You are on page 1of 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK

Makalah Ini Diajukan Sebagai Persyaratan Kenaikan Pangkat


Jabatan Fungsional Perawat

YENI ANGRAENI

NIP. 198004042007012017

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan kasih, rahmat dan karuniaNya sehingga makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik” ini dapat selesai dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Melalui makalah ini, penulis ingin mencoba menyajikan informasi mengenai “ Asuhan
Keperawatan Sindrom Nefrotik” bagi para pembaca, khususnya kalangan medis dan
perawat, dengan harapan agar menambah pengetahuan mengenai hal tersebut.
Sebagai persyaratan melengkapi kenaikan pangkat Jabatan funsional Perawat, di
Lingkungan Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengahadapi berbagai hambatan dalam


memperoleh informasi, seperti sulitnya memperoleh keakuratan data dengan
melakukan seleksi dari berbagai sumber, serta kurangnya pengalaman penulis dalam
menyusun makalah ini.

Pada kesempatan ini, tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah ikut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan pengalaman


penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya makalah ini dapat menjadi
lebih baik, dan dapat berguna bagi yang membacanya. Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam makalah
ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul

Lembar Pengesahan

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

a) Latar belakang
b) Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
c) Batasan masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT SINDROM NEFROTIK

A. Konsep medis
i. Difinisi
ii. Etiologi
iii. Manifestasi klinik
iv. Patofisiologi
v. Pemeriksaan diagnostik
vi. Penatalaksanaan medik
vii. Komplikasi
B. Konsep keperawatan
a. Pengkajian
b. Penyimpangan KDM
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Kritik dan saran

Daftar pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada pasien dengan kasus sindrom nefrotik (Nefrosis), gejala paling mencolok
adalah albuminuria (>3,5 g/hari). Akibatnya terjadi hipoalbuminemia, yang
berakibat terjadinya edema generalisata (anasarka). Hilangnya protein akibat
meningkatnya permeabilitas membran basal glomerulus. Nefrosis dapat
menyebabkan glomerulonefritis, namun kebanyakan tidak diketahui
penyebabnya.
Sindrom nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis
ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif ≥3,5% g/hari,
hipoalbuminemia <3,5% g/dl, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada proses
awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut
harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN
berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urine
juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi
yang terjadi pada SN. Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan
keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium
dan tulang, serta hormon tiroid sering dijumpai pada SN. Umumnya pada SN
fungsi ginjal normal kecuali sebagian kasus yang berkembang menjadi Penyakit
Ginjal Tahap akhir (PGTA). Pada beberapa episode SN dapat sembuh sendiri dan
menunjukkan respons yang baik terhadap terapi steroid, tetapi sebagian lain
dapat berkembang menjadi kronik.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan umum

Persyaratan melengkapi kenaikan pangkat Jabatan funsional Perawat, di

Lingkungan Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

4
Tujuan khusus

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan


b. Menentukan diagnosa keperawatan
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan

C. BATASAN MASALAH
a. Tinjauan teoritis penyakit sindrom nefrotik berdasarkan konsep medis
meliputi definisi,etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik, dan komplikasi.
b. Tinjauan teoritis penyakit sindrom nefrotik berdasarkan konsep
keperawatan meliputi pengkajian, penyimpangan KDM, diagnosa
keperawatan, dan intervensi keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT/KASUS
SINDROM NEFROTIK

I. KONSEP MEDIS

A. DIFINISI

1) Sindrom nefrotik adalah keluarnya protein 3,5 gram atau lebih

melalui urine per hari. (Elizabeth J. Corwin : 2009 hal 708)

2) Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh

(1)peningkatan protein dalam urine secara bermakna (proteinuria),

(2)penurunan albumindalam darah (hipoalbuminemia),(3) edema,

dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah

(hiperlipidemia). (Brunner dan suddarth: 2002 hal 1441 )

3) Nefrotik sindrom adalah gangguan klinis yang ditandai dengan

peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin

dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah

(hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan

plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas

membran kapiler glomerulus. (Evanjh.ilmukeperawatanku.com.2011 )

4) Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik

glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, proteinuria

masif ≥3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/dl, hiperkolestrolemia, dan

lipiduria. (wiguno prodjosudjadi :2006 hal 547)

6
B. ETIOLOGI

Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh GN (glomerulonefritis) primer

dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung

(connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit

sistemik seperti tercantum pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi dan Penyebab Sindrom Nefrotik


Glomerulonefritis primer:
 GN lesi minimal (GNLM)
 Glomerulosklerosis fokal (GSF)
 GN membranosa (GNMN)
 Gn membranoproliferatif (GNMP)
 GN proliferatif lain
Glomerulonefritis sekunder akibat:
Infeksi
 HIV, hepatitis virus B dan C
 Sifilis,malaria, skistosoma
 Tuberkulosis, lepra
Keganasan
Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma hodgkin, mieloma
multipel, dan karsinoma ginjal
Penyakit jaringan penghubung
Lupus eritematosus sistemik, artritis rematoid, MCTD (mixed connective tissue
disease)
Efek obat dan toksin
Obat antiinflamasi non steroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid, air
raksa, kaptropil, heroin.
Lain-lain
Diabetes melitus, amiloidosis, pre-eklamsia, rejeksi alograf kronik, refluks
vesikoureter, atau sengatan lebah.

Glomerulonefritis prmer atau idiopatik merupakan penyebab sindrom

nefrotik yang paling sering. Dalam kelompok GN primer, GN lesi minimal

(GNLM), glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS), GN membranosa

(GNMN), dan GN membranoproliferatif (GNMP) merupakan kelainan

7
histopatologik yang sering ditemuka. Dari 387 biopsi ginjal pasien SN

dewasa yang dikumpulkan di jakarta antara 1990-1999 dan representatif

untuk dilaporkan, GNLM didapatkan pada 44,7%, GNMsP (GN

mesangioproliferatif) pada 14,2%, GSFS pada 11,6%, GNMP pada 8.0%,

dan GNMN pada 6,5%.

Penyebab sekunder akibat infeksi yang sering dijumpai misalnya pada

GN pasca infeksi streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat

misalnya obat antiinflamasi non-steroid atau preparat emas organik, dan

akibat penyakit sistemik misalnya pada lupus eritematosus sistemik dan

DM.

C. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema

biasanya lunak dan cekung bila pitting, dan umumnya ditemukan

disekitar mata (preorbital), pada area ekstremitas (sakrum, tumit, dan

tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit

kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.

D. PATOFISIOLOGI

1. Pada berbagai kondisi kerusakan membran kapiler glomerulus yang

serius seperti pada glomerulonefritis kronis, DM dengan

glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, lupus eritematosus

sistemik (SLE), dan tumor ganas sekunder (pada dewasa tua).

2. Hipoalbuminemia akibat penurunan tekanan onkotik, menyebabkan

edema menyeluruh dimana cairan keluar dari permukaan vaskular.

8
3. Penurunan volume sirkulasi dan penurunan aktivitas sistem renin-

angiotensin yang menyebabkan retensi sodium dan edema.

4. Mekanisme peningkatan lipid yang tidak diketahui.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Uji urine

a. Protein urine - meningkat

b. Urinalisis – cast hialin dan granular , hematuria

c. Dipstick urine – positif untuk protein dan darah

d. Berat jenis urine – meningkat

2. Uji darah

a. Albumin serum – menurun

b. Kolesterol serum – meningkat

c. Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsentrasi)

d. Laju Endap Darah (LED) – meningkat

e. Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit

perorangan

3. Diagnostik

Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara

rutin. (Betz, Cecily L : 2002 hal 335).

F. PENATALAKSANAAN MEDIK

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal.

9
a) Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari

mungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna

mengurangi edema.

b) Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang

hilang dalam urine dan untuk membentuk cadangan protein di

tubuh.

c) Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium.

d) Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat dan

adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk mengurangi

proteinuria.

e) Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom

nefrotik mencakup agens antineoplastik (Cytoxan) atau agens

imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin). Jika terjadi

kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan.

G. KOMPLIKASI

1. Hipovolemia.

2. Komplikasi tromboemboli-trombosis vena renal, trombosis vena

dan arteri ekstremitas, emboli pulmonal, trombosis arteri

koronaria, dan trombosis arteri cerebral.

3. Gangguan metabolisme obat berhubungan dengan penurunan

plasma protein.

4. Progresif menjadi gagal ginjal.

10
II. KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Kaji riwayat munculnya gejala seperti perubahan karakteristik

urine dan edema.

2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati edema dan

hipovolemia.

3. Kaji tanda vital, asupan dan pengeluaran, nilai laboratorium, dan

ukur berat badan setiap hari.

11
B. PENYIMPANGAN KDM

SINDROM NEFROTIK

Permeabilitas dinding kapiler


Glomerular meningkat

Hilangnya protein lipiduria


plasma Respon imun me

Kompensasi hilangnnya
Proteinuria protein, lemak akan

Sel imun tertekan Banyak dalam urine

Albumin menurun Hiperlipidemia

hipoalbuminemia Stimulasi prdksi lipo-


protein dlm hati me

Tekanan onkontik
plasma menurun

Stimulasi produksi kolesterol dan


lipoprotein meningkat trigliserida me

CIS berpindah ke dalam


interstitial

Volume CIS berkurang

Jumlah aliran darah Hypovolemia


ke renal me

Ginjal melakukan merangsang produksi


kompensasi renin-angiotensin

Sekresi ADH Retensi kalium EDEMA


dan dan air
aldosteron me

12
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan proses

penyakit ditandai dengan:

DS : laporan riwayat penyakit (DM, glomerulonefritis kronis).

DO : hipoalbuminemia, peningkatan proteinuria, penurunan total

protein dan albumin, peningkatan kreatinin, peningkatan trigliserida,

dan gangguan gambaran lipid.

2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pengobatan

imunosupressant ditandai dengan :

DS : status nefrotik sindrom.

DO : mendapat terapi imunosupressant.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan 1

Tujuan : Meningkatkan volume sirkulasi dan menurunkan edema

1) Monitor berat badan setiap hari, asupan dan pengeluaran, dan

berat jenis urine.

2) Monitor CVP ( jika diindikasikan), tanda vital, tekanan darah

ortostatik, dan irama jantung untuk mendeteksi hipovolemia.

3) Berikan diuretik atau imunosupressant sesuai dengan resep dan

evaluasi respons pasien.

4) Infus albumin sesuai anjuran.

13
5) Bedrest selama beberapa hari untuk membantu mobilisasi edema;

walaupun beberapa ambulasi dibutuhkan untuk mengurangi risiko

komplikasi tromboembolik.

6) Tekan secara perlahan untuk menyalurkan sodium dan cairan jika

terjadi edema berat atau diet tinggi protein.

Diagnosis Keperawatan 2

Tujuan : mencegah infeksi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi.

2) Monitor suhu tubuh dan hasil laboratorium untuk mengetahui

neutropenia.

3) Gunakan teknik aseptik pada setiap prosedur invasif dan saat

menyentuh pasien serta semua kontak cuci tangan ; cegah kontak

pasien dengan orang yang resiko menularkan infeksi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindrom nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis

ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif ≥3,5% g/hari,

hipoalbuminemia <3,5% g/dl, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada proses

awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut

harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN

berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urine

juga berkurang. Pada pasien dengan kasus sindrom nefrotik (Nefrosis), gejala

paling mencolok adalah albuminuria (>3,5 g/hari). Akibatnya terjadi

hipoalbuminemia, yang berakibat terjadinya edema generalisata (anasarka).

Hilangnya protein akibat meningkatnya permeabilitas membran basal

glomerulus. Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, namun kebanyakan

tidak diketahui penyebabnya.

B. Kritik dan Saran

Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

untuk menyempurnakan makalah ini. Diharapkan agar pembaca mengetahui

apa tanda dan gejala serta yang menyebabkan seseorang menderita penyakit

sindrom nefrotik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner,DKK.2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta:EGC.

Prodjosudjadi,Wiguno.2013.Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Departemen Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: EGC.

Evanjh.31/05/2014.ASKEP Pasien dengan Sindrom Nefrotik.

http://www.ilmukeperawatanku.com

16

You might also like