Professional Documents
Culture Documents
1.1 Pengertian
Total Knee Replacement (TKR) adalah suatu prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan, dengan tujuan mengurangi rasa sakit
dan meningkatkan fungsi kerja. Pada operasi TKR, Ujung dari tulang femur akan
dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung tibia juga akan diganti dengan metal
stem (AAOS, 2015).
Menurut Eko Wijanto (2013), Operasi penggantian sendi lutut atau yang disebut
Total Knee Replacement merupakan operasi ortopedik yang cukup rumit untuk
penggantian sendi lutut yang mengalami kerusakan (seperti osteorthtritis), dengan
mayoritas penderita berusia di atas 50 tahun. (Wijanto, 2013)
Sedangkan menurut Beswick dkk (2015), Total Knee Replacement adalah suatu
prosedur yang sudah semakin umum yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
keterbatasan fungsional, terutama untuk orang dengan osteoarthritis lutut. Pada tahun
2014, setidaknya hampir 78.000 orang menerima Total Knee Replacement (TKR) di
Inggris dan pada 2010 sekitar 719.000 prosedur dilakukan di Amerika Serikat. (Beswick
dkk, 2015)
2
1.2 Epidemologi
Total knee replacement merupakan pengobatan yang aman untuk mengurangi rasa
sakit dan memulihkan fungsi fisik pada pasien dengan kondisi osteoarthtritis parah yang
tidak bisa di pelihara dengan terapi fisik. Setiap tahun ada lebih dari 500.000 prosedur
operasi Total knee replacement dilakukan di Amerika Serikat, hal ini diperkirakan
bahwa pada tahun 2030 volume prosedure operasi TKR meningkat menjadi lebih dari
3,48 juta per tahun akibat penuaan dini dan meningkatnya obesitas (Minesota, 2010).
Pada operasi total knee replacement juga menimbulkan beberapa problem setelah
operasi, 37 % dari pasien merasakan nyeri dan keterbatasan gerak fungsional setelah
operasi, keterbatasan yang paling umum adalah pasien kesulitan untuk berjalan,
kesulitan untuk naik turun tangga dan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
olahraga yang sama saat sebelum operasi (Sara, 2010)
1.3 Etiologi
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terdiri dari penyatuan dua tulang yaitu tulang
panjang paha (femur) dan tulang kering (tibia). Antara ujung tulang 2 putaran cakram
yang terbuat dari tulang rawan yang disebut medial (dalam) dan lateral (luar) meniscus.
Tulang rawan articular juga melapisi permukaan sendi. Indikasi Total Knee replacement
dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri berat dan disabilitas fungsi karena
kerusakan permukaan sendi akibat artritis (Osteoarthritis, Rheumatoid artritis, artritis
pasca trauma), dan perdarahan ke dalam sendi, seperti pada penderita hemophilia
(Smeltzer & Bare,2002).
Osteoartritis (OA) atau biasa disebut masyarakat awam dengan pengapuran sendi,
merupakan penyakit degeneratif yang dianggap kronis, yang disertai pula dengan
kerusakan tulang rawan sendi. Salah satu sendi yang menjadi sasaran Osteoartritis
adalah sendi lutut. Jika melihat dari sisi gender, data medis menyebutkan bahwa OA
lutut seringkali menyerang wanita. Menopause menjadi salah satu penyebab penderita
menjadi rentan terhadap OA, terutama pada lutut. Akibat menopause, prosuksi hormon
estrogen akan berkurang secara perlahan- lahan dan akhirnya berhenti. Padahal fungsi
hormone estrogen sangat penting untuk menjaga elastisitas jaringan di dalam tubuh,
termasuk sendi lutut. Namun tidak bias dipungkiri bahwa OA lutut juga dapat
3
menyerang laki- laki usia lanjut. Khususnya pasien yang memiliki riwayat cedera atau
trauma pada lutut. Selain faktor usia dan hormonal, faktor lain yang berhubungan erat
dengan terjadinya OA antara lain adalah obesitas. Obesitas akan menambah kompresi
atau tekanan atau beban pada sendi lutut. Semakin besar beban yang ditumpu oleh sendi
lutut, semakin besar pula risiko terjadinya kerusakan pada tulang. (RS Premier
Surabaya, 2016)
Dr. Ketut Martiana, Sp.OT, Dokter Spesialis Bedah Ortopedi RS Premier Surabaya
memaparkan bahwa OA lutut dikatakan semakin buruk atau stadium lanjut, jika
penderita juga mengeluhkan perubahan bentuk lutut atau deformitas. Biasanya pasien
dating dengan kondisi lutut yang mulai bengkok disertai nyeri yang sangat hebat. Lutut
yang bengkok tersebut sering disebut ‘letter O’. Ketika dilakukan rontgen, akan terlihat
bahwa sisi tulang rawan pada lutut telah rusak. Medis mengkategorikan ini dengan OA
stadium 4, dimana perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut Total Knee
Replacement (TKR). (RS Premier Surabaya, 2016)
1.4 Klasifikasi
a. Total Knee Replacement
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur bedah umum yang dilakukan atau
dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas fungsional
individu dengan osteoarthritis lutut (Meiyer et all, 2008). Total knee replacement
dilakukan dengan mengganti bagian sendi yang rusak menggunakan sepasang implant
sendi buatan yang disebut prosthesis. Material implant standard (titanium) dengan
material implant oxiniumtotal knee replacement diberikan untuk kondisi perkapuran
stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk fisik dari kaki
menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X (Kisner, 2007). Berdasarkan hasil dari analisis kesintasan
TKR secara luas dianggap sebagai yang efektif dan sukses stadium akhir prosedur
pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit lutut kronis dan cacat fungsional, Total
Knee Replacement (TKR) adalah prosedur pilihan dalam pengelolaan osteoarthritis
yang parah pada orang tua meskipun tanpa cacat jelas. TKR juga dipilih pada pasien
yang lebih muda dengan memburuk lutut karena dalam peradangan arthritis. Dalam
kasus tersebut, konservatif pengobatan tidak memberikan hasil yang diinginkan
4
dibandingkan dengan TKR, dan juga biaya yang efektif (Rönn, et al., 2011). Total Knee
Replacement ( Operasi pergantian sendi lutut) adalah operasi ortopedik yang tidak
mudah, jika semakin banyak dilakukan operasi penderita yang mengalami kerusakan
pada sendi lutut kini dapat diatasi dengan tindakan total knee replacement atau sering
disebut pergantian sendi lutut (Wijayanto, 2013). Prosedur TKR itu sendiri yaitu dengan
operasi penggantian sendi lutut yang tidak normal dengan material buatan, ujung dari
tulang femur akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan
diganti metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam
gerakan.
b. Partial Knee Replacement
Partial Knee Replacement (PKR) merupakan prosedur bedah sebagian struktur
sendi yang akan diganti dengan bahan buatan. Tindakan ini dilakukan atas
pertimbangan terdapat sebagian kecil dari struktur sendi yang rusak. Pada tahap awal
osteoarthritis, sering terjadi pada satu sisi dari lutut rusak. Hal ini biasanya bagian
dalam lutut meskipun kurang umum, arthritis juga dapat mempengaruhi sisi luar dari
lutut. Penggantian Lutut secara parsial merupakan cara efektif sebelum penyakit
berkembang, serta mencegah osteoarthritis menyebarkan, dan menghindari tindakan
TKR. PKR juga dikenal sebagai penggantian lutut uni-kompartemen, dengan
menggantikan hanya sisi yang rusak lutut dan melestarikan tulang rawan rusak. Hal ini
dapat mengakibatkan dalam sayatan kecil, menjaga empat ligamen alami dan sendi
buatan yang berfungsi lebih seperti gerakan alami lutut (Chesterfeld et al, 2013)
Partial Knee Repalcement Ini tidak cocok untuk semua orang, prosedurnya tidak
serumit Total Knee Replacement sehingga biasanya lebih cepat dalam pemulihan dan
fungsi yang lebih baik. PKR memberikan tingkat yang sama nyeri seperti TKR tetapi
dengan kurang memar dan jaringan parut. Rentang pergerakannya sebagus sebelum
operasi dan biasanya lebih baik dari pada TKR. PKR tidak cocok untuk semua orang
karena harus memiliki kuat, ligamen sehat pada lututnya. Kadang-kadang ini tidak akan
diketahui sampai saat operasi (Chesterfeld et al, 2013)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien yang memiliki penggantian lutut
parsial lebih cenderung dilakukan pada lutut yang telah direvisi dibandingkan pasien
yang menjalani TKR sekitar 1 orang di 10 membutuhkan operasi lebih lanjut setelah 10
5
tahun. Jika pasien tidak puas dengan PKR lebih mudah untuk merevisi penggantian
parsial untuk melakukan TKR dari pada merevisi TKR akan menyakitkan. Oleh karena
itu PKR adalah pilihan untuk pasien yang lebih muda, yang lebih cenderung
membutuhkan operasi lebih lanjut dalam beberapa kasus. Tetapi juga dapat digunakan
pada beberapa pasien yang lebih tua karena kurang puas saat operasi. Hasil dari operasi,
tergantung pada jenis arthritis dan bukan usia pasien (Chesterfeld et al, 2013)
1.5 Patofisiologi
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terdiri dari penyatuan dua tulang, yakni tulang
paha panjang (femur) dan tulang kering (tibia). Antara ujung tulang 2 putaran cakram
yang terbuat dari tulang rawan yang disebut medial dan lateral meniskus. Tulang rawan
artikular juga melapisi permukaan sendi (Tribowo I. dalam Wijanto, 2013)
Selama hidup, kaki menerima beban yang berat. Seiring berjalannya waktu karena
penuaan dan obesitas, terjadi degenerasi tulang rawan (kartilago) yang diikuti dengan
ketidakefektifan tubuh dalam memperbaiki kerusakan pada permukaan sendi yang
biasanya disebabkan oleh artritis (Osteoarthritis, Rheumatois artitis, artitis pasca
trauma) maupun pendarahan ke dalam sendi. Hilangnya elastisitas pada kartilago juga
menyebabkan hilangnya kemampuan menahan air pada penggunaan beban yang berat.
Pasien yang mengalami kerusakan pada karilago mengakibatkan munculnya nyeri dan
kaku pada sendi yang mengakibatkan keterbatasan pada pergerakan sendi. (Wijanto,
2013)
b. Penilaian dengan menggunakan test manual tertentu, ada berbagai manuver yang
dilakukan untuk penilaian preoperative, yaitu :
1. Range of motion
8
Menilai fleksi dan ekstensi maksimal lutut secara aktif maupun pasif.
2. Pemeriksaan otot
Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas bawah secara menyeluruh dengan
perhatian khusus pada mekanisme ekstensor / quadriceps.
3. Pemeriksaan saraf
Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan refleks deep tendon (patella dan ankle)
4. Pemeriksaan ligamen
Lateral collateral ligament (LCL) dan Medial collateral ligament (MCL) merupakan
struktur yang sangat penting pada total knee replacement. Penting untuk melakukan
penilaian preoperatif mengenai stabilitas atau derajat kontraktur dari ligamen-ligamen
ini.
5. Collateral ligaments
Pemeriksaan LCL dan MCL dilakukan dengan memfleksikan lutut 30o pada posisi
varus dan valgus masing-masing. Pada posisi varus, LCL menjadi lemah sedangkan
MCL kontraksi. Pada posisi valgus, LCL kontraksi dan MCl yang lemah.Adanya MCL
yang inkompeten menandakan bahwa diperlukannya koreksi yang lebih.
6. Cruciate ligaments
Anterior cruciate ligament (ACL) dikorbankan pada kebanyakan total knee
replacement sehingga penilaiannya tidak krusial.Posterior cruciate ligament (PCL)
dapat juga dikorbankan pada saat operasi.Penilaiannya dapat dilakukan dengan test
posterior drawer dengan memfleksikan lutut 90o dan penekanan pada tibia posterior.
7. Pemeriksaan meniskus
Apabila pasien mempunyai gejala mekanik yang jelas seperti locking atau catching
pada lutut dimungkinkan adanya robekan meniskus.Penggunaan arthroscopy yang
sedikit invasif dapat menjadi suatu keuntungan pada pasien ini.Pemeriksaan meniskus
dapat dilakukan dengan tes Mcmurray dan the Apley Compression test.
8. Pemeriksaan panggul dan tulang belakang
Penting untuk mengeksklusi nyeri menjalar dengan nyeri lutut yang berasal dari
panggul dan tulang belakang.Perangsangan nyeri pada lutut dengan mengangkat tungkai
yang diluruskan atau dengan menggerakkan panggul (terutama rotasi internal), dapat
meningkatkan kecurigaan adanya kerterlibatan panggul (terutama rotasi internal), dapat
9
CT dan bone scan dapat membantu dalam mengevaluasi postoperatif implant tetapi
tidak menunjukan peran dalam evaluasi preoperatif arthritis.
12. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium preoperatif dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan pasien dan
keperluannya, tetapi biasanya meliputi pemeriksaan darah rutin, kimia dasar dan
koagulasi tes (protombine time, INR dan partial thromboplastine time).Pemeriksaan
EKG dan rontgen toraks dilakukan tergantung pada umur pasien dan kebijakan anestesi.
Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.
Sebelum pembedahan jika pasien dan dokter telah sepakat untuk melakukan tindakan
pembedahan TKR, dilakukan persiapan dan pemeriksaan tambahan yang perlu
dilakukan. Terkait pemeriksaan biasanya ahli bedah Orthopaedy menganjurkan agar
pasien melakukan check-up penyakit dalam atau jantung. Pada hari pembedahan, pasien
akan diminta berpuasa dan dipasangi infus. Selain cairan infus yang dimasukkan, juga
diperlukan antibiotik untuk pencegahan infeksi. Setelah pasien dibius oleh ahli anestesi,
lutut pasien akan disterilisasi dengan menggunakan bahan disinfektan. Pembedahan
akan dimulai dengan irisan kulit dibagian depan lutut yang akan mencapai ke dalam
sendi. Apabila ujung lutut telah dapat dilihat dengan jelas, ahli bedah Orthopaedy akan
menggunakan peralatan khusus yang tepat untuk membuang bagian- bagian permukaan
tulang yang rusak dan melapisinya dengan implant yang sesuai dengan menggunakan
semen tulang (bone cement). Ligamen- ligament (urat- urat) di sekitar sendi juga
11
mungkin perlu disesuaikan untuk mendapatkan fungsi sendi terbaik. Pembedahan akan
mengambil waktu antara 1- 3 jam, tergantung pada kondisi pasien. Sehari setelah
pembedahan, pasien diharapkan dapat langsung menjalani fisitherapy berlatih jalan
menggunakan walker. Proses pemulihan diprediksi akan berlangsung selama 1- 2 bulan.
(RS Premier Surabaya, 2016)
Latihan untuk memulihkan kekuatan otot dan melenturkan pada pasien pasca TKR
terdiri dari quadriceps, harmstrings, abduktors dan adduktor (AAOS, 2015). Penelitian
sejenis dilakukan oleh Aibast et al., (2015) bahwa rehabilitasi setelah operasi dimulai
satu hari setelah dilakukan pembedahan dengan memobilisasi lutut dan latihan
isometrik untuk kekuatan otot paha. Semua pasien mencoba mobilisasi kaki dengan
alat gerak pasif berkelanjutan (CPM). Denis et al., (2006) menyatakan tidak
ada perbedaan bermakna pada pemakaian alat Continuous Passive Motion (CPM)
dan ROM lutut untuk meningkatkan fungsi pascaoperasi. Pasien yang memiliki
CPM mengalami peningkatan signifikan tentang kebutuhan analgetik dan drainase
darah rata-rata pascaoperasi. CPM tidak memiki keuntungan dalam meningkatkan
fungsi lutut atau ROM (Beaupre et al., 2001).
a) Deep breathing
12
2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
1.) Nama :-
2.) Umur : 15-70 tahun. (tidak bisa dilakukan pada orang yang sangat
gemuk atau usianya yang masih terlalu muda)
3.) Jenis Kelamin : Biasa terjadi pada laki-laki yang memiliki beban kerja tinggi
dan aktivitas berat pada ekstremitas bawah.
4.) Agama :-
5.) Alamat :-
6.) Pekerjaan : Pekerja bangunan, Buruh tambang (Beresiko rusak ekstremitas)
7.) Status :-
8.) Tgl MRS : -
9.) Pendidikan : Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan klien mengenai
tata cara menjaga kesehatan tubuh.
b. Riwayat Kesehatan
1.) Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien sebelum dilakukan
TKR (nyeri, kaki sulit atau tidak bisa digerakkan).
f. Riwayat psikososial:
Kaji hubungan psikososial pasien, seperti kecemasan atau ansietas dan lain-lain.
g. Pemeriksaan fisik:
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100-120/80-90 mmHg (Normal)
Nadi : 60-100 x/menit (Normal)
Respirasi : 16-24 x/menit (Normal)
Suhu : 36-37,5 0C (Normal)
a. Kepala
1) Inspeksi: Rambut hitam, tidak ada ketombe , kulit kulit berwarna coklat,
lembab tidak ada jaringan parut, berwarna hitam, tebal agak panjang kering,
tidak rontok
2) Palpasi: arteri temporalis teraba, tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
maksilaris dan sinus frontalis
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
18
b. Mata
1) Inspeksi: Kedua mata sembab, kedua kelopak mata bawah terlihat hitam, kedua
mata simetris, konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, diameter pupil 3 mm per 3 mm, simetris,
reflek pupil terhadap cahaya + , reflek berkedip +, lapang pandang normal
150°, tidak ada Lesi
2) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar mata, tidak terdapat massa
pada daerah sekitar mata.
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
c. Hidung
1) Inspeksi: Lubang hidung simetris, tidak ada polip, bersih tidak ada sekret dan
dapat mencium bau dengan baik , mukosa lembab, tidak ada rasa nyeri saat
mengunyah, warna kulit sama seperti bagian kulit yang lain,
2) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba massa, nostril kembali
saat ditekan.
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
d. Mulut
1) Inspeksi: bibir berwarna merah, gigi tampak berwarna kekuningan
2) Palpasi: -
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
e. Telinga
1) Inspeksi: Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, berminyak tidak ada lesi
2) Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah aurikel dan tragus
3) Perkusi: -
19
4) Auskultasi: -
f. Leher
1) Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan, otot leher
tampak menonjol
2) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada leher, terdapat distensi vena jugularis
selama ekspirasi
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
g. Pemeriksaan paru
1. Inspeksi : Simetris, terlihat meninggikan bahu untuk bernapas, pernapasan
dengan bibir, pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi, Barrel
chest, terlihat menggunakan otot – otot aksesori pernapasan
(sternokleiddomastoid)
2. Palpasi : Vokal fremitus paru sebelah kanan dan kiri melemah, terdengar
bunyi Sonor di seluruh permukaan paru
3. Perkusi : sonor
4. Auskultasi: tidak terdapat bunyi pernafasan ronki pada paru saat bernafas
h. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis teraba, teratur dan tidak terlalu kuat
c. Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pelebaran
d. Auskultasi : Bunyi jantung murni, tidak ada suara tambahan
i. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi , warna sama rata dengan
warna kulit yang lain,umbilikus bersih
b. Auskultasi: Peristaltik usus 8 kali per menit
c. Perkusi : Timpani
20
j. Pemeriksaan genetalia
a. Inspeksi : Bersih, tidak terpasang kateter
b. Palpasi: -
c. Perkusi: -
d. Auskultasi: -
k. Pemeriksaan ekstremitas
a. Ekstremitas atas
1) Inspeksi: Tidak ada atrofi, kekuatan otot normal dengan nilai 100% melawan
grafitasi dengan pertahanan penuh, ekstermitas kanan dapat bergerak
bebas,ekstermitas kiri terpasang infus RL 20 tpm, ekstremitas bawah tidak ada
edema, bergerak bebas
2) Palpasi: Akral hangat, apillary refill kembali dalam waktu 2 detik
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
b. Ekstremitas bawah
1) Inspeksi: Bentuk tidak simetris, kesusahan berjalan.
2) Palpasi: Tidak terdapat edema, terdapat nyeri tekan, akral dingin
3) Perkusi: -
4) Auskultasi: -
BAB 3. PATHWAY
Sendi sehat
terkontaminasi
Resiko Infeksi
mikroorganisme
22
4.1 Pengkajian
4.1.1 Kasus
Tuan Y usia 60 tahun datang ke rumah sakit Bina Sehat pada tanggal 19 Maret
2018 pukul 09:00 dengan keluhan nyeri pada lutut. Saat berjalan pasien terlihat agak
pincang dan di bantu istrinya. Setelah dilakukan pengkajian, tuan Y mengakui bahwa
nyeri sudah terasa sejak seminggu yang lalu. Pasien mengatakan susah untuk
mengubah posisi dan sangat kesusahan saat berjalan. Wajah Tuan Y tampak meringis
menahan sakit saat mengungkapkan skala nyeri 7 dari 10 . Tuan Y takut dan cemas
jika suatu hari nanti dirinya tidak akan bisa berjalan dan mengalami kelumpuhan pada
eksternitas bagian bawah. Tuan Y juga sangat cemas jika dirinya tidak bisa kembali
melakukan aktifitas ibadah seperti sebelumnya maka hidupnya akan kurang bermakna,
karena lututnya terasa nyeri saat digunakan untuk sholat hal ini akhirnya membuat
Tuan Y kesulitan tidur di malam hari. Tuan Y mengatakan cemas dan takut begitu
disarankan untuk melakukan operasi TKR. Diagnosa medis menyatakan bahwa tuan Y
mengalami Osteoarthritis hasil TTV didapatkan TD 140/90 mmHg, nadi 110x/menit,
RR 30x/menit, suhu 38˚C.
4.1.2 Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. Y No. RM : 1533XX
a.) Inspeksi: Kedua mata sembab, kedua kelopak mata bawah terlihat hitam, kedua
mata simetris, konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan, diameter pupil 3 mm per 3 mm, simetris, reflek pupil
terhadap cahaya + , reflek berkedip +, lapang pandang normal 150°, tidak ada Lesi
b.) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar mata, tidak terdapat massa pada
daerah sekitar mata.
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
3. Hidung
a.) Inspeksi: Lubang hidung simetris, tidak ada polip, bersih tidak ada sekret dan dapat
mencium bau dengan baik , mukosa lembab, tidak ada rasa nyeri saat mengunyah,
warna kulit sama seperti bagian kulit yang lain,
b.) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba massa, nostril kembali saat
ditekan.
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
4. Mulut
a.) Inspeksi: bibir berwarna merah, gigi tampak berwarna kekuningan
b.) Palpasi: -
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
5. Telinga
a.) Inspeksi: Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, berminyak tidak ada lesi
b.) Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada daerah aurikel dan tragus
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
25
6. Leher
a.) Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan, otot leher
tampak menonjol
b.) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada leher, terdapat distensi vena jugularis selama
ekspirasi
c.) Perkusi: -
d.) Auskultasi: -
7. Pemeriksaan paru
a.) Inspeksi : Simetris, terlihat meninggikan bahu untuk bernapas, pernapasan dengan
bibir, pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi, Barrel chest, terlihat
menggunakan otot – otot aksesori pernapasan (sternokleiddomastoid)
b.) Palpasi : Vokal fremitus paru sebelah kanan dan kiri melemah, terdengar bunyi
Sonor di seluruh permukaan paru
c.) Perkusi : sonor
d.) Auskultasi: tidak terdapat bunyi pernafasan ronki pada paru saat bernafas
8. Pemeriksaan jantung
a.) Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak tampak
b.) Palpasi : Ictus cordis teraba, teratur dan tidak terlalu kuat
c.) Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pelebaran
d.) Auskultasi : Bunyi jantung murni, tidak ada suara tambahan
9. Pemeriksaan abdomen
a.) Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi , warna sama rata dengan
warna kulit yang lain,umbilikus bersih
b.) Auskultasi : Peristaltik usus 8 kali per menit
c.) Perkusi : Timpani
d.) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
26
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi dan lauk, pasien makan
satu porsi habis. Saat sakit dan sebelum operasi, pasien tetap makan 3 kali sehari
dengan menu nasi , lauk, dan sayur yang sudah disediakan rumah sakit, pasien hanya
makan kurang lebih setengah porsi, minum 6-8 gelas per hari berupa air putih.
Sebelum sakit pasien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa nyeri. Saat sakit dan
sebelum operasi pasien mengalami gelisah, cemas, dan sedikit gangguan tidur.
e. Pola eliminasi
f. Pola neurosensori
Sebelum sakit pasien tidak merasakan nyeri dan tidak nyaman pada lututnya. Saat
sakit dan sebelum operasi pasien merasakan nyeri pada sendi lututnya.
Sebelum sakit, pasien tidak ada masalah dengan mekanisme koping, namun
sebelum operasi akibat perjalanan penyakit yang kronik, faktor stres, perasaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, dan ketergantungan meyebabkan reaksi
psikologis pasien yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung
28
Sebelum sakit pasien tidak merasakan cemas dan memiliki konsep diri yang kuat.
Sebelum operasi konsep diri pasien mengenai usia yang sudah lanjut memberikan
kecemasan pada klien karena klien tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual.
i. Pola hubungan
Sebelum operasi hubungan pasien dengan keluarga baik dan tidak ada masalah
antar anggota keluarga.
j. Pola reproduksi
Sebelum sakit dan sebelum operasi intensitas hubungan seksual antara pasien
dengan pasangannya berkurang dikarenakan pasien sudah kehilangan gairah seksual.
k. Pola kepercayaan
Sebelum sakit dan sebelum operasi pasien menganggap bahwa pasien sakit karena
ujian dari Tuhan dan juga faktor usia, pasien selalu berdoa agar diberi kesembuhan
c. Ansietas b.d Ancaman pada status terkini d.d Gangguan pola tidur, klien
mengatakan klien cemas akan mengalami kelumpuhan
d. Gangguan pola tidur b.d Kecemasan d.d Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena
cemas dengan kondisinya
berjalan
3. Ds: Ansietas
Ansietas b.d Ancaman pada
Pasien mengatakan
status terkini d.d Gangguan
sanagat khawatir,
pola tidur, klien mengatakan
ketakutan dengan
klien cemas akan mengalami
keadaanya sebelum
kelumpuhan
melakukan
prosedur Total
Knee Replacement
Do:
Peningkatan
denyut nadi
110x/menit
Peningkatan
tekanan darah
140/90 mmHg
Peningkatan RR
26x/menit
4. Ds: Gangguan
Gangguan pola tidur b.d
Pasien mengatakan pola tidur
Kecemasan d.d Pasien
pasien kesulitan
mengatakan tidak bisa tidur
tidur dimalam hari
karena cemas dengan
karena merasa
kondisinya
cemas
Do:
Peningkatan
denyut nadi
110x/menit
Peningkatan
tekanan darah
31
140/90 mmHg
Peningkatan RR
26x/menit
5. Ds: Resiko
Resiko Distres Spiritual b.d
Pasien mengatakan Distres
Nyeri kehilangan fungsi
hidupnya kurang Spiritual
anggota tubuh
bermakna
Do:
Ansietas
Insomnia dan
Terlihat ketakutan
b. Gangguan Rasa Nyaman Merupakan merasa kurang nyaman, dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, limgkungan, budaya, dan atau sosial.
c. Hambatan Mobilitas Fisik Merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik atau suatu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
kesakitan
3. Ds: Hambatan Mobilitas Fisik Hambatan
Pasien berhubungan dengan kerusakan Mobilitas
mengatakan neuro muskuler dan Fisik
bahwa belum bisa muskuluskeletal ekstremitas
menggerakkan bawah yang ditandai dengan
bagian sendi pasien mengatakan bahwa
lututnya dengan belum bisa menggerakkan
sempurna bagian sendi lututnya dengan
Do: sempurna, penurunan kekuatan
Penurunan otot, dan kerusakan integritas
kekuatan otot tulang dan sendi
Kerusakan
integritas tulang
dan sendi
4. Do: Resiko Infeksi berhubungan Resiko
Rentan luka pasca dengan hilangnya fungsi kulit Infeksi
operasi sebagai proteksi yang ditandai
mengalami invasi dengan rentan luka pasca
mikroorganisme operasi mengalami invasi
Pasien kurang mikroorganisme, dan pasien
mengetahui cara kurang mengetahui cara
merawat luka merawat luka pasca operasi.
pasca operasi
34
6. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan.
7. Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi,
dan
interpersonal)
8. Ajarkan tentang
tehnik non
farmakologi
9. Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri.
2. Hambatan mobilitas Setelah perawatan 3x24 jam 1. Monitoring vital
fisik diharapkan klien dapat sign sebelum
mengatasi masalahnya atau sesudah
dengan, latihan dan lihat
KH : respon pasien
- Klien meningkat dalam saat latihan
aktivitas fisik 2. Bantu klien
- Mengerti tujuan dari untuk
36
- Dukung
penggunaan
mekanisme koping
yang sesuai.
3. Manajemen
pengobatan
- Tentukan obat apa
yang diperlukan
- Monitor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
5. Resiko Distres Setelah perawatan 2x24 jam 1. Gunakan
Spiritual Resiko Distres Spiritual dapat komunikasi
teratasi dengan terapeutik untuk
KH : membangun
- Mampu mengontrol kepercayaan dan
Kecemasan kepeduliaan
- Berpartisipasi dalam empati.
pengambilan keputusan 2. Menyediakan
untuk mendapatkan privasi dan cukup
pelayanan kesehatan waktu untuk
- Mampu beradaptasi kegiatan spiritual
terhadap 3. Jadilah terbuka
ketidakmampuan fisik untuk ekspresi
atau cacat fisik individu kesepian
dan ketidak
berdayaan
4. Mengacu pada
penasehat
spiritual pilihan
individu
40
5. Memfasilitasi
penggunaan
individu meditasi,
do’a, dan tradisi
keagamaan
lainnya dan ritual
6. Mendengarkan
dengan seksama
komunikasi
individu dan
mengembangkan
waktu untuk
berdo’a atau
ritual spiritual
7. Yakinkan
individu bahwa
perawat akan
bersedia untuk
mendukung
individu dalam
saat-saat
penderitaan
8. Ajarkan tentang
tehnik non
farmakologi
(tehknik
relaksasi,
kompres hangat
atau dingin)
9. Berikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.
2. Gangguan rasa Setelah perawatan 1x24 jam 1. Gunakan
nyaman diharapkan klien dapat pendekatan yang
mengatasi masalahnya menenangkan.
dengan, 2. Temani pasien
KH : untuk memberi
- Mampu mengontrol keamanan dan
kecemasan mengurangi
- Status lingkungan yang takut.
nyaman 3. Dorong keluarga
- Mengontrol nyeri untuk menemani.
- Kualitas tidur dan istirahat 4. Identifikasi
adekuat tingkan
- Status kenyamanan kecemasan.
meningkat 5. Bantu pasien
- Support sosial untuk mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan.
6. Dorong pasien
untuk
43
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.
7. Instruksikan
pasien
menggunakan
tehnik relaksasi
bantu pemenuhan
kebutuhan ADLs.
6. Berikan alat
bantu jika klien
memerlukan.
Ajarkan klien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika di
perlukan.
4. Resiko infeksi Setelah perawatan 3x24 jam 1. Pertahankan teknik
resiko infeksi dapat isolasi (luka
berkurang dengan bekas operasi
KH : dengan dibalut
- Klien bebas dari tanda dan perban).
gejala infeksi 2. Batasi pengunjung
- Menunjukkan kemampuan bila perlu.
untuk mencegah timbulnya 3. Instruksikan pada
infeksi pengunjung
- Menunjukkan perilaku untuk mencuci
hidup sehat tangan saat
berkunjung dan
etelah berkunjung
meninggalkan
pasien.
4. Cuci tangan setiap
sesudah dan
sebelum tindakan
keperawatan
1. Gunakan baju,
45
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
2. Pertahankan
lingkungan
antiseptik selama
pemasangan alat
3. Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistem dan lokal
4. Inspeksi kondisi
luka atau insisi
bedah
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi.
Wajah pasien
09.00 Mengobservasi reaksi non tampak meringis
verbal dari kesakitan
ketidaknyamanan.
Pasien mengatakan
09.30 Menggunakan tekhnik sering mengalami
komunikasi terapeutik untuk nyeri pada bagian
mengetahui pengalaman kaki
nyeri pasien.
Lingkungan
10.00 Mengontrol lingkungan yang tampak nyaman
dapat mempengaruhi suhu dan sunyi
ruanan, pencahayaannya dan
kebisingan.
meminum obat
bantu tongkat
dalam berjalan
klien tampak
18.00 Mengajarkan klien
kooperatif
bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika di
perlukan.
Meyakiinkan individu
22.00 Pasien terlihat
bahwa perawat akan
yakin dalam
bersedia untuk mendukung
mel;akukan
individu dalam saat-saat
pengobatan
penderitaan
sedikit terganggu
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Selasa, 20 Ansietas S : Pasien mengatakan
maret 2018 sudah tenang dan
¥
tidak khawatir
tentang keadaanya
yang akan
dilakukan operasi
O : Tanda-tanda vital
pasien normal
(Nadi: 80x/menit,
TD: 120/80 mmHg,
RR: 20x/menit)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Selasa, 20 Resiko Distress S : Pasien mengatakan
maret 2018 Spiritual sudah bisa menerima
¥
keadaanya sekarang
dan percaya bahwa
penyakitnya adalah
sudah kehendak
tuhan.
O : pasien terlihat sudah
tenang dan rasa cemas
berkurang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
menunjukkan kegelisahan,
dan tidak merintih
kesakitan.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Apley. 1997. Kondisi Osteoarthritis halaman 1. Surakarta : RS. Prof Dr. Soeharso
Beaupre LA, Davies DM, Jones CA, and Cinats JG (2001): Exercise combined with
continuous passive motion or slider board therapy compared with exercise only:
A randomised controlled trial of patients following total knee arthroplasty.
Physical Therapy 81: 1029-1037.
Beswick D. Andrew, Wylde Vikki, Gooberman-Hill R., 2015. Interventions for The
Prediction and Management of Chronic Postsurgical Pain After Total Knee
Replacement: Systematic Review of Randomised Controlled Trials, Vol. 5.
Bristol, United Kingdom
Chesterfeld., Court, St. M., Derbyshire., Gate, St. M., House, C., St Mary’s Court. 2013.
Surgery Knee Replacement. www.arthritisresearchuk.org [diakses 10 Maret
2018
Denis M, Moffet H, Caron F, Ouellet D, Paquet J and Nolet L (2006): Effectiveness of
continuous passive motion and conventional physical therapy after total knee
arthroplasty: A randomised clinical trial. Physical Therapy 86: 174-185.
Diva, Sara R., Alexandra B, Gil., Gustavo J.M, Almeida., dkk. 2010. A Balance
Exercise Program Appears To Improve Funtion For Patients With Total Knee
Atrhoplasty: A Randomized Clinical Trial. Apta Journal, 9 (6): Pages 880-894.
60
Kisner, Carolyn., Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Techqniues. Philadelpia : Davis Company.
Muladi. 2016. Pengaruh Edukasi Dan Latihan Mobilisasi Dini terhadap Tingkat
Kecemasan Dan kemandirian Pasien Post Total Knee Reolacement. Tesis.
Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Meiyer, Whitney., Ryan, Mizner., Robin, Markus., dkk. 2008. Total Knee Arthoplasty :
Muscle Impairment, Functional Limitation and Recomended Rehabilitation
Approaches. Journal of Orthopaedic and Sport Physical Therapy, 38 (5).
Smeltzer, G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal- Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8.
EGC: Jakarta.
61