau. tidak pernah
mengalami nyeri
separah pada
bagian lutut

11.00 Melakukan kolaborasikan Pasien diberikan


dengan dokter tentang terapi obat
pemberian obat analgesik

13.00 Memberikan obat analgetik Pasien tampak


untuk mengurangi nyeri. kooperatif saat
47

meminum obat

14.30 Memonitor vital sign TD :120/90


2. Senin / 19
sebelum atau sesudah mmHg
maret
latihan dan lihat respon Nadi :90 x/menit
2018
pasien saat latihan RR :23 x/menit
Suhu : 36.8˚C

15.00 Membantu klien untuk Pasien menerima


menggunakan tongkat saat menggunakan
berjalan dan mencegah tongkat
terhadap cedera

15.30 Mengajarkan klien atau Pasien tampak


tenaga kesehatan lain sedikit kooperatif
tentang tehnik ambulasi dalm melakukan
teknik ambulasi

16.00 Mengajarkan kemampuan Pasien dapat


klien dalam mobilisasi. melakukannya dan
tampak sedikit
meringis

16.30 Mendampingi dan bantu Pasieen dapat


klien saat mobilisasi dan melakukan dengan
bantu pemenuhan mandiri
kebutuhan ADLs.

17.00 Memberikan alat bantu jika Pasien


klien memerlukan. menggunakan alat
48

bantu tongkat
dalam berjalan

klien tampak
18.00 Mengajarkan klien
kooperatif
bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika di
perlukan.

19.00 Menemani pasien untuk Pasien tampak


3. Senin / 19
memberikan keamanan dan sedikit takut
maret
mengurangi rasa takut
2018

19.15 Mendengarkan dengan Pasien sedikit


penuh perhatian terbuka
Mengidentifikasi tingkat menceritakan
kecemasan. permasalahannya

19.40 Membantu pasien Pasien mulai


mengenal situasi yang terbuka dengan
menimbulkan kecemasan permasalahannya

20.00 Menginstruksikan pasien Pasien dapat


menggunakan teknik melakukannya
relaksasi dengan bantuan
perawat dan pasien
tampak sedikit
tenang setelah
melakukan teknik
relaksasi
49

Mendorong pasien untuk


20.20 Pasien tampak
mengungkapkan perasaan,
lebih rileks
ketakutan, dan presepsi

Senin 19 20.30 Menggunakan komunikasi Pasien terbuka


4.
Maret 2016 terapeutik untuk terhadap
membangun kepercayaan permasalahannya
dan kepeduliaan empati.

20.50 Menyediakan privasi dan Pasien tampak


cukup waktu untuk khusyuk dalam
kegiatan spiritual melakukan
kegiatan spiritual

21.00 Menjadi terbuka untuk Pasien tampak


ekspresi individu kesepian nyaman dengan
dan ketidak berdayaan perawat

21.15 Mengacu pada penasehat Pasien setelah


spiritual pilihan individu diberikan motivasi
tampak lebih
tenang mengadapi
sakitnya

21.30 Memfasilitasi penggunaan Pasien


individu meditasi, do’a, menggunakan
dan tradisi keagamaan fasilitas dengan
lainnya dan ritual optimal

21.45 Mendengarkan dengan Pasien tampak


seksama komunikasi senang dan lega
50

individu dan setelah


mengembangkan waktu menceritakan
untuk berdo’a atau ritual kepada perawat
spiritual

Meyakiinkan individu
22.00 Pasien terlihat
bahwa perawat akan
yakin dalam
bersedia untuk mendukung
mel;akukan
individu dalam saat-saat
pengobatan
penderitaan

Selasa 20 08.00 Memonitor kecemasan pada Pasien tampak


5.
Maret 2016 pasien cemas dan banyak
pikiran

08.15 Memonitor tingkat nyeri Tingkat nyeri


pada pasien pasien dalam skala
3

08.50 Memberi pasien obat Pasien


penghilang nyeri mengkonsumsi
obat analgetik
yang telah
diresepkan

09.20 Membantu klien Pasien mau


mengidentifikasi situasi mengungkapkan
yang memicu kecemasan kecemasannya

10.00 Memonitor pola tidur pasien Pola tidur pasien


51

sedikit terganggu

10.30 Memberi semangat pada Pasien sedikit


pasien untuk menghindari tenang
keputusasaan pasien

10.40 Memonitor efek dari obat Tingkat nyeri


pereda nyeri pasien berubah
menjadi 4

11.00 Memonitor tanda- tanda Pasien menerima


vital klien dukungan perawat
dan keluarga

13.00 Meningkatkan kenyamanan Tekanan darah


pasien sehingga pasien pasien
dapat tidur 120/90mmHg

4.4.2 Implementasi Keperawatan Post Operasi


Hari/
No. Pukul Implementasi Hasil
tanggal/
jam
08.00 Memonitor ttv TD :120/90
1. Senin / 19
mmHg
maret
Nadi :90
2018
x/menit
RR :23 x/menit
Suhu : 37,5˚C
52

08.30 Mengkaji nyeri secara Nyeri pasien pada


komprehensif termasuk skala 2
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi.

09.00 Mengobservasi reaksi non Wajah pasien


verbal dari tampak meringis
ketidaknyamanan. kesakitan

09.30 Menggunakan tekhnik Pasien mengatakan


komunikasi terapeutik untuk sering mengalami
mengetahui pengalaman nyeri pada bagian
nyeri pasien. kaki

10.00 Mengontrol lingkungan Lingkungan


yang dapat mempengaruhi tampak nyaman
suhu ruangan, dan sunyi
pencahayaannya dan
kebisingan.

10.30 melakukan penanganan Pasien tampak


nyeri dengan mengajarkan lebih rileks dari
tekhnik relaksasi sebelumnya

11.00 memberikan analgetik untuk Pasien diberikan


mengurangi nyeri terapi obat
analgetik
53

14.30 Monitor TTV TD :120/90


2. Senin / 19
mmHg
maret
Nadi :90 x/menit
2018
RR :23 x/menit
Suhu : 37,5˚C

15.00 Mendorong pasien untuk Pasien mau


mengungkapkan perasaan, menceritakan
ketakutan, persepsi. keadaannya pada
perawat

15.30 Mengidentifikasi tingkat Pasien tampak


kecemasan. tidak cemas

16.00 Membantu pasien untuk Pasien mampu


mengenal situasi yang mengatasi
menimbulkan kecemasan. kecemasannya

16.30 Mendorong keluarga untuk Keluarga pasien


menemani. mampu menerima
instruksi perawat

17.05 Menginstruksikan pasien Pasien mampu


menggunakan teknik melakukan teknik
relaksasi. relaksasi dengan
benar

19.00 Memonitor vital sign TD :120/90


54

sebelum atau sesudah mmHg


latihan dan latihan respon Nadi :90 x/menit
klien saat latihan. RR :23 x/menit
Suhu : 37˚C

19.15 Membantu klien untuk Pasien mampu


menggunakan tongakat saat menggunakan
berjalan dan mencegah tongkat dengan
terhadap cedera. baik

Mengkaji kemampuan Pasien dapat


19.30
klien dalam mobilisasi. melakukan
mobilisasi dengan
baik
Rabu, 21 20.30 Membatasi pengunjung bila Pasien tampak
4.
maret 2018 perlu. sedikit takut

20.50 Memonitor tanda dan gejala Pasien terlihat


infeksi sistem dan lokal. biasa saja

Menginspeksi kondisi luka Pasien tampak


21.00
atau insisi bedah. lebih rileks
55

4.5 Evaluasi Keperawatan


4.5.1 Evaluasi Keperawatan Pre Operasi

Tanda tangan &


Hari/ tanggal Diagnosa Evaluasi
Nama

Senin, 19 maret Nyeri kronis S : Pasien


2018 mengatakan
¥
bahwa rasa nyeri
berkurang dan
dapat
mengontrol
nyeri dengan
teknik relaksasi.
O : Tanda-tanda vital
pasien normal
(TD: 120/80
mmHg, RR:
20x/menit)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Intervensi
Senin, 19 Gangguan mobilitas S : Pasien mengatakan
maret 2018 fisik sudah bisa bermobiliasi
¥
meskipun kurang lancar.
O : Tanda-tanda vital
pasien normal (TD:
120/80 mmHg, Nadi:
80x/menit)
56

A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Selasa, 20 Ansietas S : Pasien mengatakan
maret 2018 sudah tenang dan
¥
tidak khawatir
tentang keadaanya
yang akan
dilakukan operasi
O : Tanda-tanda vital
pasien normal
(Nadi: 80x/menit,
TD: 120/80 mmHg,
RR: 20x/menit)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Selasa, 20 Resiko Distress S : Pasien mengatakan
maret 2018 Spiritual sudah bisa menerima
¥
keadaanya sekarang
dan percaya bahwa
penyakitnya adalah
sudah kehendak
tuhan.
O : pasien terlihat sudah
tenang dan rasa cemas
berkurang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

4.5.2 Evaluasi Keperawatan Post Operasi


57

Tanda tangan &


Hari/ tanggal Diagnosa Evaluasi
Nama

Rabu, 21 maret Nyeri akut S : Pasien mengatakan


2018 rasa nyeri pada lutut
¥
berkurang
O : Tanda-tanda vital
pasien normal (TD:
120/80 mmHg, Nadi:
80x/menit, RR:
20x/menit)
A : Masalah teratasi
sebagian
P : P :Lanjutkan
intervensi
Selasa, 20 Hambatan mobilitas S : Pasien mengatakan
maret 2018 fisik bahwa sudah bisa
¥
menggerakkan sendi
ekstremitas bawahnya.
O : Pasien terlihat sudah
bisa menggerakkan
lututnya, kekuatan otot
pasien berangsur pulih.
A : Lanjutkan intervensi
P : Hentikan intervensi

Selasa, 20 Gangguan rasa S : Pasien mengatakan


maret 2018 nyaman sudah merasa nyaman.
¥
O : Pasien tidak
58

menunjukkan kegelisahan,
dan tidak merintih
kesakitan.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Rabu , 21 Resiko infeksi S : Pasien mengatakan


maret 2018 bahwa tidak ada tanda
¥
infeksi
O : Tidak ditemukan tanda
infeksi (kalor, rubor,
tumor, dolor,
fungsiolaesa)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
59

DAFTAR PUSTAKA

American Aacademy of Orthopaedic Surgeons (AAOS). 2015. Treatment: Total Knee


Replacement. Rosemont, Illinois [diakses melalui
https://orthoinfo.aaos.org/en/treatment/total-knee-replacement pada 10 Maret
2018 pukul 10:00 WIB]

Apley. 1997. Kondisi Osteoarthritis halaman 1. Surakarta : RS. Prof Dr. Soeharso

Beaupre LA, Davies DM, Jones CA, and Cinats JG (2001): Exercise combined with
continuous passive motion or slider board therapy compared with exercise only:
A randomised controlled trial of patients following total knee arthroplasty.
Physical Therapy 81: 1029-1037.

Beswick D. Andrew, Wylde Vikki, Gooberman-Hill R., 2015. Interventions for The
Prediction and Management of Chronic Postsurgical Pain After Total Knee
Replacement: Systematic Review of Randomised Controlled Trials, Vol. 5.
Bristol, United Kingdom

Chesterfeld., Court, St. M., Derbyshire., Gate, St. M., House, C., St Mary’s Court. 2013.
Surgery Knee Replacement. www.arthritisresearchuk.org [diakses 10 Maret
2018
Denis M, Moffet H, Caron F, Ouellet D, Paquet J and Nolet L (2006): Effectiveness of
continuous passive motion and conventional physical therapy after total knee
arthroplasty: A randomised clinical trial. Physical Therapy 86: 174-185.

Diva, Sara R., Alexandra B, Gil., Gustavo J.M, Almeida., dkk. 2010. A Balance
Exercise Program Appears To Improve Funtion For Patients With Total Knee
Atrhoplasty: A Randomized Clinical Trial. Apta Journal, 9 (6): Pages 880-894.
60

Dorland W.A. Newman. 2000.Dorland’s Illustrated Medical Dictionar.29th ed.


Terjemahan : Huriawati Hartanto. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.p.142.

Kisner, Carolyn., Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Techqniues. Philadelpia : Davis Company.

Muladi. 2016. Pengaruh Edukasi Dan Latihan Mobilisasi Dini terhadap Tingkat
Kecemasan Dan kemandirian Pasien Post Total Knee Reolacement. Tesis.
Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Meiyer, Whitney., Ryan, Mizner., Robin, Markus., dkk. 2008. Total Knee Arthoplasty :
Muscle Impairment, Functional Limitation and Recomended Rehabilitation
Approaches. Journal of Orthopaedic and Sport Physical Therapy, 38 (5).

Minesota Community Measurement. 2010. Total Knee Replacement Impact and


Recomended Document. Pages 1-5

Rönn K, Reischl N, Gautier E, dkk. 2011. Currentsurgical treatment of knee


osteoarthritis, Arthritis.;2011:454873. doi:10.1155/2011/454873.

RS Premier Surabaya. 2016. Total Knee Replacement, Tangani Osteoarthritis Stadium


Lanjut. http://rs-premiersurabaya.com/total-knee-replacement-tangani-osteoarth-
ritis-st-adium-lanjut/ [Diakses tanggal 11 Maret 2018]

Smeltzer, G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal- Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8.
EGC: Jakarta.
61

Wijanto, Eko. 2013. Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Kondisi Pasca


Operasi Total Knee Replacement Sinistra di RSAL Ramelan Surabaya.
Surakarta: Fakultas IlmuKesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

You might also like